Anda di halaman 1dari 18

TUGAS BEDAH ORTHOPEDI

FRAKTUR ANTEBRACHII

Oleh :

Dwi Pratika Anjarwati G99172064

Pembimbing:

dr. Udi Herunefi, Sp.B, Sp.OT

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH ORTHOPEDI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2019
A. Pendahuluan
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik.1 Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung,
misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah radius dan
ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada
tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Akibat
trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan, dan arahnya.
Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan
tulang patah juga.2
Makalah ini diharapkan dapan membantu penulis dan pembaca mengerti
mengenai fraktur di regio antebrachii dalam hal anamnesis, gejala klinis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, working diagnosis, differential
diagnosis, etiologi, faktor risiko, epidemiologi, manifestasi klinik, patofisiologi,
penatalaksanaan, komplikasi, pencegahan, dan prognosis. Dengan demikian,
penanganan dalam kasus fraktur tersebut dapat dilakukan dengan baik.

B. Anamnesis
Wawancara yang baik seringkali sudah dapat mengarahkan masalah
pasien ke diagnosis penyakit tertentu. Di dalam Ilmu Kedokteran, wawancara
terhadap pasien disebut anamnesis. Anamnesis dapat langsung dilakukan
terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya
(allo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai,
misalnya keadaan gawat-darurat, afasia akibat strok dan lain sebagainya.1
Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga,
anamnesis susunan sistem dan anamnesis pribadi (meliputi keadaan sosial
ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan, lingkungan). Berdasarkan kasus,
anamnesa yang harus dilakukan terhadap pasien ialah:

1.Menanyakan identitas pasien seperti umur dan pekerjaannya.

2.Menanyakan keluhan utama pasien.


3.Menanyakan riwayat penyakit yang deskriptif & kronologis dan faktor-faktor
yang memperberat penyakit seperti demam,lelah atau gejala sistemik
lainnya(panas, penurunan BB, kelelahan, lesu, rasa tidak enak badan & mudah
terangsang atau adanya gejala kekacauan mental).

4.Menanyakan riwayat penyakit dahulu seperti riwayat trauma dan aktivitas


sosial yang dilakukan sehari-hari.

5. Menanyakan riwayat penyakit keluarga pasien apakah pernah menderita


penyakit yang sama seperti pasien atau ada riwayat trauma.2

C. Gejala Klinis
Pada Fraktur tertutup antebrachii, gejala yang harus diperhatikan :
1. Deformitas di daerah yang fraktur: angulasi, rotasi (pronasi atau supinasi)
atau shorthening
2. Nyeri
3. Bengkak.3

D. Pemeriksaan Fisik
1. Look : Tampak adanya edema dan deformitas (penonjolan yang abnormal,
angulasi, rotasi, pemendekan) pada regio antebrachii dextra 1/3 distal, hal
yang penting adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka
memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbuka.
2. Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, teraba adanya penonjolan tulang,
tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari fraktur untuk merasakan nadi
dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat
yang memerlukan pembedahan.
3. Movement :Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih
penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi – sendi
dibagian distal cedera.4
E. Pemeriksaan Penunjang
Dalam ilmu kedokteran, sinar-X dapat digunakan untuk melihat kondisi
tulang, gigi serta organ tubuh lain tanpa melakukan pembedahan langsung pada
tubuh pasien. Sinar-X lembut digunakan untuk mengambil gambar foto yang
dikenal sebagai radiograf. Sinar-X boleh menembusi badan manusia tetapi
diserap oleh tulang. Gambar foto sinar-X digunakan untuk melihat kecacatan
tulang, kepatahan tulang, dan menyiasat keadaan organ-organ dalam badan.
Sinar-X keras digunakan untuk memusnahkan sel-sel kanker, yang disebut
radioterapi. Pemeriksaan penunjang yang lain ialah MRI dan CT scan. MRI
jarang dipakai untuk deteksi awal penyakit tetapi sangat berguna menunjukkan
kondisi penyakit karena ia memperlihatkan jaringan lunak di sekitar sendi. Bagi
pasien yang ada kontraindikasi dengan MRI,CT scan diguna sebagai ganti

F. Diagnosis Kerja
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang,didapatkan diagnosa
pasti kondisi pasien yaitu adanya Fraktur Antebrachii. Fraktur tulang adalah
putusnya kesinambungan suatu tulang. Fraktur dapat terjadi pada semua bagian
tubuh salah satunya adalah fraktur antebrachii..2

Tetapi trauma yang cukup untuk menyebabkan fraktur, hampir tak dapat
dielakkan menimbulkan cedera jaringan lunak. Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh tekanan yang berlebihan.

G. Klasifikasi Fraktur Antebrachii


1. Fraktur Colles.
Deformitas pada fraktur ini seperti sendok makan (dinner fork
deformity). Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi,
tubuh beserta lengan berputar ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka
terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi, supinasi). Ini adalah fraktur
yang paling sering ditemukan pada manula, insidennya yang tinggi
berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca menopause. Karena itu
pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada tangan yang
terentang.

2. Fraktur Smith.
Fraktur dislokasi ke anterior (volar), karena itu sering disebut reverse
collesfracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh
dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar
fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi.
3. Fraktur Monteggia.
Fraktur sepertiga proximal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna
proximal. Monteggia mempublikasikan fraktur ini sebagai fraktur sepertiga
proksimal ulna disertai dislokasi ke anterior dari kapitulum radius. Ternyata
kemudian terbukti bahwa dislokasi ini dapat terjadi ke lateral dan juga
posterior. Penyebabnya biasanya trauma langsung terhadap ulna, misalnya
sewaktu melindungi kepala pada pukulan, sehingga disebut patah tulang
tangkis. Pada umumnya menyerupai fraktur pada lengan bawah dan apabila
terdapat dislokasi ke anterior, kapitulum radius akan dapat diraba pada fossa
cubitus. Pergelangan tangan dan tangan harus diperiksa untuk mencari ada
tidaknya tanda-tanda cedera pada saraf radialis. Terdapat 2 tipe yaitu tipe
ekstensi (sering) dan tipe fleksi. Pada tipe ekstensi gaya yang terjadi
mendorong ulna kearah hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan
pada tipe fleksi, gayamendorong dari depan kearah fleksi yang
menyebabkan fragmen ulna mengadakan angulasi ke posterior. Gambaran
radiologis jelas memperlihatkan adanya fraktur ulna yang disertai dislokasi
sendi radio-humeral.
Pengobatan

Dengan cara konservatif biasanya berhasil pada anak, tetapi metode


operatif sering menjadi pilihan pada fraktur Monteggia pada orang dewasa.
Petunjuk untuk keberhasilan terapi adalah memulihkan panjangnya ulna
yang mengalami fraktur hanya setelah itu sendi yang berdislokasi dapat
sepenuhnya direduksi. Pada anak-anak kadang dapat dilakukan manipulasi,
tetapi pada orang dewasa lebih baik dilakukan reduksi terbuka dan
pemasangan flat. Kalau caput radius dapat direduksi secara tertutup, begitu
lebih baik dan bila tidak, harus di terapi dengan operasi. Lengan
diimobilisasi dalam gips dengan siku yang di fleksi selama 6 minggu.
Setelahi itu dianjurkan gerakan aktif

4. Fraktur Galleazzi.
Fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat
pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terrjadi pula rotasi
lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang
memberi gaya supinasi. Jauh lebih sering terjadi daripada fraktur Monteggia.
Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang mencolok.
Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris yang sering terjadi.
Gambaran klinisnya bergantung pada derajat dislokasi fragmen fraktur. Bila
ringan, nyeri dan tegang dirasakan pada daerah fraktur; bila berat, biasanya
terjadi pemendekan lengan bawah. Tampak tangan bagian distal dalam
posisi angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan
ujung distal ulna. Gambaran radiologisnya pada fraktur ini yaitu fraktur
melintang atau oblique yang pendek ditemukan pada sepertiga bagian
bawah radius, dengan angulasi atau tumpang-tindih. Sendi radioulnar
inferior bersubluksasi atau berdislokasi.3,4
Pengobatan

Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku, posisi netral
untuk dislokasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi. Secara
konservatif mungkin kurang memuaskan dan bila demikian, terapi bedah
menjadi pilihan.

H. Epidemologi
Fraktur radius/ulna sering terjadi pada usia muda dengan insidens
sebanyak 8-9% dan sering juga pada wanita yang berusia 75 tahun atau lebih.
Fraktur pada 1/3 distal dari diafisis adalah sebanyak 79%. Untuk fraktur femur
yang terbagi dalam beberapa klasifikasi misalnya saja pada fraktur collum,
fraktur subtrochanter femur ini banyak terjadi pada wanita tua dengan usia lebih
dari 60 tahun dimana tulang sudah mengalami osteoporotik. Trauma yang
dialami oleh wanita tua ini biasanya ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi)
sedangkan pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan.
Fraktur batang femur, fraktur supracondyler, fraktur intercondyler, fraktur
condyler femur banyak terjadi pada penderita laki – laki dewasa karena
kecelakaan ataupun jatuh dari ketinggian. Fraktur batang femur pada anak
terjadi karena jatuh waktu bermain dirumah atau disekolah.5

I. Etiologi
Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera (trauma),
seperti kecelakan mobil, olah raga atau karena jatuh. Patah tulang terjadi jika
tenaga yang melawan tulang lebih besar daripada kekuatan tulang. Sebagian
besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba – tiba dan berlebihan, yang
dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh
dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan. Jenis dan beratnya patah
tulang dipengaruhi oleh:
1. Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.
2. Usia penderita
3. Kelenturan tulang
4. Jenis tulang.
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang
terkena dan jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara)
biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya
sedangkan penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif
disertai kerusakan jaringan lunak yang luas. Bila terkena kekuatan tak
langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat
yang terkena kekuatan itu jadi kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur
mungkin tidak ada.

Tekanan yang berulang-ulang atau trauma ringan (fraktur kelelahan) pada


tulang menyebabkan tulang menjadi retak, seperti halnya pada logam dan benda
lain, akibat tekanan berulang-ulang. Kelemahan abnormal pada tulang (Fraktur
patologik). Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu
lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada
penyakit paget ). Dengan tenaga yang sangat ringan, tulang yang rapuh karena
kelainan seperti osteoporosis, osteomyelitis atau tumor seperti ewing’s sarcoma
atau metastase myeloma bisa mengalami patah tulang. Berdasarkan
kasus,fraktur terjadi karena jatuh di kamar mandi dan posisi tangan menahan
berat tubuh sehingga pasien tidak dapat menggerakkan tangannya.

J. Manifestasi klinik
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen
tulang.
2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas.
Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas
normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal
otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5
sampai 5,5 cm
4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba
adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen
satu dengan lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah
beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.2,3,4

K. Patofisiologi
1. Sewaktu tulang patah ( fraktur ) mengakibatkan terpajannya sum-sum
tulang atau pengaktifan saraf simpatis yang mengakibatkan tekanan dalam
sum-sum tulang, sehingga merangsang pengeluaran katekolamin yang yang
akan merangsang pembebasan asam lemak kedalam sirkulasi yang
menyuplai organ, terutama organ paru sehingga paru akan terjadi
penyumbatan oleh lemak tersebut maka akan terjadi emboli dan
menimbulkan distress atau kegagalan pernafasan. Trauma yang
menyebabkan fraktur ( terbuka atau tertutup ) yang mengakibatkan
perdarahan terjadi disekitar tulang yang patah dan kedalam jaringan lunak
disekitar tulang tersebut dan terjadi perdarahan masif yang bila tidak segera
ditangani akan menyebabkan perdarahan hebat, terutama pada fraktur
terbuka ( shock hypopolemik ).
2. Perdarahan masif ini ( pada fraktur tertutup ) akan meningkatkan tekanan
dalam suatu ruang diantara tepi tulang yang yang fraktur dibawah jaringan
tulang yang membatasi jaringan tulang yang fraktur tersebut, menyebabkan
oedema sehingga akan menekan pembuluh darah dan saraf disekitar tulang
yang fraktur tersebut maka akan terjadi sindrom kompartemen ( warna
jaringan pucat, sianosis, nadi lemah, mati ras dan nyeri hebat. )dan akan
mengakibatkan terjadinya kerusakan neuro muskuler (4-6 jam kerusakan
yang irreversible, 24-48 jam akan mengakibatkan organ tubuh tidak
berfungsi lagi). Perdarahan masif juga dapat menyebabkan terjadinya
hematoma pada tulang yang fraktur yang akan menjadi bekuan fibrin yang
berfungsi sebagai jala untuk melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas
segera terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut kalus.
Bekuan fibrin direabsorbsi sel-sel tulang baru secara perlahan mengalami
remodeling (membentuk tulang sejati) tulang sejati ini akan menggantikan
kalus dan secara perlahan mengalami kalsifikasi ( jadi tulang yang matur ).
3.
Namun secara fisiologis, tulang mempunyai kemampuan untuk
menyambung sendiri setelah patah tulang. Proses penyambungan tulang
pada setiap individu berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyambungan tulang adalah (1) usia pasien, (2) jenis fraktur, (3) lokasi
fraktur, (4) suplai darah, (5) kondisi medis yang menyertainya.5

L. Penatalaksanaan Medika Mentosa


Perlu dilakukan tata laksana terhadap nyeri yang seringkali timbul akibat
fraktur. Pada keadaan tersebut pasien dapat diberikan paracetamol 500 mg
hingga dosis maksimal 3000 mg per hari. Bila respons tidak adekuat dapat
ditambah dengan kodein 10 mg. Langkah selanjutnya adalah dengan
menggunakan obat antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen 400 mg, 3 kali
sehari. Golongan narkotik hendaknya dihindari karena dapat menyebabkan
delirium.3

M. Penatalaksanaan Non-Medika Mentosa


Untuk fraktur sendiri, prinsip penatalaksanaannya adalah mengembalikan
posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi
itu selama masa penyembuhan fraktur (imobilisasi). Reposisi yang dilakukan
tidak harus mencapai keadaan sepenuhnya seperti semula karena tulang
mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan bentuknya kembali seperti
bentuk semula (remodelling).2
Fraktur dapat ditangani sesuai dengan kondisi dari tulang. Imobilisasi
dengan gips merupakan penanganan pilihan pada fraktur lengan bawah kedua
tulang yang tidak disertai dislokasi dan fraktur ulna saja. Alatnya dengan stress
sharing, dengan cara penyembuhan tulang sekunder. Reduksi tertutup dan
imobilisasi dengan long arm cast telah dipergunakan untuk fraktur lengan
bawah dengan dislokasi, tapi mungkin kurang memuaskan kecuali jika
reduksinya dapat dipertahankan dengan hati-hati. Gips harus memiliki cetakan
interoseus yang baik dengan potongan melintang berbentuk oval, bukan bulat,
karena dapat membantu mempertahankan ruang interoseus. Fraktur radius
sepertiga distal harus dimobilisasi dalam posisi pronasi (merelaksasikan tarikan
deformasi m. pronator quadratus) untuk mencapai kemungkinan terbaik
kesegarisan yang dapat diterima. Long arm cast dipakai selama 4 minggu, dan
kemudian diganti dengan short arm cast atau brace fungsional selama 2 minggu.
Durasi pemakaian gips dan imobilisasi adalah sekitar 6 sampai 8 minggu
sebelum menyambung.6

Kebanyakan fraktur lengan bawah, termasuk fraktur radius saja, fraktur


kedua tulang, dan fraktur yang disertai dislokasi caput radii atau destruksi
articulatio radioulnaris distalis memerlukan reduksi terbuka dan fiksasi interna.
Alat yang digunakan adalah stess shielding dan cara penyembuhan tulang
primer.6

Pada fraktur monteggia, reduksi tertutup caput radii dapat dilakukan,


diikuti dengan pemasangan pelat untuk fraktur ulna. Reduksi simultan caput
radii akan terjadi saat fraktur corpus ulnae telah tereduksi secara anatomis dan
terfiksasi. Bergantung pada stabilitas caput radii setelah reduksi, imobilisasi
pascaoperatif dapat bervariasi dari long arm cast sampai brace fungsional.6

Pada fraktur galeazzi, radius direduksi secara anatomis dan difiksasi pada
pelat. Penanganan ini akan mengembalikan posisi articulatio radioulnaris. Long
arm cast atau brace fungsional mempertahankan lengan bawah pada posisi
supinasi selama 4 minggu. Penanganan kemudian diikuti dengan short arm cast
selama 2 minggu berikutnya.6
Fraktur colles dan smith juga memiliki cara penanganan yang berbeda
dengan fraktur monteggia dan galaezzi. Cara pertama adalah dengan reduksi
tertutup dan pemasangan gips, yang merupakan penanganan fraktur yang tidak
memerlukan fiksasi bedah. Cara ini diindikasikan untuk pasien dengan fraktur
tanpa dislokasi atau dengan dislokasi minimal tanpa kominutif yang banyak.
Radiograf pascareduksi harus memperlihatkan pemulihan kemiringan palmar
dan panjang radius. Secara umum, pasien berusia lebih dari 60 tahun biasanya
ditangani dengan short arm cast untuk mencegah kekakuan siku. Setelah
pemasangan long arm cast selama 3 sampai 6 minggu pertama, akan diteruskan
dengan pemasangan short arm cast. Long arm cast memberikan dukungan yang
lebih baik untuk fraktur kominutif tidak stabil serta memberikan kontrol
rotasional dan kontrol nyeri yang lebih baik. Fraktur tanpa lokasi dapat
ditangani dengan short arm cast.6

Ada pula fiksator eksterna yang sangat berguna untuk fraktur kominutif,
fraktur dengan dislokasi yang tidak dapat ditangani dengan reduksi terbuka atau
fiksasi interna. Alat yang digunakan adalah stress-sharing dengan cara
penyembuhan tulang sekunder, dengan disertai pembentukan kalus. Kadang-
kadang, pin perkutaneus atau fiksasi interna dapat digunakan sebagai adjuvan
fiksasi eksterna.6

Selain itu, bila frakturnya artikular dengan dislokasi, digunakan metode


reduksi terbuka dan fiksasi interna. Alat yang digunakan adalah stres-shielding
untuk fiksasi pelat dan stress-sharing untuk fiksasi pin. Cara penyembuhannya
primer, jika tercapai fiksasi solid dengan pelat sehingga tidak terbentuk kalus,
cara penyembuhan sekunder jika fiksasi solid tidak tercapai, atau pada pin
perkutaneus. Gips pasca oprasi biasanya dianjurkan selama 2 sampai 6 minggu,
bergantung pada stabilitas fiksasi.6

N. Komplikasi
1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh
dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi
dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang
berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada
suatu tempat.
5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
6. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah.
Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki
usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.
7. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada
individu yang imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak
mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau
trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil
8. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena
penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis
iskemia.
10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem
saraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin
karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability.4,6

O. Pencegahan
Pencegahan tulang bisa diberikannya sumber-sumber kalsium pada tulang
yang pernah hilang seperti mengkonsumsi :
1. Kalsium, dapat membantu dalam memperkuat pembentukan tulang,
membuat tulang jadi padat dan tulang tetap sehat seiring kita bertambah usia.
Kalsium adalah mineral yang penting dalam hidup.
2. Vitamin K, berperan banyak dalam berbagai fungsi tubuh, tetapi penelitian
ilmiah telah menghubungkan nutrisi penting ini dengan kesehatan tulang.
Studi yang berlangsung saat ini mengindikasi bahwa vitamin K dapat
mencegah penyerapan kembali dan masuknya makanan secara cukup,
dimana hal ini penting untuk mencegah kerapuhan tulang.
3. Vitamin D, selalu memainkan peranan penting dalam membangun dan
melindungi tulang. Vitamin D membantu daya serap kalsium, dan memiliki
kandungan vitamin D rendah memiliki tingkat kepadatan tulang yang
rendah. Mereka juga memiliki kecenderungan akan tulang rapuh seiring
bertambahnya umur. Vitamin D secara alami bisa diperoleh di dalam
makanan tertentu saja (misal minyak ikan cod), tetapi juga dapat
memperolehnya dari sinar matahari, dan banyak makanan yang sudah
diperkuat dengan nutrisi.
4. Magnesium, memiliki banyak fungsi bagi tubuh, dan salah satunya adalah
untuk membuat tulang tetap kuat (50% dari tubuh magnesium ditemukan
dalam tulang). Memakan berbagai makanan dapat membantu untuk
menjamin magnesium masuk ke tubuh secara cukup. Wanita diatas 30 tahun
harus memenuhi sekitar 320mg magnesium setiap hari, sedangkan pria
sekitar 400-420mg. Jumlah tersebut mudah didapatkan dengan
mengkonsumsi, kacang-kacangan seperti almond, kacang kedelai, gandum,
dan sayuran yang berwarna gelap seperti bayam.
5. Berhati-hati dalam berdiri dan berjalan.6

P. Prognosis
Prognosis tergantung pada jenis dan lokasi fraktur antebrachii, usia dan
status kesehatan individu serta adanya cedera secara bersamaan. Pemulihan
umumnya memang sudah dijangka, namun, individu-individu di atas usia 60
dengan fraktur antebrachii tertutup memiliki tingkat kematian 17%. Tingkat
non-union adalah sekitar 1%. Masalah permanen dengan gaya berjalan mungkin
terjadi, dan kecacatan/deformitas dapat diakibatkan dari cedera lain yang
berkelanjutan pada saat fraktur.5
DAFTAR PUSTAKA

1. Aru W. Sudoyo, Bambang S, Idrus A, Marcellus simadibrata, Siti S editor.


Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi V. Pusat informasi dan Penerbitan
bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta; 2009 : 2556-564.
2. Sylvia Anderson P, Lorraine McCarty W. Alih bahasa, Braham U, Pendit dkk.
Editor edisi bahasa indonesia, Huriawati H. Patofisiologi ; konsep-konsep
klinis penyakit. Edisi 6. EGC. Jakarta; 2009 : 1381-1406.
3. Kasper DL, Braunwald E, Fauci S et all, penyunting. Harisson’s principles of
internal medicine, edisi ke-16. New york: McGraw-Hill Medical Publishing
Division; 2008.
4. Becker MA, Jolly M. Clinical gout and pathogenesis of hypeuricemia. In :
Arthritis and allied condition. A textbook of Rheumatology. Koopman
WJ,editor. Edisi 15. Baltimore: Lippincott Williams and Wilkins; 2008. P.
2303-33.
5. Klippel JH,. Gout, epidemiology, pathology and pathogenesis. In : Primer on
the rheumatic disease. Edisi 12. Atlanta: Arthritis foundation; 2008. p. 307-24.
6. Freddy PW, Sulistia Gan. Farmakologi : analgesik antipiretik analgesik anti-
inflamasi dan obat gangguan sendi lainnya. Edisi ke-5. FKUI; 2007. 230-46.

Anda mungkin juga menyukai