Anda di halaman 1dari 99

FRAKTUR

YANG HARUS DIKETAHUI


RADIOLOGIST

dr. Bambang Supriyadi


KESAKTIAN MANUSIA

Dedalane Jalan untuk menjadi:

Guno kalawan Sekti Sakti dan berGuna (Ilmu,


Hikmah, Hidayah, Barokah)
Kudu ANDAP ASOR
Harus RENDAH HATI
WANI NGALAH duwur (Tawadlu’)
wekasane Berani MENGALAH
TUMUNGKULO yen pun Menundukkan diri ketika di
dukani “MARAHI”
BAPANG den SINGKIRI “MENGHINDARI” Pengalang
Ono CATUR MUNGKUR Jangan GHIBAH
PENDAHULUAN
Olah raga
Industrialisasi
kompetitif /
yang kompleks
rekreasional

Angka harapan
Perjalanan hidup 
berkecepatan osteoporosis;
tinggi  kejadian jatuh
Age of 
trauma
PENDAHULUAN

 2/3 kejadian trauma melibatkan sistem muskuloskeletal


(fraktur, dislokasi, cedera jaringan lunak)  disabilitas fisik,
distress mental, produktivitas   mortalitas ,
morbiditas 

 Pemahaman dasar trauma muskuloskeletal, khususnya


fraktur, penting bagi radiologist untuk penegakan diagnosis
dan penatalaksanaan yang tepat  prognosis lebih baik
POKOK Anatomi dasar tulang
BAHASA Definisi fraktur
N Epidemiologi fraktur
Biomekanik tulang
Diagnosis fraktur
Klasifikasi fraktur
Fraktur pada anak
Penyembuhan fraktur
Komplikasi fraktur
Penatalaksanaan fraktur
Follow up fraktur
Compact bone & Cancellous
bone

Woven Bone & Lamellar Bone


Hukum Wolff
 Normal: resorpsi ≈ produksi
 Beban   produksi > resorpsi
 Beban , status hormonal/ metabolik
tertentu resorpsi > produksi 
osteoporosis
Prosthesis hip arthroplasty mengurangi
beban pada femur proksimal 
penurunan massa tulang (penipisan
korteks).
Beban terkonsentrasi pada tulang di
sekitar ujung prosthesis 
pembentukan tulang baru dengan
penebalan korteks.
POKOK Anatomi dasar tulang
BAHASA Definisi fraktur
N Epidemiologi fraktur
Biomekanik tulang
Diagnosis fraktur
Klasifikasi fraktur
Fraktur pada anak
Penyembuhan fraktur
Komplikasi fraktur
Penatalaksanaan fraktur
Follow up fraktur
Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang, baik
complete maupun incomplete
POKOK Anatomi dasar tulang
BAHASA Definisi fraktur
N Epidemiologi fraktur
Biomekanik tulang
Diagnosis fraktur
Klasifikasi fraktur
Fraktur pada anak
Penyembuhan fraktur
Komplikasi fraktur
Penatalaksanaan fraktur
Follow up fraktur
Epidemiologi Fraktur
 Depkes RI (2011): lokasi tersering ekstremitas bawah
(46,2%); 25% meninggal, 45% cacat fisik, 10% sembuh
dengan baik, 15% stress psikologis + depresi.
 Riset Kesehatan Dasar (2013): penyebab fraktur
tersering di Indonesia adalah KLL (47,7%), terjatuh
(40,9%), dan trauma benda tajam/ tumpul (7,3%).
 Usia < 45 tahun: laki – laki > perempuan (mobilisasi )
 Usia tua: perempuan > laki – laki (osteoporosis)
POKOK Anatomi dasar tulang
BAHASA Definisi fraktur
N Epidemiologi fraktur
Biomekanik tulang
Diagnosis fraktur
Klasifikasi fraktur
Fraktur pada anak
Penyembuhan fraktur
Komplikasi fraktur
Penatalaksanaan fraktur
Follow up fraktur
Gaya penyebab fraktur

Tulang kortikal:
lebih rentan
terhadap
tension dan
shear.
Tulang
spongiosa:
lebih rentan
terhadap
compression.

Torsion = compression + tension +


shear
Bending = compression + tension
Compression

Tulang • fraktur oblique


panjang

• fraktur kompresi/ burst


Vertebra fracture
e

Anak - • fraktur buckle/ torus


anak
Tension
Arah garis fraktur tegak lurus terhadap
arah gaya yang diberikan.
Contoh:
 Fraktur transversal patela akibat
kontraksi m.quadriceps yang ekstrim
 Fraktur avulsi akibat traksi mendadak
pada tempat perlekatan ligamen/
tendon (contoh: fraktur malleolus)
Shear
Garis fraktur oblique terhadap arah gaya yang
diberikan

Terjadi pada tingkat mikroskopis pada sebagian


besar fraktur, karena beberapa trabekula dengan
arah tidak beraturan mengalami shear apapun
gaya utamanya.
Bending
 Bending = tension di sisi konveks
+ compression di sisi konkaf
 Tulang panjang lebih rentan
terhadap tension  bagian
konveks patah terlebih dahulu
 Contoh:
 fraktur bowing dan greenstick
pada anak
 butterfly-shaped comminuted
fracture pada dewasa
Torsion/ Twist/ Rotation
Kombinasi
compression, tension,
dan shear  fraktur
spiral
POKOK Anatomi dasar tulang
BAHASA Definisi fraktur
N Epidemiologi fraktur
Biomekanik tulang
Diagnosis fraktur
Klasifikasi fraktur
Fraktur pada anak
Penyembuhan fraktur
Komplikasi fraktur
Penatalaksanaan fraktur
Follow up fraktur
Anamnesis Pemeriksa Pemeriksaan
an Fisik Radiologis
• Riwayat trauma
• Nyeri lokal yang

• Edema, ekimosis hilangnya kontinuitas
memberat • Deformitas korteks + garis lucent
dengan yang melintasi tulang
• Nyeri tekan lokal
pergerakan yang memberat
• Penurunan pada pergerakan
Rule of two:
fungsi pasif yang • Two views
minimal • Two joints
• Crepitus • Two sides
• Two
occasions
POKOK Anatomi dasar tulang
BAHASAN Definisi fraktur
Epidemiologi fraktur
Biomekanik tulang
Diagnosis fraktur
Klasifikasi fraktur
Fraktur pada anak
Penyembuhan fraktur
Komplikasi fraktur
Penatalaksanaan fraktur
Follow up fraktur
Klasifikasi berdasarkan
penyebabnya

Fraktur traumatik akut

Stress fractures

Fraktur patologis
A. Fraktur traumatik akut

Eponim, sistem klasifikasi fraktur spesifik 


komunikasi secara cepat fitur2 penting yang
perlu diketahui klinisi, tetapi >> tidak sempurna/
tidak digunakan secara luas.
Terminologi deskriptif konvensional: lebih banyak
digunakan dan dipahami secara luas.
Deskripsi Fraktur
1. Lokasi

2. Ekstensi

3. Konfigurasi

4. Hubungan antara masing – masing fragmen fraktur

5. Hubungan antara fraktur dengan lingkungan luar

6. Ada / tidaknya komplikasi


1. Lokasi

1/3 proksimal,
1/3 tengah, 1/3
distal

Intra/ekstra artikular
Skeletal imatur:
keterlibatan fisis +/-
1. Lokasi (lanj..)
Fraktur tibial
Fraktur intraartikular  plateau
dengan
radiografi lateral cross- diastasis dan
depresi ringan
table: fragmen
lateral
 Fluid-fluid level
(hemarthrosis)
 Fat-fluid level (lebih spesifik)
 Step-off/ gap >2 mm: risiko
osteoarthritis post trauma 
Radiografi lutut lateral cross-table pada
pasien dengan fraktur tibial plateau  fat-
2. Ekstensi
a. Fraktur complete  ≥ 2
fragmen
b. Fraktur incomplete: sebagian
korteks masih intak
 Tersering pada anak
 Pada dewasa umumnya akibat
mekanisme tidak lazim/ pada
tulang yang melemah oleh
penyakit seperti osteomalasia
3. Konfigurasi
a. Fraktur simple
 1 garis fraktur, 2 fragmen fraktur
• Fraktur transversal (1)
• Fraktur oblique (2)
• Fraktur spiral (3)
b. Fraktur comminuted  >1 garis fraktur, >2 fragmen
fraktur (4)
 Butterfly-comminuted fracture
 Fraktur comminuted segmental
c. Fraktur kompresi (crush fracture) pada vertebrae (5)
d. Depressed fracture pada skull
3. Konfigurasi (lanj..)
Fraktur comminuted
segmental:
tulang yang sama
mengalami fraktur pada 2
lokasi terpisah, dengan
segmen tulang yang intak
di antara kedua lokasi
fraktur
4. Hubungan antara masing –
masing fragmen fraktur
a. Undisplaced
b. Displaced
 Translasi  pergeseran fragmen fraktur ke lateral
 Angulasi  perubahan arah fragmen terhadap sumbu panjang
tulang
 Distraksi  pemisahan longitudinal fragmen fraktur
 Overriding  pergeseran fragmen melewati satu sama lain
 Impaksi  fragmen terdesak ke fragmen yang lain
 Rotasi  perputaran fragmen terhadap fragmen lain di
sekeliling sumbu panjang tulang

Deskripsi displacement :
 posisi fragmen distal terhadap proksimal
 jenis, arah, dan derajat displacement
4. Hubungan antara masing –
masing fragmen fraktur (lanj..)

Dua cara deskripsi deformitas angulasi:


 arah apex sudut yang dibentuk oleh fragmen2 fraktur (“angulasi
apex”)
 orientasi fragmen distal terhadap proksimal ("angulasi fragmen
distal”)
Contoh:
 Angulasi apex medial = angulasi lateral (valgus)
 Angulasi apex anterior = angulasi posterior
5. Hubungan antara fraktur
dengan lingkungan luar

a. Fraktur tertutup
b. Fraktur terbuka

Fraktur terbuka:
gambaran udara yang
radiolusen dalam jaringan
lunak di dekat lokasi
fraktur
6. Komplikasi
a. Uncomplicated
b. Complicated
 Lokal / sistemik
 Akibat cedera awal / terapi (iatrogenik)
B. Stress Fractures

Definisi:
Fraktur akibat efek kumulatif trauma
berulang pada tulang (bahkan jika setiap
episode traumatik secara tersendiri tidak
cukup berat untuk menyebabkan fraktur)
B. Stress Fractures (lanj..)
Radiografi awal: sensitivitas 15%, radiografi
follow up: (+) pada 50% kasus.
Jeda antara manifestasi gejala awal dengan
deteksi temuan radiografi: 1 minggu s/d
beberapa bulan, dipengaruhi oleh:
 aktivitas fisik
 Usia
 Jenis tulang yang terlibat (kortikal/ spongiosa)
Grading Stress Fracture
Stress fracture – Cortical Bone

Stress fracture grade Stress fracture


Stress fracture grade
II: grade III:
IV:
Subtle periosteal Periosteal new bone
True fracture line
reaction formation
Stress fracture – Cortical Bone
Stress fracture – Cancellous Bone

Garis sklerotik yang tegak


lurus terhadap trabekula utama
Beban abnormal
Fatigue berulang-ulang
pada tulang yang
fracture normal
Stress
fracture Beban fisiologis
Insufficiency pada tulang yang
fracture abnormal
Fatigue Fracture
Gambaran radiografi:
Tulang kortikal
 Lamela tunggal pembentukan tulang baru periosteal
 Penebalan korteks lokal (hyperostosis)
 Fraktur: garis radiolusen tipis yang melintang pada
korteks yang menebal
Pada tulang spongiosa
 Fraktur: garis sklerosis fokal yang tegak lurus terhadap
sumbu panjang tulang
Tibia 
toddler &
pelari
Femur  balet,
gimnastik, pelari

Fibula  pelari
Metatarsal 
“march fracture”

Calcaneus 
toddler
Pars interarticularis vertebrae (spondylolysis): balet, mengangkat
beban berat, membungkuk
Insufficiency Fracture

Faktor predisposisi:
 Osteoporosis
 Rheumatoid arthritis
 Rickets/ osteomalacia
 Hiperparatiroidisme
 Scurvy
 Penyakit Paget (osteitis deformans)
 Kelainan tulang kongenital (fibrous dysplasia, osteogenesis
imperfecta)
 Radioterapi
Insufficiency Fracture
Predileksi:

Vertebra torakalis (wedge compression fracture)


pada wanita pasca menopause
Tibia
Fibula
Kalkaneus
Pelvis (corpus os pubis dekat simfisis, ramus os
pubis, dinding medial asetabulum, sakrum)
C. Fraktur Patologis

Fraktur pada tulang yang


melemah oleh lesi neoplastik
(tumor tulang), baik jinak
maupun ganas
NOF Metastasis
Enchondroma
POKOK Anatomi dasar tulang
BAHASA Definisi fraktur
N Epidemiologi fraktur
Biomekanik tulang
Diagnosis fraktur
Klasifikasi fraktur
Fraktur pada anak
Penyembuhan fraktur
Komplikasi fraktur
Penatalaksanaan fraktur
Follow up fraktur
Tulang
lebih
elastis 
jenis
Robekan fraktur Periosteu
ligamen & yang khas m lebih
dislokasi
kuat &
lebih
jarang aktif

Karakterist
ik fraktur
Perbedaan pada anak Fraktur
komplikas sembuh
i lebih cepat

Koreksi Problem
spontan khusus
deformitas
dalam
residual
tertentu diagnosis
1 hari 3 minggu 10 minggu 6 bulan
Klasifikasi fraktur pada anak
(WHO)

Fraktur Fraktur Fraktur torus


complete greenstick (buckle)

Infant’s/
Bowing
Pipe fracture toddler’s
injury
fracture

Cedera Fraktur
avulsi epifisis
Klasifikasi fraktur pada anak
(WHO)... lanjt
Fraktur greenstick
Bending force 
diskontinuitas korteks pada
sisi konveks & buckled
korteks pada sisi konkaf
Fraktur buckle

Buckling korteks akibat beban aksial/ kompresi fokal; sering pada


metafisis tulang panjang terutama radius & ulna
Fraktur torus: fraktur buckle yang lengkap (sirkumferensial)
Pipe fracture
Kombinasi
fraktur
transversal
incomplete pada
satu sisi korteks
+ fraktur buckle
pada sisi lainnya
Bowing injury
(pure plastic bowing deformity)

Bending tanpa
garis fraktur yang
nyata (terjadi
sejumlah besar
mikrofraktur).
Sering pada
radius, ulna, fibula.
Infant’s/ toddler’s fracture
 Fraktur undisplaced pada bayi dengan
ketimpangan tanpa riwayat trauma
yang jelas
 Sering pada tibia distal, femur distal,
kalkaneus
Fraktur avulsi
Pada tempat insersi
ligamen/tendon
Pada remaja, apofisis
lebih rentan terhadap
cedera avulsi
Sering pada pelvis

Fraktur avulsi pada apofisis os


ischium di tempat origo otot
hamstrings
Fraktur epifisis

Klasifikasi Salter-Harris
Fraktur Salter Harris tipe I
Garis fraktur
sepenuhnya
berada dalam
fisis; pelebaran
fisis,
displacement +/-
Sering pada
phalanx,
metakarpal, tibia
distal, ulna distal
Slipped capital femoral epiphysis
(SCFE)

Pergeseran epifisis femur proksimal ke inferior, medial,


dan posterior relatif terhadap colum femur  garis Klein
tidak bersinggungan dengan sisi lateral caput femur
Fraktur paling sering terjadi pada zona hipertrofik
 prognosis baik
Fraktur Salter Harris tipe II
 Tersering (75%)
 Lokasi: >> distal radius
 Garis fraktur dari
margin fisis di perifer
melintasi sebagian fisis
& keluar ke metafisis
 Thurston-Holland
fragment
 Prognosis baik
Fraktur Salter Harris tipe III
 Fraktur melalui permukaan
artikuler pada epifisis 
meluas secara vertikal ke
fisis  mengarah ke perifer
 Komplikasi: OA sekunder;
fusi fisis prematur &
asimetris  gangguan
pertumbuhan & deformitas
Fraktur Salter Harris tipe IV
Fraktur vertikal dari
permukaan artikuler ke
metafisis
Komplikasi: cross-union
metafisis dengan epifisis 
fusi fisis prematur & asimetris
 limb length discrepancy,
deformitas angular; OA
sekunder
Fraktur Salter Harris tipe V
 Crush injury pada fisis
 Radiografi awal dapat
normal tetapi
selanjutnya
menimbulkan fusi fisis
dini
 >> pada distal femur,
proksimal & distal tibia
 Prognosis paling buruk
POKOK Anatomi dasar tulang
BAHASA Definisi fraktur
N Epidemiologi fraktur
Biomekanik tulang
Diagnosis fraktur
Klasifikasi fraktur
Fraktur pada anak
Penyembuhan fraktur
Komplikasi fraktur
Penatalaksanaan fraktur
Follow up fraktur
Penyembuhan Primer/ Langsung
 Pembentukan tulang intramembranous + remodelling
kortikal langsung tanpa pembentukan kalus
 Hanya terjadi bila terdapat restorasi anatomis fragmen2
fraktur & stabilitas reduksi terjamin (dengan plate &
screw)
 Osteoklast meresorpsi tulang & menyediakan jalur
untuk penetrasi vaskuler (tunneling)
 Sel mesenkimal perivaskuler menjadi prekursor
osteoblast  osteon (sistem Haversian) melintasi lokasi
fraktur dan menjembatani gap antar-fragmen
Penyembuhan Sekunder/Tidak
Langsung
 = osifikasi endokondral
 Terjadi ketika masih
ada pergerakan mikro
antara ujung2 fragmen
fraktur (misal: setelah
intramedullary nailing
atau fiksasi eksternal)
1. Fase Inflamasi

 Pembentukan hematoma
 Respon inflamasi oleh platelet, neutrofil, makrofag, limfosit
 IL - 1, IL-6, IL-11, IL-18, TNF-α 
 Makrofag: fagositosis area nekrotik; faktor signalling 
migrasi, proliferasi, diferensiasi sel induk mesenkimal
menjadi angioblast, kondroblast, fibroblast, osteoblast 
jaringan granulasi
 Berlangsung hingga 1 minggu setelah fraktur
 Radiografi: pengaburan margin fraktur
2. Fase Proliferatif
/ Reparatif

 Respon periosteal, angiogenesis >>


 Soft callus: ± 3 minggu setelah fraktur; diferensiasi sel2 induk
mesenkimal kondrosit & osteoblast sintesis kartilago &
osteoid Radiografi: kalus tampak sebagai opasitas samar di
sekitar fraktur
 Hard callus: beberapa minggu setelah fraktur; kalsifikasi
matriks tulang rawan, osteoblast mensintesis woven bone
Radiografi: kalsifikasi dan konsolidasi kalus
3. Fase Remodelling

Konversi hard callus yang ireguler menjadi tulang


lamelar
Osteoklast meresorpsi woven bone & osteoblast
menggantikan matriksnya dengan tulang lamelar 
pemulihan kekuatan dan stabilitas mekanik
Kekuatan yang memadai terbentuk setelah 6 bulan
A, B: Fraktur distal
radius + fraktur
processus styloideus os
ulna
C, D: Follow up 3 minggu
kemudian 
penyembuhan trabekular
tampak sebagai
peningkatan densitas di
sepanjang garis fraktur
dan pembentukan tulang
baru periosteal
E, F: Follow up 5 minggu
kemudian  maturasi
lebih lanjut + remodeling
tulang baru periosteal +
remodeling korteks yang
fraktur
POKOK Anatomi dasar tulang
BAHASA Definisi fraktur
N Epidemiologi fraktur
Biomekanik tulang
Diagnosis fraktur
Klasifikasi fraktur
Fraktur pada anak
Penyembuhan fraktur
Komplikasi fraktur
Penatalaksanaan fraktur
Follow up fraktur
Komplikasi
berdasarkan
lokasi

Intrinsik Ekstrinsik

Delayed union & Cedera vaskuler,


nonunion, malunion saraf, tendon,
& shortening, AVN, viscera; emboli
infeksi, OA lemak, atrofi Sudeck
Komplikasi
berdasarkan
waktu

Immediate Early Late

Delayed union, nonunion,


Syok hipovolemik, ARDS,
malunion, cross union, AVN,
Syok hipovolemik; cedera emboli lemak, DVT, aseptic
shortening, kekakuan sendi,
pemhuluh darah besar, otot, traumatic fever, crush
atrofi Sudeck, osteomyelitis,
tendon, sendi, viscera syndrome; infeksi,
kontraktur iskemik, myositis
compartment syndrome
ossificans, osteoarthritis
Delayed union & nonunion
 Delayed union: diagnosis klinis 
penyembuhan melambat akibat berbagai
faktor: usia, status gizi & metabolik,
alkohol, steroid, rokok, kerusakan jaringan
lunak, devaskularisasi
 Nonunion: diagnosis radiologis 
bridging bone (-), garis fraktur menjadi
lusen & berbatas tegas, sklerosis tepi
fragmen fraktur, membulatnya ujung
fragmen fraktur
Malunion & shortening
Fraktur menyatu
dalam posisi yang
salah (angulasi,
rotasi, tumpang
tindih) 
deformitas,
perbedaan panjang
ekstremitas 
nyeri, membatasi
fungsi Malunion + Shortening
angulasi
Nekrosis avaskuler (AVN)
• Lokasi klasik AVN post
trauma: caput femur,
scaphoid proksimal,
corpus os talus

Gambaran radiografik:
 Peningkatan densitas tulang yang avaskuler
 Fragmentasi dan kolaps
 Penyakit sendi degeneratif dini (fase lanjut)
Infeksi

Pada fraktur terbuka/ pemasangan hardware ortopedi


Osteomyelitis akibat screw  radiografi: area
osteolisis di sekitar screw
Reflex
sympathetic
dystrophy
(RSD)

Atrofi Sudek
 Akibat respon simpatis yang tidak tepat
 Klinis: edema, nyeri, hiperemi, kulit tampak mengkilap, ± 2
bulan post trauma
 Radiografi: osteopenia yang patchy & jauh lebih berat
dibandingkan osteopenia akibat disuse
Hardware failure
Penyebab:
 Reduksi inadekuat 
regangan hardware >>

 Hardware inadekuat

 Pemberian beban
berlebihan
Stress Riser
Defek kecil pada tulang (saluran
screw; foramen tempat vaskuler
menembus korteks)  gaya
terkonsentrasi pada satu titik:
stress riser  ambang fraktur ;
titik awal lokasi fraktur
POKOK Anatomi dasar tulang
BAHASA Definisi fraktur
N Epidemiologi fraktur
Biomekanik tulang
Diagnosis fraktur
Klasifikasi fraktur
Fraktur pada anak
Penyembuhan fraktur
Komplikasi fraktur
Penatalaksanaan fraktur
Follow up fraktur
Prinsip Penatalaksanaan Fraktur

Reduksi Retensi Rehabilitasi

Traksi kontinyu
Tertutup Bidai/ gips

Brace fungsional Exercise


Fiksasi internal
Terbuka
Fiksasi eksternal
Fiksasi internal

plate & screw Intramedullary nail +


interlocking screws
Fiksasi internal:
cerclage wires & pins
Fiksasi
eksternal
POKOK Anatomi dasar tulang
BAHASA Definisi fraktur
N Epidemiologi fraktur
Biomekanik tulang
Diagnosis fraktur
Klasifikasi fraktur
Fraktur pada anak
Penyembuhan fraktur
Komplikasi fraktur
Penatalaksanaan fraktur
Follow up fraktur
Radiografi Follow Up

1.Posisi & alignment fragmen fraktur: berubah / tidak


2.Menilai tahap / maturitas penyembuhan fraktur
a. Garis fraktur menjadi lebih kabur
b. Kalus
c. Kalus matur
d. Remodelling
3.Komplikasi penyembuhan fraktur / pemasangan
hardware
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai