Anda di halaman 1dari 11

DOKTER, PASIEN DAN MALPRAKTIK

Wahyu Wiriadinata*

Balai Pendidikan dan Latihan Kejaksaan Agung RI


Jalan Harsono, Ragunan, Jakarta Selatan, D.K.I. Jakarta, 12550

Abstract
The purpose of this paper is to answer the questions and problems that give a rise to disputes between
physicians and their patient and the liabilities of physicians to their patients in case a malpractice. The
research method used was a juridical-normative approach, by studying applicable legislations, both con-
tained in laws themselves and in legal references/books. The result in a juridical aspect was written in a
descriptive-analytical form. The conclusion of this paper is: that disputes have occurred due to malprac-
tices that the physicians committed to their patients, and that physicians’ liability involved criminal, pri-
vate, and administrative aspects.
Keywords: physician, patient, malpractice, liability.

Intisari
Tulisan ini, bertujuan untuk menjawab pertanyaan dan masalah penyebab perselisihan antara dokter den-
gan pasien dan pertanggungjawaban dokter terhadap pasien dalam hal terjadi malpraktik. Metode penulisan
yang digunakan yaitu pendekatan yuridis normatif, dengan mempelajari peraturan perundang-undangan,
baik yang ada dalam undang-undang itu sendiri maupun yang ada dalam literatur/buku ilmu pengetahuan
hukum. Hasilnya berupa aspek yuridis dituangkan dalam bentuk deskriptif analitis. Adapun kesimpulan
dari tulisan ini adalah: Perselisihan terjadi akibat dari malpraktik dokter terhadap pasien dan pertanggung-
jawaban dokter meliputi pidana, perdata dan etik.
Kata Kunci: dokter, pasien, malpraktik, pertanggungjawaban.

Pokok Muatan

A. Pendahuluan..................................................................................................................................... 44
B. Pembahasan...................................................................................................................................... 44
1. Penyebab Perselisihan Pasien dan Dokter.................................................................................. 44
2. Pertanggungjawaban Dokter terhadap Pasien Dalam Hal Malpraktik........................................ 49
C. Penutup.............................................................................................................................................. 52

*
Alamat korespondensi: wahyuwiriadinata@yahoo.co.id
44 MIMBAR HUKUM Volume 26, Nomor 1, Februari 2014, Halaman 43-53

Memperoleh pelayanan kesehatan adalah


A. Pendahuluan hak asasi setiap manusia yang tanggungjawab
Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur pelaksanaannya ada pada pemerintah. Pemerintah
yang harus diperhatikan, yaitu unsur kepastian hu- menyadari rakyat yang sehat merupakan aset dan
kum, kemanfaatan, dan keadilan. Dengan adanya tujuan utama dalam mencapai masyarakat adil
kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. makmur. Oleh karenanya pemerintah berkewajiban
Masyarakat juga mengharapkan manfaat yang da- menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata
pat diperoleh dari ditegakkannya hukum itu. Dalam dan terjangkau oleh masyarakat, membiayai pela-
pelaksanaan penegakan hukum masyarakat meng- yanan kesehatan yang bersifat public goods seperti
harapkan juga agar hukum bisa memberikan keadi- imunisasi, pemberantasan penyakit menular, dan
lan bagi kepentingan mereka.1 Kemanfaatan dalam kewajiban membiayai pelayanan kesehatan orang
penegakan hukum salah satunya dimaksud untuk miskin dan usia lanjut. Pada dasarnya perubahan
pembangunan masyarakat, termasuk di dalamnya hubungan antara dokter dan pasien sejalan pula
pembangunan kesehatan masyarakat. dengan perkembangan ilmu dan teknologi, baik di
Pembangunan kesehatan masyarakat diarah- bidang hukum maupun ilmu kedokteran sendiri,
kan untuk meningkatkan derajat kesehatan, sangat dan juga disebabkan oleh bertumbuhnya kesadaran
besar artinya bagi pembangunan dan pembinaan hukum masyarakat khususnya Indonesia, sebagai
sumber daya manusia Indonesia dan juga sebagai salah satu hasil pembangunan.
modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional Perubahan karakteristik masyarakat dan dok-
yang pada hakikatnya adalah pembangunan manu- ter sebagai pemberi jasa, dan perubahan masyarakat
sia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh sebagai pengguna jasa kedokteran tersebut, bila
masyarakat Indonesia. Ini merupakan usaha dalam tidak didukung oleh peningkatan komunikasi antara
rangka mengemban amanah sebagaimana termuat dokter dan pasien dapat menimbulkan ketidakpua-
dalam UUD 1945 Pasal 34 ayat (3) “Negara ber- san dan konflik antara keduanya. Konflik itu sering
tanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan terjadi akibat dari malpraktik yang dilakukan oleh
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang lay- dokter terhadap pasiennya. Konflik itu terbukti den-
ak”. Dokter merupakan soko guru dalam menjel- gan antara lain masih rendahnya tingkat kesehatan
makan cita-cita dalam Pasal 34 ayat (3) UUD 1945 masyarakat dan masih banyaknya kesalahan dalam
tersebut dimaksud. pengobatan pasien yang menimbulkan cacat atau
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan kematian. Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa
meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya, pokok permasalahan dalam tulisan ini, yaitu apa
harus dilakukan secara terpadu dan berkesinam- penyebab perselisihan/konflik antara dokter dengan
bungan guna mencapai hasil yang optimal. Upaya pasien? Bagaimana pertanggungjawaban dokter
kesehatan yang semula dititikberatkan pada upaya terhadap pasien dalam hal terjadi malpraktek oleh
penyembuhan penderita secara berangsur-angsur dokter?
berkembang ke arah keterpaduan upaya kesehatan
yang menyeluruh. Oleh karena itu, pembangunan B. Pembahasan
kesehatan yang menyangkut upaya peningkatan 1. Penyebab Perselisihan Pasien dan Dokter
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan a. Hukum Kedokteran dan Hukum
penyakit, dan pemulihan kesehatan harus dilaksan- Kesehatan
akan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinam- Hukum kedokteran diberi penger-
bungan, dan dilaksanakan bersama antara pemerin- tian sebagai hukum yang mengatur produk
tah dan masyarakat, termasuk dokter di dalamnya. profesi dokter, disebabkan karena adanya

1
Rena Yulia, “Perlindungan Hukum terhadap Korban Kejahatan”, Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 18, No. 1, Febru
ari 2008, hlm. 57.
Wiriadinata, Dokter, Pasien dan Malpraktik 45
hubungan dengan pihak lain, baik itu pasien sehatan, maka sebenarnya hukum kedok-
maupun tenaga kesehatan yang lain. Dengan teran adalah bagian dari hukum kesehatan.
demikian hanya menyangkut profesi dokter,2 Dilihat dari hakikatnya, baik hukum keseha-
atau dengan lain kata “sekelompok manusia tan maupun hukum kedokteran merupakan
dalam masyarakat sebagai satu sistem, yang penerapan dari perangkat hukum perdata,
memiliki keahlian dan keterampilan khu- pidana dan tata usaha negara dalam bidang
sus”.3 kesehatan.
Indonesia belum memiliki hukum b. Rumah Sakit
kedokteran dalam arti yang tersusun dalam Rumah sakit adalah salah satu tempat
suatu Undang-Undang tersendiri (terkodi- untuk pasien berobat dan dokter melayani
fikasi). Hukum yang ada barulah hukum pasien dalam hal pengobatan dan pemulihan
kesehatan yang dimuat dalam UU No. 23 kesehatan. Pengertian Rumah Sakit diatur
Tahun 1992 tentang Kesehatan. Namun ber- oleh Anggaran Dasar Perhimpunan Rumah
tolak dari ketentuan-ketentuan yang terda- Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Bab I Pasal
pat dalam UU No. 23 Tahun 1992 tersebut 1: “Bahwa rumah sakit adalah suatu sarana
dapat diadakan studi, ketentuan pasal-pasal dalam mata rantai sistem kesehatan nasional
mana yang mengatur hubungan dokter se- yang mengemban tugas pelayanan kesehatan
bagai satu pihak dengan pasien atau dengan untuk seluruh masyarakat”.
tenaga kesehatan lainnya di lain-pihak, khu- Rumah sakit adalah4 “Suatu sarana
susnya dalam upaya pelayanan kesehatan. yang merupakan bagian dari sistem pelay-
Hubungan-hubungan hukum yang diatur di anan kesehatan yang menjalankan rawat inap,
dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kese- rawat jalan dan rehabilitasi berikut segala pe-
hatan dapat dikaitkan dengan hukum perdata nunjangnya”. Dengan demikian rumah sakit
dan hukum pidana umum yang diatur dalam adalah tempat untuk menyelenggarakan salah
Burgerlijk Wetboek/KUHPerdata dan Kitab satu upaya kesehatan yaitu upaya pelayanan
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). kesehatan. Dalam hubungan hukum sebagai
Norma yang ada dalam hukum ke- suatu sistem sosial, rumah sakit merupakan
sehatan merupakan kaidah yang mengatur organ yang mempunyai kemandirian untuk
seluruh aspek yang berkaitan dengan upaya melakukan perbuatan hukum. Rumah sakit
dan pemeliharaan di bidang kesehatan. Per- bukan persoonlijke yang dapat berbuat dalam
bedaan antara hukum kesehatan dan hukum lalu lintas hukum dalam masyarakat sebagai
kedokteran, terletak pada ruang lingkupnya manusia (natuurlijk persoon), namun rumah
saja. Ruang lingkup hukum kesehatan meli- sakit diberi kedudukan menurut hukum se-
puti semua aspek yang berkaitan dengan ke- bagai “persoon” dan karenanya rumah sakit
sehatan, yaitu kesehatan badaniah, rohaniah merupakan “rechtpersoon”. Hukum yang
dan sosial secara keseluruhan. Sedangkan telah menjadikan rumah sakit sebagai “re-
ruang lingkup hukum kedokteran hanya pada chtspersoon” dan oleh karena itu rumah sakit
masalah-masalah yang berkaitan dengan pro- juga mempunyai hak dan kewajiban hukum
fesi kedokteran. Karena masalah kedokteran atas tindakan yang dilakukannya. Untuk ber-
juga termasuk di dalam ruang lingkup ke- buat hukum sebagai subyek hukum inilah

2
Dokter dan dokter gigi sebagai salah satu jenis tenaga kesehatan yang menurut ketentuan Pasal 2 ayat (1) jo. PP No. 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan merupakan jenis tenaga medis, khususnya dalam huruf a.
3
Pasal 4 ayat (1) dan (3) jo. Pasal 5 ayat (1) dan (2) jo. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
4
Panitia Etika Rumah Sakit, 1991, Etika Rumah Sakit di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, RS Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo,
Jakarta, hlm. 1.
46 MIMBAR HUKUM Volume 26, Nomor 1, Februari 2014, Halaman 43-53

rumah sakit melibatkan seorang berprofesi taati norma-norma umum termasuk norma se-
kedokteran atau tenaga kesehatan yang tidak bagaimana disuratkan pada pendapat tersebut
hanya terdiri dari para dokter dan dokter gigi di atas (KUHPerdata dan KUHP), juga teliti
tetapi semua jenis kesehatan. dan hati-hati. Norma berfungsi untuk mewu-
Persetujuan untuk melakukan peker- judkan tata tertib di dalam masyarakat, se-
jaan, seorang dokter diatur dalam Pasal hingga hubungan manusia berjalan lancar
1601 BW berdasarkan syarat-syarat tertentu dan tertib. Seorang dokter bisa dinilai ber-
dengan menerima upah. Syarat-syarat yang tanggung jawab terhadap profesional negli-
dimaksudkan dapat dituangkan dalam desk- gence apabila sikap atau perbuatannya tidak
ripsi tugas yang dibuat rumah sakit sebagai berdasarkan standar yang umum berlaku
badan hukum selaku pihak yang memberi pada profesinya, sehingga pasien sampai
pekerjaan dan tenaga kesehatan yang terlibat cedera karena kelalaiannya.
sebagai penerima pekerjaan. Dalam kenyat- Adalah kewajiban seorang dokter
aannya dokter yang bekerja di rumah sakit untuk mengikuti perkembangan ilmu peng-
dapat digolongkan sebagai “dokter karyawan etahuan termasuk apa yang diutarakan oleh
dan dokter tamu”. Dokter karyawan rumah Keeton di atas. Dan kalau karena tertinggal
sakit, datang pada saat jam kerja dan mel- ilmunya sampai mengakibatkan pasien men-
akukan pelayanan medis pada jam dinasnya derita cedera, maka tindakan itu juga bisa
untuk dan atas nama rumah sakit dan terikat termasuk kelalaian. Dilihat dari segi etik
kepada. peraturan-peraturan yang terdapat pun demikian. KODEKI Pasal 18 mencan-
dalam rumah sakit. Sedangkan dokter tamu tumkan: “Setiap dokter hendaklah senantiasa
bekerjanya insidental (tidak tetap). mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
c. Kelalaian dan tetap setia kepada cita-cita yang luhur”.
Kelalaian medis adalah suatu keadaan d. Tolok Ukur/Standar Kelalaian Me-
dimana seseorang bertindak kurang hati-hati dis
menurut ukuran wajar. Karena tidak melaku- Seorang dokter dapat dikatakan mem-
kan apa yang seharusnya seseorang itu. Kela- punyai kesalahan apabila ia pada saat melaku-
laian mencakup 2 (dua) hal, yakni: Pertama, kan perbuatan itu dilihat dari segi masyarakat
karena melakukan sesuatu yang seharusnya dapat dicela karenanya. Artinya ialah, men-
tidak dilakukan; atau Kedua, karena tidak gapa ia melakukan perbuatan yang merugi-
melakukan sesuatu yang seharusnya dilaku- kan masyarakat itu, padahal ia mampu untuk
kannya. Kelalaian atau negligence menurut mengetahui perbuatan tersebut, dan oleh ka-
Keeton Medical Negligence – The Standard rena itu seharusnya dapat menghindari untuk
of Care, 19805 adalah suatu sikap – tindak berbuat demikian. Apabila seorang dokter
yang oleh masyarakat dianggap menimbul- melakukannya, ini berarti dirinya memang
kan bahaya secara tidak wajar dan diklasi- sengaja melakukan perbuatan tersebut. Ka-
fikasikan demikian karena orang itu bisa rena itu celaannya menjadi: mengapa dokter
membayangkan atau seharusnya membay- melakukan perbuatan yang ia mengerti akan
angkan bahwa tindakan itu bisa mengaki- berakibat merugikan masyarakat. Dokter
batkan orang lain harus menanggung risiko, tersebut mengetahui kalau perbuatannya itu
dan bahwa sifat dari risiko itu sedemikian dilarang.
beratnya, sehingga seharusnya ia bertindak Kealpaan/kelalaian terjadi apabila se-
dengan cara yang lebih hati-hati. seorang melakukan perbuatan itu karena ia
Profesi dokter harus tunduk dan men- alpa/lalai terhadap kewajiban yang menurut

5
J. Guwandi, 1993, Etika dan Hukum Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hlm. 4.
Wiriadinata, Dokter, Pasien dan Malpraktik 47
tatanan kehidupan masyarakat yang ber- syarat: tidak mengadakan penduga-duga se-
laku seharusnya/sepatutnya tidak dilaku- bagaimana yang diharuskan oleh hukum, dan
kan olehnya. Karena itu mengapa ia tidak tidak mengadakan penghati-hati sebagaima-
melakukan kewajiban-kewajiban yang se- na yang diharuskan oleh hukum.
harusnya/sepatutnya dilakukan, sehingga Yang dimaksud dengan tidak men-
masyarakat tidak dirugikan. Sedangkan yang gadakan penduga-duga dapat terjadi karena
dimaksud dengan kesengajaan ialah perbua- 2 (dua) kemungkinan: (a) pelaku delik ber-
tan yang diinsafi, dimengerti, dan diketahui pikir bahwa akibat tidak akan terjadi karena
sebagai demikian, seorang dokter yang mel- perbuatannya itu. Padahal ternyata bahwa
akukan aborsi (abortus provocatus crimi- pendapatnya itu kemudian ternyata tidak be-
nalis) hal ini dilakukan dengan kesengajaan nar. Dalam hal demikian telah terjadi keal-
(dolus). Berkaitan dengan hal ini PBB juga paan yang disadari – bewuste culpa. Pelaku
tidak pernah bisa secara tegas-tegas mela- delik tidak mengadakan penduga-duga lebih
rang anggotanya yang melakukan praktik dulu itu terletak dalam kesalahan pikir atau
aborsi, karena belum adanya kesepakatan hu- pandang yang seharusnya dapat ia tepiskan.
kum yang melarang atau membolehkannya.6 Kemungkinan ini diinsaf, namun tetap di-
Adapun profesi medis di Indonesia sendiri lakukan juga karena ia percaya akan kebe-
dengan tegas menolak aborsi, sehingga tidak naran pandangan atau pikirannya; (b) pelaku
ada unsur salah sangka/salah paham. Den- delik sama sekali tidak mempunyai pikiran
gan demikian untuk adanya unsur kesalahan bahwa akibat yang dilarang itu mungkin da-
harus ada hubungan yang erat antara keadaan pat terjadi karena perbuatannya. Dalam hal
batin pelaku dengan perbuatan yang dilaku- ini telah terjadi kealpaan yang tidak disadari
kan. Keadaan batin pelaku itulah yang me- -onbewuste culpa-. Dalam hal ini tidak me-
nyertai perbuatannya sehingga menimbulkan ngadakan penduga-duga karena tidak adanya
perbuatan tercela yang berupa kesengajaan pikiran sama sekali bahwa akan terjadi aki-
dan atau kealpaan/kelalaian. Oleh karena itu bat yang fatal karena perbuatannya itu.
dalam kepustakaan disebutkan bahwa kesen- Adapun yang dimaksud dengan tidak
gajaan – dolus – dan kealpaan atau kelalaian mengadakan penghati-hati ialah bahwa
– culpa – merupakan bentuk-bentuk kesala- pelaku delik tidak mengadakan penelitian
han. serta usaha-usaha pencegahan yang mung-
Dalam terminologi bahasa, kealpaan kin dapat menjadi kenyataan apabila dalam
mengandung arti kekeliruan, yaitu bahwa si- kondisi tertentu, atau dalam caranya me-
kap batin orang yang menimbulkan keadaan lakukan perbuatan itu akibat tersebut dapat
yang dilarang itu bukannya menentang la- terjadi. Dari uraian tersebut di atas dapat di-
rangan tersebut, dia bukannya menghendaki simpulkan, bahwa kealpaan atau kelalaian
atau menyetujui timbulnya hal yang terla- hakikatnya mengandung tiga unsur, yaitu:
rang itu, tetapi karena kesalahannya, keke- Pertama, pelaku berbuat (atau tidak ber-
liruannya dalam batin sewaktu berbuat, se- buat), lain daripada apa yang seharusnya ia
hingga menimbulkan keadaan yang dilarang perbuat (atau tidak berbuat), sehingga de-
itu, karena ia kurang mengindahkan larangan ngan berbuat demikian (atau tidak berbuat)
itu. Dari perbuatannya itu ia telah alpa, lalai telah melakukan perbuatan melawan hukum.
atau teledor. Ilmu pengetahuan hukum me- Kedua, pelaku telah berbuat lalai, lengah,
nyebutkan bahwa kealpaan mengandung dua atau kurang berpikir panjang. Ketiga, per-

6
Mien Rukmini, “Pengaturan Pelaksanaan Aborsi Akibat Perkosaan”, Jurnal Ilmu Hukum Litigasi, Vol. 4, No. 3, Oktober 2003, hlm. 296.

48 MIMBAR HUKUM Volume 26, Nomor 1, Februari 2014, Halaman 43-53

buatan pelaku tersebut dapat dicela, dan oleh lingkupnya mencakup kurangnya kemam-
karena itu pelaku harus mempertanggung- puan untuk melaksanakan kewajiban-ke-
jawabkan akibat yang terjadi karena perbua- wajiban profesional atau didasarkan kepada
tannya itu. kepercayaan. Jadi malpraktik merupakan
Tinjauan dari segi hukum perdata salah satu penyebab perselisihan/konflik
dalam kaitannya dengan kesalahan atau kela- antara dokter dengan pasien.
laian dalam melaksanakan profesi dokter be- f. Pembuktian Malpraktik
rawal dari hubungan antara dua pihak yaitu Ada beberapa sistem atau teori untuk
dokter dan pasien, yang dalam hubungan membuktikan perbuatan yang didakwakan.
hukum perdata dapat berkedudukan sebagai Sistem atau teori pembuktian ini bervariasi
penggugat dan tergugat. Antara penggugat menurut waktu dan tempat (negara), yaitu
dan tergugat (dokter dan pasien) telah ter- positif wettelijk bewijstheorie, conviction
jadi hubungan hukum yang disebut transaksi intime, laconvviction raisonnee dan negatef
terapeutik. Transaksi terapeutik tersebut tel- wettelijk.7 Kalau kesalahan dokter merupa-
ah terjadi kesepakatan di antara kedua belah kan kesalahan profesi, maka tidaklah mudah
pihak untuk masing-masing akan memenuhi bagi siapa saja yang tidak memahami profesi
syarat-syarat sebagaimana telah diperjanji- ini untuk membuktikannya di pengadilan.
kan. Dalam hal ini masing-masing pihak baik Meskipun demikian tidak berarti kesalahan
dokter maupun pasien mempunyai hak dan dokter tidak mungkin dapat dibuktikan, jadi
kewajiban secara timbal balik, yaitu dokter kalau begitu bagaimana cara pembuktian
akan mengupayakan kesembuhan, dan pasien malpraktik?
akan memberikan imbalan atas upaya yang Pada criminal malpractice pembuk-
telah dilakukan oleh dokter tersebut. Guga- tiannya didasarkan atas dipenuhi tidaknya
tan oleh pasien dapat terjadi dalam hal dokter unsur pidana, sehingga karenanya tergan-
tidak memenuhi apa yang telah dijanjikan. tung dari jenis criminal malpractice yang di-
Tidak dipenuhinya janji tersebut disebabkan tuduhkan. Dalam hal dokter dituduh melaku-
karena tidak menguasai keluhan pasien yang kan kealpaan sehingga pasien yang ditangani
dapat disebabkan karena sama sekali tidak meninggal dunia, menderita luka berat atau
dipenuhi, atau janji tersebut dipenuhi tetapi luka sedang, maka yang harus dibuktikan
tidak sesuai dengan yang telah dijanjikan, adalah adanya unsur perbuatan yang salah
atau dipenuhi tetapi lain dengan apa yang yang dilakukan dengan sikap batin berupa
telah dijanjikan, sehingga pasien merasa alpa atau kurang hati-hati. Perlu dipahami
dirugikan. bahwa tidak setiap hasil pengobatan yang
e. Malpraktik tidak sesuai dengan harapan pasien meru-
Istilah malpraktik atau malpractice pakan bukti adanya criminal malpractice
menurut Daris, Peter Salim dalam “The Con- mengingat kejadian semacam itu juga dapat
temporary English Indonesia Dictionary” merupakan bagian dari risiko tindakan me-
berarti perbuatan atau tindakan yang salah, dis. Kesalahan diagnosis juga tidak boleh
yang menunjukkan pada setiap sikap tinda- secara otomatis dijadikan ukuran adanya
kan yang keliru. Sedangkan menurut John criminal practice sebab banyak faktor yang
M. Echols dan Hassan Sadily dalam Kamus mempengaruhi ketepatan diagnosis, yang
Inggris Indonesia, “malpractice” berarti cara kadang-kadang sebagian faktor tersebut be-
pengobatan pasien yang salah. Adapun ruang rada di luar kekuasaan dokter. Kedua hal di

7
Andi Hamzah, 1996, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 249.
Wiriadinata, Dokter, Pasien dan Malpraktik 49
atas hanya dapat dijadikan persangkaan yang berakibat kerugian yang diderita oleh pasien.
masih harus dibuktikan unsur-unsur pida- 2. Pertanggungjawaban Dokter terhadap
nanya. Pasien dalam Hal Malpraktik
Jika terbukti bersalah maka dokter da- a. Pertanggungjawaban
pat dipidana sesuai jenis tindak pidana yang Yang dimaksud pertanggungjawaban
dilakukannya. Selain itu dokter masih dapat hukum dokter di sini adalah pertanggung-
digugat melalui peradilan perdata atas dasar jawaban, yaitu suatu “keterikatan” dokter
perbuatan melawan hukum (onrechtmatige terhadap ketentuan-ketentuan hukum dalam
daad). Pada malpraktik perdata pembuktian- menjalankan profesinya. Tanggung jawab
nya dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu seorang dokter dalam bidang hukum, bisa
langsung atau tak langsung. Secara lang- terjadi dalam bidang hukum perdata dan
sung, yaitu dengan membuktikan keempat pidana. Dokter dinilai bertanggung jawab
unsurnya secara langsung, yang terdiri atas dalam bidang hukum perdata jika dokter
unsur kewajiban, menelantarkan kewajiban, tidak melaksanakan kewajibannya (ingkar
rusaknya kesehatan dan adanya hubungan janji/wanprestasi), yaitu tidak memberikan
langsung antara tindakan menelantarkan ke- prestasinya sebagaimana yang telah disepa-
wajiban dengan rusaknya kesehatan. Adapun kati juga bisa terjadi karena perbuatan yang
secara tak langsung, yaitu dengan mencari melawan hukum.
fakta-fakta yang berdasarkan doktrin res Tindakan dokter yang dapat dikatego-
ipsa loquitor dapat membuktikan adanya rikan wanprestasi antara lain; tidak melaku-
kesalahan di pihak dokter. Namun tidak se- kan apa yang menurut kesepakatannya wajib
mua kelalaian dokter meninggalkan fakta dilakukan, melakukan apa yang menurut
semacam itu. Doktrin res ipsa loquitor ini kesepakatannya wajib dilakukan tetapi ter-
sebetulnya merupakan varian dari ‘doctrine lambat, melakukan apa yang menurut kes-
of common knowledge’, hanya saja di sini epakatannya wajib dilakukan tetapi tidak
masih diperlukan sedikit bantuan kesaksian sempurna dan melakukan apa yang menu-
dari ahli untuk menguji apakah fakta yang rut kesepakatan tidak seharusnya dilakukan.
ditemukan memang dapat dijadikan bukti Dalam hal demikian dokter dapat dipersalah-
adanya kelalaian dokter. kan melakukan perbuatan yang melawan hu-
Apabila ada gunting atau tang terting- kum (onrechtsmatige daad). Jadi tindakan
gal dalam perut pasien yang menjalani ope- dokter dinilai melanggar Pasal 1365 KUH
rasi, maka gunting atau tang itu berdasarkan Perdata yaitu: “Tiap perbuatan melanggar
doktrin res ipsa loquitor, dapat dijadikan hukum, yang membawa kerugian kepada se-
fakta yang secara tidak langsung dapat mem- orang lain, mewajibkan orang yang karena
buktikan kesalahan dokter, sebab gunting salahnya menerbitkan kerugian itu, meng-
atau tang itu tak mungkin tertinggal kalau tak ganti kerugian tersebut”.
ada kelalaian, Gunting atau tang yang terting- Jadi seorang dokter harus bertang-
gal itu berada di bawah tanggung jawab dok- gungjawab atas kesalahan/kelalaiannya
ter, Pasien dalam keadaan terbius, sehingga yang mengakibatkan pasien cedera atau
tidak mungkin dapat memberi andil terhadap bahkan meninggal dunia. Tanggung jawab
tertinggalnya alat-alat tersebut. Dari uraian itu berupa pengganti kerugian baik materiil
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pe- maupun immaterial terhadap pasien/keluar-
nyebab dari perselisihan konflik antara dok- ganya. Contoh perbuatan melanggar hukum
ter dan pasien adalah adanya kesalahan atau adalah apabila seorang dokter bedah karena
kelalaian yang menimbulkan malpraktik dan kelalaiannya telah meninggalkan kain kasa/
50 MIMBAR HUKUM Volume 26, Nomor 1, Februari 2014, Halaman 43-53

alat dalam tubuh pasien, sehingga pasien c. Karena Perbuatan Melawan Hu-
mengalami infeksi sehingga mengakibatkan kum (Onrechtmatige Daad)
pasien tersebut menderita dan dapat pula Berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata
karena komplikasinya menyebabkan pasien pasien bisa menggugat seorang dokter oleh
tersebut meninggal dunia. karena telah melakukan perbuatan yang mel-
Dokter tidak saja bertanggung jawab anggar hukum, seperti yang diatur di dalam
atas kelalaian yang dilakukannya tetapi juga Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum
atas kelalaian yang dilakukan oleh orang- Perdata yang menyebutkan bahwa: “Tiap
orang yang menjadi tanggungannya. Contoh, perbuatan melanggar hukum, yang mem-
seorang dokter ahli bedah bertanggung jawab bawa kerugian kepada orang lain, mewajib-
atas perbuatan yang dilakukan oleh perawat kan orang yang karena salahnya menerbitkan
yang membantu dalam pelaksanaan operasi kesalahan itu, mengganti kerugian tersebut”.
di kamar bedah. Tanggung jawab dapat bersi- Undang-Undang sama sekali tidak
fat individual atau korporasi. Selain itu dapat memberikan batasan tentang perbuatan mela-
pula dialihkan kepada pihak lain berdasarkan wan hukum, yang harus ditafsirkan oleh per-
principle of vicarious liability. Dengan prin- adilan. Semula dimaksudkan segala sesuatu
sip ini maka rumah sakit dapat bertanggung yang bertentangan dengan Undang-Undang,
gugat atas kesalahan yang dilakukan dokter- jadi suatu perbuatan melawan undang-un-
dokternya, asalkan dapat dibuktikan bahwa dang. Akan tetapi sejak tahun 1919 yuris-
tindakan dokter itu dalam rangka melaksana- prudensi tetap, telah memberikan penger-
kan kewajiban rumah sakit. tian yaitu setiap tindakan atau kelalaian baik
b. Karena Wanprestasi yang: - melanggar hak orang lain - berten-
Pengertian wanprestasi ialah suatu tangan dengan kewajiban hukum diri sendiri
keadaan dimana seseorang tidak memenuhi - menyalahi pandangan etis yang umumnya
kewajibannya yang didasarkan pada suatu dianut (adat istiadat yang baik) - tidak sesuai
perjanjian atau kontrak. Dalam hal mal- dengan kepatuhan dan kecermatan sebagai
praktik oleh dokter gugatan atas dasar wan- persyaratan tentang diri dan benda orang se-
prestasi itu harus dibuktikan bahwa dokter orang dalam pergaulan hidup.
itu benar-benar telah mengadakan perjan- Juga sedikitnya harus ada kesala-
jian, kemudian dia telah melakukan wan- han yang mendasari perbuatan tersebut dan
prestasi terhadap perjanjian tersebut (yang antara tindakan tak wajar atau kelalaian dan
harus didasarkan pada kesalahan profesi). kerugian yang terjadi harus terdapat hubun-
Pasien harus mempunyai bukti-bukti keru- gan sebab akibat yang jelas. Pengertian
gian akibat tidak dipenuhinya kewajiban perbuatan melawan hukum dalam arti luas
dokter sesuai dengan standar profesi medis berdasarkan Arrest Hoge Raad 31 Januari
yang berlaku dalam suatu kontrak terapeutik. 1919 mengenai Arrest Lindeboum melawan
Tetapi dalam praktiknya tidak mudah untuk Cohen adalah mencakup pengertian berbuat
melaksanakannya, karena pasien juga tidak atau tidak berbuat yang melanggar hak orang
mempunyai cukup informasi dari dokter lain, dan bertentangan dengan kewajiban
mengenai tindakan-tindakan apa saja yang hukum sendiri atau kesusilaan atau kepa-
merupakan kewajiban dokter dalam suatu tutan dalam masyarakat, baik terhadap diri
kontrak terapeutik. Hal ini yang sangat su- atau benda orang lain. Ini berarti, kesalahan
lit dalam pembuktiannya karena mengingat diartikan secara luas meliputi kesengajaan,
perikatan antara dokter dan pasien adalah kelalaian dan kurang hati-hati. Dan me-
bersifat inspaningsverbintenis. ngenai kesalahan dokter dalam menjalankan
Wiriadinata, Dokter, Pasien dan Malpraktik 51
profesinya atau kesalahan profesional pada antara lain: risiko yang melekat pada tinda-
dasarnya berkaitan dengan kewajiban yang kan, kemungkinan timbul efek sampingan,
timbul karena profesinya atau disebut ke- alternatif lain jika ada, apa akibat jika tidak
wajiban profesional. dilakukan dan sebagainya. Peraturan ten-
Selain dapat dituntut atas dasar wan- tang persetujuan tindakan medis sudah diatur
prestasi dan melawan hukum seperti tersebut dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
di atas, dokter juga dapat dituntut atas dasar 585 Tahun 1989.
kelalaian, sehingga menimbulkan kerugian. Penentuan bahwa adanya penyim-
Gugatan atas dasar kelalaian ini diatur dalam pangan dari standar profesi medis adalah
Pasal 1366 Kitab Undang-Undang Hukum sesuatu yang didasarkan atas fakta-fakta se-
Perdata, yang bunyinya sebagai berikut, cara kasuistis yang harus dipertimbangkan
“Setiap orang bertanggung jawab tidak saja oleh para ahli dan saksi ahli. Namun sering
untuk kerugian yang disebabkan karena per- kali pasien mencampuradukkan antara akibat
buatannya, tetapi juga untuk kerugian yang dan kelalaian. Bahwa timbul akibat negatif
disebabkan karena kelalaian atau kurang atau keadaan pasien yang tidak bertambah
hati-hatinya”. baik belum membuktikan adanya kelalaian.
d. Tanggung Jawab Pidana Kelalaian itu harus dibuktikan dengan jelas.
Kesalahan atau kelalaian tenaga kes- Harus dibuktikan dahulu bahwa dokter itu
ehatan dapat terjadi di bidang hukum pidana, telah melakukan ‘breach of duty’.
diatur antara lain dalam Pasal 263, 267, 294 Damage berarti kerugian yang
ayat (2), 299, 304, 322, 344, 347, 348, 349, diderita pasien itu harus berwujud
351, 359, 360, 361, 531 Kitab Undang-Un- dalam bentuk fisik, finansial, emosion-
dang Hukum Pidana. Mengenai criminal al atau berbagai kategori kerugian lain-
malpractice yang berupa kecerobohan/kela- nya, di dalam kepustakaan dibedakan
laian banyak kasus yang muncul di Rumah menjadi kerugian umum (general da-
Sakit. Dalam literatur hukum kedokteran mages) termasuk kehilangan pendapatan
negara Anglo-Saxon antara lain dari Taylor yang akan diterima, kesakitan dan pender-
dikatakan bahwa seorang dokter baru dapat itaan dan kerugian khusus (special damages)
dipersalahkan dan digugat menurut hukum kerugian finansial nyata yang harus dike-
apabila dia sudah memenuhi syarat 4-D, yai- luarkan, seperti biaya pengobatan, gaji yang
tu: duty (kewajiban), derelictions of that duty tidak diterima.
(penyimpangan kewajiban), damage (keru- Dari segi pidana sebagaimana diatur
gian), direct causal relationship (berkaitan dalam Kitab Undang-Undang Pidana In-
langsung). donesia dan dari sekian banyak pasal-pasal
Duty atau kewajiban bisa berdasar- pidana yang menjerat perbuatan malpraktek
kan perjanjian (ius contractu) atau menurut yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien-
undang-undang (ius delicto). Juga adalah nya dapat dipidana, sebab jika suatu perbua-
kewajiban dokter untuk bekerja berdasarkan tan secara formal dan material dapat dikuali-
standar profesi. Kini adalah kewajiban dok- fikasikan sebagai perbuatan tercela, maka
ter pula untuk memperoleh informed con- perbuatan tersebut dapat dipidana (merupa-
sent, dalam arti wajib memberikan informasi kan suatu delik),8 karena menurut kode etik
yang cukup dan mengerti sebelum mengam- kedokteran malpraktek merupakan perbuatan
bil tindakannya. Informasi itu mencakup tercela. Sedangkan menurut norma hukum

8
Widiada Gunakarya, “Sifat Melawan Hukum Material vs HAM Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”, Jurnal Wawasan Hukum, Vol.
16, No. 10, Februari 2007, hlm. 31.
52 MIMBAR HUKUM Volume 26, Nomor 1, Februari 2014, Halaman 43-53

pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Rp.4.500,-”.


malpraktek dapat dipidana berdasarkan Rumusan pasal 360 ayat (1) dan (2)
Pasal 359 dan 360 KUHP. Pasal 359 terse- ini, hampir sama dengan rumusan pasal 359.
but menyatakan bahwa: “Barangsiapa karena Bedanya terletak pada akibat dari perbuatan
salahnya menyebabkan matinya orang dihu- pelaku. Kalau pada pasal 359 akibatnya ada-
kum penjara selama-lamanya lima tahun atau lah meninggal dunia, tapi dalam pasal 360
kurungan selama-lamanya satu tahun”. ayat (1) akibatnya adalah orang (pasien) luka
Dari bunyi pasal ini kita bisa mengam- berat, sedangkan dalam ayat (2) akibatnya
bil satu pengertian bahwa matinya orang ini adalah luka sedemikian rupa sehingga orang
sama sekali tidak dimaksud dan bukan meru- itu menjadi sakit sementara atau tidak da-
pakan tujuan dari pelaku tindak pidana, akan pat menjalankan jabatannya atau pekerjaan-
tetapi kematian tersebut hanya merupakan nya sementara. Delik Pasal 359 KUHP dan
akibat dari kurang hati-hatinya atau lalainya Pasal 360 ayat (1) dan ayat (2) KUHP yang
pelaku (culpa delict). Hal ini bisa terjadi ke- berwenang melakukan penyidikannya ada-
tika seorang dokter melakukan pembedahan lah pejabat Polisi Negara Republik Indo-
terhadap seorang pasien, tapi ternyata sele- nesia, sebagaimana diatur dalam KUHAP:
sai pasien dibedah ada benda yang terting- “Penyidik adalah pejabat polisi negara Re-
gal di dalam tubuh pasien (bisa perban atau publik Indonesia”.9 Dari uraian tersebut di
alat pemotong). Ini menimbulkan kematian atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pasien. Akan tetapi tertinggalnya perban atau pertanggungjawaban dokter terhadap pasien
alat pemotong dalam tubuh pasien itu dilaku- dalam hal terjadi malpraktek oleh dokter bisa
kan tidak dengan sengaja, akan tetapi karena berupa tanggung jawab hukum perdata dan
kelalaiannya atau karena kekurang hati-ha- pidana.
tiannya dari dokter tersebut. Sebab apabila
tertinggalnya perban atau alat potong itu di- C. Kesimpulan
lakukan dengan sengaja, maka dokter itu bisa Dari pembahasan seperti diuraikan di atas
dijerat dengan pasal 338 KUHP (pembunu- maka dapat disimpulkan, bahwa penyebab dari
han biasa) atau pasal 340 KUHP (pembunu- perselisihan konflik antara dokter dan pasien ada-
han yang direncanakan). Pasal 360 ayat (1) lah adanya kesalahan/kelalaian/kealpaan yang
mengatur bahwa: “Barangsiapa karena ke- menimbulkan malpraktek dan berakibat kerugian
salahannya menyebabkan orang luka berat yang diderita oleh pasien. Kesalahan dan kelalaian/
dihukum dengan hukuman penjara selama- kealpaan terjadi apabila seseorang melakukan per-
lamanya lima tahun atau hukuman kurungan buatan itu karena ia lalai/alpa terhadap kewajiban
selama-lamanya satu tahun”. Dalam Pasal yang menurut tatanan kehidupan masyarakat yang
360 ayat (2) diatur pula bahwa: “Barang- berlaku atau secara teknis harus dilakukan atau se-
siapa karena kesalahannya menyebabkan harusnya/sepatutnya tidak dilakukan olehnya. Ka-
orang luka sedemikian rupa sehingga orang rena itu mengapa ia tidak melakukan kewajiban-
itu menjadi sakit sementara atau tidak dapat kewajiban yang seharusnya/sepatutnya dilakukan,
menjalankan jabatannya atau pekerjaannya sehingga masyarakat tidak dirugikan. Contoh tinda-
sementara, dihukum dengan hukuman pen- kan teknis yang harus dilakukan, misalnya seorang
jara selama-lamanya sembilan bulan atau hu- dokter pada waktu melakukan operasi di rongga pe-
kuman kurungan selama-lamanya enam bu- rut pasien, selesai operasi pada saat penutup kem-
lan atau hukuman denda setinggi-tingginya bali rongga perut pasien ternyata di rongga perut

9
Pasal 6 ayat (1) a. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Wiriadinata, Dokter, Pasien dan Malpraktik 53
pasien tertinggal gunting yang digunakan bekas di bidang hukum perdata dan pidana. Dalam hukum
alat operasi dimaksud, karena kekhilafannya atau perdata kesalahan/kelalaian/kealpaan yang menim-
kealpaanya. Akibat tertinggalnya gunting di ro- bulkan malpraktik dilakukan oleh dokter bisa digu-
ngga perut pasien tadi, pasien setelah selesai opera- gat perdata berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata
si menderita sakit dan selanjutnya meninggal dunia. yaitu karena melakukan perbuatan melawan hukum
Bahwa pertanggungjawaban dokter terhadap atau onrechtsmatige daad.
pasien dalam hal terjadi malpraktek yang diakibat- Sedangkan kesalahan/kelalaian/kealpaan
kan oleh kesalahan/kelalaian/kealpaan dokter bisa yang menimbulkan malpraktek dilakukan oleh
berupa tanggung jawab hukum perdata dan pidana. dokter apabila menimbulkan luka dapat dituntut de-
Tindakan dokter yang dapat dikategorikan karena ngan Pasal 360 ayat (1) KUHP, yaitu “Barangsiapa
kesalahan/kelalaian/kealpaan antara lain: yaitu ke- karena kealpaannya menyebabkan matinya orang
salahan/kelalaian/kealpaan yang tidak melakukan lain mendapat luka-luka, diancam dengan pidana
apa yang menurut kesepakatannya wajib dilaku- penjara paling lama lima tahun atau kurungan pal-
kan, melakukan apa yang menurut kesepakatan- ing lama satu tahun”. Apabila malpraktik itu men-
nya wajib dilakukan tetapi terlambat, melakukan imbulkan kematian, maka dapat dituntut berdasar-
apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan kan Pasal 359 KUHP, yaitu: “Barangsiapa karena
tetapi tidak sempurna dan melakukan apa yang kealpaannya menyebabkan matinya orang lain, di-
menurut kesepakatan tidak seharusnya dilakukan. ancam dengan pidana penjara paling lama lima ta-
Kesalahan/kelalaian/kealpaan dokter dapat terjadi hun atau kurungan paling lama satu tahun”.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku gunan, Tahun Ke-40, No. 4, Oktober 2010.


Blumer, Herbert, 1969, Symbolic Interactionism: Pakpahan, Rudy Hendra dan Eka N.A.M. Sihomb-
Perspective and Method, Englewood Cliff, ing, “Tanggung Jawab Negara dalam Pelak-
Prentice Hall, N.J. sanaan Jaminan Sosial”, Jurnal Legislasi In-
Guwandi, J., 1993, Etika dan Hukum Kedokteran. donesia, Vol. 9, No. 2, Juli 2012.
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Rukmini, Mien, “Pengaturan Pelaksanaan Aborsi
Jakarta. Akibat Perkosaan”, Jurnal Ilmu Hukum Liti-
Hamzah, Andi, 1996, Hukum Acara Pidana Indo- gasi, Vol. 4, No. 3, Oktober 2003.
nesia, Sinar Grafika, Jakarta. Yulia, Rena, “Perlindungan Hukum terhadap Kor-
Panitia Etika Rumah Sakit, 1991, Etika Rumah Sa- ban Kejahatan”, Jurnal Wawasan Hukum,
kit di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Vol. 18, No. 1, Februari 2008.
RS Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo,
C. Makalah
Jakarta.
Sutrisno, S., “Tanggung Jawab Dokter di Bidang
B. Artikel Jurnal Hukum Perdata. Segi-Segi Hukum Pembuk-
Gunakarya, Widiada, “Sifat Melawan Hukum Ma- tian”, Makalah, Seminar Malpraktek Kedok-
terial vs HAM Dalam Pemberantasan Tindak teran, Semarang, 29 Juni 1991.
Pidana Korupsi”, Jurnal Wawasan Hukum,
D. Peraturan Perundang-Undangan
Vol. 16, No. 10, Februari 2007.
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
M. Hamdan, “Jenis-Jenis Putusan Hakim dalam
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang
Perkara Pidana (Suatu Catatan tentang Pem-
Tenaga Kesehatan.
baruan KUHAP)”, Jurnal Hukum Pemban-

Anda mungkin juga menyukai