Konsep ICU
Konsep ICU
KONSEP ICU
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kondisi kritis merupakan suatu kondisi krusial yang memerlukan penyelesaian
atau jalan keluar dalam waktu yang terbatas. Pasien kritis adalah pasien dengan
disfungsi atau gagal pada satu atau lebih sistem tubuh, tergantung pada
penggunaan peralatan monitoring dan terapi. Pasien dalam kondisi gawat
membutuhkan pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif. Suatu
perawatan intensif yang menggabungkan teknologi tinggi dengan keahlian
khusus dalam bidang keperawatan dan kedokteran gawat darurat dibutuhkan
untuk merawat pasien yang sedang kritis (Vicky, 2011).
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
(instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf dan perlengkapan yang
khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien
yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang potensial
mengancam nyawa. ICU menyediakan sarana-prasarana serta peralatan khusus
untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf
medik, perawat, dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-
keadaan tersebut (Kemenkes, 2011).
Intensive care mempunyai 2 fungsi utama, yaitu yang pertama untuk melakukan
perawatan pada pasien-pasien gawat darurat dan untuk mendukung organ vital
pada pasien-pasien yang akan menjalani operasi yang kompleks elektif atau
prosedur intervensi dan risiko tinggi untuk fungsi vital. Keperawatan kritis
termasuk salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus
menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam hidup. Seorang
perawat kritis bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang kritis di Intensive
Care Unit (ICU) beserta keluarganya mendapatkan pelayanan keperawatan yang
optimal (Dossey, 2002).
REPORT THIS AD
Untuk dapat memberikan pelayanan prima maka ICU harus dikelola dengan baik.
Perawat yang bekerja di dalam Intensive Care Unit harus memiliki kemampuan
komunikasi dan kerjasama tim. Proses keperawatan kritis mengatasi klien yang
sedang dalam kondisi gawat tersebut. Oleh karena itu, diperlukan peran seorang
perawat yang dapat bertindak cepat dan tepat serta melaksanakan standar
proses keperawatan kritis.
RUMUSAN MASALAH
Apa definisi dari ICU?
Apa fungsi dan tujuan ICU?
Apa indikasi pasien masuk dan keluar ICU?
Bagaimana alur pasien masuk ICU?
Bagaimana peran perawat kritis dalam pemenuhan kebutuhan dasar
pasien?
Bagaimana cara komunikasi dan kerjasama tim dalam keperawatan
kritis?
Bagaimana konsep holism dalam lingkup perawatan kritis yang serba
menggunakan teknologi canggih?
Bagaimana model asuhan keperawatan kritis?
Bagaimana proses keperawatan kritis?
TUJUAN
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui konsep Intensive Care Unit (ICU) dan proses
keperawatan kritis di dalamnya
Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat mengetahui definisi Intensive Care Unit (ICU).
Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dan tujuan Intensive Care Unit
(ICU).
Mahasiswa dapat mengetahui indikasi pasien masuk dan keluar ICU.
Mahasiswa dapat mengetahui alur pasien masuk Intensive Care Unit
(ICU).
Mahasiswa dapat mengetahui peran perawat kritis dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pasien.
Mahasiswa dapat mengetahui cara komunikasi dan kerjasama tim
dalam keperawatan kritis.
Mahasiswa dapat mengetahui konsep holism dalam lingkup perawatan
kritis yang serba menggunakan teknologi canggih.
Mahasiswa dapat mengetahui model asuhan keperawatan kritis.
Mahasiswa dapat mengetahui proses keperawatan kritis.
BAB II
KONSEP INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
DEFINISI ICU
ICU atau intensive care unit dimulai pertama kali pada tahun 1950-an. Kegawat
daruratan dalam keperawatan berkembang sejak tahun 1970-an. Sebagai contoh,
kegawatan di unit operasi kardiovaskuler, pediatric, dan unit neonates.
Keperawatan gawat darurat secara khusus berkonsentrasi pada respon manusia
pada masalah yang mengancam hidup seperti trauma atau operasi mayor.
Pencegahan terhadap masalah kesehatan merupakan hal penting dalam praktik
keperawatan gawat darurat. (Hartshorn et all, 1997).
Unit perawatan kritis atau ICU adalah merupakan unit perawatan khusus yang
membutuhkan keahlian dalam penyatuan informasi, membuat keputusan dan
dalam membuat prioritas, karena saat penyakit menyerang sistem tubuh, sistem
yang lain terlibat dalam upaya mengatasi adanya ketidakseimbangan. Esensi
asuhan keperawatan kritis tidak berdasarkan kepada lingkungan yang khusus
ataupun alat-alat, tetapi dalam proses pengambilan keputusan yang didasarkan
pada pemahaman yang sungguh-sungguh tentang fisiologik dan psikologik
(Hudak & Gallo, 2012).
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri,
dengan staf yang khusus dan pelengkapan yang khusus yang ditujukan untuk
observasi, perawatan, dan terapi bagi yang menderita penyakit akut, cedera atau
penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa. ICU
menyediakan sarana dan prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang
fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf dalam mengelola keadaan
tersebut. Saat ini di Indonesia, rumah sakit kelas C yang lebih tinggi sebagai
penyedia pelayanan kesehatan rujukan yang profesional dan berkualitas dengan
mengedepankan keselamatan pasien.
REPORT THIS AD
1. Pasien berat, kritis, pasien tidak stabil yang memerlukan terapi intensif
seperti bantuan ventilator, pemberian obat vasoaktif melalui infus secara
terus menerus, contoh gagal nafas berat, syok septik.
2. Pasien yang memerlukan pemantauan intensif invasive atau non
invasive sehingga komplikasi berat dapat dihindari atau dikurangi, contoh
paska bedah besar dan luas, pasien dengan penyakit jantung, paru, ginjal,
atau lainnya.
3. Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasi akut,
sekalipun manfaat ICU sedikit, contoh pasien dengan tumor ganas
metastasis dengan komplikasi, tamponade jantung, sumbangan jalan nafas.
Sedangkan pasien yang tidak perlu masuk ICU adalah:
1. Pasien mati batang otak (dipastikan secara klinis dan laboratorium).
2. Pasien yang menolak terapi bantuan hidup.
3. Pasien secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan lagi, contoh
karsinoma stadium akhir, kerusakan susunan saraf pusat dengan keadaan
vegatatif.
1. ICU Medik
2. ICU trauma/bedah
3. ICU umum
4. ICU pediatrik
5. ICU neonatus
6. ICU respiratorik
Semua jenis ICU tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengelola pasien
yang sakit kritis sampai yang terancam jiwanya. ICU di Indonesia umumnya
berbentuk ICU umum, dengan pemisahan untuk CCU (Jantung), Unit dialisis dan
neonatal ICU. Alasan utama untuk hal ini adalah segi ekonomis dan operasional
dengan menghindari duplikasi peralatan dan pelayanan dibandingkan
pemisahan antara ICU Medik dan Bedah.
Tujuan ICU
Berikut adalah tujuan ICU :
1. Menyelamatkan kehidupan
2. Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi
dan monitaring evaluasi yang ketat disertai kemampuan
menginterpretasikan setiap data yang didapat dan melakukan tindak
lanjut.
3. Meningkatkan kualitas pasien dan mempertahankan kehidupan.
4. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien.
5. Mengurangi angka kematian pasien kritis dan mempercepat proses
penyembuhan pasien
JENIS-JENIS ICU
Pelayanan ICU dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. ICU Primer
Ruang Perawatan Intensif primer memberikan pelayanan pada pasien yang
memerlukan perawatan ketat (high care). Ruang perawatan intensif mampu
melakukan resusitasi jantung paru dan memberikan ventilasi bantu 24-48 jam.
Kekhususan yang dimiliki ICU primer adalah:
1. Ruangan tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat,
dan ruang rawat pasien lain.
2. Memiliki kebijakan/kriteria pasien yang masuk dan yang keluar
3. Memiliki seorang anestesiologi sebagai kepala
4. Ada dokter jaga 24 jam dengan kemampuan resusitasi jantung paru
5. Konsulen yang membantu harus siap dipanggil
6. Memiliki 25% jumlah perawat yang cukup telah mempunyai sertifikat
pelatihan perawatan intensif, minimal satu orang per shift
7. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu,
Rontgen untuk kemudahan diagnostic selama 24 jam dan fisioterapi
(Depkes RI, 2006).
8. ICU Sekunder
Pelayanan ICU sekunder adalah pelayanan yang khusus mampu memberikan
ventilasi bantu lebih lama, mampu melakukan bantuan hidup lain tetapi tidak
terlalu kompleks. Kekhususan yang dimiliki ICU sekunder adalah:
Kriteria Masuk
1. Golongan pasien prioritas 1
Kelompok ini merupakan pasien kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi
intensif dan tertitrasi seperti: dukungan ventilasi, alat penunjang fungsi organ,
infus, obat vasoaktif/inotropic, obat anti aritmia. Sebagai contoh pasien pasca
bedah kardiotoraksis, sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit yang mengancam nyawa.
1. Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan kepala ICU, indikasi
masuk pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan dengan catatan bahwa
pasien golongan demikian sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar
fasilitas terbatas dapat digunakan untuk pasien prioritas 1,2,3. Sebagai contoh:
pasien yang memebuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup
yang agresif dan hanya demi perawataan yang aman saja, pasien dengan
perintah “Do Not Resuscitate”, pasien dalam keadaan vegetative permanen,
pasien yang ddipastikan mati batang otak namun hanya karena kepentingan
donor organ, maka pasien dapat dirawat di ICU demi menunjang fungsi organ
sebelum dilakukan pengambilan orga untuk donasi.
Kriteria Keluar
1. Penyakit pasien telah membaik dan cukup stabil, sehingga tidak
memerluka terapi atau pemantauan yang intensif lebih lanjut.
2. Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan intensif tidak
bermanfaat atau tidak memberi hasil yang berarti bagi pasien. Apalagi
pada waktu itu pasien tidak menggunakan alat bantu mekanis khusus
(Kemenkes RI, 2011).
ICU atau intensive care unit dimulai pertama kali pada tahun 1950-an. Kegawat
daruratan dalam keperawatan berkembang sejak tahun 1970-an. Sebagai contoh,
kegawatan di unit operasi kardiovaskuler, pediatric, dan unit neonates.
Keperawatan gawat darurat secara khusus berkonsentrasi pada respon manusia
pada masalah yang mengancam hidup seperti trauma atau operasi mayor.
Pencegahan terhadap masalah kesehatan merupakan hal penting dalam praktik
keperawatan gawat darurat. (Hartshorn et all, 1997).
Peran perawat kritis sebagai berikut:
1. Advokat
Perawat juga berperan sebagai advokat atau pelindung klien, yaitu membantu
mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari efek yang tidak
diinginkan yang berasal dari pengobatan atau tindakan diagnostik tertentu
(Potter dan Perry, 2005).
1. Care giver
Perawat memberikan bantuan secara langsung pada klien dan keluarga yang
mengalami masalah kesehatan (Vicky, 2010).
1. Kolaborator
Peran ini dilakukan perawat karena perawat bekerja bersama tim kesehatan
lainnya seperti dokter, fisioterapis, ahli gizi, apoteker, dan lainnya dalam upaya
memberikan pelayanan yang baik (Vicky, 2010).
1. Peneliti
Peran sebagai pembaharu dan peneliti dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan sistematis, dan terarah sesuai metode
pemberian pelayanan (Vicky, 2010). Selain itu juga meningkatkan pengetahuan
dan mengembangkan ketrampilan, baik dalam praktik maupun dalam
pendidikan keperawatan (Aryatmo, 1993).
1. Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, dan
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian
layanan dapat terarah serta sesuai kebutuhan (Vicky, 2010).
1. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
keperawatan terutama mengenai keamanan pasien dan keluarga (Vicky, 2010).
1. Spesialis anestesi
2. Dokter spesialis
3. Perawat ICU
4. Dokter ahli mikrobiologi klinik
5. Ahli farmasi klinik
6. Ahli nutrisi
7. Fisioterapis
8. Tenaga lain sesuai klasifikasi pelayanan ICU
Tim Multidisiplin mempunyai 5 (lima) karakteristik:
Dengan menggunakan konsep holistik perawat dapat melihat apa saja dampak
lingkungan perawatan kritis yang mengganggu pasien. Sebagai contoh dalam
lingkungan unit perawatan intensif (intencive care unit, ICU) perawat dapat
menggambarkan lingkungan ICU dalam hal fisik dan emosional yang dapat
mengganggu pasien. Sehingga perawat dapat mengendalikan lingkungan untuk
meningkatkan kesembuhan pasien serta dapat memberikan intervensi kritis
bagaimana cara mengatasinya (Hudak&Gallo, 2012).
Gambaran Fisik ICU
Secara umum gambaran fisik lingkungan ICU terdapat monitor yang berkedip,
ventilator, pompa intravena (IV), kebisingan dari peralatan dan banyak orang
yang berbicara disisi tempat tidur, cahaya terang dan langkah yg tergesa-gesa di
ruangan ramai. Oleh sebab itu, asuhan keperawatan kritis dibentuk untuk
mengatasi pasien sakit dan cidera sangat serius agar mendapatkan asuhan
keperawatan yang fokus untuk meningkatkan ketahanan hidup.
Kamar
tersendiri atau
ruangang kecil
dengan
pembatas.
Ruangan
sering kali di
kedua sisi
lorong yang
merupakan
sebuah stasi Kamar te
keperawatan Pintu kac
terbuka atau atau gese
mengelilingi tirai/pen
sebuah stasi tersendir
keperawatan Rencanan
terbuka berbentu
dengan tiga
kelopak/
atau empat sisi Desainny
(bentuk empat meningka
persegi penuruna
panjang. Kamar tersendiri.
kebisinga
Mempunyai pintu kaca lipat
Jendela p
Unit/bangsal atau geser. Ruangan sering
dengan
terbuka. kali diatur setengah
pemanda
Tidak ada lingkaran atau melingkar
(alamiah
pembagian Pemantauan dengan stasi keperawatan
buatan)
kecuali tirai atau pusat. ditengahnya. Beberapa unit
layar. Stasi/meja dibentuk dengan stasi
perawat dipusat keperawatan tersebar. Rencana
Beberapa unit
atau di kaki Jendela ruangan pasien keluarga
tanpa
tempat tidur. dengan ruangan p
dilengkapi
Pengontrolan pemandangan/pencahayaan Peningka
dengan jendela
pencahayaan unit luar. Peningkatan pemakaia
ruangan
sering kali pengontrolan tingkat dan tekst
pasien ke luar
dengan satu pencahayaan ruangan dinding, l
(meningkatkan
tombol. pasien. langit-lan
insiden
Karakteristik delirium).
Pencahayaan
ruangan
pasien dengan
tombol
terpisah dari
stasi
keperawatan.
Kalender dan
jam diletakkan
dalam ruangan
pasien.
Peningkatan Akses
privasi pasien. keperawa
Pengontrolan ketersedi
pencahayaan, perawata
Peningkatan kebisingan, Peningkatan akses bertekno
kedekatan dan infeksi keperawatan selama tinggi dal
perawat dengan yang lebih aktivitas yang berintensitas lingkunga
Keuntungan pasien baik. tinggi. lebih mir
Kurangnya
Kurangnya akses/
privasi. pengamatan
Ketidakmampuan langsung ke
untuk pasien.
mengontrol Pengontrolan
kebisingan dan kebisingan dan
cahaya. Masalah pencahayaan
pengendalian kurang Pintu kaca mengurangi
Kerugian infeksi. optimal. privasi pasien.
Selain itu, kualitas emosional di lingkungan ICU sering kali ditentukan oleh
tingkat pembagian tanggung jawab, kolaborasi dan caring yang diperlihatkan
oleh seluruh tim perawatan kesehatan. Hidup dan mati pasien secara harfiah
bergantung pada tingkat komunikasi dokter dan perawat tentang pasien
tersebut. Perhatian terhadap struktur organisasi yang membantu kolaborasi ini
dan kemitraan yang sejajar antara dokter dan perawat sebagai coleader unit
adalah penting. Menciptakan budaya yang menerapkan komunikasi yang saling
menghargai antara semua anggota tim perawatan kesehatan adalah standar
kesempurnaan yang merupakan unsur penting untuksemua lingkungan
penyembuhan. Perawat pemula perlu belajar dan mempraktiakn ketrampilan
advokasi pasien selama ronde klinis di samping tempat tidur di ICU. Cara
keluarga diperlakukan dan dihormati sebagai mitra penuh dalam perawatan
adalah ukuran penting dari kualitas emosional dan budaya positif di ICU.
REPORT THIS AD
BAB III
PROSES KEPERAWATAN KRITIS
MODEL ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS
Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan
pasien sehingga dapat berfungsi secara optimal. Untuk mencapai kondisi
tersebut diperlukan manajemen asuhan keperawatan yang profesional, dan salah
satu faktor yang menentukan dalam manajemen tersebut adalah bagaimana
asuhan keperawatan diberikan oleh perawat melalui berbagai pendekatan model
asuhan keperawatan yang diberikan (Sitorus, 2005).
Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan di Rumah Sakit yaitu metode
fungsional, metode kasus, metode tim, metode primer, dan metode modular.
Metode fungsional berorientasi kepada tugas, yaitu semua tugas atau tindakan
keperawatan yang ada dibagi kepada perawat yang sedang dinas pada saat itu.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien
yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian
tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab
semua pertanyaan tentang klien. Metode ini tidak berorientasi pada masalah
pasien. Pada metode primer, penugasan diberikan kepada Primary Nurse atas
pasien yang dirawat dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit yang didasarkan
kepada kebutuhan pasien atau masalah keperawatan yang disesuaikan dengan
kemampuan Primary Nurse. Pada metode tim, didasarkan pada pemberian
asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
sekelompok pasien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Sedangkan metode
modular adalah gbungan dari metode primer dan metode tim (Sitorus, 2005).
REPORT THIS AD
Metoda ini adalah suatu penugasan yang diberikan kepada perawat untuk
memberikan asuhan secara total terhadap seorang atau sekelompok klien.
Keuntungan model asuhan keperawatan kasus yaitu asuhan yang diberikan
komprehensif, berkesinambungan, dan holistik. Perawat dalam metode kasus
mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap pasien, perawat, dokter, dan
rumah sakit (Gillies,1998). Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa
dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu
asuhan diberiakan bermutut tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi sehingga pasien merasa
puas. Dokter juga merasakan kepuasan karena senantiasa mendapatkan
informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbaharui dan komprehensif.
Selain itu, masalah pasien dapat dipahami oleh perawat dan kepuasan tugas
secara keseluruhan dapat dicapai.
2. Identifikasi masalah/kebutuhan pasien dan prioritas harus didasarkan pada data yang
dikumpulkan
Dari American Association of Critical Care Nurses: Standards for nursing care of
the criticaly ill, ed 2, San Mateo, Calif, 1989, Appleton & Lange, hlm. 6-13.
Asuhan Keperawatan Intensif adalah kegiatan praktek keperawatan intensif yang
diberikan pada pasien/keluarga. Asuhan keperawatan dilakukan dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang merupakan metode ilmiah
dan panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas guna
mengatasi masalah pasien. Langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi
pengkajian, masalah/diagnose keperawatan, rencana tindakan dan evaluasi
(Depkes RI, 2006).
Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal proses keperawatan yang mengharuskan
perawat menemukan data kesehatan klien secara tepat. Pengkajian awal di
dalam keperawatan intensif sama dengan pengkajian umumnya yaitu dengan
pendekatan system yang meliputi aspek bio-psiko-sosio-kultural-spiritual,
namun ketika klien yang dirawat telah menggunakan alat bantu mekanik seperti
alat bantu napas, hemodialisa, pengkajian juga diarahkan ke hal-hal yang lebih
khusus yakni terkait dengan terapi dan dampak dari penggunaan alat-alat
tersebut.
Perencanaan
Pembuatan tujuan, identifikasi dari tindakan keperawatan yang tepat dan
pernyataan atas hasil yang diharapkan merumuskan rencana keperawatan.
Perencanaan tindakan keperawatan dibuat apabila diagnose telah diprioritaskan.
Perencanaan tindakan mencakup 4 unsur kegiatan yaitu observasi/monitoring,
terapi keperawatan, pendidikan dan tindakan kolaboratif. Pertimbangan lain
adalah kemampuan untuk melaksanakan rencana dilihat dari ketrampilan
perawat, fasilitas, kebijakan, dan standar operasional prosedur. Tujuan dari
perencanaan ini adalah untuk membuat efisiensi sumber-sumber, mengukur
kemampuan dan mengoptimalkan penyelesaian masalah (Depkes RI, 2006).
Implementasi
Perencanaan dimasukkan dalam tindakan selama fase implementasi. Ini
merupakan fase kerja aktual dari proses keperawatan.
Evaluasi
Suatu perbandingan antara hasil aktual pasien dan hasil yang diharapkan terjadi
dalam fase evaluasi. Pada bagian ini menunjukkan pentingnya modifikasi dalam
rencana keperawatan atau pengkajian ulang total dapa diidentifikasi.
Masalah Keperawatan yang biasanya muncul dan intervensi yang diberikan di
ruang perawatan kritis atau ICU adalah (Doengoes, 2002):
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
(instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan
perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan
terapi pasien-pasien yang menderita penyakit,cedera atau penyulit-penyulit yang
mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa. Keperawatan kritis
menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam hidup.
Perawatan kritis berperan sebagai advokat, care giver, kolaborator, peneliti, dan
koordinator serta berkomunikasi dan bekerjasama dalam tim.
SARAN
Sebagai perawat professional kita harus mampu memberikan asuhan
keperawatan kritis yang tepat pada klien dengan kondisi gawat. Selain itu
pemahaman terhadap konsep holism, komunikasi, dan kerjasama tim dalam
keperawatan kritis penting untuk menunjang perawatan terhadap klien agar
kondisi klien lebih baik dan status kesehatan meningkat sehingga angka
kematian dapat ditekan semaksimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA