1 Sap Pkrs TB Paru Palem 2
1 Sap Pkrs TB Paru Palem 2
Disusun Oleh:
Kelompok 16
E. Media Penyuluhan
1. Presentation Power Point
2. Leaflet
F. Pengorganisasian
Pembimbing akademik : Ika Nur Pratiwi, S.Kp., M.Kep.
Pembimbing klinik : Rihmatul Fitriyah, S.Kep. Ns.
Penanggung Jawab (Ketua) : Nur Khriesna Habita
Penyuluh : Nur Khriesna Habita
Moderator : Erlia Widyaningrum
Observer : Nailiyatul Faricha
Fasilitator 1 : Yohana Eka Rismawati R.
Fasilitator 2 : Nur Khafidhoh
Notulen : Harunatusyarifah
G. Job Description
No. Nama Sie Job Description
1. Moderator 1. Membuka dan menutup acara
2. Mengatur jalannya acara dari awal hingga akhir
3. Memperkenalkan diri dan tim penyuluhan
4. Menjelaskan kontrak waktu penyuluhan
5. Memimpin jalannya acara
H. Rencana penyuluhan
(1)Rundown Acara
No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan peserta
1. 5 menit Pembukaan :
1) Memberikan salam 1) Menjawab salam
2) Memperkenalkan diri 2) Mendengarkan dan
3) Menjelaskan tujuan memperhatikan
pembelajaran 3) Menjawab
4) Menyebutkan materi dan pertanyaan
kegiatan yang akan dilakukan
5) Menggali pengetahuan peserta
tentang peraturan ruangan
2. 25 Pemberian materi :
menit 1. Pengertian TB paru 1) Menyimak dan
2. Penyebab TB paru memperhatikan
3. Faktor risiko TB paru
4. Gejala dan diagnosis awal TB
paru
5. Cara penularan TB paru
6. Pencegahan penularan TB
paru
7. Pengobatan TB paru
8. Efek samping pengobatan TB
paru
9. Komplikasi TB paru
10. Peran Keluarga (PMO) dalam
Merawat pasien TB paru
11. Etika Batuk yang tepat
4. 5 menit Evaluasi :
1) Memberikan pertanyaan 1) Menjawab
kepada peserta seputar materi pertanyaan dari
yang disampaikan pemateri
2) Memberikan reward atau
pujian bagi peserta yang
mampu menjawab
Penutup :
Mengucapkan salam dan terima 1) Menjawab salam
kasih
2) Setting tempat penyuluhan
7 Keterangan:
5 1. Moderator
1
2 2. Pemateri
3 3 4 3 3. Peserta
4. Fasilitator
4 3 3 3
5. Tamu undangan
6 6. Observer
7. Notulen
3) Metode Evaluasi
(1) Metode evaluasi : Tanya jawab
(2) Jenis evaluasi : Lisan
4) Evaluasi Struktur
(1) Persiapan Media
Media yang digunakan dalam ceramah semua lengkap dan dapat
digunakan dalam penyuluhan yaitu:
a. Presentation Power Point (LCD)
b. Leaflet
(2) Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk power point dan leaflet dengan ringkas,
menarik, lengkap mudah dimengerti oleh peserta.
5) Evaluasi proses
(1) Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta
mampu memahami materi yang disampaikan melalui ceramah dan leaflet
yang diberikan
(2) Peserta memperhatikan saat ceramah berlangsung.
(3) Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada peserta yang
meninggalkan tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung.
(4) Peserta antusias bertanya hal yang belum dimengerti tentang
materi.
6) Evaluasi Hasil
(1)Keluarga mampu menjelaskan dan memahami pengertian TB paru
(2)Keluarga mampu menjelaskan dan memahami penyebab TB paru
(3)Keluarga mampu menjelaskan dan memahami faktor risiko TB paru
(4)Keluarga mampu menjelaskan dan memahami gejala dan diagnosis awal
TB paru
(5)Keluarga mampu menjelaskan dan memahami cara penularan TB paru
(6)Keluarga mampu menjelaskan dan memahami pencegahan penularan TB
paru
(7)Keluarga mampu menjelaskan dan memahami pengobatan TB paru
(8)Keluarga mampu menjelaskan dan memahami efek samping pengobatan
TB paru
(9)Keluarga mampu menjelaskan dan memahami komplikasi TB paru
(10) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami peran keluarga (PMO)
dalam merawat pasien TB paru
(11) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami etika batuk yang tepat
LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian TB paru
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycrobacterium,
mengakibatkan kerusakan pada paru, serta menimbulkan gejala seperti batuk,
sesak napas, bahkan dapat menyebar ke tulang, otak, dan organ lainnya.Sejak
dahulu penyakit ini dikenal sebagai penyebab kematian yang menakutkan.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang kasusnya banyak terjadi di
kalangan masyarakat (Muttaqin, 2008).
TB paru dapat menyerang semua kalangan usia mulai dari anak sampai
dewasa dengan perbandingan hampir sama antara laki-laki dan perempuan.
Penyakit ini banyak ditemukan pada pasien yang tinggal di daerah dengan
tingkat kepadatan penduduk tinggi sehingga sangat minimnya cahaya matahari
yang dapat masuk ke dalam rumah. TB paru pada anak dapat terjadi diusia
berapa pun, namun, usia paling umum adalah 1-4 tahun. Angka kejadian TB
paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia
remaja (Somantri, 2007).
Pengobatan yang tidak teratur maupun pengobatan yang terputus dapat
mengakibatkan resistensi bakteri terhadap obat. Dalam hal ini peran perawat
sangat dibutuhkan untuk menjelaskan tentang pentingnya pengobatan secara
teratur sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Maka dari itu penting
sekali bagi perawat untuk memahami prognosis dan patofisiologi tuberkulosis
paru, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik bagi pasien
dengan penyakit tuberkulosis paru.
Terdapat 4 tahapan perjalanan alamiah penyakit. Tahapan tersebut meliputi
tahap paparan, infeksi, menderita sakit dan meninggal dunia yang dapat dilihat
pada tabel berikut (Kemenkes, 2014).
Tabel 1. Perjalanan alamiah TB
1. Paparan
Peluang a. Jumlah kasus menular di masyarakat
b. Peluang kontak dengan kasus menular
peningkatan
c. Tingkat daya tular dahak sumber penularan
paparan terkait d. Intensitas batuk sumber penularan
e. Kedekatan kontak dengan sumber penularan
dengan
f. Lama waktu kontak dengan sumber penularan
g. Faktor lingkungan: konsentrasi kuman di udara (ventilasi,
sinar UV)
Catatan: Paparan kepada pasien TB menular merupakan syarat untuk terinfeksi.
Setelah terinfeksi, ada beberapa faktor yang menentukan seseorang akan
terinfeksi saja, menjadi sakit dan kemungkinan meninggal dunia karena TB.
2. Infeksi
Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6-14 minggu setelah infeksi
a. Reaksi immunologi (lokal). Kuman TB memasuki alveoli dan ditangkap oleh
makrofag dan kemudian berlangsung reaksi antigen-antibody.
b. Reaksi immunologi (umum). Delayed Hypersensitivity (hasil tuberkulin tes
menjadi positif).
c. Lesi secara umum sembuh total namun dapat saja kuman tetap hidup dalam
lesi tersebut (dormant) dan suatu saat dapat aktif kembali.
d. Penyebaran melalui aliran darah atau getah bening dapat terjadi sebelum
penyembuhan lesi.
3. Sakit TB
Faktor risiko a. Konsentrasi/ jumlah kuman yang terhirup
b. Lama waktu sejak terinfeksi
untuk menjadi
c. Usia seseorang yang terinfeksi
sakit TB d. Tingkat daya tahan tubuh seseorang.
tergantung dari:
Catatan: Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB. Namun
bila seseorang dengan HIV positif akan meningkatkan kejadian TB melalui
proses reaktifasi. TB umum terjadi pada paru (TB paru).
e. Meninggal dunia
Faktor risiko a. Akibat dari keterlambatan diagnosis
b. Pengobatan tidak adekuat
kematian karena
c. Ada kondisi kesehatan awal yang buruk atau penyakit
TB
penyerta
Catatan: Pasien TB tanpa pengobatan, 50% akan meninggal dan risiko ini
meningkat pada pasien dengan HIV positif
B. Penyebab TB paru
Penyebab TB paru adalah kuman Mycobacterium tuberculosis.
Mycobacterium tuberculosis merupakan mikobakteria tahan asam dan
merupakan mikobakteria aerob obligat dan mendapat energi dari oksidasi
berbagai senyawa karbon sederhana. Dibutuhkan waktu 18 jam untuk
menggandakan diri dan pertumbuhan pada media kultur biasanya dapat dilihat
dalam waktu 6-8 minggu (Putra, 2010). Suhu optimal untuk tumbuh pada 37ºC
dan pH 6,4-7,0. Jika dipanaskan pada suhu 60ºC akan mati dalam waktu 15-20
menit. Kuman ini sangat rentan terhadap sinar matahari dan radiasi sinar
ultraviolet. Selnya terdiri dari rantai panjang glikolipid dan phospoglican yang
kaya akan mikolat (Mycosida) yang melindungi sel mikobakteria dari lisosom
serta menahan pewarna fuschin setelah disiram dengan asam (basil tahan asam)
(Herchline, 2013).
Jika Anda penderita TBC, tentu saja Anda tidak ingin orang-orang di
sekitar Anda tertular penyakit ini dari Anda. Sebagai penderita TBC Anda juga
wajib tahu tips pencegahan tersebut, di antaranya:
1) Menutup mulut Anda dengan saputangan saat batuk atau bersin.
2) Jangan sembarangan meludah. Jika ingin meludah, silahkan meludah
hanya pada wadah khusus yang disediakan untuk Anda yang terlebih
dahulu sudah diberi desinfektan untuk membunuh kuman penyebab TBC
3) Hindari berdekatan atau kontak langsung dengan balita atau anak-anak
4) Pisahkan peralatan makan Anda, begitu juga saat mencucinya agar tidak
terpakai orang yang sehat.
5) Jemurlah perlengkapan tidur Anda seperti bantal, kasur, selimut dan lain
lain setiap hari, biarkan sinar matahari langsung masuk ke dalam kamar
Anda.
G. Pengobatan TB paru
Tujuan pengobatan antara lain menyembuhkan pasien dan memperbaiki
produktivitas serta kualitas hidup, mencegah kematian oleh karena TB atau
dampak buruk yang akan timbul, mencegah kekambuhan TB, menurunkan
penularan TB, serta mencegah penularan TB dan resisten obat.
Pengobatan TB adalah salah satu upaya paling efisien untuk mencegah
penyebaran lebih lanjut dai kuman TB. Pengobatan yang adekuat harus
memenuhi prinsip (Kemenkes RI , 2014):
1. Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan OAT yang tepat mengandung
minimal 4 macam obat untuk mencegah resistensi,
2. Diberikan dalam dosis yang tepat,
3. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas
Menelan Obat) sampai selesai pengobatan,
4. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap
awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.
Tahapan pengobatan TB (Depkes RI, 2008):
1. Tahap awal (intensif)
Tahap ini pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung
untuk mencegah resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut
diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular
dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi
BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
2. Tahap lanjutan
Pada tahap ini, pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama yaitu empat bulan. Tahap lanjutan penting untuk
membunuh kuman persisten sehingga mencegah kekambuhan.
Standart yang digunakan untuk pengobatan TB aktif membutuhkan waktu
selama 6 atau 9 bulan (Gough, 2011) dengan beberapa macam farmakoterapi.
Berikut 4 obat yang umum digunakan untuk pengobatan TB:
1. Isoniazid (H). Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh
kuman 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan.
2. Rifampisin (R). Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi-dormant
(persister) yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid..
3. Pirasinamid (Z). Bersifat bakterisid, yang dapat membunuh kuman yang
berada dalam sel dengan suasana asam.
4. Streptomisin (S). Bersifat bakterisid.
5. Etambutol (E). Bersifat sebagai bakteriostatik.
Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian TB di
Indonesia adalah:
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Kategori anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4-10HR
Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten obat di Indonesia
terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin,
Etionamide, Sikloserin, Moksifloksasin dan PAS, serta OAT lini-1, yaitu
pirazinamid dan etambutol.
Menurut Kemenkes RI (2014), panduan obat dan peruntukan:
1. Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2.
Disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT).
Tablet OAT-KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet.
Dosis disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu
paket untuk satu pasien.
Panduan OAT-KDT lini pertama
1) Kategori-1: 2(HRZE)/4(HR)3
Paduan ini diberikan untuk pasien TB paru BTA positif, TB paru BTA negatif
foto toraks positif, dan TB ekstra paru.
2) Kategori-2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien kambuh, pasien gagal dan pasien
dengan pengobatan setelah putus berobat (default).
Tabel 2. Dosis paduan OAT-KDT kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Tahap Lanjutan
Tahap Intensif 3 kali seminggu
Berat
tiap hari RHZE (150/75/400/275)+S RH (150/150) +
Badan
E(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 2 tab 4 KDT 2 tablet 2 KDT + 2
500mg streptomisin tab etambutol
inj
38-54 kg 3 tablet 4 KDT + 3 tab 4 KDT 3 tablet 2 KDT + 3
750mg streptomisin tab etambutol
inj
55-70 kg 4 tablet 4 KDT + 4 tab 4 KDT 4 tablet 2 KDT + 4
1000mg streptomisin tab etambutol
inj
≥ 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tab 4 KDT (> 5 tablet 2 KDT + 5
+1000mg do maks) tab etambutol
streptomisin inj
2. Paket kombipak
Adalah paket obat lepas yang terdiri isoniazid, rifampisin, piraziamid dan
etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan
program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang terbukti mengalami
efek samping pada pengobatan dengan OAT KDT sebelum ini.
Tabel 3. Dosis paduan OAT kombipak kategori 1 2(HRZE)/4(HR)3
Tahap Lama Dosis per hari/ kali Jumlah
Pengobatan Pengobatan Tablet Kaplet Tablet Tablet hari/kali
Isoniazid Rifampisin Pirazinamid Etambutol menelan
@300mgr @450mgr @500mgr @250mgr obat
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48
Penatalaksanaan Diet
1. Tujuan terapi diet
Terapi diit bertujuan memberikan makanan secukupnya guna memperbaiki
dan mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta memperbaiki status
gizi agar penderitadapatmelakukanaktifitas normal.
Terapi untuk penderita kasus Tuberkulosis Paru menurut (Almatsier, 2006)
adalah:
a. Energi tinggi
b. Karbohidrat cukup (60-70% total energi)
c. Protein tinggi (75-100 gr/hari)/ 2-2.5 gr/kg BBI
d. Lemak cukup (20 – 25% total energi)
e. Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin C dan Fe (Minimal sesuai
KGA).
f. Bentuk makanan sesuai kemampuan pasien
g. Makanan mudah cerna
I. Komplikasi TB paru
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien stadium lanjut adalah sebagai
berikut:
1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau jalan napas
tersumbat,
2. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau retraktif) pada paru,
3. Pneumothoraks (ada udara dalam rongga pleura) spontan, kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru,
4. Penyebaran infeksi ke organ lain.
J. Peran Keluarga (PMO) dalam Merawat Pasien TB paru
Keluarga memiliki peran dalam merawat anggota keluarga dengan TB
paru yaitu memberikan perawatan secara fisik dan juga perawatan secara
psikososial. Perawatan secara psikososial dapat ditunjukkan keluarga dengan
memberi dukungan, kasih sayang dan perhatian kepada pasien karena masih
adanya stigma buruk masyarakat terhadap pasien dengan TB paru, keluarga
memotivasi pasien agar sabar dalam pengobatan, keluarga memahami serta
menghargai perasaan pasien, mendengarkan keluhan-keluhan yang
disampaikan pasien, menanyakan apa yang saat ini pasien rasakan.
Perawatan secara fisik dapat dilakukan keluarga dengan mengawasi
pasien meminum obat secara teratur hingga klien menelan obat, pasien harus
meminum obat pada pagi hari karena obat tersebut paling baik bekerja ketika
pagi hari, keluarga membantu menempatkan obat di tempat yang bersih dan
kering, tidak terpapar langsung dengan sinar matahari dan aman dari jangkauan
anak-anak, selain itu keluarga dapat membawa atau mengajak pasien ke
fasilitas kesehatan setiap dua minggu sekali untuk melihat perkembangan
penyakit atau jika pasien mengalami keluhan-keluhan yang harus segera
ditangani, keluarga harus memberikan makan yang cukup gizi pada pasien
untuk menguatkan dan meningkatkan daya dahan tubuh agar bisa menangkal
kuman TB yang merusak paru-paru, kebersihan lingkungan rumah juga harus
diperhatikan contoh dengan pengaturan ventilasi yang cukup, keluarga
menganjurkan pasien untuk tidak meludah sembarangan, menutup mulut ketika
batuk atau bersin, keluarga juga dapat menjemur tempat tidur bekas pasien
secara teratur, membuka jendela lebar-lebar agar udara segar dan sinar
matahari dapat masuk karena kuman TB paru akan mati bila terkena sinar
matahari.
Apabila keluarga mampu melaksanakan peran tersebut dengan baik
berarti keluarga telah membantu pasien TB paru mendapatkan kesembuhan
lebih cepat. Keluarga biasanya juga bisa menjadi Pengawas Menelan Obat
(PMO) karena lebih dikenal, dipercayai, dan dekat dengan pasien sehingga
dapat ditawari untuk kesediaan dalam pelatihan menjadi PMO.
DAFTAR PUSTAKA
Andareto, Obi. 2015. Penyakit Menular di Sekitar Anda. Jakarta: Pustaka Ilmu
Semesta
WHO 2015, Global tuberculosis report, 20th Edition, Geneva: WHO Library
Cataloguing in Publication Data
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PKRS
PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS (P3N)
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA, KAMIS, 16 MARET 2017
Pelaksanaan:
f) Peserta mampu
1) Menggali pengetahuan
memahami materi dan
dan pengalaman
menjawab pertanyaan
berupa pemberian
dengan benar dari
pertanyaan tentang
penyuluh minimal 75%
cuci tangan
2) Memberikan jawaban
yang benar dari
pertanyaan
3) Tim penyuluh
membagikan leaflet
kepada peserta
penyuluhan
2) Menjelaskan materi
penyuluhan meliputi:
a) Definisi,
penyebab, gejala
dan tanda TB
b) Pengobatan, efek
samping obat,
pencegahan dan
faktor resiko TB
c) Komplikasi, peran
keluarga, dan etika
batuk
3) Sesi tanya jawab
DAFTAR HADIR PELAKSANAAN PKRS
PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS (P3N)
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA, KAMIS, 16 MARET 2017