Angka harapan
Perjalanan hidup
berkecepatan osteoporosis;
tinggi kejadian jatuh
Age of
trauma
PENDAHULUAN
Tulang kortikal:
lebih rentan
terhadap
tension dan
shear.
Tulang
spongiosa:
lebih rentan
terhadap
compression.
Stress fractures
Fraktur patologis
A. Fraktur traumatik akut
2. Ekstensi
3. Konfigurasi
1/3 proksimal,
1/3 tengah, 1/3
distal
Intra/ekstra artikular
Skeletal imatur:
keterlibatan fisis +/-
1. Lokasi (lanj..)
Fraktur tibial
Fraktur intraartikular plateau
dengan
radiografi lateral cross- diastasis dan
depresi ringan
table: fragmen
lateral
Fluid-fluid level
(hemarthrosis)
Fat-fluid level (lebih spesifik)
Step-off/ gap >2 mm: risiko
osteoarthritis post trauma
Radiografi lutut lateral cross-table pada
pasien dengan fraktur tibial plateau fat-
2. Ekstensi
a. Fraktur complete ≥ 2
fragmen
b. Fraktur incomplete: sebagian
korteks masih intak
Tersering pada anak
Pada dewasa umumnya akibat
mekanisme tidak lazim/ pada
tulang yang melemah oleh
penyakit seperti osteomalasia
3. Konfigurasi
a. Fraktur simple
1 garis fraktur, 2 fragmen fraktur
• Fraktur transversal (1)
• Fraktur oblique (2)
• Fraktur spiral (3)
b. Fraktur comminuted >1 garis fraktur, >2 fragmen
fraktur (4)
Butterfly-comminuted fracture
Fraktur comminuted segmental
c. Fraktur kompresi (crush fracture) pada vertebrae (5)
d. Depressed fracture pada skull
3. Konfigurasi (lanj..)
Fraktur comminuted
segmental:
tulang yang sama
mengalami fraktur pada 2
lokasi terpisah, dengan
segmen tulang yang intak
di antara kedua lokasi
fraktur
4. Hubungan antara masing –
masing fragmen fraktur
a. Undisplaced
b. Displaced
Translasi pergeseran fragmen fraktur ke lateral
Angulasi perubahan arah fragmen terhadap sumbu panjang
tulang
Distraksi pemisahan longitudinal fragmen fraktur
Overriding pergeseran fragmen melewati satu sama lain
Impaksi fragmen terdesak ke fragmen yang lain
Rotasi perputaran fragmen terhadap fragmen lain di
sekeliling sumbu panjang tulang
Deskripsi displacement :
posisi fragmen distal terhadap proksimal
jenis, arah, dan derajat displacement
4. Hubungan antara masing –
masing fragmen fraktur (lanj..)
a. Fraktur tertutup
b. Fraktur terbuka
Fraktur terbuka:
gambaran udara yang
radiolusen dalam jaringan
lunak di dekat lokasi
fraktur
6. Komplikasi
a. Uncomplicated
b. Complicated
Lokal / sistemik
Akibat cedera awal / terapi (iatrogenik)
B. Stress Fractures
Definisi:
Fraktur akibat efek kumulatif trauma
berulang pada tulang (bahkan jika setiap
episode traumatik secara tersendiri tidak
cukup berat untuk menyebabkan fraktur)
B. Stress Fractures (lanj..)
Radiografi awal: sensitivitas 15%, radiografi
follow up: (+) pada 50% kasus.
Jeda antara manifestasi gejala awal dengan
deteksi temuan radiografi: 1 minggu s/d
beberapa bulan, dipengaruhi oleh:
aktivitas fisik
Usia
Jenis tulang yang terlibat (kortikal/ spongiosa)
Grading Stress Fracture
Stress fracture – Cortical Bone
Fibula pelari
Metatarsal
“march fracture”
Calcaneus
toddler
Pars interarticularis vertebrae (spondylolysis): balet, mengangkat
beban berat, membungkuk
Insufficiency Fracture
Faktor predisposisi:
Osteoporosis
Rheumatoid arthritis
Rickets/ osteomalacia
Hiperparatiroidisme
Scurvy
Penyakit Paget (osteitis deformans)
Kelainan tulang kongenital (fibrous dysplasia, osteogenesis
imperfecta)
Radioterapi
Insufficiency Fracture
Predileksi:
Karakterist
ik fraktur
Perbedaan pada anak Fraktur
komplikas sembuh
i lebih cepat
Koreksi Problem
spontan khusus
deformitas
dalam
residual
tertentu diagnosis
1 hari 3 minggu 10 minggu 6 bulan
Klasifikasi fraktur pada anak
(WHO)
Infant’s/
Bowing
Pipe fracture toddler’s
injury
fracture
Cedera Fraktur
avulsi epifisis
Klasifikasi fraktur pada anak
(WHO)... lanjt
Fraktur greenstick
Bending force
diskontinuitas korteks pada
sisi konveks & buckled
korteks pada sisi konkaf
Fraktur buckle
Bending tanpa
garis fraktur yang
nyata (terjadi
sejumlah besar
mikrofraktur).
Sering pada
radius, ulna, fibula.
Infant’s/ toddler’s fracture
Fraktur undisplaced pada bayi dengan
ketimpangan tanpa riwayat trauma
yang jelas
Sering pada tibia distal, femur distal,
kalkaneus
Fraktur avulsi
Pada tempat insersi
ligamen/tendon
Pada remaja, apofisis
lebih rentan terhadap
cedera avulsi
Sering pada pelvis
Klasifikasi Salter-Harris
Fraktur Salter Harris tipe I
Garis fraktur
sepenuhnya
berada dalam
fisis; pelebaran
fisis,
displacement +/-
Sering pada
phalanx,
metakarpal, tibia
distal, ulna distal
Slipped capital femoral epiphysis
(SCFE)
Pembentukan hematoma
Respon inflamasi oleh platelet, neutrofil, makrofag, limfosit
IL - 1, IL-6, IL-11, IL-18, TNF-α
Makrofag: fagositosis area nekrotik; faktor signalling
migrasi, proliferasi, diferensiasi sel induk mesenkimal
menjadi angioblast, kondroblast, fibroblast, osteoblast
jaringan granulasi
Berlangsung hingga 1 minggu setelah fraktur
Radiografi: pengaburan margin fraktur
2. Fase Proliferatif
/ Reparatif
Intrinsik Ekstrinsik
Gambaran radiografik:
Peningkatan densitas tulang yang avaskuler
Fragmentasi dan kolaps
Penyakit sendi degeneratif dini (fase lanjut)
Infeksi
Atrofi Sudek
Akibat respon simpatis yang tidak tepat
Klinis: edema, nyeri, hiperemi, kulit tampak mengkilap, ± 2
bulan post trauma
Radiografi: osteopenia yang patchy & jauh lebih berat
dibandingkan osteopenia akibat disuse
Hardware failure
Penyebab:
Reduksi inadekuat
regangan hardware >>
Hardware inadekuat
Pemberian beban
berlebihan
Stress Riser
Defek kecil pada tulang (saluran
screw; foramen tempat vaskuler
menembus korteks) gaya
terkonsentrasi pada satu titik:
stress riser ambang fraktur ;
titik awal lokasi fraktur
POKOK Anatomi dasar tulang
BAHASA Definisi fraktur
N Epidemiologi fraktur
Biomekanik tulang
Diagnosis fraktur
Klasifikasi fraktur
Fraktur pada anak
Penyembuhan fraktur
Komplikasi fraktur
Penatalaksanaan fraktur
Follow up fraktur
Prinsip Penatalaksanaan Fraktur
Traksi kontinyu
Tertutup Bidai/ gips