Anda di halaman 1dari 33

PITFALLS

PADA INTERPRETASI
Pitfalls in Chest RADIOGRAFI DADA :
JOURNAL
Radiographic BINTIK BUTA
READING Interpretation:
Blind Spots Pembimbing : dr. Evi Artsini, Sp. Rad (K)
deGroot PM, Carter BW, Abbott GF, Wu CC Presentan : Rizki Amallia
http://dx.doi.org/10.1053/j.ro.2015.01.008
Dipresentasikan : 13 Juni 2019
PENDAHULUAN
Radiografi dada  pemeriksaan radiologi yg paling sering dikerjakan  karena merupakan bagian dari
sistem pelayanan kesehatan yg mudah diakses, tidak mahal, & efisien

Dosis radiasi radiografi dada cukup rendah  sering dikerjakan di UGD, ICU, & tempat lainnya (pusat
investigasi & follow up tanda & gejala yg dialami pasien)  biasa berkaitan dgn penyakit jantung & paru-

Jens Martensson
paru, serta alat skrining bagi pasien imunokompromis

Kadang terjadi human error pada pelayanan radiologi  dalam proses pembuatan foto & interpretasi hasil
foto  menimbulkan kekeliruan atau tertundanya diagnosis  mengakibatkan kesalahan terapi, terutama
pada kasus benigna atau maligna.

Dengan demikian penting utk menyadari human error tsb, agar dapat diperbaiki kemudian

Pada artikel ini, dijelaskan beberapa faktor yg berkontribusi dalam terjadinya kesalahan interpretasi &
deteksi kelainan radiografi dada  dengan tujuan utk meningkatkan akurasi dalam interpretasi radiografi
dada
FAKTOR YANG BERPERAN DALAM TERJADINYA
KESALAHAN PELAPORAN FOTO RADIOLOGI
RADIOGRAFI DADA
Kesalahan pelaporan foto radiologi terbagi dalam 2 kategori, yaitu :

1. Kesalahan deteksi atau persepsi (terjadi 2. Kesalahan interpretasi (terjadi ketika


ketika pembaca gagal menilai adanya suatu kelainan teridentifikasi, namun dianggap sebagai
kelainan) variasi normal)

Jens Martensson
Walaupun kesalahan dapat terjadi pada semua modalitas imejing, namun lebih cenderung terjadi
pada foto polos,  karena dalam menampilkan struktur anatomi tubuh seringkali tumpang tindih
dengan struktur lainnya. Apalagi pd foto polos diketahui resolusi kontrasnya juga terbatas.

Kesalahan yg sering terjadi pd foto polos thorax adalah terlewatnya kanker paru primer.

Dilaporkan kesalahan mendeteksi adanya lesi kanker paru = 20-50 %.

Interpretasi false positif sekitar 2%.


Berdasarkan penelitian Berlin, dkk. Beberapa faktor yg dapat
berpengaruh terhadap terjadinya kesalahan dalam mendeteksi &
menginterpretasi foto polos thorax, diantaranya :

1. Karakteristik Lesi

• Lokasi, ukuran, densitas, bentuk lesi

Jens Martensson
2. Faktor teknis

• Kualitas foto, kondisi lingkungan pembacaan foto

3. Faktor pengamat foto (observer)

• Kelelahan, Kepuasan Dalam Mencari Kelainan, Pengetahuan & Pengalaman,


Bias
1. KARAKTERISTIK LESI
Gbr 1. Blind spot yg
umum terdapat pada foto
a. Lokasi Lesi polos thorax, di proyeksi PA &
lateral.
 Di beberapa penelitian,  Ungu (apex paru)
disebutkan  lokasi  Orange (para mediastinal
terbanyak space)
ditemukannya kanker  Biru (hilum)
paru  lobus superior  Biru dgn blackdots

Jens Martensson
 namun byk struktur (suprahilar space)
yg tumpang tindih   Biru dgn whitedots
mengganggu visualisasi. (infrahilar space)
 Pink (retrocardiac space)
 Penelitian oleh Monnier-
 Hijau (basal paru
Cholley dkk,  bahwa
dibelakang diafragma)
apex pulmo & area
 Biru bergaris-garis
paramediastinum 
(sternum)
lokasi yg paling sering
 Hitam garis putus-putus
terlewati mendeteksi
(vertebra)
tumor paru.
 Tosca (retrosternal space)
 Tumor perihiler juga  Kuning (retrotracheal
sulit utk dideteksi space)
 Hitam garis tegas
(trakea)
1. KARAKTERISTIK LESI
b. Ukuran Lesi

Nodul berdiameter ≤ 1 cm umumnya sulit terlihat karena dibawah resolusi,


kecuali lebih padat, seperti nodul dgn kalsifikasi.

Beberapa peneliti menemukan  batas penglihatan terendah melihat nodul 


yg berukuran 4 mm.

Jens Martensson
Penelitian Austin dkk,  terlewatinya nodul kanker paru dgn ukuran rata-rata 16
mm.

Penelitian Donald & Barnard  diameter nodul paru antara 9 & 40 mm terlewati

Quekel dkk  lesi pada regio paramediastinum & regio perihiler lebih sering
terlewati dibandingkan dengan lesi pada perifer paru.
1. KARAKTERISTIK LESI

c. Densitas
Densitas lesi paru bervariasi tergantung spektrumnya  mulai dari lesi solid hingga opasitas
Lesi ground glass

Pada adenokarsinoma paru biasanya ditandai adanya nodul ground-glass yg sulit dilihat pd
foto polos

Jens Martensson
Nodul campuran juga sulit untuk dideteksi  bergantung pada ukuran komponen
solidnya.

Potensi malignansi yg signifikan terjadi pd nodul yg ground glass & nodul sebagian solid

Nodul ground glass sekitar 18 %. Nodul campuran sekitar 63%


1. KARAKTERISTIK LESI
d. Bentuk Lesi

Lesi solid
berbatas tegas
lebih jelas
terlihat

Jens Martensson
dibanding dgn
lesi berbatas
tak tegas

Lesi kistik
berdinding tipis,
juga cukup sulit
utk diidentifikasi
2. FAKTOR TEKNIS

b. Kondisi Lingkungan
a. Kualitas Foto
Pembacaan Foto

 Hal yg esensial dalam keakuratan  Pencahayaan dalam membaca foto


interpretasi foto. juga dapat menimbulkan persepsi
 Apex pulmo & sinus costofrenikus keliru pada mata.

Jens Martensson
sebaiknya terlihat  Belum ada jarak optimal dalam menilai
 Tingkat penetrasi photon juga dapat foto toraks. Resolusi foto harus
mempengaruhi kejelasan adanya adekuat.
kelainan.  Gangguan dari kondisi lingkungan
 Artefak dari objek yg overlying  seperti seperti kebisingan & penyelaan juga
pacemaker atau automatic implantable dapat berdampak negatif saat
cardioverter defibrillators & chemoport melakukan interpretasi foto.
berpotensi mengaburkan lesi.
3. FAKTOR PENGAMAT FOTO (OBSERVER)

a. Kelelahan c. Pengetahuan & Pengalaman

b. Kepuasan Dalam
 Akibat perkembangan pelayanan Mencari Kelainan  Kesalahan interpretasi dapat
kesehatan yg kian pesat  berasal dari variasi normal
meningkatnya jumlah permintaan maupun struktur abnormal.

Jens Martensson
foto. Penelitian menunjukkan  Pengenalan variasi anatomi
 Penelitian pada pergerakan mata jika sudah ditemukan normal yg mirip dengan lesi
radiolog  sekurang-kurangnya suatu kelainan pada membantu dalam mengurangi
memerlukan waktu 4 detik dalam foto  cenderung terjadinya false positive &
menilai kelainan pada foto  jika radiolog berhenti dalam membantu dalam mengidentifikasi
kurang dari itu, maka terjadi mendeteksi kelainan kelainan yang diperlukan untuk
peningkatan false positive & false lainnya yang mungkin investigasi selanjutnya.
negative. saja ada  Woodring  beberapa temuan
 Akibatnya, banyaknya permintaan berkaitan dengan kanker paru yg
pembacaan foto pada radiolog jarang, namun tidak juga boleh
selama beberapa jam  diabaikan  adanya cavitas
memungkinkan terjadinya human berdinding tipis, lesi kistik,
eror. konsolidasi, nodul satelit
3. FAKTOR PENGAMAT FOTO (OBSERVER)
d. Bias

 Indeks insidensi penyakit juga  Adanya riwayat klinis terbukti membantu


berpengaruh pada interpretasi foto polos keakuratan pelaporan foto polos dada 
dada. namun sebaliknya, riwayat penyakit
terdahulu yg terlalu lengkap juga dapat
 Austin dkk  kasus kanker paru jarang
menimbulkan overlook atau underestimate

Jens Martensson
pada wanita, sehingga menimbulkan
pada temuan imejing, yg dikenal dengan
kecenderungan bahwa temuan kanker
istilah framing bias.
paru hanya terjadi pada pria.
 Solusi terhadap adanya dilema ini 
 Pada tahun 1980, kasus kanker paru pada
menetapkan pembacaan foto sebelum
pria dibanding wanita adalah 3 : 1.
mengetahui riwayat klinis.
 Saat ini, karsinoma paru diketahui sebagai
 Disamping itu juga terdapat
penyebab kematian tertinggi akibat kanker
kecenderungan bahwa hasil pembacaan
baik pada pria maupun wanita25.
foto sebelumnya oleh radiolog yg normal,
 Bahkan kejadian karsinoma paru tidak telah dianggap sudah benar, sehingga
hanya terjadi pada pasien dengan riwayat terpengaruh oleh pembacaan tsb, dikenal
merokok saja. dengan istilah alliterative error.
BINTIK BUTA

Jens Martensson
PADA FOTO THORAX
BINTIK BUTA PADA FOTO THORAX PROYEKSI POSTERO ANTERIOR (PA)
Apex pulmo

Kelainan pada apex pulmo


dikaburkan oleh adanya tulang yg
tumpang tindih, yaitu costae,
clavicula, & scapula, ditambah
struktur vaskuler12 (gbr. 2).

Jens Martensson
Secara epidemiologi, kasus kanker
paru banyak terjadi pada lobus
superior, sehingga menjadi area yg
penting untuk dievaluasi.

Melihat kesimetrisan dari apex


pulmo mungkin cukup membantu
radiolog dalam membuat
keputusan16
Gbr 2. (A) Thorax PA view, dari pasien pria, usia 68 thn  suatu opasitas
halus pada apex sinistra (B) CT coronal dgn lung window  opasitas pada apex
sinistra, setelah dikonfirmasi dengan tindakan bedah dibuktikan bahwa opasitas
tsb adalah adeno carcinoma.
BINTIK BUTA PADA FOTO THORAX PROYEKSI PA

Ruang Retrosternal

Adanya bayangan superimposed dari sternum


& mediastinum membuat ruang retrosternal
sulit terlihat pada proyeksi PA, dimana ruang
tsb terdiri dari lemak, vaskuler, nodus

Jens Martensson
limfatikus, & timus, serta dibatasi oleh lobus
superior.

Gbr 3. (A) Thorax PA, pada


pasien pria, usia 76 thn, dengan
Chronic Lymphocytic Leukemia
(CLL)  tampak hilum kanan
sedikit memadat (B) Lateral view
 opasitas konveks abnormal
pada area retro sternal (C) CT
axial dengan soft tissue window
 limfadenopati mammaria
interna dextra
BINTIK BUTA PADA FOTO THORAX PROYEKSI PA

Mediastinum

Mediastinum terdiri dari pembuluh


darah besar, airway, lemak & nodus
limfatikus.

Jens Martensson
Banyak struktur yg tumpang tindih

Gbr 4. (A) Thorax PA dari


pasien wanita, 56 thn  opasitas
bentuk lobulated, pada inferior
trakea (B) Lateral view 
opasitas pada area tsb (C) CT
coronal dengan lung window 
lesi multilobulated pada inferior
trakea yg meluas hingga ke dalam
bronkus primer sinistra,
dikonfirmasi merupakan suatu
neoplasma adenoid kistik primer
Area paramediastinal merupakan hal
yang penting untuk dievaluasi,
karena merupakan lokasi kedua
tersering terlewatinya kanker paru10
(gbr 5)

Jens Martensson
Gbr 5. (A) Thorax PA dari pasien wanita, usia
50 thn  opasitas di area suprahilar dextra (B)
Lateral view  peningkatan opasitas anterior &
superior dari bayangan hilus dextra (C) CT
axial dengan lung window  massa lobus
superior dextra, konfirmasi biopsi  squamous
cell carcinoma. (D) PET CT  posisi dari lesi
pada hilus
BINTIK BUTA PADA FOTO THORAX PROYEKSI PA
Hilus

 Hilus terdiri dari  bronkus, arteri & vena


pulmonalis. Adanya struktur vaskuler yg
bercabang pada area tsb & adanya variasi
anatomis  tantangan bagi radiolog

 Hilus normal  bentuk konkaf & tajam.

Jens Martensson
Konveksitas atau lobulasi dari sudut hilus
atau peningkatan densitas dari hilus 
tanda suatu kelainan16.

 Posisi hilus sinistra biasanya sedikit lebih


tinggi dibandingkan dextra. Pergeseran Gbr 6. (A) Thorax PA, pasien
posisi hilus ini dapat terjadi oleh adanya wanita, 48 thn  abnormalitas
efek massa langsung ataupun oleh (B) Lateral  sebuah nodul yg
penarikan akibat suatu abnormalitas. terlihat di anterior setinggi
hilum (C) Axial CT, lung window
 Vaskuler pada hilus dapat mengaburkan  suatu nodul paru di lobus
kelainan pada infra & retro hilus. Sehingga medialis yg sejajar dengan
sebaiknya dikorelasikan dengan temuan struktur hilus dextra. CT-guided
pada foto lateral (gbr 6) biopsy  metastasis paru yg
berasal dari axillary adenoid
cystic carcinoma.
BINTIK BUTA PADA FOTO THORAX PROYEKSI PA
Retrocardia Space

• Pada foto PA, bayangan jantung dapat menurunkan kejelasan pada area paravertebral & retrocardia
lobus inferior.

Jens Martensson
• Area tersebut terdiri dari lemak, nodus limfatikus, aorta descendens & esofagus. Lobus inferior
sinistra lebih banyak berada di area retrocardia dibandingkan lobus inferior dextra.

• Kelainan pada area tersebut dapat berupa kelainan pada esofagus, hiatus hernia, infeksi
mediastinum, kelainan paru, & efusi pleura.
BINTIK BUTA PADA FOTO THORAX PROYEKSI PA
Basal Paru

 Sulcus costofrenicus posterior


biasanya meluas hingga setinggi VL
1 dimana segmen posterior &
lateral basal paru lobus inferior
berlokasi di belakang dome

Jens Martensson
diafragma.
 Area ini sulit dievaluasi pada foto
PA karena organ abdomen bisa
menutupi diafragma (gbr 7).
Gbr 7. (A) PA, laki-laki, 61 thn, yg
diketahui telah mengalami metastasis
pada paru yg berasal dari renal cell
carcinoma, namun lesinya tidak terlihat
pada foto saat ini (B) Lateral  2 nodul
rounded, 1 overlying dgn VTh & 1 lagi di
sulcus costophrenicus posterior. (C)
Coronal CT dalam narrow window 
nodul di posterior dari paraspinal dextra
& basal lobus inferior bagian posterior
BINTIK BUTA PADA FOTO THORAX PROYEKSI PA
 Densitas dari dinding dada, terdiri
Vertebra Thoracalis dari otot & lemak, tidak selalu jelas Abdomen Atas
terlihat pada foto polos.

 Corpus vertebra harus sejajar,  Tanda yg paling dapat membantu  Abdomen atas sebagian areanya
tanpa adanya spondilolistesis, dalam menentukan kelainan pada terlihat pada foto polos dada.
angulasi yg tajam, atau kifosis. dinding dada adalah asimetris
dengan penyebaran unilateral dari  Perlu dipastikan bahwa kelainan
 Tinggi corpus vertebra & discus soft tissue dinding dada atau leher. berasal dari gaster, dilatasi usus,
intervertebralis harus sama udara bebas intraperitoneal, atau

Jens Martensson
 Adakalanya, suatu lesi pada kelainan intraabdomen lainnya16
 Semua korteks tulang harus mammae berlokasi pada thorax
terlihat dengan baik. inferior, mirip dengan kelainan
 Peningkatan densitas tulang perlu paru17.
diperhatikan, karena dpt diduga  Korelasi riwayat klinis & foto lateral
suatu metastasis tipe blastik. membantu dalam mengklarifikasi
temuan.

Dinding Dada
BINTIK BUTA PADA FOTO THORAX PROYEKSI LATERAL

Apex Pulmo

 Sulit dievaluasi pada foto lateral.  Mediastinum pada foto lateral terdiri dari
pembuluh darah besar, jantung, & airway, yg
 Variasi individu bisa menjadi sulit untuk
dikelilingi oleh lemak mediastinum.
dibedakan, karena diameter transversal
cavum thorax lebih besar dibandingkan  Aorta thorakalis relatif mudah dilihat karena

Jens Martensson
diameter PA dekat dengan paru
 Disamping itu, pembuluh darah cabang  Trachea yg berisi udara biasanya jelas terlihat
aorta, yg dilingkupi oleh lemak seperti suatu lusensi tubular yg meluas hingga
mediastinum, hanya terlihat sekitar 10% ke inferior dari thoracic inlet.
saja30

Mediastinum
BINTIK BUTA PADA FOTO THORAX PROYEKSI LATERAL

 Infrahilar space  suatu lusensi


Hilus triangular dibawah brokus primer
sinistra & arteri pulmonalis
 Struktur yg tumpang tindih dari hilus
dextra.
pada foto lateral menjadi tantangan utk
dievaluasi.  Terdiri dari lemak & nodus

Jens Martensson
limfatikus kecil. Lebih jelas
 Penting utk melakukan suatu
terlihat pada foto lateral
pendekatan sistematis dalam
daripada frontal.
menempatkan struktur hilus yg terlihat,
 arteri pulmonalis sinistra, opasitas  Kelainan pada ruang biasanya Interpreting chest x ray, CT scans, and MRI.
Http://accessmedicine.mhmedical.com

vaskuler hilus dextra, bronkus primer berhubungan dengan adanya

lobus superior sinistra & bronkus limfadenopati atau lesi dari suatu

intermedius serta menentukan massa16

iregularitas kontur, peningkatan


densitas, & abnormalitas disekitarnya30 Infrahilar Space
BINTIK BUTA PADA FOTO THORAX PROYEKSI LATERAL

Sulcus Costofrenikus Posterior Vertebra Thoracalis

 Sebaiknya jelas terlihat pada foto lateral, kecuali  Perhatikan kelurusan dari corpus vertebra,
jika pasien rotasi ke kiri atau memiliki scoliosis tinggi vertebra & jarak DIV serta integritas
tulang belakang korteks tulang dalam menganalisa foto
lateral.
 Sudut costofrenikus posterior dapat menjadi

Jens Martensson
tumpul karena beberapa sebab, seperti emfisema  Sternum dapat lebih baik terlihat pada foto
& hernia Bochdalek. lateral daripada frontal & evaluasi adanya
abnormalitas sangatlah penting
 Penting untuk menetapkan kemungkinan adanya
carian pleura pada area ini & kelainan di sekitar
lobus inferior.
 Area vertebra thoracalis bagian bawah sebaiknya
tampak lebih lusen daripada area vertebra bagian Dinding Dada
atas oleh karena menurunnya densitas soft tissue
pada thorax bagian bawah16. Soft tissue pada dinding dada sebaiknya dinilai
 Ketika tidak terlihat demikian, maka dikenal pada foto lateral dengan mencari konveksitasnya
dengan istilah spine sign  mengindikasikan yg signifikan sebagai pertanda adanya kelainan
suatu kelainan patologis pada sulcus costofrenikus
posterior atau lobus inferior
TEACHING POINTS

Belajar Memverifikasi

 Penting utk memastikan informasi identitas


pasien yg benar agar dapat mencegah

Jens Martensson
kesalahan dalam pelaporan.

 Penting juga utk memverifikasi tanggal &


waktu pemeriksaan agar dapat mencegah
menginterpretasikan foto lama yg dianggap
foto baru.
Gbr 8. (A) PA  opasitas
multiple pada hemithorax sinistra.
Pencarian Pola Adanya gangguan visual
membuat sulit utk menentukan
bahwa terdapat lesi pada
 Pentingnya mengulang dalam melihat lokasi yg parenkim paru B & C) Axial CT
khas, seperti pada apex pulmo baik foto frontal dengan lung windows  2 buah
maupun lateral. lesi speculated pada lobus
superior pulmo sinistra pada
 Area mediastinum, hilus, paramediastinum, & pasien dengan paparan asbes &
perihiler perlu diamati dengan sangat hati-hati. riwayat merokok

Jens Martensson
 Perhatian khusus pada retrosternal & retrocardia
space, infrahilar space, & sulcus costofrenikus
posterior pada foto lateral.
 Penelitian menunjukkan bahwa 2 – 5 % kanker
paru dapat terlihat pada foto lateral & bisa tidak
tampak pada foto frontal 9,14.
Dasar Pengetahuan

 Tidak ada pengganti dalam wawasan


mengenai anatomi baik pada foto
thorax PA maupun latreral, seperti line,
stripe, & space pada thorax.
 Tidak hanya bermodal pengetahuan

Jens Martensson
saja, namun pengalaman bertahun-
tahun juga sangat penting17 (gambar
9).
 Dengan perkembangan teknologi Gbr 9 (A) PA  suatu cardiac
seperti adanya CT scan, residen &
silhouette yg prominent &
radiolog menjadi memiliki waktu yg
tortuous aorta torakalis.(B)
kurang dalam menginterpretasikan
foto polos thorax, mengingat adanya Lateral  suatu opasitas
CT scan dapat meningkatkan noduler overlying batas atrium
sensitivitas interpretasi foto kiri terhadap anterior VTh (C)
Axial CT dlm narrow window 
adanya suatu aneursima arteri
pulmonalis inferior sinistra, yg
menyerupai suatu nodul paru
seperti yg tampak pada foto
lateral
Perbandingan Faktor Teknis

 Membandingkan langsung dengan foto  Kualitas teknik foto yg rendah dapat menjadi
lama adalah hal yg penting dalam dasar terjadinya malpraktik.

Jens Martensson
melihat perkembangan suatu kelainan  Ketika sebuah foto tidak layak utk menjawab
patologis pada pasien. pertanyaan klinis, maka diperlukan foto ulang
 Mereview foto lama juga membantu atau pemeriksaan lainnya.
radiolog dalam mengidentifikasi
 Evaluasi rutin terhadap kualitas foto
kejadian tertukar foto pasien yg sebaiknya dilakukan agar selalu dapat
berbeda, walaupun kasus nya jarang.
menghasilkan gambaran foto yg adekuat.
Kondisi Saat Pembacaan Membaca Dua Kali

 Kondisi ideal saat membaca  Foto yang dibaca oleh 2 orang yg


foto termasuk dalam hal berbeda diketahui membantu
pencahayaan ruangan & dalam mencegah kesalahan deteksi

Jens Martensson
minimalisir gangguan saat kelainan pada foto4.
membaca.
 Hal ini seperti pada proses
 Jarak pembacaan fleksibel. pendidikan, dimana residen &
konsulen membaca foto yg sama.
 Kelelahan dalam membaca
juga penting utk  Konsultasi langsung antara klinis &
diperhatikan. radiolog juga penting, ketika
dicurigai adanya ketidaksesuaian
antara gambaran klinis & temuan
radiologis.
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
RADIOGRAFI
Dual-energy substraction radiography, baik dgn
single atau double PA exposure, menghasilkan 2 energi
kVp yg berbeda utk mensubstraksi struktur tulang pd foto
& memproduksi gambaran soft tissue.

Penelitian menunjukkan  deteksi nodul paru oleh

Jens Martensson
radiolog & residen dgn substraksi soft tissue menjadi
lebih baik32. Ide dkk, melaporkan  lesi subsolid menjadi
lebih jelas dgn teknologi substraksi energy (gbr 10)
Gbr10. (A) PA, wanita, 65 thn
 tampak asimetris hemithorax
akibat adanya scoliosis.
Teknis tsb juga dapat mengkonfirmasi adanya calcium (B) Dual energy subtraction soft
didalam sebuah nodul paru32. tissue image  nodul pada apex
dextra, pada area costo
chondral junction pertama
dextra. (C) Axial CT, lung
Namun demikian, tetap ada keterbatasan, seperti window  konfirmasi adanya
kurangnya visualisasi dari ruang retrocardia dibandingkan nodul solid berasal dari suatu
dengan foto polos PA & evaluasi bagian perifer paru yg adecarcinoma paru.
kurang optimal.
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
RADIOGRAFI
Program Computed-Aided Detection (CAD) juga tersedia. Dimana cara
kerjanya dengan mengidentifikasi area yg mengalami peningkatan densitas
pada foto.

Radiolog kemudian memutuskan apakah area tersebut menunjukkan potensi

Jens Martensson
suatu lesi ataukah artefak.

Sistem CAD memiliki keterbatasan yaitu tinggi nya false positive.

Penelitian menggunakan program CAD menunjukkan peningkatan


keakuratan & sensitifitas dalam mendeteksi kanker paru oleh residen32

Penelitian oleh Kligerman dkk mengungkapkan bahwa software komputer


mampu mendeteksi lesi kanker yg kecil & sangat kecil sekitar 40%
KESIMPULAN

Kesalahan dalam pembacaan foto radiologi barangkali belum dapat dihindari secara total,

Jens Martensson
karena banyak factor yg dapat menimbulkan hal tsb6. Namun demikian, pemahaman
mengenai pola kesalahan, pitfall & bintik buta yg berpengaruh dalam menginterpretasikan
foto polos thorax dapat membantu radiolog dalam meningkatkan keakuratan interpretasi
TERIMA KASIH
&
MOHON ASUPAN

Jens Martensson

Anda mungkin juga menyukai