Anda di halaman 1dari 17

ALAT PERCOBAAN ARAH RAMBAT CAHAYA PDA MEDIUM

YANG BERBEDA
PROPOSAL
diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Gelombang Optik
Dosen I : Diah Mulhayatiah, S.Si., M.Pd.
Dosen II : Winda Setya, S.Si., M.Sc.

Disusun oleh :

Oky Oktaviani 1162070054


Rudhya Khoiru Sabella 1162070062
Veggy Ariani 1162070073
Widiastuti Ledgeriana Mugiri 1162070074
Yolla Noer Endah 1162070077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
makalah ini bisa kami selesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Rasulullah SAW yang telah membukakan cahaya pengetahuan dan kebaikan kepada seluruh
umat manusia di mukabumi.
Proposal yang berkaitan dengan permbuatan alat “Arah Rambat Cahaya pda Medium yang
Berbeda” ini di susun dan diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah
Gelombang Optik yang di kontrak pada semester V. Dalam menyusun proposal ini tidak sedikit
hambatan yang kami hadapi, namun kami sadari bahwa kelancaran dalam menyusun proposal ini
tidak lain karena kerja sama dari kelompok kami, sehingga segala sesuatu hambatan bisa teratasi, dan
dengan mengucap syukur alhamdulillah penyusunan laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis proposal ini tentu saja menyadari masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam
menulis. Oleh karena itu, saran dan masukan untuk proposal ini kami harapkan sebagai upaya
memperbaiki kesalahan dalam penulisan proposal kami. Mudah-mudahan proposal ini dapat
memberikan banyak manfaat bagi semua pihak. Aamiin yaa robbal ‘alamiin.

Bandung, Desember 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................................................................iv
PEMBAHASAN...................................................................................................................................1
A. Pendahuluan...............................................................................................................................1
B. Tujuan.........................................................................................................................................2
C. Landasan Teori...........................................................................................................................2
D. Alat dan Bahan...........................................................................................................................5
E. Metodologi.................................................................................................................................5
F. Jenis Kegiatan............................................................................................................................7
G. Anggaran Dana...........................................................................................................................8
H. Desain Alat.................................................................................................................................8
I. Kesimpulan................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................v
CATATAN.............................................................................................................................................2

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pemantulan Teratur................................................................................................................4


Gambar 2 Pemantulan Baur...................................................................................................................4
Gambar 3 Sumber Cahaya Monokromatik............................................................................................9
Gambar 4 Sumber Cahaya Polikromatik................................................................................................9

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Pengamatan dari sumber cahaya monokromatik..............................................................7


Tabel 2 Data Pengamatan dari sumber cahaya polikromatik.................................................................7
Tabel 3 Anggaran Dana Pembuatan Alat................................................................................................8

iv
PEMBAHASAN

A. Pendahuluan
Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada percobaan. Suatu pengetahuan
yang tumbuh dari pengalaman-pengalaman, sedangkan pengalaman itu didapatkan dengan jalan
melakukan percobaa (Arum, Serevina, & Raihanati, 2015). Pada pembelajaran fisika
pemahaman konsep dengan pengalaman belajar langsung dapat dilakukan melalui kegiatan
praktikum.
Praktikum merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memecahkan atau membuktikan suatu
teori, yang meliputi, mengamati, mengukur, sehingga dipeoleh data yang kemudian dipergunakan
untuk menarik kesimpulan (Amien, 1998) Pengetahuan teoritis fisika disertai dengan kerja
praktek dapat memastikan efektivitas belajar mengajar fisika, selain itu tahapan-tahapan
praktikum dapat mengembangkan kerja ilmiah siswa yang pada gilirannya mendukung
penguasaan siswa pada konsep yang diajarkan serta siswa mampu menerapkan pemahamannya
dalam situasi yang berbeda (Hasbi, 2015).
Alat dan bahan praktikum merupakan salah satu komponen yang harus dipersiapkan sebelum
melakukan kegiatan praktikum . Alat praktikum yang baik adalah alat praktikum yang dapat
menunjukkan prinsip, gejala atau hukum alam, dan mengandung atau membawakan konsep-
konsep yang dipelajari. Salah satu hukum fisika adalah perambatan cahaya, pembiasan cahaya,
pemantulan cahaya, dan indeks biasnya. fenomena langsung dari pembiasan cahaya atau
pembelokan cahaya ketika melewati dua medium yang berbeda indeks biasnya, dengan
menggunakan sinar laser dan pengatur sudut sinar datang akan membuat pengguna alat lebih
tertarik untuk menggunakannya (Tipler, 2001).
Alat praktikum pembiasan cahaya umumnya digunakan kaca. Alat ini digunakan untuk
memperlihatkan pembiasan dan menghitung indeks bias udara dan kaca, sehingga alat praktikum
fisika khususnya untuk konsep pembiasan cahaya, indeks bias, dan pemantulan terdapat dalam
proses pembelajaran fisika. Ketika gelombang dari tipe apapun mengenai sebuah penghalang
datar seperti misalnya sebuah cermin, gelombang-gelombang baru dibangkitkan dan bergerak
menjauhi cermin. Fenomena ini disebut dengan pemantulan. Peristiwa pembelokan arah cahaya
ketika melalui medium yang berebeda kerapatannya disebut pembiasan. sedangkan Indek bias
merupakan salah satu sifat yang penting selain sifat absorbansi pada kaca dan dapat dijadiakan
standar untuk menentukan sifat dan kemurnian suatu larutan (Parmitasari & Hidayanto, 2013)
1
Berdasarkan uraian diatas, diperlukan suatu set praktikum yang dapat menunjukkan peristiwa
pembiasan cahaya, sudut kritis dan pemantulan sempurna pada beberapa medium yang berbeda.
Maka dikembangkan penelitian pembuatan alat dengan judul “Pembiasan dan pemantulan pada
medium yang berbeda”

B. Tujuan
1. Menganalisis sifat cahaya pada peristiwa pemantulan
2. Menganalisis sifat cahaya pada peristiwa pembiasan
3. Mengetahui proses terjadinya pembiasan cahaya
4. Mengetahui proses terjadinya pemantulan cahaya
5. Menghitung indeks bias suatu medium
6. Mengetahui proses perambatan cahaya
7. Menganalisis grafik hubungan indeks bias suatu medium terhadap sudut bias
8. Membuktikan pernyataan Hukum Snellius

C. Landasan Teori
Cahaya merupakan suatu gejala gelombang elektromagnetik yang memiliki sifat mendua. Di
satu sisi cahaya merupakan gelombang namun disisi lain cahaya memiliki sifat seperti sebuah
partikel. Salah satu sifat cahaya sebagai gelombang adalah dapat mengalami pemantulan
(refleksi) sedangkan salah satu sifat cahaya sebagai partikel dapat mengalami peristiwa
tumbukan (Herman, 2015).
Ketika sebuah berkasa cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas yang memisahkan
dua medium yang berbeda, seperti sebuah permukaan udara kava, energi cahaya dipantulkan dan
memasuki medium kedua, perubahan arah dari sinar yang ditransmisikan disebut pembiasan.
Ketika gelombang tipe apapun mengenaisebuah penghalang datar seperti misalnya sebuah
cermin, gelombang-gelombang baru dibangkitkan dan bergerak menjauhipenghalang tersebut.
Fenomena ini disebut pemantulan. Pemantulan terjadi pada bidang batas antara dua medium yang
berbeda seperti misalnya sebuah permukaan udara kaca dalam kasus dimana sebagian energy
datang dipantulkan dan sebagian ditransmisikan. Sudut anatara sinar datang dengan garis normal
(garis tegak lurus permukaan) disebut sudut datang, bidang yang dibatasi oleh garis ini disebut
sudut datang. Sinar yang dipantulkan terletak didalam bidang datang tersebut dan membentuk
sudut dengan garis normal yang sama dengan sudut datnag. Hasil ini dekanaldengan hukum
pemantulan. Hukum pemantulan berlaku untuk semua jenis gelombang (Tipler, 2001).
Pemantulan dan pembiasan pada optika geometri ini diawali dari sebuah pernyataan yang
dilontarkan oleh ilmuwan yang bernama Willebrord Snell , dimana dia menyatakan bahwa bila
seberkas cahaya mengenai bidang batas antara dua medium transparan maka pada keadaan

2
tertentu sebagian dari cahaya akan dipantulkan dan sebagian yang lainnya akan masuk kemedium ke
dua. Dari pernyataan ilumwan inilah pemantulan dan pembiasan cahaya pada suatu bidang atau
medium dapat dipahami beserta ketentuan ketentuan dan hal hal yangberkaitan dengan proses
terjadinya pemantulan dan pembiasan tersebut.Hukum Snellius adalah rumus matematis yang
memberikan hubungan antara sudut datang dan sudut bias padacahaya atau gelombang lainnya yang
melalui batas antara dua medium isotropik berbeda, seperti udara dan gelas. Perumusan
matematis hukum Snellius adalah

= =

atau

n1 sin 1 = n2 sin 2

atau

v1 sin 1 = v2 sin 2

Lambang 1 2 merujuk pada sudut datang dan sudut bias, v1dan v2 pada kecepatan cahaya

sinardatang dan sinar bias. Lambang n1 merujuk pada indeksbias medium yang dilalui sinar
datang,sedangkan n2 adalah indeks bias medium yang dilalui sinar bias (Giancoli, 2001).
Hukum Snellius pada awalnyaberbunyi mengenai bagaimana kondisi pemantulan dan
pembiasan bisa terjadi,seperti tentang terjadinya pemantulan cahaya yang menyatakan , “sinar
datang, sinar pantul, dan garis normal berada pada satu titik dan berada pada satu bidang datar”,
dan “sudut datang(i)akan sama dengan sudut pantul(r)”, dan mengenai pembiasan yang dinyatakan
oleh Snellius bahwa “ jika seberkas sinar masuk pada kaca plan paralel maka sinar akan
dibiaskan sejajar mendekati garis normal lalu setelah itu keluar dari kaca menuju udara kembali
menjauhi garis normal” (Halliday & Resnick, 1978).
Hukum eksperimen ini bersama-sama dengan pengamatan bahwa sinar masuk dan sinar yang
direfraksikan dan normal semuanya terletak pada bidang yang sama dinamakan hukum (law of
refraction) atau Hukum Snellius (Snell’s law). Jika cahaya terpantul keluar sebuah permukaan
batas dimana ni < nt proses tersebut disebut pantulan eksternal, jika ni > nt maka proses
tersebutmerupakan pantulan internal. Misalnya cahaya melintasi sebuah medium dengan indeks
bias yang lebih tinggi ke medium dengan indeks bias yang lebih rendah. Sebagian dari cahaya

3
yang datang dibiaskan dan sebagian dipantulkan pada batas. Karena t harus lebih besar (Young

& Freedom , 2003)


Pemantulan sendiri terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya
pemantulan teratur dan pemantulan baur. Pemantulan teratur, yaitu bilacahaya mengenai permukaan
yang datar sehingga cahaya yang dipantulkan membentuk pola yang teratur sedangkan pemantulan baur,
yaitu bila cahaya mengenai permukaan yang tidak rata sehingga cahaya dipantulkan tidak terarah atau
dengan kata lain arahnya tidak beraturan (Soedojo, 1992).
a. Pemantulan teratur

Gambar 1 Pemantulan Teratur


(Purwanti, 2009)
b. Pemantulan baur

Gambar 2 Pemantulan Baur


(Soedojo, 1992)
Dari konsep awal tadi Snellius mengembangkan konsep pembiasannya, Snellius menyatakan jika
seberkas sinar menuju permukaan kaca planparalel, maka sinar akan mengalami pembiasan
sebanyak dua kali. Pada pembiasan pertama sinar datang dari udara ke kaca, berarti dari medium
renggang ke medium rapat. Dalam hal ini sinar akan dibiaskan mendekati garis normal,
sedangkan pada pembiasan kedua sinar bias berfungsi sebagai sinar datang pada bidang batas kaca
dengan udara. Dalam hal ini sinar datang dari medium rapat ke medium renggang,sehingga sinar
dibiaskan menjauhi garis normal. arah sinar datang dengan sinar yang keluar dari kaca plan
paralel merupakan sinar yang sejajar. Besarnya pergeseran sinar (t) pada kaca planparalel
ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

4
d=

Ket :
d = pergeseran (m)
i = sudut datang (O)
r = sudut bias (O)
t= ketebalan kaca (m) (Tipler, 2001)

D. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat alat “Arah Rambat Cahaya pda
Medium yang Berbeda” adalah sebagai berikut.
 Wadah akrilik (10x10x5 cm) 3 buah
 Laser merah (cahaya monokromatik) 1 buah
 Lampu (cahaya polikromatik) 1 buah
 Kaca plan pararel 1 buah
 Busur 3600 2 buah
 Larutan / cairan secukupnya
 Kertas duplek (10x10 cm) 1 buah
 Cermin datar 1 buah
 Kertas secukupnya
 Korek api 1 buah

E. Metodologi
Prosedur percobaan yang harus dilakukan dalam membuat alat dan melakukan percobaan
menggunakan alat tersebut adalah sebagai berikut.
1. Prosedur percobaan membuat alat
a. Membuat desain alat percobaan yang akan dirangkai.
b. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
c. Membuat wadah yang terbuat dari akrilik dengan ukuran 30x10x5 cm yang diberi sekat
setiap jarak 10 cm yang akan menjadikan wadah tersbut terbagi menjadi 3 bagian.
d. Membuat penutup untuk salah satu wadah yang terletak paling ujung.
e. Menempelkan busur 3600 di bawah wadah akrilik tepat dengan posisi sekat yang telah
dirangkai.
5
f. Meletakkan cermin datar pada ujung wadah yang tidak memiliki tutup.
g. Menyiapkan suatu larutan / cairan berwarna secukupnya, dengan catatan warnanya tidak
terlalu gelap.
h. Meletakkan kaca plan pararel pada salah satu wadah yang posisinya dekat dengan cermin
datar.
i. Menuangkan larutan / cairan yang telah disediakan sebelumnya pada wadah yang berada
di bagian tengah.
j. Membakar kertas yang telah disediakan menggunakan korek api, kemudian memasukkan
asapnya ke dalam wadah yang memiliki tutup. Setelah itu, tutup wadah dengan rapih
sehingga tidak ada asap hasil pembakaran yang keluar.
2. Prosedur percobaan melakukan percobaan
a. Menyiapkan suatu larutan / cairan berwarna secukupnya, dengan catatan warnanya tidak
terlalu gelap.
b. Meletakkan kaca plan pararel pada salah satu wadah yang posisinya dekat dengan cermin
datar.
c. Menuangkan larutan / cairan yang telah disediakan sebelumnya pada wadah yang berada
di bagian tengah.
d. Membakar kertas yang telah disediakan menggunakan korek api, kemudian memasukkan
asapnya ke dalam wadah yang memiliki tutup. Setelah itu, tutup wadah dengan rapih
sehingga tidak ada asap hasil pembakaran yang keluar.
e. Meletakkan laser di ujung wadah yang berlawanan dengan letak cermin datar pada jarak
tertentu, kemudian menyalakan laser.
f. Setelah itu, mengamati perjalanan perambatan cahaya pada ketiga medium tersebut.
g. Kemudian, mencatat pembiasan cahaya yang terjadi pada masing-masing medium dengan
menganalisis sudut yang terbaca pada busur tersebut pada tabel yang telah disediakan.
h. Mengubah posisi laser hingga terlihat adanya pemantulan cahaya pada cermin yang
berada di salah satu ujung wadah. Kemudian menganalisi hasil pemantulan dan
pembiasan yang terjadi pada ketiga medium tersebut.
i. Untuk menganalisis konsep pembiasan, kita dapat menggunakan perbandingan sudut dan
indeks bias medium yang digunakan.
j. Untuk menganalisis konsep pemantulan, kita dapat menggunakan persamaan Hukum
Snellius.

6
k. Kemudian, mencatat pembiasan dan pemantulan cahaya yang terjadi pada masing-masing
medium dengan menganalisis sudut yang terbaca pada busur tersebut pada tabel yang
telah disediakan.
l. Melakukan percobaan yang sama dengan mengganti sumber cahaya, yaitu dengan
menggunakan lampu polikromatik. (Catatan: pada lampu polikromatik (putih) harus
diletakkan sebuah kertas duplek yang telah di beri 3 lubang kecil di antara lampu dengan
wadah, untuk meluruskan cahaya yang tersebar)
m. Membuat tabel pengamatan.
Tabel 1 Data Pengamatan dari sumber cahaya monokromatik

Medium 1 Medium 2 Medium 3


Percobaan
Sudut sinar Sudut sinar Sudut sinar Sudut sinar Sudut sinar Sudut sinar Ket.
Ke-
datang pantul datang pantul datang pantul
1
2
3
4
5
Tabel 2 Data Pengamatan dari sumber cahaya polikromatik

Medium 1 Medium 2 Medium 3


Percobaan
Sudut sinar Sudut sinar Sudut sinar Sudut sinar Sudut sinar Sudut sinar Ket.
Ke-
datang pantul datang pantul datang pantul
1
2
3
4
5

F. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilakukan pada kesempatan ini adalah jenis kegiatan eksperimen dimana
kami membuktikan adanya pembiasan dan pemantulan cahaya pada medium yang berbeda. salah
satu sifat cahaya adalah mengalami pembelokan bila melewati batas dua medium. Peristiwa
pembelokan cahaya ini disebut dengan pembiasan (refraksi). Adapun pemantulan adalah proses
terpancarnya kembali cahaya dari permukaan benda yang terkena cahaya. Peristiwa pemantulan
cahaya secara mudah dapat kita amati pada permukaan benda yang mengkilap seperti cermin
atau logam.
Sehingga eksperimen ini dilakukan untuk mengimplementasikan materi tersebut dengan ala
yang akan kelompok kami buat untuk menjelaskan materi agar peserta didik mampu melihatnya
tidak secara konseptual saja namun juga bisa melihat secara nyata.

7
G. Anggaran Dana
Tabel 3 Anggaran Dana Pembuatan Alat

ANGGARAN BIAYA PEMBUATAN ALAT


No Perihal Banyaknya Harga Satuan Jumlah
1 Wadah Akrilik 3 Rp 50,000 Rp 150,000
2 Laser Merah 1 Rp 10,000 Rp 10,000
3 Lampu 1 Rp 15,000 Rp 15,000
4 Kaca Plan Paralel 1 Rp 125,000 Rp 125,000
5 Busur 360° 2 Rp 14,500 Rp 29,000
6 Larutan secukupnya - Rp -
7 Kertas Duplek 1 Rp 5,000 Rp 5,000
8 Cermin Datar 1 Rp 15,000 Rp 15,000
9 Kertas 1 Rp 1,000 Rp 1,000
10 Korek Api 2 Rp 1,500 Rp 3,000
Jumlah Rp 353,000

H. Desain Alat
Adapun desain alat yang akan kami buat dapat dilihat pada kedua gambar di bawah ini.

Gambar 3 Sumber Cahaya Monokromatik

8
Gambar 4 Sumber Cahaya Polikromatik

I. Kesimpulan
Pemantulan terjadi saat sinar datang,sinar pantul dan garis normal terletak dalam suatu
bidang datar (blok kaca) sehingga sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r). Sedangkan
pembiasan terjadi saat sinar datang melalui dua batas medium yangberbeda indeks biasnya, jika
sinar datang dari medium renggang menuju medium rapat (n1<n2) maka sinar dibiaskan
mendekati garis normal dan jika sinar datang dari medium rapat menuju medium renggang (n1>n2)
maka sinar dibiaskan menjauhi garis normal.
Melalui sudut datang dan sudut bias , indeks bias dari kaca atau medium
yang digunakan dapat dicari menggunakan persamaan dari Hukum Snellius yaitu :
n1sin i = n2 sin r

Ket :
n1= indeks bias udara(1)
n2= indeks bias medium
Berdasarkan persamaan ini dapat dicari nilai n2 (indeks bias kaca) dimana nilai n2 yang
didapat adalah hasil dari rata rata nilai n 2 dari setiap variasi sudut datangdan sudut bias.
Perambatan cahaya dilukiskan dengan seinar, yaitu tuas garis berarah. Karena cahaya merambat
menurutt garis lurus, maka ketika cahaya terhalang oleh benda yang tidak tembus cahaya (disebut
benda gelap) daerah di belakang penghalang tidak akan menerima cahaya. Jika di belakang
penghalang terdapat layar atau dinding, pada layar atau dinding terbentuk daerah gelap yang
9
disebut bayang-bayang. Garis rambatan cahaya disebut sinar. Sinar adalah pancaran cahaya
sangat tipis yang membentuk sebuah garis lurus. Jadi, kumpuan sinar akan membentuk cahaya.

Pergesersan (d) yang terjadi pada saat percobaan dapat diukur secara langsung dengan
mengukur pergeseran tersebut, namun sebagai pembanding nilai pergeseran (d) dapat dihitung
melalui persamaan yang diutarakan oleh Snellius,yaitu :

d=

Ket :
d = pergeseran (m)
i = sudut datang (O)
r = sudut bias (O)
t= ketebalan kaca (m)

10
DAFTAR PUSTAKA

Amien, M. (1998). Buku Pedoman Laboratorium dan Petunjuk Praktikum Pendidikan IPA Umum
(General Science) Untuk Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Arum, S. R., Serevina, V., & Raihanati. (2015). Pengembangan Set Praktikum Pembiasan Cahaya
untuk Pembalajaran Praktikkum Fisika di SMA. VII(2).
Giancoli, D. C. (2001). Fisika Jilid 2 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Halliday, & Resnick. (1978). Fisika Jilid 2 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Herman, a. L. (2015). Penuntun Fisika Dasar 2. Makasar : Laboratorium Fisika Dasar Jurusan
FMIPA UNM.
Hasbi, M. A. (2015). Pengembangan Alat Peraga Listrik Dinamis (APLD) Berbasis Inkuiri untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa.
Parmitasari, P., & Hidayanto. (2013). Analisis Korelasi Indeks Bias dengan Konsentrasi Sukrosa
Beberapa Jenis Madu menggunakan Portable Brix.
Purwanti, E. (2009). Fisika untuk SMA/MA. Klaten: Intan Pariwa.
Soedojo, P. (1992). Asas-asas ilmu Fisika Jilid 4. Yogyakarta: Gadjahmada University Perss.
Tipler, A. (2001). Physics for Scientists and Engineers Diterjemahkan oleh Bambang Soegijono
Fisika untuk Sains dan Teknik. Edisi. 3 Cet. 1. Jilid II.
Young, & Freedom . (2003). Fisika untuk Universitas Jilid 2 (terjemahan). Jakarta : Erlangga.

v
CATATAN

Anda mungkin juga menyukai