Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Tanah Dan Klasifikasinya

Tanah sebagai benda alam mempunyai pengertian yang berbeda-beda, namun


pengertian tanah scara umum adalah akumulasi tubuh alam yang bebas menduduki
sebagian besar permukaan bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan yang
memiliki sifat-sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak
terhadap bahan induk, dalam keadaan relief tertentu selama waktu tertentu.

Dalam jenis dan sifat tanah sangat bervariasi, hal ini ditentukan oleh –
perbandingan banyaknya fraksi-fraksi (kerikil, pasir, lanau dan lempung), sifat
plastisitas butir halus. Klasifikasi bermaksud membagi tanah menjadi beberapa
golongan tanah dengan kondisi dan sifat yang mirip diberi simbul nama yang sama.
Ada cara klasifikasi yang umum yang digunakan yaitu:
Klasifikasi menurut sistem UNIFIED

Setiap tanah diberi simbul dua hurup, dan dari simbul tersebut dapat diketahui
jenisnya dan sifatnya.
Hurup pertama menunjukkan jenisnya, misal
G = kerikil (gravel)
S = pasir (sand)
M = lanau (silt)
C = lempung (clay)
O = tanah organik
Huruf kedua menunjukkan sifatnya
W = bergradasi baik (well graded)
P = bergradasi jelek (poorly graded)
M = mengandung lanau
C = mengandung lempung
L = bersifat plastis rendah (low plasticity)
H = bersifat plastis tinggi (high plasticity)
Sifat Index (sifat general) yang digunakan untuk mengklasifikasikan tanah adalah :
1. Perbandingan buttir kasar dan butir halus, banyaknya fraksi kerikil dan pasir.
2. Gradasi tanah (Cu dan Co).
3. Batas konsistensi tanah butir halus (WL dan IP).
4. Sifat organik tanah.

Tanah dibagi atas 3 kelompok besar :


1. Tanah organik jika tampak organik misal humus dan gambut. Langsung diberi
simbul
Pt (plat),
2. Tanah berbutir halus. Jika butir halusnya lebih banyak dari butir kasarnya, (dari
diagram
gradasinya atau dilihat di lapangan),
3. Tanah berbutir kasar, jika butir kasarnya lebih banyak dari butir halusnya (lihat
batas ukuran butir halus dan butir kasar). Tanah butir halus dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu tanah butir halus yang sifat plastisnya rendah (WL < 50 %, dan
yang sifat plastisnya tinggi (WL > 50%). Tanah butir kasar juga di bagi menjadi
dua bagian yaitu kelompok kerikil jika butir kasarnya fraksi kerikilnya lebih besar
dari fraksi pasir (G). Dan yang kedua adalah pasir, jika fraksi pasirnya lebih besar
dari fraksi kerikil (S).
Simbul tanah butir halus ditetapkan dengan menggunakan diagram plastisitas
Casagrade didapat CH, MH, OH, CL, ML, OL. Dengan data WL dan IP diplotkan
dalam diagram, (alu dilihat secara analisis WL < 50% atau WL > 50%. Kemudian
dihitung IP batas = 0.73(1VL – 20). jika IP > Ip batas berarti diatas garis A dan
sebaliknya. Untuk tanah kasar Disini ada 3 emungkinan pertama bersih bila fraksi
halusnya < 5%, kedua dianggap campuran jika fraksi halusnya >12% dan ketiga
peralian jika fraksi halusnya antara 5 -12%.
Tanah butir kasar bersih (fraksi halus < 5%), tanah butir kasar yang bersih ini
disebut punya gradasi baik jika Cu > 4 dan 1 < cc < 3 untuk pasir dan Cu > 6 dan 1 <
Cc < 6, dan disebut poorly graded (simbul P) jika tidak dipenuhi salah satu kriteria
diatas.
Jika tidak bersih (fraksihalus >12%), tanh ini tidak perlu dicari Cu dan Cc,
fraksi halus dipisahkan dan dicari batas-bats konsistensinya (WL dan WP),
selanjutnya dilihat pada diagram casagrade. Jika diatas garis A berarti fraksi halusnya
lempung, (di dapat tailah GC dan SC) bial dibawah garis A berarti lanau maka
diperoleh tanah GM dan SM; 3. Jika fraksi halus antara 5% -12%. Pada tanah ini
diberikan simbul ganda. Untuk menetapkan W atau P harus dilihat dulu Cu dan Cc.
Untuk menetapkan apakah termasuk keluargaC atau M maka perlu diperiksa WL atau
IP, maka kemungkinan simbul GW-GC, GW-GM, GP-GC, GP-GM, SW-SC, SW-
SM, SP-SC, SP-SM.Tanah butir halus juga dapat diberi simbul ganda misal CL –
ML, jika pada diagram casagrade terletak diatas garis Adan nilai IP nya antara 4 – 7.

Klasifikasi Tanah Sistem


Di indonesia klasifikasi tanah tanah dikemukakan pertama kali oleh Mohr
pada tahun 1910. Enam tahun kemudian diperbaiki. Klasifikasi tanah ini didasarkan
atas kombinasi macam-macam bahan induk dan cara pelapukannya dititikberatkan
pada intensitas pelindian (leaching) dalam hubungannya dengan iklim.Dasar umum
yang dapat dipergunakan sebagai patokan dalam menyusun klasifikasi tanah yang
representatif pada waktu ini adalah sebagai berikut :
Klasifikas tanah adalah alat untuk mempermudah mengingat sifat berbagai
macam golongan jenis tanah supaya lebih bermanfaat dan lebih mempermudah
penggunaan tanahnya. sistem klasifikasi tanah harus cukup peka untuk dapat
menerima perubahan-perubahan akibat kemajuan ilmu pengetahuan tanpa
menimbulkan salah tafsir, karena nama dan istilah baru. sistem klasifikasi
tanah mencakup berbagai tingkat kategori masing-masing dicirikan oleh kriteria
sesuai dengan prinsip-prinsip taxonomi, makin luas daerah berlakunya makin tinggi
tingkat kategorinya. Satuan-satuan tanah dipilih dari sejumlah ciri-ciri
morfologo tanah dalam batas-batas tertentu. Pada umumnya kriteria yang membatasi
ini dipilih menurut dasar-dasar genese tanah dan menurut korelasi di antara tanah,
vegetasi dan tindakan manusia dalam hubungannya dengan penggunaan tanah.
salah satu tujuan pemetaan tanah ialah memilahkan tanah sesuai dengan ciri-
ciri morfologi profil tanahnya.satu satuan jenis tanah meliputi suatu lahan
(landscape) menurut batas-batas tertentu.Peta hasil pemetaan tanah ideal
memperlihatkan satuan-satuan tanah.Guna menjamin hasil baik dan faedah klasifikasi
tanah sebesar-besarnya perlu adanya suatu badan atau lembaga khusus yang selalu
siap untuk melakukan penafsiran, korelasi dan pemeriksaan guna mencegah
kesimpang-siuran penggunaan istilah, sehingga terdapat keseragaman.Salah satu
sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan Amerika Serikat dikenal dengan
nama Soil Taxonomy (USDA, 1975). Sistem klasifikasi ini menggunakan enam (6)
kategori, yaitu:
 Ordo
 Subordo
 Great group
 Subgroup
 Family
 Seri
Sistem klasifikasi tanah ini berbeda dengan sistem yang sudah ada
sebelumnya. Sistem klasifikasi ini memiliki keistimewaan terutama dalam hal:
 Penamaan atau Tata Nama atau cara penamaan
 Definisi-definisi horison penciri
 Beberapa sifat penciri lainnya.
Sistem klasifikasi tanah terbaru ini memberikan Penamaan Tanah berdasarkan
sifat utama dari tanah tersebut. Menurut Hardjowigeno (1992)terdapat 10 ordo tanah
dalam sistem Taksonomi Tanah USDA 1975 yaitu:
Alfisol:
Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat
penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai
kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari
permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison
di atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan
sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning,
Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning.
Aridisol:
Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai
kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-
kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah
termasuk Desert Soil.
Entisol:
Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat
muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison
penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent
atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial
atau Regosol.
Histosol:
Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan
bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30%
(untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi
tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol.
Inceptisol:
Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih
berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang
berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum
berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol,
Gleihumus, dll.
Mollisol:
Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon
lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih
dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah
tidak keras bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak.
Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah Chernozem,
Brunize4m, Rendzina, dll.
Oxisol:
Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah
lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas
tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak
mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di
lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah &
Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.
Spodosol:
Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah
terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang,
dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic).
Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.
Ultisol:
Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi
penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada
kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan
sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol,
dan Hidromorf Kelabu.
Vertisol:
Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat
tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan
mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras.
Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama
adalah termasuk tanah Grumusol atau margalit.
Klasifikasi Berdasarkan Pemakaian

Klasifikasi berdasarkan tekstur adalah relatif sederhana karena ia hanya didasarkan


distribusi ukuran tanah saja. Dalam kenyataannya , jumlah dan jenis dari mineral
lempung yang terkandung oleh tanah sangat mempengaruhi sifat fisis tanah yang
bersangkutan. Karena sistem klasifikasi berdasarkan tekstur tidak memperhitungkan
plastisitas tanah dan secara keseluruhan tidak menunjukkan sifat-sifat tanah yang
penting , maka sistem tersebut dianggap tidak memadai untuk sebagian besar dari
keperluan teknik. Pada saat sekarang ada dua sistem klasifikasi tanah yang selalu
dipakai oleh para ahli teknik sipil.

Klasifikasi Tanah di Indonesia

Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah
yang berbeda-beda. Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis tanah yang ada di
wilayah Indonesia.

Tanah Organosol

Tanah ini terjadi akibat pelapukan bahan-bahan organik. Tanah ini biasanya bersifat
subur. Organosol terbagi menjadi 2 yaitu :

 Tanah Gambut merupakan tanah hasil pembusukan yag tidak sempurna dari di
daerah yang kadang-kadang tergenang oleh air (rawa). Tanah ini kurang baik
untuk pertanian karena sifatnya yang terlalu basah (tergenang air). Jenis tanah
ini banyak terdapat di daerah kalimantan Barat, Pantai timur sumatera, dan
pantai selatan Barat Papua.
 Tanah humus merupakan tanah hasil pembusukan bahan-bahan organik yang
mempunyai sifat sangat subur. Tanah ini berwarna kecoklatan dan cocok di
tanami tanaman padi, kelapa, dan nanas. Tanah jenis ini banyak terdapat di
daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Tanah Vulkanik

Tanah ini terjadi akibat pelapukan abu vulkanik dari gunung berapi. Tanah jenis
ini dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Regosol

Merupakan tanah dengan ciri ciri : berbutir kasar, berwarna kelabu sampai
kuning dan sedikit berbahan organik. Jenis tanah ini sangat cocok untuk menanam
tanaman palawija seperti ketela, jagung dll. Tanah ini banyak terdapat di daerah
Sumatera, Jawa, dan Papua.

b. Latosol

Merupakan tanah dengan ciri-ciri mempunyai warna merah hingga kuning.


Kandungan bahan organiknya sedang. Jenis tanah ini cocok untuk menanam
tanaman palawija, padi ketela dll. Tanah latosol banyak di jumpai di daerah
Sumatera, Jawa, Bali, dan Papua.

Tanah Aluvium (aluvial)

Tanah aluvium merupakan tanah yang diendapkan dari hasil erosi di dataran
rendah. Jenis tanah ini mempunyai ciri-ciri berwarna kelabu dan subur Tanaman yang
cocok ditanam di tanah jenis ini adalah palawija, tebu,kelapa, tembakau dll. Tanah
jenis ini banyak ditemukan didaerah Sumatera bagian timur, Jawa bagian utara dan
kalimantan bagian selatan dan barat.

anah Podzol

Tanah ini terbentuk akibat curah hujan yang tinggi dan suhunya yang rendah.
Tanah ini mempunyai ciri-ciri yaitu miskin akan unsur hara, tidak subur dan berwarna
merah sampai kuning. Tanah jenis ini cocok untuk tanaman kelapa dan jambu mente.
Tanah jenis ini banyak terdapat di daerah dataran tinggi jawa barat, sumatera,
maluku, kalimantan dan puapua
Tanah Laterit

Tanah Laterit merupakan tanah hasil cucian, kurang subur karena kehilangan
unsur hara dan tandus. Awalnya tanah ini subur, namun karena unsur haranya
dilarutkan oleh air maka menjadi tidak subur. Warna tanah ini kekuningan sampai
merah dan cocok untuk tanaman kelapa dan jambu mente. Tanah jenis ini banyak
terdapat di daerah Jawa Tengah. Lampung, Jawa Barat.

Tanah Litosol

Tanah litosol adalah hasil pelapukan batuan beku dan batuan sedimen yang baru
terbentuk sehingga mempunyai butiran yang besar. Ciri-ciri tanah jenis ini adalah
miskin akan unsur hara dan mineralnya masih terikat pada butiran yang besar-besar.
Tanah litosol kurang subur sehingga tanaman yang cocok dengan tanah ini adalah
tanaman-tanaman yang besar di hutan. Jenis tanah ini banyak terdapat di Sumatera,
jawa, maluku, dan nusa tenggara.

Tanah Kapur

Tanah kapur merupakan jenis tanah akbiat dari pelapukan batuan kapur. Jenis
tanah ini dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Renzina merupakan tanah hasli pelapukan batuan kapur di daerah dengan


curah hujan tinggi. Tanah ini mempunyai ciri-ciri berwarna hitam dan miskin
akan unsur hara. Tanah renzina banyak terdapa di daerah kapur gunung kidul
(yogyakarta).

b. Mediteran merupakan tanah dari hasil pelapukan batuan kapur keras dan bauan
sedimen. Warna tanah ini kemerahan hingga coklat. Jenis tanah ini Cocok untuk
tanaman palawija.
Tanah pasir

Tanah pasir merupakan tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang
terbentuk dari batuan beku dan batuan sedimen dengan butiran sangat kasar dan
berkerikil. Jenis tanah ini banyak di jumpai dimana-mana.

Pada awalnya jenis tanah dikalsifikasikan berdasarkan prinsip zonalitas, yaitu :

 Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah


berupa iklim dan vegetasi.
 Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor pmbentuk tanah
berupa faktor lokal terutama bahan induk dan relief.
 Tanah azonal, yakni tanah yang belum mennjukkan
perkembangan profil dan dianggap sebagai awal proses
pembentukan tanah

Anda mungkin juga menyukai