Anda di halaman 1dari 56

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI FARMASI


UNIVERSITAS TADULAKO

LAPORAN LENGKAP
FITOKIMIA FARMASI

PERCOBAAN :
I. PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN SAMPEL
II. EKSTRAKSI SAMPEL
III. PARTISI EKSTRAKSI (EKSTRAKSI CAIR-CAIR)
IV. IDENTIFIKASI EKSTRAK

DISUSUN OLEH :
NAMA : AMALIAH AYUSTINA YUSUF
NIM : G 701 16 138
KELAS : C
KELOMPOK : I (SATU)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Simplisia adalah bentuk sajian tanaman obat yang belum tercampur dan
belum diolah. Namun, wujudnya sudah dalam keadaan bersih dan telah
dikeringkan. Selain itu, bentuk seperti ini telah siap direbus sesuai dengan
kebutuhan. Bentuk simplisia lebih banyak dipakai dalam pengobatan
daripada bentuk tanaman obat yang segar atau kering (Utami, 2009).

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi


senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan
dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga
memenuhi baku yang telah ditentukan. Sebagian besar ekstrak dibuat
dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat
biasanya dipekatkan secara destilasi dengan menggunakan tekanan (Ditjen
POM, 1995).

Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang


terdapat pada suatu tanaman. Hal ini berfungsi sebagai data awal untuk
menentukan metode ekstraksi yang akan digunakan agar komponen aktif
terdapat pada sampel dapat diekstraksi secara optimal (Shinya, 2007).

Dalam bidang farmasi peran simplisia juga sangat berperan penting dalam
bidang pengobatan, hal ini juga dapat memudahkan masyarakat karena
dapat memperoleh obat yang harganya lebih terjangkau, bermutu, dan
kurang atau tidak ada efek sampingnya. Hal tersebut yang melatar
belakangi dilakukannya praktikum ini.
I.2 Maksud Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan 1


Memahami cara pengambilan dan pengolahan simplisia yang
baik dan benar.

I.2.2 Maksud Percobaan 2


1. Memahami macam-macam metode ekstraksi.
2. Memahami cara mengekstraksi sampel simplisia.

I.2.3 Maksud Percobaan 3


Memahami cara ekstraksi mengunakan metode ekstraksi cair-
cair.

I.2.4 Maksud Percobaan 4


1. Memahami kandungan kimia pada simplisia.
2. Memahami cara mengidentifikasi sampel dengan menggunakan
metode KLT dan mengidentifikasi kandungan senyawa aktif
alkaloid, saponin, flavonoid dan tanin yang terdapat pada
simplisia.
I.3 Tujuan Percobaan

I.3.1 Tujuan Percobaan 1


Memahami cara pengambilan dan pengolahan simplisia yang
baik dan benar.

I.3.2 Tujuan Percobaan 2


1. Memahami macam-macam metode ekstraksi.
2. Memahami cara mengekstraksi sampel simplisia.

I.3.3 Tujuan Percobaan 3


Memahami cara ekstraksi mengunakan metode ekstraksi cair-
cair.

I.3.4 Tujuan Percobaan 4


1. Memahami kandungan kimia pada simplisia.
2. Memahami cara mengidentifikasi sampel dengan menggunakan
metode KLT dan mengidentifikasi kandungan senyawa aktif
alkaloid, saponin, flavonoid dan tanin yang terdapat pada
simplisia.
I.4 Manfaat Percobaan

I.4.1 Manfaat Percobaan 1


Seorang farmasis dapat mengetahui cara-cara dalam
pengambilan dan pengolahan simplisia yang baik dan benar.

I.4.2 Manfaat Pecobaan 2


Seorang farmasis dapat mengetahui macam-macam metode
ekstraksi, serta cara mengekstraksi sampel simplisia yang baik.

I.4.3 Manfaat Pecobaan 3


Seorang farmasis dapat mengetahui cara mengekstraksi sampel
simplisia dengan menggunaka metode ekstraksi cair-cair.

I.4.4 Manfaat Percobaan 4


Seorang farmasis dapat mengetahui kandungan kimia pada
sampel simplisia dengan menggunakan metode KLT dan dan
mengidentifikasi kandungan senyawa aktif alkaloid, saponin,
flavonoid dan tannin.
I.5 Prinsip Percobaan

I.5.1 Prinsip Percobaan 1


Prinsi percobaan ini yaitu pembuatan simplisia tanaman meliputi
beberapa tahapan yaitu pengumpulan bahan baku, sortasi basah,
pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering,
pengepakan dan penyimpanan.

I.5.2 Prinsip Percobaan 2


Prinsip pada percobaan ini yaitu mengetahui macam-macam
metode yang digunakan dalam ekstraksi, lalu mengekstraksi sampel
simplisia Kelor (Moringa oleifera L) dengan menggunaka metode
ekstraksi maserasi.

I.5.3 Prinsip Percobaan 3


Prinsip percobaan ini yaitu melakukan ekstraksi cair-cair pada
sampel simplisia Kelor (Moringa oleifera L) dengan menggunakan
pelarut n-heksan dan etil asetat untuk mendapatkan hasil ekstraksi
berupa fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air.

I.5.4 Prinsip Percobaan 4


Prinsip yang digunakan pada percobaan ini yaitu dengan
mengidentifikasi sampel dengan menggunakan metode KLT , serta
melihat kandungan kimia pada simplisia tanaman, lalu
mengidentifikasi kandungan senyawa aktif alkaloid, saponin,
flavonoid dan tannin pada sampel simplisia tanaman Kelor (Moringa
oleifera L).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

Simplisia adalah bentuk sajian tanaman obat yang belum tercampur dan
belum diolah. Namun, wujudnya sudah dalam keadaan bersih dan telah
dikeringkan. Selain itu, bentuk seperti ini telah siap direbus sesuai dengan
kebutuhan. Bentuk simplisia lebih banyak dipakai dalam pengobatan
daripada bentuk tanaman obat yang segar atau kering. Hasil pengobatan
dengan simplisia yang berkhasiat obat ini tampak lambat. Namun
sebenarnya simplisia ini sedang merekonstruk si atau membangun jaringan
tubuh yang rusak menjadi normal kembali (Utami, 2009).

Ekstraksi adalah proses penyaringan zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif


dan bagian tumbuhan obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota
laut. Zat-zat aktif tersebut terdapat di dalam sel, namun sel tumbuhan dan
hewan memiliki perbedaan begitu pula ketebalannya sehingga diperlukan
metode ekstraksi dan pelarut tertentu untuk mengekstraksinya (Tobo f,
2001).

Metode meserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang


dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari
selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Metode ini digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung zat yang mudah mengembang seperti benzoin, stiraks dan
lilin. Penggunaan metode ini misalnya pada sampel yang berupa daun,
contohnya pda penggunaan pelarut eter atau aseton untuk melrutkan
lemak/lipid (Ditjen POM, 1995).
Ekstrasi cair-cair merupakan suatu teknik dalam suatu larutan (biasanya
dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya
organik), yang pada dasarnya tidak saling bercampur dan menimbulkan
perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solut) ke dalam pelarut kedua itu.
Pemisahan itu dapat dilakukan denag mengicok-ngocok larutan dalam
sebuah corong pemisah selama beberapa menit (Shevla, 1985)

Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang


terdapat pada suatu tanaman. Hal ini berfungsi sebagai data awal untuk
menentukan metode ekstraksi yang akan digunakan agar komponen aktif
terdapat pada sampel dapat diekstraksi secara optimal (Gembong, 2009).
II.3 Klasifikasi

1. Kelor (Moringa oleifera L.) (www.palntamor.com)


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera L.

2. Sirih (Piper betle L.) (www.plantamor.com)


Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Magnolipsida
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L.

3. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) (www.plantamor.com)


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Geraniales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa bilimbi L.
4. Srikaya (Annona squamosa L.) (www.plantamor.com)
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Subdivis : spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona squamosa L.

5. Jambu biji (Psidium guajava L.) (www.plantamor.com)


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivis : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.

6. Gersen (Muntingia calabura L.) (www.plantamor.com)


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Magnolipsida
Ordo : Malvales
Famili : Elaeocapaceae
Genus : Muntingia
Spesies : Muntingia calabura L.
II.4 Uraian Bahan
1. Alkohol (FI III : hal 65)

Nama resmi : AETHANOLUM


Nama lain : Etanol
RM/BM : C2H6O / 46,068
Rumus struktur :
H H

H – C – C - OH

H H

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah


menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa
panas, mudah terbakar dengan memberikan
nyala api biru yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P, dan dalam eter P
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tetutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
Persyaratan kadar : -
2. Aquadest (FI III : 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air Suling
RM/BM : H2O / 18,02
Rumus struktur : H–O–H

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,


dan tidak mempunyai rasa
Kelarutan : -
Khasiat : Sebagai pelarut
Kegunaan : Merekatkan Objek glass dan Deck galass
Penyimpanan : Dalam wadah tetutup baik
Persyaratan kadar : -
3. Asam Klorida (FI III :49)
Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain : Asam Klorida
RM/BM : HCl/36,16
Rumus struktur : H – Cl

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, bau


merangsang, jika dienerkan dengan 2 bagian
air, berasap dan bau hilang
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tetutup baik
Persyaratan kadar : -
4. Serbuk Magnesium (FI III :1979)
Nama resmi : MAGNESII
Nama lain : Magnesium
RM/BM : Mg/24,312
Rumus struktur : -

Pemerian : Serbuk sangat ringan, putih keabu-abuan,


tidak berbau, rasa agak basa.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, praktis tidak
larut dalam etanol (95%) P

Khasiat : Zat tambahan


Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tetutup rapat.
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 96,0% dan
tidak lebih dari 100,5%.
5. Besi (III) Klorida (FI III : 659)
Nama resmi : FERRI CHLORIDUM
Nama lain : Besi (III) Klorida
RM/BM : FeCl3 / 163,5
Rumus struktur : Cl

Fe

Cl Cl

Pemerian : Hablur atau serbuk, hitam kehijauan, bebas


warna sehingga dari garam hidrat yang tidak
berpengaruh oleh kelembaban.
Kelarutan : Larut dalam air, larutan berpotensi berwarna
jingga.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tetutup rapat.
Persyaratan kadar : -
6. Dragondraf (Pudjaatmaka, 659)
Terbuat dari : 1,5 gram Bismuth Subnitrat
7 ml air panas
7 gram kalium iodida
20 gram Asam Klorida
a. Bismuth subnitrat (FI III, 1979)
Nama resmi : BISMUTH SUBNITRAT
Nama lain : Bismut Subnitrat
RM/BM : -
Rumus struktur : -

Pemerian : Serbuk halus putih, tidak berbau, tidak


berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam
pelarut organik,larut dalam asam
klorida p. dan asam sitrat
Khasiat : Astrigen
Kegunaan : Bahan pereaksi dragendraff
b. Kalium Iodida ( FI III, 1979 : 330)
Nama resmi : KALIUM IODIDUM
Nama lain : Kalium Iodida
RM/BM : KI / 166,00
Rumus struktur : -

Pemerian : Hablur heksahidrat transparan atau


tidak berwarna opak dan putih atau
serbuk butiran putih higroskopik.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih
mudahlarut dalam air mendidih. Larut
dalam etanol 95% P mudah larut
dalam etanol.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Bahan pereaksi dragendraf
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
c. Asam Klorida ( FI III, 1979 : 53)
Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain : Asam Klorida
RM/BM : HCl / 36,46
Rumus struktur : -

Pemerian : Cariran ; tidak berwarna, berasap, bau


merangsang, jika diencerkan dengan 2
bagian air, asap dan bau hilang
Kelarutan : Larut dalam air
Khasiat : Zat Tambahan
Kegunaan : Bahan Pereaksi dragen dragendaff
7. n-heksana (FI III, 1979 : 283)
Nama resmi : HEXAMINUM
Nama lain : Heksamina
RM/BM : C6H12N4 / 140,19
Rumus struktur : -

Pemerian : Hablur mengkilap, tidak berwarna atau


serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
membakar an manis kemudian agak pahit.
Jika di panaskan dalam suhu ± 260⁰
menyublim.
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, dalam 12,5 ml
etanol (95 %) P dan dalam lebih kurang 10
bagian kloroform P
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai Pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
8. Asam sulfat (FI III, hal 58)
Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain : Asam sulfat
RM/BM : H2SO4/ 98,07
Rumus struktur : -

Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosit,


tidak berwarna, jika ditambahkan ke
dalam air menimbulkan panas.
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 95,0 %
dan tidak lebih dari 98,0 % H2SO4.
9. Etil asetat (FI III, 1979 : 673)
Nama resmi : ACIDUM ACETICUM
Nama lain : Cuka, Etil asetat
RM/BM : C2H4O2 / 60,05
Rumus struktur : -

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna, bau


menusuk, rasa asam, tajam.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol
(95%), dan dengan gliserol.
Khasiat : zat tambahan.
Kegunaan : Pereaksi.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan


III.1.1 Alat
1. Gunting
2. Toples
3. Pipet Tetes
4. Gelas Kimia
5. Sendok Tanduk
6. Tabung Reaksi
7. Rak Tabung
8. Penangas Air
9. Gegep
10. Corong pisah
11. Gelas ukur
12. Batang pengaduk
13. Cawan porselin
14. Spektrofotometer KLT
15. Alat maserasi
16. Chamber
17. Kamera Handphone

III.1.2 Bahan
1. Aquadest
2. Karung
3. Alkohol
4. Tissue
5. HCl pekat
6. FeCl3
7. Serbuk Magnesium
8. Pereaksi Dragendorf
9. Kertas KLT
10. Lakban
11. Tissue
12. Handscoon
13. Masker

III.1.3 Sampel
1. Simplisia daun Kelor (Moringa oleifera L.)
2. Simplisia daun Sirih (Piper betle L.)
3. Simplisia daun Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
4. Simplisia daun Srikaya (Annona squamosa L.)
5. Simplisia daun Jambu biji (Psidium guajava L.)
6. Simplisia daun Gersen (Muntingia calabura L.)
III.3 Cara Kerja

III.3.1 Cara Kerja Percobaan I


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Di lakukan pemilihan bahan baku yang baik, yakni tumbuhan
yang digunakan adalah daun kelor.
3. Di lakukan sortasi basah untuk memisahkan tanah atau kerikil,
rumput atau bahan-bahan yang tidak berguna
4. Dilakukan pencucian untuk menghilangkan bahan-bahan yang
melekat pada bahan baku simplisia
5. Dilakukan pengubahan bentuk berupa perajangan untuk
mempercepat proses pengeringan
6. Dilakukan pengeringan dengan cara di angin-anginkan untuk
mendapatkan bahan baku simplisia yang tidak mudah rusak
atau berjamur
7. Di lakukan sortasi kering untuk menghilangkan bahan-bahan
yang tidak layak digunakan
8. Di lakukan penghalusan bahan baku simplisia dengan cara di
blender kemudian di ayak untuk mendapatkan serbuk halusnya
9. Disimpan dalam wadah .

III.3.2 Cara Kerja Percobaan II


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan serbuk simplisia tanaman ke dalam toples kaca
3. Ditambahkan pelarut etanol secukupnya
4. Ditutup toples lalu tutup dengan lakban hitam dan beri label
5. Di kocok setiap 3-5 hari
6. Di evaporator simplisia sehingga diperoleh ekstrak kental
7. Dimasukkan kedalam oven untuk menghilangkan kadar airnya
8. Dokumentasi
III.3.3 Cara Kerja Percobaan III
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang 3 gram ekstrak kelor
3. Dimasukkan dalam corong pisah
4. Ditambahkan n-heksan 30 ml dan air 30 ml
5. Dikocok selama 5 menit
6. Didiamkan sampai terjadi pemisahan fase air dan n-heksan
7. Dilakukan triplo
8. Ditampung fraksi n-heksan pada mangkok kaca untuk
perlakuan lapisan n-heksan
9. Ditambahakan etil asetat 30 ml
10. Ditampung hasil fraksi n-heksan pada mangkok kaca untuk
perlakuan lapisan air dan tampung fraksi air pada mangkok
kaca untuk perlakuan yang sama.
11. Hitung % rendemen lapisan n-heksan dan lapisan air.
12. Dokumentasi

III.3.4 Cara Kerja Percobaan IV


a. Uji KLT
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Disiapkan 3 botol vial
3. Ditambahkan ekstrak kelor secukupnya
4. Dilarutkan dengan etil asetat dan n-heksan 1 ml.
5. Ditotol masing-masing sampel diatas plat KLT
6. Dimasukkan kedalam chamber
7. Diamkan sampai terbasahi semua plat KLT dan mencapai
jarak eluen
8. Dikelurkan lalu di gunting masing-masing totolan
9. Diamati pada alat KLT dengan pengamatan dibawah
lampu UV 256 nm dan UV 366 nm.
10. Dokumentasi
b. Uji Tanin
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang ekstrak kental 0,1 mg
3. Dimasukkan kedalam tabung reaksi
4. Ditambahkan 5 ml aquadest dan 3-5 tetes FeCl3
5. Amati perubahan warna
6. Dokumentasi
c. Saponin
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang ekstrak kental 0,1 mg
3. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
4. Ditambahkan air panas secukupnya
5. Dikocok dan diamati timbulnya busa
6. Dokumentasi
d. Alkaloid
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang ekstrak kental 0,1 mg
3. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
4. Ditambahkan 5 ml aquadest dan 3-5 tetes dragendraff
5. Diamati perubahan warna
6. Dokumentasi
e. Flavonoid
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang ekstrak kental 0,1 mg
3. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
4. Ditambahkan 5 ml aquadest, 1 ml HCl pekat dan 0,1 mg
serbuk Mg
5. Diamati perubahan warna
6. Dokumentasi
III.4 Skema Kerja
III.4.1 Skema Kerja Pembuatan Simplisia Percobaan 1

Alat dan bahan

Pengambilan sampel kelor


(Moringa oleifera L.)

Sortasi basah

Pencucian

Perajangan

pengeringan

Sortasi kering

Penghalusan

Pengemasan
III.4.2 Skema Percobaan II

Alat dan bahan

Simplisia kelor

- Masukkan
+ Pelarut etanol
Toples -kaca
- Tutup dengan lakban hitam
- Bungkus dengan plastic
- Beri label
- Kocok tiap 3-5 hari

Evaporator

- Diperoleh

Ekstrak kental

- Anginkan
- Timbang
Ekstrak

- Simpan

Desikator
III.3.3 Skema Kerja Percobaan III

Timbang 3 gram ekstrak

Masukkan dalam corong pisah

Tambahkan n-heksan 30 ml

- Kocok selama 5 menit


- Diamkan sampai terjadi pemisahan
(fase air dan pelarut)
- Triplo

Lapisan n-heksan Lapisan air

Fraksi n-heksan Etil asetat 30 ml

Uapkan
Hasil fraksi Fraksi air
n-heksan
% rendamen
Freeze
broyig
Uapkan

- Hitung
% rendamen
III.4.4 Skema Kerja Percobaan IV
1. Uji KLT
Alat dan bahan

Ekstrak Kelor
(Moringa oleifera L.)

+ Tambahkan
Heksan : etil : air
2:9:1
- Ditiotolkan
Plat KLT
- Masukkan
Chamber
- Diamati
Uv-Vis
- Dihitung

Nilai RF

Semprot

Amati
2. Uji alkaloid

Alat dan Bahan


+ 5 ml aquadest
+ Tetesi dragendroff 3-5 tetes

Amati perubahan warna

3. Uji Saponin
Alat dan bahan

Ekstrak kental 0,1 mg

+ Air panas
Amati buih yang timbul

4. Uji Flavanoid

Alat dan bahan

+ 5 ml aquadest
+ 1 ml HCl pekat
+ 0,1 mg serbuk Mg

Amati perubahan warna


5. Uji Tanin

Alat dan bahan

Ekstrak kental 0,1 mg


+ 5 ml aquadest
+ FeCl3 (3-5 tetes)
Amati perubahan warna
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

IV.1.1 Hasil Pengamatan Percobaan 1

1. Kelor (Moringa oleifera L.) (www.palntamor.com)


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera L.

2. Sirih (Piper betle L.) (www.plantamor.com)


Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Magnolipsida
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L.
3. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) (www.plantamor.com)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Geraniales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa bilimbi L.

4. Srikaya (Annona squamosa L.) (www.plantamor.com)


Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Subdivis : spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona squamosa L.

5. Jambu biji (Psidium guajava L.) (www.plantamor.com)


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivis : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
6. Gersen (Muntingia calabura L.) (www.plantamor.com)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Magnolipsida
Ordo : Malvales
Famili : Elaeocapaceae
Genus : Muntingia
Spesies : Muntingia calabura L.
IV.1.2 Hasil Pengamatan Percobaan II

Prinsip Metode Ekstraksi

a. Perkolasi
Prinsip perkolasi dilakukan dengan cara serbuk simplisia
ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang dibagian
bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dan
melarutkan zat-zat aktif (Yuliani, 2012).

b. Maserasi
Prinsip masersi dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam
pelarut yang sesuai, selama beberapa hari pada temperature
kamar, terlindung dari cahaya (Sugiyono, 2001).

c. Refluks
Prinsip refluks adalah pelarut volatile yang digunakan akan
menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan
kondensor sehingga pelarut yang tadi dalam bentuk uap akan
menhembun pada kondensor dan turun lagi kedalam wadah
reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi
berlangsung (Tobo, 2001).

d. Soxhletasi
Prinsip soxhlet adalah dengan penyaaringan yang berulang-
ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang
digunakan relative sedikit (Adrian, 2000).

e. Ekstraksi cair-cair
Prinsip ekstraksi cair-cair yaitu satu komponen bahan atau lebih
dari suatu campuran dipisahkan dengan pelarut, bila pemusahan
campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan atau
tidak ekonomis, ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari dua tahap
pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut
dan pemisahan fase cair sesempurna mungkin (Dirjen POM,
1995).
IV.1.3 Hasil Pengamatan Percobaan III

Sampel Kelor (Moringa oleifera L.)

Berat ekstrak : 3 gram

- Ekstrak n-heksan yang diperoleh : 1,8 gram


Persentase ekstrak n-heksan : 60%
- Ekstrak etil asetat yang diperoleh : 0.43 gram
Persentase ekstrak etil asett : 14,33 %
- Ekstrak air yang diperoleh : 2,07 gram
Persentase ekstrak air : 25,67%
IV.1.4 Tabel Hasil Pengamatan Percobaan IV

No. Perlakuan Gambar Keterangan


1. Metode KLT
Dibawah Lampu
UV 256 nm Terlihat noda

2. Metode KLT
Dibawah Lampu
UV 366 nm

Terlihat noda

3. Metode semprot
menggunakan
H2SO4 10 %
Terlihat noda

4. Identifikasi
senyawa yang
mengandung
alkaloid
+

5. Identifikasi
senyawa yang
mengandung
saponin
+
6. Identifikasi
senyawa yang
mengandung tanin

7. Identifikasi
senyawa yang
mengandung
flavonoid
+
Analisis data

a. Heksan non polar


- Noda 1
2,5 𝑐𝑚
Rf = 7 𝑐𝑚
= 0,3 cm
- Noda 2
5,5 𝑐𝑚
Rf = 7 𝑐𝑚
= 0,7 cm

b. Etil non polar


- Noda 1
1,3 𝑐𝑚
Rf = 7 𝑐𝑚
= 0,018 cm
- Noda 2
3,3 𝑐𝑚
Rf = 7 𝑐𝑚
= 0,47 cm

c. Etil non polar


- Noda 1
2,1 𝑐𝑚
Rf = 7 𝑐𝑚
= 0,3 cm
IV.2 Pembahasan

IV.2.1 Pembahasan Percobaan 1

Simplisia adalah bentuk sajian tanaman obat yang belum tercampu


dan belum diolah. Namun wujudnya sudah dalam keadaan bersih
dan telah dikeringkan. Selain itu, bentuk seperti ini telah siap direbus
sesuai dengan kebutuhan. Bentuk simplisia lebih banyak dipakai
dalam pengobatan daripada bentuk tanaman obat yang segar atau
kering (Utami, 2009).

Tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara


pembuatan simplisia yang benar, dan cara mengidentifikasi suatu
sampel yang akan dibuat simplisia.

Pada praktikum kali ini, sampel yang digunakan adalah Kelor


(Moringa oleifera L.). Pada pembuatan simplisia terdapat beberapa
tahap yaitu proses pengambilan bahan baku, tahap ini sangat
berpengaruh pada zat aktif yang terkandung pada sampel, pada paku
sepat bagian yang digunakan yaitu daunnya, tahap selanjutnya yaitu
sortasi basah untuk memisahkan dari tanah dan kerikil atau benda-
benda asing, selanjutnya pencucian, perajangan untuk mempercepat
proses pengeringan, lalu pengeringan, sortasi kering untuk
memisahkan bahan-bahan yang sudah rusak, selanjutnya yaitu proses
penyimpanan,

Sampel pada percobaaan ini yaitu Kelor (Moringa oleifera L.).


Tumbuhan ini memiliki khasiat sebagai obat antibakteri, infeksi
saluran urin, luka eksternal, anti hipersensitifitas, anti anemik,
diabetes, colitis, diare, disentri, dan rematik (Sofowora, 2005).
Kandungan kimianya yaitu gula sederhana, rhamnosa, dan senyawa
unik yaitu glukosinolat dan isotiotianat, serta mengandung senyawa
alkaloid, tanin, saponin, dan flavonoid (Bennot dan fahey, 2005).

Simplisia terbagi atas 3 golongan, yaitu simplisia nabati yang


merupakan simplisia berupa tanaman untuh, bagian tanaman,
eksudat tanaman atau golongan ketiganya, simplisia hewani adalah
simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zatt-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, dan
simplisia pelican atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelican
atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa bahan kimia murni.

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu agar mahasiswa mengetahui


cara pembuatan simplisia yang baik dan juga mengidentifikasi bahan
baku simplisia, mengetahui bagian tanaman yang dapat dijadikan
sebagai simplisia serta mengetahui manfaat tanaman yang dijadikan
sebagai obat yang digunakan sebagai salah satu sediaan farmasi.
IV.2.2 Pembahasan Percobaan II

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan satu atau beberapa zat


yang dapat larut dari suatu kumpulan atau kesatuannya yang tidak
bisa larut dengan bantuan bahan pelarut (Utami, 2006).

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi


dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut
dengan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat
aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang
terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga
terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di
dalam sel ( Sudjadi‚1988).

Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang


mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan
penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang seperti
benzoin, stiraks dan lilin ( Sudjadi‚1988).

Tujuan dari percobaan ini yaitu Mengetahui macam-macam metode


dari ekstraksi Serta Mengetahui cara melakukan ekstraksi dengan
menggunakan suatu pelarut.

Prinsip yang digunakan pada percobaan ini yaitu dengan


menimbang sampel simplisia tanaman kemudian melarutkannya
dengan pelarut etanol ke dalam toples dibungkus selama 3-5 hari
lalu di evaporator untuk mendapat ekstrak kental kemudian simpan
pada oven.
Ekstraksi daun Kelor (Moringa oleifera L.) dilakukan dengan
menggunakan metode ekstraksi maserasi. Metode ini digunakan
untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang
mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang
mudah mengembang. Yang Pertama dilakukan yaitu dengan
menimbang masing-masing simplisia kemudian di masukkan ke
dalam toples kaca lalu di masukkan pelarut etanol sebanyak 1500
ml, kemudian ditutup toples dengan lakban hitam dan diberikan
label serta kocok setiap 3-5 hari. Setelah pelarutnya sedikit
kemudian di evaporator sehingga diperoleh ektrak kental, lalu
dimasukkan kedalam toples kecil dan ditimbang ekstraknya setelah
itu di simpan dalam oven.

Keuntungan dari metode maserasi ini adalah peralatan yang


digunakan sederhana. Selain itu kerusakan pada komponen kimia
sangat minimal Sedang kerugiannya antara lain waktu yang
diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama‚ cairan penyari
yang digunakan lebih banyak‚ tidak dapat digunakan untuk bahan-
bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin‚ titraks dan
lilin (Sudjadi‚ 1988).

Hasil yang diperoleh dari ekstrak daun Kelor (Moringa oleifera L.)
yaitu‚ berat sampel simplisisa yang sebelum ekstraksi sebanyak
250 gram. Hasil ekstraksi kental deri hasil evaporator sebayak 15
gram.

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang farmasi dapat


mengetahui macam-macam metode ekstraksi serta dapat
mengetahui prinsip dari metode tersebut dan dapat mengetahui cara
melakukan ekstraksi yang nantinya dapat mempermudah dalam
penelitian dan dalam membuat suatu sediaan farmasi.
IV.2.3 Pembahasan Percobaan III

Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): solute


dipisahkan dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair.
Campuran diluen dan solven ini adalah heterogen ( immiscible,
tidak saling campur), jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase
diluen (rafinat) dan fase solven (ekstrak) (Mirwan, 2013).

Prinsip kerja partisi cair-cair adalah ekstraksi cair-cair dilakukan


dengan cara pemisahan komponen kimia diantara 2 fase pelarut
yang tidak saling bercampur. Dimana sebagian komponen larut
pada fase pertama, dan sebagian larut pada fase kedua. Lalu kedua
fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, dan didiamkan
sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbantuk dua lapisan.
Yakni fase cair dan komponen kimia yang terpisah. Penguapan
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih
pekat. Dan tujuan dilakukan penguapan adalah untuk
menghilangkan cairan penyari yang digunakan, agar tidak
mengganggu pada proses partisi. Disini berlaku prinsip
pemindahan massa dan tekanan parsiel merupakan tenaga
dorongnya.

Pada praktikum kali ini, pertama-tama disiapkan alat dan bahan,


alat yang digunakan yaitu corong pisah, gelas kimia, 3 buah wadah
(mangkok kaca), batang pengaduk, klem dan statif, dan cawan
porselin. Bahan yang digunakan yaitu ekstrak daun Kelor (Moringa
oleifera L.) sebanyak 3 gr, pelarut n-heksan, pelarut etil asetat, dan
pelarut aquadest. Alasan digunakan pelarut n-heksan adalah karena
n-heksan termasuk kedalam golongan senyawa non polar yang
berfungsi melarutkan senyawa non polar dari sampel dan etil
merupakan pelarut polar yang dapat melarutkan senyawa polar dari
sampel. Terlebih dahulu timbang wadah yang digunakan sebanyak
3 buah mangkok kaca, lalu catat beratnya, ini sebagai data untuk
mangkok kosong, diberi label dengan keterangan nama sampel,
berat mangkok, dan nama pelarutnya, kemudian timbang sampel
ekstrak sebanyak 3 gr menggunakan neraca analitik, ekstrak yang
telah ditimbang tadi lalu dilarutkan dengan aquadest. Siapkan
corong pisah, beri vaselin pada mulut corong dan keran corong
dibagian bawah agar memudahkan saat membuka ataupun memutar
keran corong. Masukkan sampel yang telah dilarutkan aquadest
tadi ke dalam corong, terlebih dahulu perhatikan posisi keran
corong, atur dalam posisi tertutup. Kemudian diambil pelarut n-
heksan sebanyak 30 ml menggunakan gelas ukur, masukkan ke
dalam corong pisah yang telah berisi sampel dan pelarut aquadest.
Kemudian dikocok corong pisah dengan gerakan cepat dan satu
arah selama kurang lebih 5 menit, fungsinya untuk mencampurkan
larutan aquadest dengan larutan n-heksan, dan sesekali membuka
keran corong pisah untuk mengeluarkan udara dari hasil
pengocokkan. Kemudian letakkan corong pisah pada klem dan
statif, diamkan beberapa menit sampai terjadi pemisahan pada
pelarut, terbentuk dua fase antara pelarut air dan pelarut n-heksan.
Dalam proses pemisahan ini, senyawa yang bersifat non polar akan
berada dalam fase atas, sedangkan senyawa yang bersifat polar
berada dalam fase bawah. Hal ini dikarenakan, terjadi perbedaan
berat jenis antara air dengan n-heksan. Setelah larutan terpisah,
ambil mangkok yang telah dilabel letakkan di bawah corong pisah,
putar keran corong hingga larutan sampel keluar perlahan-lahan.
Pisahkan kedua larutan. Ekstraksi pada pelarut n-heksan ini
dilakukan sebanyak 3 kali dengan volume pelarut sama yaitu 30
ml. Alasan dilakukan pengulangan yaitu agar ekstrak lebih banyak
terserap dalam pelarut. Setelah selesai dengan pelarut n-heksan,
dilanjutkan dengan menggunakan pelarut etil asetat, dengan
perlakuan yang sama pada pelarut n-heksan, dengan volume yang
sama pula yaitu 30 ml. Setelah selesai, pelarut yang telah
dipisahkan dalam masing-masing mangkok di tutup menggunakan
aluminium foil dan beri lubang-lubang kecil diatasnya, alasannya
agar pelarut dapat menguap namun tidak dalam waktu singkat.

Hasil ekstraksi yang diperoleh pada percobaan ini yaitu pada fraksi
n-heksan, hasil ekstraksi yang diperoleh sebanyak 1,8 gram,
persentase ekstrak n-heksan 1,8%, pada fraksi etil asetat, diperoleh
hasil ekstaksi sebanyak 0,43 gram dengan persentase ekstrak etil
asetat 14,33%, dan pada fraksi air, hasil ekstraksi yang diperoleh
sebanyak 2,07 gram dengan persentase ekstrak air 25,67%.

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu mahasiswa farmasi dapat


mengetahui bangaimana cara ekstraksi dengan menggunakan
metode ekstraksi cair-cair, serta mengetahui pelarut apa saja yang
dapat digunakan dalam ekstraksi cair-cair.
IV.2.4 Pembahasan Percobaan IV

Identifikasi kandungan kimia adalah suatu metode untuk


mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan mencari
secara kualitatif adanya senyawa seperti tannin, saponin, flavonoid,
alkaloid serta kandungan kimia lainnya. (Muttaqin, 2010)

Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan


kromatografi tipis (KLT) dengan plat KLT yang sudah siap pakai
(Lenny, 2006).

Skrining fitokimia merupakan cara untuk mengidentifikasi bioaktif


yang belum tampak melalui suatu tes atau pmeriksaan yang dapat
dengan cepat memisahkan antara bahan alam yang memiliki
kandungan fitokimia tertentu dengan bahan alam yang tidak
memiliki kandungan fitokimia tertentu (Kristianti, 2008).

Tujuan pada percobaan kali ini adalah untuk mengetahui cara


pengidentifikasian noda atau bercak dengan menggunakan metode
Krmatografi Lapis Tipis (KLT) dengan menentukan Rf masing
masing noda, memahami kandungan kimia pada simplisia dan
memahami cara mengidentifikasi kandungan senyawa aktif
alkaloid, saponin, flavonoid dan tanin yang terdapat pada simplisia.

Prinsip kerja KLT adalah didasarkan adsorbsi dan partisi, dimana


sampel akan berpisah berdasarkan perbedaan kepolaran antara
sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya
menggunakan fase diam dan bentuk plat silika dan fase geraknya
disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Semakin
dekat kepolaran antara sampel dengan efek maka sampel akan
semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.
Prinsip pemisahan noda adalah berdasarkan kepolarannya sehingga
menghasilkan kecepatan yang berbeda-beda saat pertisi dan
terjadilah pemisahan. Untuk memisahkan noda dengan sebaik-
baiknya maka digunakan kombinasi elven nonpolar dengan polar.
Apabila noda yang diperoleh kecepatannya dapat dikurangi dengan
mengurangi kepolaran.

Percobaan kali ini dilakukan dengan menyiapkan alat dan bahan,


diambil 3 botol vial kemudian diekstraksi yang digunakan
secukupnya. Kemudian dilarutkan etil asetat 1 ml dan n-heksana 1
ml ditotol masing-masing sampel diatas plat KLT menggunakan
pipa kapiler. Setelah itu kertas dimasukkan kedalam chamber yang
berisi larutan etil asetat dan n-heksana, di diamkan sampai
terbasahi semua plat KLT. Kemudian keluarkan lalu masing
masing sampel digunting. Kemudian diamati didalam alat KLT
dengan pengamatan dibawah lampu UV 256 nm yang
menghasilkan nyala hijau dan dibawah lampu UV 366 nm yang
menghasilkan nyala biru.

Hasil yang didapat pada percobaan KLT yaitu dari masing-masing


ekstrak sampel dengan jarak eluen 7 cm. pada pelarut n-heksan non
polar didapatkan hasil noda 1 yaitu 0,3 cm, pada noda 2 yaitu 0,7
cm, pada pelarut etil asetat non polar, didapatkan pada noda 1 yaitu
0,018 cm, pada noda 2 yaitu 0,47 cm, dan pada pelarut etil asetat
polar didapatkan pada nida 1 yaitu 0,3 cm.

Pemilihan sinar UV yang digunakan yaitu UV 254 nm dan UV 366


nm, karena kedua UV ini telah mampu mewakili dua jenis UV
dekat dimana UV panjang diwakilkan dengan UV 366 nm dan UV
pendek diwakili oleh UV 254 nm. Pada UV 254 nm, lempeng akan
berflukulasi sedangkan tampak berwarna gelap. Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya interaksi antar sinar
UV dengan indikator yang terdapat pada plat.

Penambahan H2SO4 dikarenakan asam sulfat ini bersifat reduktor


yang dapat memutuskan ikatan rangkap sehingga panjang
gelombangnya bertambah dan warna noda dapat dilihat pada
cahaya tampak.

Pada percobaan ini dilakukan pengujian senyawa kimia di dalam


sampel Kelor (Moringa oleifera L.) yaitu senyawa alkaloid dengan
pengujian positif menunjukkan larutan berwarna merah, orange
dan kuning. Identifikassi saponin dengan perubahan terjadi buih
yang mantap selama 5 menit. Identifikasi flavonoid menunjukkan
warna merah kuat/ungu dan identifikasi tanin menghasilkan warna
hijau kehitaman jika terhidrolisa dan berwarna hijau kecoklatan
jika terkondensasi.

Pada identifikasi alkaloid dengan menambahkan aquadest 5 ml


pada ekstrak kental dalam tabung reaksi, setelah itu ditambahkan 3-
5 tetes pereaksi dragendorf sehingga membentuk warna jingga dan
hasil ini menunjukkan daun Kelor (Moringa oleifera L.)
mengandung alkaloid. Pada identifikasi saponin dilakukan
penambahan aquadest panas pada ekstrak kental dalam tabung
reaksi, kemudian dikocok selama 10 menit dan didiamkan selama 5
menit sehingga terbentuk buih. Hasil yang didapatkan yaitu sampel
positif mengandung saponin. Pada identifikasi flavonoid dilakukan
penambahan aquadest 5 ml pada ekstrak kental dalam tabung
reaksi, ditambahkan 1 ml HCl pekat dan serbuk Mg secukupnya.
Hasil yang didapatkan yaitu berwarna orange-merah, hal ini
menunjukkan sampel positif mengandung flavonoid. Pada
identifikasi tanin dilakukan penambahan 5 ml aquadest pada
ekstrak kental dalam tabung reaksi, ditambahkan 3-5 tetes FeCl3.
Hasil yang didapatkan yaitu berwarna hijau kecoklatan, hal ini
menunjukkan positif mengandung tanin.

Adapun alasan penambahan pereaksi dragondorf pada uji alkaloid


adalah untuk membuktikan adanya senyawa alkaloid. Pada uji
saponin penambahan aquadest panas bertujuan untuk melarutkan
senyawa aktif pada simplisia. Pada uji flavonoid penambahan
serbuk Mg dan HCl pekat bertujuan untuk memutus ikatan
glikosida sehingga flavonoid dapat diidentifikasi, yang mana
serbuk Mg dan HCl pekat merupkan reaksi oksidasi sehingga pada
saat yang sama terjadi reaksi reduksi pada ikatan glikosida. Pada
uji tanin penambahan FeCl3 bertujuan sebagai pereaksi yang
menunjukkan adanya tanin pada sampel.

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu agar mahasiswa farmasi dapat


mengetahui senyawa yang terkadung dalam suatu sampel sehingga
dapat dijadikan sebagai senyawa obat.
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

V.1.1 Percobaan 1

Pembuatan simplisia yang baik dilakukan dengan cara:


 Pemilihan bahan baku
 Sortasi basah
 Pencucian
 Pengubah bentuk (perajangan)
 Pengeringan
 Sortasi kering
 Penyimpanan
 Diberi etiket simplisia

V.1.2 Percobaan 2

1. Metode ektraksi terbagi atas 5 macam, yaitu ekstraksi perkolasi,


ekstraksi maserasi, ekstraksirefluks, ekstraksi soxhletasi, dan
ekstraksi cair-cair
2. Sampel simplisia daun Kelor (Moringa oleifera L.) diekstraksi
dengan metode maserasi, sehingga mendapatkan hasil ekstrak
yang kental.

V.1.3 Pecobaan 3

Ekstraksi cair-cair dilakukan dengan cara pemisahan komponen


kimia diantara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur, hasil
yang didapatkan yaitu terbentuknya hasil ekstraksi dari fraksi n-
heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air
V.1.4 Percobaaan 4

1. Kandungan senyawa kimia pada simplisia daun Kelor (Moringa


oleifera L.) yaitu terdapat senyawa saponin, flavonoid, dan
tannin, dan alkaloid di dalamnya.
3. Pada uji identifikasi dengan menggunakan metode KLT,
ditunjukkan dengan adanya noda yang terlihat pada plat KLT,
sedangkan pada uji idendifikasi alkaloid ditandai dengan
perubahan warna menjadi merah/orange/kuning, pada uji
saponin ditandai dengan terbentuknya buih, pada uji flavonoid
ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi merah
kuat/ungu. Dan pada uji tanin ditandai dengan larutan menjadi
hijau kecoklatan.

V.2 Saran

Diharapkan pada saat pelaksanaan praktikum, praktikan dapat


mendengarkan dengan baik arahan dari asisten agar praktikan tidak ribut
dan kacau. Praktikan juga diharapakan tidak bermain-main pada saat
praktikum berlangsung agar praktikum dapat berjalan dengan baik dan
efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III,


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV,


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Tobo, F., Mufidah., dkk, (2001). Buku Pegangan Laboratorium Fotokimia.


UNHAS. Makassar.

Svehla. (1985). Analisis Kuantitatif Anorganik Makro dan Semi Mikro. Kalman
Media Pustaka. Jakarta.

Gembong., Tjitrosoepomo. (2009). Morfologi Tumbuhan. UGM Press.


Yogyakarta.

Putjaatmaka, A., Hadyana. (2002). Kamus Kimia. Balai Pustaka. Jakarta.

Yuliani, S., Satuhu., Suyanti. (2012). Panduan Lengkap Minyak Atsiri. Penebar
Swadaya. Bogor.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Penerbit


CV Alfabeta. Bandung.

Adrian., Peyne. (2000). Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan


Obat. Pusat Penelitian. Universitas Negeri Andalas. Padang.

Sofowora, A., Benjamin, T, V., Inya-agha, S, I., Oguntimein. (1987).

Shinaya, H, 2007, The Miracle Of Enzim, Genika, Jakarta.

Utami, T, 2009, Tanaman Obat Untuk Mengatasi Diabetes Mellitus, Ilmu Karya,
Jakarta.

www.plantamor.com

Anda mungkin juga menyukai