Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERSPEKTIF KOMUNIKASI
Ditujukan untuk memenuhui salah satu tugas matakuliah Komunikasi
Dosen Shantrya Dhelly Susanty, S.St, M.Kes

Disusun oleh :
1. Silvira Putri Rahayu
2. Siti Fatimah
3. Danni Hardianto
4. Rizki Afdila
5. Fitri Hayati Agoes
6. Susi Sebrina
7. Popy Eldisa
8. Sherly Rahmadhani

STIKES FORT DE KOCK BUKITTINGGI


Jl. Soekarno Hatta No.11, Manggis Ganting, Mandiangin Koto Selayan, Kota Bukittinggi

Sumatera Barat 26117

Tlp. (0752) 628654


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
mengenai Komunikasi Kesehatan ini sesuai dengan berbagai sumber informasi
dan literatur yang sudah dikembangkan. Dan juga kami berterimakasih kepada
Ibuk Shantrya Dhelly Susanty, S.St, M.Kes selaku Dosen mata kuliah
Komunikasi yang telah memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Perspektif Komunikasi.
kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Bukittinggi, Februari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Pengertian Perspektif Komunikasi ............................................................... 3
B. Perspektif Ilmu Komunikasi ........................................................................ 4
C. Syarat Komunikasi Efektif ......................................................................... 11
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 18
A. Kesimpulan ................................................................................................ 13
B. Saran ........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Mengetahui definisi komunikasi, dengan contoh kasusnya yang
sederhana dalam pemahamannya merupakan komunikasi dalam proses
pertumbuhannya merupakan studi retorika dan jurnalistik yang banyak
berkaitan dengan pembentukan pendapat umum (opini public), dimana
isu-isu filsafat dalam ontology, epistemology dan aksiologi dalam
pengembangan ilmu komunikasi menjadi hal yang penting.
Komunikasi sebagai ilmu yang dapat diterapkan dalam hidup
bermasyarakat, komunikasi telah lama menarik perhatian para ilmuwan
dari luar bidang komunikasi sendiri, dalam peran penting dan fundamental
serta kompleks dalam kehidupan manusia dan lingkungan/dunia nya.
Adanya lima genre teori berkaitan dengan fokus teori dan
berkorelasi dengan epistemologi dan ontology yang disebabkan bagaimana
teoritisi memandang pengetahuan, pengaruhnya terhadap perspektif
teori.dalam ilmu komunikasi dan contoh masing-masing dapat disebutkan
dalam pembahasan.
Empat paradigma yang dikenal dalam ilmu komunikasi yaitu :
positivist, postpositivist, teori kritis dan konstruksivisme. Dapat dijelaksan
keempat perspektif secara komprehensif dan contoh masing-masing
dalam pembahasan tulisan ini pun dijelaskan untuk dapat mengetahui
korelasinya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah itu perspektif komunikasi?
2. Bagaimana perspektif dalam ilmu komunikasi?
3. Apa saja syarat komunikasi itu efektif ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang perspektif komunikasi ?
2. Untuk mengetahui perspektif dalam ilmu komunikasi ?
3. Untuk mengetahui syarat komunikasi efektif ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN PERSPEKTIF KOMUNIKASI


a. Perspektif
Perspektif merupakan sudut pandang atau cara pandang kita terhadap
sesuatu. Cara memandang yang kita gunakan dalam mengamati
kenyataan untuk menentukan pengetahuan yang kita peroleh. Perspektif
berdasarkan pada konteks komunikasi menekankan bahwa manusia
aktif memilih dan mengubah aturan – aturan yang menyangkut
kehidupannya. Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik
individu – individu yang berinteraksi harus menggunakan aturan –
aturan dalam menggunakan lambang – lambang. Bukan hanya aturan
mengenai lambang itu sendiri, tetapi juga harus ada aturan atau
kesepakatan dalam hal berbicara, bagaimana bersikap sopan santun atau
sebaliknya, bagaiaman harus menyapa dan sebagainya, agar tidak
memiliki konflik atau kekacauan. Perspektif ini memiliki 2 ciri utama :
1) Aturan pada dasarnya merefleksikan fungsi perilaku dan kognitif
yang kommpleks dari kehidupan manusia.
2) Aturan menunjukkan sifat dari keberaturan yang berbeda dari
keberaturan sebab akibat.
b. Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau


Communis yang berartisamaataumenjadikan milik bersama. Kalau kita
berkomunikasi dengan orang lain, berartikita berusaha agar apa yang
disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya.
Beberapa definisi komunikasi adalah:
1) Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung
arti/makna yang perlu dipahami bersama oleh pihak yang terlibat dalam
kegiatan komunikasi(Astrid).

3
2) Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan
atau informasi tentang pikiran atau perasaan (Roben.J.G).
3) Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari
satu orang ke orang lain (Davis, 1981).
4) Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan
orang lain (Schram,W)
5) Komunikasi adalah penyampaian dan memahami pesan dari satu orang
kepada orang lain, komunikasi merupakan proses sosial (Modul PRT,
Lembaga Administrasi).
6) Komunikasi (communicare, latin) artinya berbicara atau menyampaikan
pesan, informasi, pikiran, perasaan yang dilakukan seseorang kepada
yang lain dengan mengharapkan jawaban, tanggapan, dari orang lain
(Hohenberg : 1978).

Maka Pengertian dari Perspektif Ilmu Komunikasi yaitu Cara kita


memandang atau pendekatan yang kita gunakan dalam mengamati kenyataan akan
menentukan pengetahuan yang kita peroleh suatu peristiwa komunikasi akan
menghasilkan perbedaan yang besar dalam jawaban dan makna yang kita deduksi.

2. PERSPEKTIF ILMU KOMUNIKASI


Terdapat beberapa perspektif ilmu komunikasi yang bisa kita pelajari.
Berikut beberapa perspektik komunikasi :
a. Perspektif Mekanistis
Perspektif mekanis menekankan pada unsur saluran fisik komunikasi,
penyampaian dan penerimaan arus pesan di antara sumber atau para
penerimanya. Mekanisme merupakan perspektif yang paling sering dianut
oleh para ahli yang minat utamanya bukan pada komunikasi manusia,
misalnya para ahli psikologi sosial, antropologi, spesialis dalam manajemen
perusahaan dan sejenisnya. Namun begitu, jejak perspektif mekanistis
merasuki sejumlah besar penelitian komunikasi.

4
Karena perspektif memfokuskan perhatiannya pada saluran, maka
pengkajian dan penyusunan komunikasi pun berfokus pada saluran sebagai
tempat untuk mencari fenomena komunikatif. Sekali pemikiran diarahkan
kepada fungsi yang dilaksankan pada saluran dan kepada apa yang terjadi
selama penyampaian atau penerimaan pesan, maka berbagai implikasi untuk
komunikasi menjadi menonjol.

Model perspektif mekanistis komunikasi manusia.

Saluran merupakan tempat untuk menyampaikan pesan dari


komunikator kepada komunikan secara kontinu atau terus-menerus,
tanpa adanya saluran maka komponen- komponen komunikasi lainnya
akan terkatung- katung secara koseptual dalam ruangan. Karena
secara jelas perspektif mekanistis menempatkan komunikasi bulat- bulat
pada saluran.

Karena terlalu memfokuskan kepada saluran, maka timbul


hambatan dan kegagalan dalam komunikasi. Hambatan tersebut lebih
banyak dilihat sebagai hambatan psikologis yang terdapat dalam kemampuan
kognitif dan afektif Individual dalam menyandi dan mengalih sandi pesan.
Encoding merupakan proses pentransformasian pesan dari satu bentuk ke
bentuk yang lain pada saat penyampaian. Sedangkan pengalihan sandi
atau decoding merupakan proses pentransformasian pesan dari satu bentuk
ke bentuk yang lain pada saat penerimaan atau di titik tujuan. Jika
komunikatornya lebih dari dua, maka memerlukan penjaga gerbang
atau disebut gate keeping . Penjaga gerbang berfungsi menerima
informasi dari suatu sumber dan merelai informasi tersebut kepada
seorang penerima.

b. Perspektif Psikologi

Perspektif komunikasi ini menganggap bahwa manusia berada dalam


suatu medan stimulus, yang secara bebas disebut sebagai suatu lingkungan
informasi. Di sekeliling setiap orang terdapat stimulus yang hampir tidak

5
terbatas jumlahnya, semuanya dapat diproses melalui organ-organ indra
penerima, yaitu penglihaan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan rasa.
Semua stimulus ini bersaing untuk diterima karena banyaknya sehingga
jumlahnya melebihi kapasitas manusia untuk menerima dan mengolahnya.

Model perspektif psikologi komuniksi manusia.

Pertama- tama, perspektif ini menganggap bahwa manusia berada


dalam suatu medan stimulus, yang secara bebas disebut sebagai suatu
lingkungan informasi. Dalam model psikologis manusia ditandai
sebagai makhluk yang memiliki fungsi ganda menghasilkan dan
menerima stimuli- jadi manusia adalah seorang komunikator/ penfsir stimuli
informasional. Psikologis komunikasi memiliki model yang berbeda dari
model psikologis yang menjelaskan semua perilaku dalam kerangka asumsi
bahwa semua manusia dalam medan stimulus menghasilkan sejumlah besar
stimulus yang ditangkap oleh orang lain. Karena itu, sampai batas- batas
tertentu, tiap komunikator telah terorientasi secara psikologis kepada yang lain.

Filter konseptual merupkan suatu “kata petunjuk”, yang ditujuan untuk


mencakup semua konstruk yang beragam yang telah dipakai untuk
melukiskan secara teoritis kegiatan internal dalam diri manusia. Filter
konseptual juga berfungsi untuk membantu proses penyandian, apabila proses
penyandian kurang ditangkap dengan baik. Salah satu hambatan perspektif
psikologi, yaitu kecenderungan mendehumanisasikan manusia dan pada
akhirnya membuat mereka tidak berdaya terhadap lingkungan mereka sendiri.
Penggambaran tentang perspektif psikologis tidaklah merupakan
perspektif yang menyatu secara manunggal dalam pengkajian komunikasi.
Sebaliknya, dalam kerangka perspektif ini terdapat pendekatan metodologis,
konsep yang dipakai, serta definisi operasional yang digunakan, yang amat
beranekaragam. Sampai pada tingkat tertentu, ketidaksamaan ini
mencerminkan sebagian besar kekalutan yang terdapat di dalam
disiplin psikologi.

6
Sudah tentu, penekanan pada filter konseptual yang berupa
black box (seperti: sikap, persepsi, keyakinan, dan keinginan) telah
mempercepat timbulnya arah yang berlainan.

c. Perspektif Interaksional

Perspektif interaksional menunjukkan pandangan komunikasi manusia


yang telah berkembang secara tidak langsung dari cabang sosiologi yang
dikenal sebagai interaksi simbolis. Interaksi simbolis secara relatif merupakan
pendatang baru dalam studi komunikasi manusia, berawaldari abad ke-19 yang
lalu. Dari semua perspektif yang telah diterapkan pada studi komunikasi
manusia, barangkali yang paling bersifat “manusiawi”, adalah yang beraliran
interaksionisme simbolis. Perspektif interaksional menonjolkan keagungan dan
nilai individu di atas nilai pengaruh lainnya. Perspektif komunikasi ini
memungkinkan individu untuk melihat dirinya sendiri sebagaimana orang-
orang lain melihat padanya.

Model perspektif interaksional komunikasi manusia.

Komunikator interaksional merupakan penggabungan yang


kompleks dari individualisme sosial, yakni seorang individu yang
mengembangkan potensi kemanusiawiannya melalui interaksi sosial.
Implikasi yang paling penting dari perspektif interaksional bagi studi
komunikasi manusia adalah adanya penyempurnaan pemberian penekanan
pada metodologi penelitian. Implikasinya yang pertama mencakup pemahaman
yang disempurnakan tentang peran yang akan dijalankan oleh peneliti.

Dari pada hanya digambarkan sebagai seorang pengamat yang sifatnya


berat sebelah, dan tidak tertarik atas fenomena empiris, penelitian
interaksional menjalankan peranannya sebagai seorang pengamat-
partisipan dalam pelaksanan penelitiannya. Dari sudut pandang mereka,
peneliti mengoperasionalkan konsep dan menjalankan observasi empirisnya.
Akan tetapi, validasi konsep penelitiannya bergeser dari kriteria eksternal ke
sudut pandangan para subjek penelitian itu sendiri. Perspektif interaksional

7
dengan jelas merupakan sumber yang menarik perhatian orang dalam
pengertian bahwa ia berada dalam tahap perkembangan yang kontinu. Dalam
artian sebagai “revolusi yang belum tuntas”, setiap penemuan penelitian secara
relative bersifat baru dan mengarah ke banyak arah yang baru.

d. Perspektif Pragmatisme

Perpekstif pragmatis menyajikan alternatif paradigma yang sangat


berbeda dengan tiga perspektif sebelumnya. Komponen-komponen khas dalam
perspektif pragmatis dimulai dengan prilaku orang-orang yang terlibat dalam
komunikasi. Karena itu satuan komunikasi yang paling mendasar adalah tindak
perilaku atau tindak yang dijalankan secara verbal atau nonverbal oleh seorang
peserta dalam peristiwa komunikatif. Tindakan kemudian dikategorikan dalam
fungsi yang dilaksanakan dalam komunikasi.

Tidak tertentu harus mendahului tindakan, dan suatu tindakan menyusul


tindakan lain. Karena itu satuan analisis yang lebih penting dari sistem
komunikasi bukanlah tindakan tetapi interaksi atau interaksi ganda. Sepanjang
waktu pola interaksi dapat dipengaruhi oleh perubahan. Sistem komunikasi
dapat mengubah pola interaksi yang khas dan perubahan itu secara empiris
dapat diketahui melalui pencatatan perubahan dalam pola yang redundan dari
interaksi ganda.

Implikasi perspektif lebih luas dan lebih jauh liputannya dalam


perbedaannya dari kebijakan konvensional yang mengitari komunikasi
manusia. Implikasi- implikasi tersebut yakni:

1) Ekternalisasi, karena komunikasi memusatkan perhatiannya pada


perilaku, maka ungkapan klise yang dihubungkan dengan komunikasi
mulai menerima makna baru.

2) Probabilitas stokatis, umumnya analisa data penelitian dalam ilmu-


ilmu sosial mempergunakan statistika inferensial, dan desain-
desain eksperiental. Sifat perspektif pragmatis menimbulkan
masalah bagi para ahli yang hanya terlatih dalam methode

8
penelitian yang tradisional. Prinsip ekuifinalitas, yang menandai sistem
terbuka, tidak menyisihkan sama sekali metode eksperimental, tetapi ia
hanya mengurangi arti pentingnya saja.

3) Analisis kualitatif, perspektif pragmatis mengandung arti bahwa


inferensi kausal menjadi kurang penting dalam memahami proses
komunikasi manusia, jika tidak mau dikatakan tidak sesuai. Yang lebih
penting dan relevan adalah masalah- masalah kualitatif yang mengenai
karakterisasi system komunikasi. Bagian ini akan berusaha
menggambarkan secara garis- besar beberapa masalah kualitatif
yang paling penting bagi studi komunikasi sekarang.

4) Kompleksitas konsep waktu, di dalam kerangka perspektif pragmatis,


waktu menjadi makin lebih kompleks dan makin lebih merupakan
bagian yang integral dari komunikasi manusia.

5) Komunikasi interpersonal massa, dalam bidang yang beranekaragam


seperti komunikasi manusia, penerapan perspektif pragmatis bertindak
sebagai kerangka untuk mempersatukan berbagai pendekatan
komunikasi yang berlainan.

Untuk mengkonseptualisasikan komunikasi dari perspektif


pragmatis sama saja dengan memperbaharui secara drastic pola
pikiran yang semula tentang komunikasi. Akan tetapi untuk
mengkonseptualisasikan komunikasi sebagai suatu tindakan “partisipasi”
atau “memasuki” suatu sistem komunikasi ataupun hubungan
memerlukan “goncangan” pada cara berpikir kita yang tradisional.
Walaupun demikian, kemampuan untuk mengenal cara kita berpikir dan
menggunakan berbagai perspektif merupakan suatu tanda seorang
yang terpelajar, dan kemampuan untuk mengkonseptualisasikan,
termasuk kemampuan untuk merekonseptualisasikan adalah isyarat
adanya pemahaman yang meningkat.

9
e. Perspektif Ekologis

Perspektif ekologis atau kontekstual tentang komunikasi manusia


konsisten dengan definisi komunikasi sebagai proses adaptasi organisme
kepada lingkungan. Perspektif ini tampak nyata dalam studi-studi tentang
ekolodi kelompok yang menghipotesiskan bahwa unsur-unsur kontektual
memngaruhi interaksi kelompok. Studi-studi seperti itu berasumsi bahwa
interaksi akan dimaksimalkan dengan jalan melintas sudut sebuah meja bahwa
para pemimpin cenderung untuk memilih tempat duduk pada bagian utama
suatu meja persegi empat, bahwa desain dan dekorasi ruang memngaruhi
prosese komunikasi

f. Perspektif Dramatisme

Model ini menempatkan individu dan perilaku sosial dalam analogi


dramatis yang menandai actor sosial pada “panggung kehidupan” yang
sebenarnya. Seorang ahlli drama, Erving Goffman memandang perilaku
ekspresif sebagai sesuatu penyajian diri ke hadapan masyarakat dalam upaya
untuk menonjolkan “peran atau watak” sebagai diri yang dimanipulasi.
Perilaku yang bukan untuk umum berada “di belakang layar” dan amat berbeda
dari yang disajikan untuk umum. Tokoh utama dramatisme, Kenneth Burke
memandang perilaku sosial sebagai interaksi atau rasio anatara lima unsur
yakni :

1) Lakon
2) Adegan
3) Agent
4) Agency
5) Tujuan atau penggunaan strategis simbolis memanipulasi bahasa

g. Perpektif Aliran McLuhan (McLuhanisme)

McLuhan telah membahas secara inovatif tentang efek terseluubung


dan implikasi media massa pada masyarakat kita. Pada tingkat masyarakat ia

10
memvisualisasikan teknologi komunikasi yang baru sebagai perpanjangan dari
kelima indra kita. Meskipun diluarnya tidak bersifat manipulative, media
massa elektronik dikategorikan sebagai peranggang citra dan pencipta citra
yang subliminal.

h. Perspektif Model Keseimbangan

Model semacam ini mencakup antara lain kognitif disonansi, kongruity,


equity, konsistensi dan simentri. Meskipun tamapak perbedaan dalam model-
model ini, secara filosofis model-model ini sama dalam hal bahwa
dikarakterisasikan oleh suatu asumsi system tertutup dari suatu prinsip
keseimbangan, yakni konsep tentang adanya perangkat kekuatan yangsaling
bertentangan yang menciptakan keresahan sebara psikoligis apabila mereka
dalam suatu keadaan tidak seimbangan.

3. SYARAT KOMUNIKASI EFEKTIF

1.Kontak Mata
Hal pertama yang dilakukan seorang pembicara yang baik adalah
menataplawan bicara dan mengambil jeda untuk memulai sebuah
pembicaraan. Inimerupakan salah satu cara yang membantu untuk
menciptakan kesan baik pada lawan bicara. Usahakan mempertahankan
kontak mata sepanjang pembicaraan, agar lawan bicara anda tak merasa
diabaikan.

2.Ekspresi Wajah
Wajah merupakan cermin kepribadian individual. Ekspresi
wajahmengungkapkan pikiran yang sedang melintas pada diri
seseorang.Sebagai contoh: sebuah senyum mengungkap keramah-tamahan
dan kasih-sayang, mengangkat alis mata menunjukan ekpresi heran,
mengernyitkandahi menyampaikan ketakutan dan kegelisahan. Semua

11
emosi dan berbagai macam tingkah manusia diekspresikan dalam emosi
yang berbeda yang tergambar di wajah.Jadi saat melakukan
komunikasitunjukan ekspresi bahwa anda tertarik dengan bahan
pembicaraan.

3. Postur Tubuh.
Setiap gerak-gerik tubuh saat berbicara mesti dikoordinasikan
dengankekuatan meyakinkan dari anda. Mereka bisa jadi semacam
tambahanuntuk cara efektif yang dapat ditangkap secara visual daripada
secaraverbal. Sebagai contoh: menundukan kepala menunjukkan
penyelesaian pernyataan, mengangkat kepala menunjukkan akhir
pertanyaan, terlalusering menggerakan bagian tubuh mengungkapkan
sedang bergegas ataukebingungan. Untuk itu perhatikan gerak-gerik anda
saat melakukankomunikasi dengan lawan bicara.

4. Selera Berbusana
.Busana memiliki tugas penting dalam menimbulkan kesan. Orang
yang berbusana sesuai dengan struktur tubuh mereka nampak lebih
menarik.Penampilan fisik seseorang dan busana yang dikenakan membuat
dampak pasti pada proses komunikasi. Kita semua berbusana dan mungkin
banyak diantara kita tak terlalu memperhatikan, namun hal kecil ini
memiliki peran untuk sebuah efektif. Jika kita memperhatikan bagaimana
cara berbusana, hal itu akan memperbaiki kemampun komunikasi kita.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sesuai pengertian dan model komunikasi, komunikasi dapat dilihat dari


berbagai dimensi yakni sebagai berikut : Komunikasi sebagai proses,
Komunikasi sebagai simbolik, Komunikasi sebagai sistem, Komunikasi
sebagai aksi, komunikasi sebagai aktifitas sosial, Komunikasi
sebagai multidimensional.
Perspektif ilmu komunikasi : Perspektif mekanistis, Perspektif
psikologis, Perspektif interaksional, Perspektif pragmatis, Perspektif lain.
Diantara keempat perspektif diatas, terdapat beberapa perspektif lainnya yang
dianggap kecil dan kurang menyebar, yaitu: Perspektif ekologis, Perspektif
dramatisme, Aliran mcluhan atau mcluhanisme, Teori atau model
keseimbangan.

B. Saran
Penggunaan perspektif mewajibkan kita untuk toleran pada perbedaan
cara pandang, juga arif dalam mebggunakan berbagai metode. Singkatnya
memilih suatu perspektif sama artinya dengan memilih mengerjakan hal - hal
menurut suatu cara pandang tertentu, tidak menurut satu cara yang lain,
perspektif yang kita pilih itu terkandung keuntungan dan keterbatasan, akan
tetapi kita tidak memiliki hak untuk mengingkari nilai dan untuk
mempermasalahkan validitas perspektif lain.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Anees, 2009, Filsafat Ilmu Komunikasi,


Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Mufid, Muhammad, 2009, Etika dan Filsafat Komunikasi, Jakarta : Kencana.
Mulyana, Dedy, 2007, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung, : PT
Remaja Rosdakarya.
Wiryanto, 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : PT Grasindo Anggota
Ikapi.

14

Anda mungkin juga menyukai