KELOMPOK 3
I. TUJUAN
1. Menentukan ukuran (diameter) partikel umpan (feed) yang berbentuk padatan dan
produk grinding dengan menggunakan analisis ayakan
2. Menghitung energy kominusi yang dibutuhkan untuk mereduksi ukuran diameter
umpan (Dp awal) menjadi produk (Dp akhir)
3. Menghitung Dp rata-rata
4. Menentukan efisiensi ayakan.
II. DASAR TEORI
2.1 Grinding
Istilah pemecahan dan penghalusan atau penghancuran (size reduction)
zat padat meliputi semua cara yang digunakan dimana partikel zat padat dipotong
dan dipecahkan menjadi kepingan-kepingan yang lebih kecil. Di dalam industri
pengolahan, zat padat diperkecil dengan berbagai macam cara sesuai dengan tujuan
yang berbeda-beda. Bongkah-bongkah biji mentah dihancurkan menjadi ukuran
yang mudah ditangani, bahan kimia sintesis digiling menjadi tepung, lembaran-
lembaran plastik dipotong-potong menjadi kubus atau ketupat-ketupat kecil.
Produk-produk komersial biasanya harus memenuhi spesifikasi yang
sangat ketat dalam hal ukuran maupun bentuk partikel-partikelnya yang
menyebabkan reaktifitas zat padat itu meningkat. Pemecahan itu juga
memungkinkan pemisahan komponen yang tidak dikehendaki dengan cara-cara
mekanik, sistem ini juga dapat digunakan memperkecil bahan-bahan berserat guna
memudahkan proses penanganannya.
Zat padat dapat diperkecil dengan berbagai cara, namun hanya ada empat
metode yang lazim digunakan untuk pengecilan ukuran. Metode itu adalah :
1. Penempaan (compression)
Untuk pemecahan kasar zat padat keras dengan menghasilkan relatif sedikit
halusan
2. Penumbukkan (impact)
Menghasilkan hasil yang berukuran kasar, sedang, dan halus
3. Penggerusan (attrition)
Menghasilkan hasil yang sangat halus dari bahan yang lunak dan tidak abeasif
4. Pemotongan (cutting)
Memberikan hasil yang ukurannya pasti, dan kadang-kadang dengan sedikit
atau sama sekali tidak ada halusan pada bentuknya.
2.2 Kominusi
Kominusi adalah istilah umum yang digunakan untuk operasi
penghancuran. Contoh peralatannya adalah mesin penghancur (crusher) dan mesin
penggiling (grinder). Penghancur yang ideal hendaknya :
1. Memiliki kapasitas yang besar
2. Memerlukan masukan daya yang rendah persatuan produk
3. Menghasilkan produk dengan distribusi ukuran seseragam mungkin atau
dengan distribusi ukuran tertentu sesuai dengan yang dikehendaki
Menghitung energi kominusi biasanya dihitung dengan menggunakan
persamaan bond :
1 1
W 10Wi
Dp akhir Dp awal
Keterangan ;
W : energi grinding
Wi : work index
Dp akhir : diameter rata-rata setelah grinding 80% kumulatif lolos (µm)
Dp awal : diameter rata-rata sebelum grinding 80% kumulatif lolos (µm)
3 0,263 6,68
4 0,185 4,699
6 0,131 3,327
8 0,093 2,362
10 0,065 1,651
14 0,046 1,168
20 0,0328 0,833
28 0,023 0,589
35 0,0164 0,417
48 0,0116 0,295
65 0,0082 0,028
Diameter rata-rata partikel antar ayakan berdasarkan ayakan Tyler, misal partikel yang lolos
melalui ayakan 150 mesh tetapi tertahan pada 200 mesh dilambangkan dengan partikel -
150+200 mesh. Berikut ini table diameter partikel rata-rata penentuan ayakan Tyler.
Tabel 2 Diameter rata-rata berdasarkan ayakan Tyler
Ukuran ayakan Diameter partikel Dp (in)
-10+14 0,0555
-14+20 0,0394
-20+28 0,0280
-28+35 0,0198
-35+48 0,0140
-48+65 0,0099
-65+100 0,0070
-100+150 0,0050
-150+200 0,0035
Pengayakan adalah satu metode yang mudah dan cepat untuk penentuan
ukuran partikel dan pemisahan. Meskipun demikian, metode ini tidak dapat disebut
sebagai metode sangat akurat. Sebab, pada bentuk partikel tak beratruran,
kemudahan lolos dari lubang ayakan tergantung pada arah gerakan partikel.
III. PERCOBAAN
Material diayak dengan ayakan getar, ayakan disusun dengan bukaan paling
besar di paling atas sampai ayakan paling kecil dan pan
Buat Analisa ayak dan kurva hubungan % kumulatif lolos dengan ukuran
Membuka tutup ball mill dan memasukkan zeolit/batu bata bersama bola
besi (grinding)
% Berat % Berat
Massa Massa
Ukuran % Berat Kumulatif % Berat Kumulatif
Awal Akhir
(µm) (Xawal) Awal (Xakhir) Akhir
(gram) (gram)
(lolos) (lolos)
70
% Lolos Kumulatif Feed
60
50
40 y = 14,171x + 16,459
30 R² = 0,8206
20
10
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Ukuran (mm)
70
% Lolos Kumulatif Produk
60
50
40
y = 11.615x + 29.66
30 R² = 0.7012
20
10
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Ukuran (mm)
Zeolit
70
% Lolos Kumulatif Feed
60
50
40
y = 14.864x + 9.7672
30 R² = 0.9601
20
10
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Ukuran (mm)
70
% Lolos Kumulatif Produk
60
50
40
30 y = 15.078x + 10.791
R² = 0.9498
20
10
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Ukuran (mm)
1 1
𝑊 = 10 × 7,1 ( − ) = 0,071 𝑘𝑊⁄𝑡𝑜𝑛 𝑗𝑎𝑚
√3561,2 √4000
Zeolit
1 1
𝑊 = 10 × 16,46 ( − ) = 0,03292 𝑘𝑊⁄𝑡𝑜𝑛 𝑗𝑎𝑚
√3846,8 √3969,2
Menghitung efisiensi ayakan
𝑭𝒓𝒂𝒌𝒔𝒊 𝑼𝒏𝒅𝒆𝒓𝒔𝒊𝒛𝒆 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒐𝒍𝒐𝒔
𝑬𝒇𝒊𝒔𝒊𝒆𝒏𝒔𝒊 𝑨𝒚𝒂𝒌𝒂𝒏 = x 100%
𝑭𝒓𝒂𝒌𝒔𝒊 𝑼𝒏𝒅𝒆𝒓𝒔𝒊𝒛𝒆 𝒚𝒈 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔𝒏𝒚𝒂 𝒍𝒐𝒍𝒐𝒔
- Batu bata
320
𝐴𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 = 66,7% 𝑥 𝑥 100% = 59,28%
360
Type equation here.
- Zeolit
340
𝐴𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 = 66,7% 𝑥 𝑥 100% = 62,994%
360
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini kami melakukan percobaan tentang grinding dan sizing. Grinding
adalah penghalusan atau penghancuran (size reduction) meliputi semua metode yang
digunakan untuk mengolah zat padat menjadi ukuran yang lebih kecil. Sedangkan sizing adalah
metode pemisahan partikel sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Bahan padat yang
digunakan pada praktikum ini yaitu batu bata merah dan zeolit. Peralatan yang digunakan ada
dua yaitu ball mill sebagai grinder atau penggerus yang nantinya dimasukan beberapa bola-
bola baja sebagai media penggerus, dan alat pengayakan yaitu ayakan getar (sieve tray).
Hal pertama yang dilakukan adalah menimbang bahan yang akan di ayak karena jika bahan
terlalu banyak maka akan mempengaruhi proses pengayakan, semakin banyak sampel maka
sampel akan sulit terayak. Setelah menimbang sebanyak ± 1000 gram, bahan tersebut di
tumbuk terlebih dahulu agar memiliki ukuran yang berbeda beda. Lalu sampel tersebut
dimasukan kedalam sieve tray, mulai dari plat teratas, yang susunannya dari atas ke bawah
semakin kecil lubang-lubang pada plat tersebut. Plat tersebut berjumlah 8 plat yang ukurannya
mulai dari 4 mm; 2mm; 1mm; 0,5mm; 0,25mm; 0,125mm; 0,063mm; dan 0,045mm. Setelah
itu dimulai pengayakan dengan lama pengayakan selama 5 menit dan ayakan tersebut akan
berhenti setiap 30 detik. Waktu proses selama 5 menit ini sudah cukup agar proses pengayakan
sempurna. Setelah itu timbang setiap plat untuk mengetahui sampel yang undersize dan
oversize, sehingga bisa dibuat grafik % lolos kumulatif feed terhadap ukuran dan diperoleh
diameter rata-rata partikel awal pada 66,7% lolos.
Sampel tersebut kemudian dimasukkan ke ball mill tempat penggerusan yang diisi beberapa
bola-bola baja sebagai media penggerus. Jika terlalu banyak bola-bola baja juga tidak akan
terlalu efektif karena ruang untuk bergeraknya sampel dan bola baja tidak besar, sehingga
penggerusan tidak akan efektif. Pada saat percobaan kami, ball mill yang dipakai kurang
berkapasitas besar dan terlalu banyaknya bola-bola baja, sehingga proses grinding yang kami
lakukan tidak terlalu efektif. Proses tersebut berlangsung selama 30 menit. Lalu diayak
kembali seperti sebelumnya dan ditimbang. Maka dapat dibat grafik %lolos kumulatif produk
terhadap ukuran dan diperoleh diameter rata-rata partikel akhir pada 66,7% lolos.
Pada sampel batu bata, Dp awal sebesar 4000 mm dan Dp akhir sebesar 3561,2 mm. Dan
pada sampel zeolit, Dp awal sebesar 3969,2 mm dan Dp akhir sebesar 3846,8 mm. Setelah
didapat nilai Dp awal dan Dp akhir maka dapat menghitung energi kominusinya, dengan
indeks kerja batu bata adalah 7,1 sedangkan indeks kerja zeolit sebesar 16,46. Energi kominusi
pada sampel batu bata sebesar 0,071 kW/ton.jam dan zeolit sebesar 0,03292 kW/ton.jam.
Proses yang telah dijelaskan diatas sama prosesnya untuk bahan yang lainnya. Dan dari
perhitungan lainnya didapat efisiensi pengayakan pada sampel batu bata sebesar 59,28% dan
pada zeolit sebesar 62,994%.
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan grinding dan sizing. Tujuan
dari praktikum ini adalah menentukan diameter partikel sebelum dan sesudah grinding,
menentukan energi kominusi yang dibutuhkan untuk mereduksi partikel, menentukan
diameter partikel rata-rata, dan menentukan efisiensi ayakan.
Grinding adalah pemecahan dan penghalusan atau penghancuran (size reduction) zat
padat meliputi semua cara yang digunakan dimana partikel zat padat dipotong dan
dipecahkan menjadi kepingan-kepingan yang lebih kecil. Pada praktikum ini, praktikan
menggunakan alat ball mill dengan media penggerus bola baja dan bola keramik. Prinsip
kerja alat ini yaitu partikel umpan dan media penggerus dimasukkan ke dalam ball mill,
kemudian silinder diputar oleh suatu mekanisme rotor penggerak sehingga bola-bola
baja/keramik dan partikel umpan yang ada di dalamnya pun ikut berputar. Putaran tersebut
menyebabkan bola-bola baja/keramik saling bertumbukan dengan partikel umpan dan terjadi
beberapa gaya yaitu attrition, compression, dan impact yang selanjutnya menyebabkan
ukuran umpan partikel semakin kecil.
Sizing adalah metode pemisahan partikel sesuai dengan ukuran yang dikehendaki
atau untuk memisahkan fraksi-fraksi tertentu sesuai dengan keperluan dari suatu material
yang baru mengalami grinding. Prinsip kerja pada saat proses sizing adalah seperangkat
ayakan getar standar disusun secara deret dalam suatu tumpukan, dimana ayak dengan
anyaman paling rapat ditempatkan paling bawah dan anyaman paling besar ditempatkan
paling atas dan pengayak tersebut diguncangkan secara mekanik selama beberapa waktu
tertentu. Pada praktikum ini, dilakukan pengayakan selama 5 menit. Ayakan yang digunakan
yaitu ukuran 4 mm; 2mm; 1mm; 0,5mm; 0,25mm; 0,125mm; 0,063mm; dan 0,045mm,
kecepatan putar 30 RPM. Partikel yang tertahan pada suatu ayak tertentu adalah yang lulus
dari ayakan diatasnya. Partikel dari tiap ayakan lalu ditimbang dan setiap partikel yang dapat
lulus dari ayakan ditampung dalam suatu wadah yang ditempatkan pada dasar susunan. Hasil
dari setiap analisis ayak ditabulasikan yang menunjukkan fraksi massa pada setiap ayakan.
Kemudian dibuat kurva ukuran terhadap %lolos kumulatif dan %lolos tertahan untuk
menentukan diameter awal dan diameter akhir partikel.
Pada praktikum ini, material yang digunakan adalah zeolit atau sodium silicat dan
batu bata. Zeolit/batu bata sebanyak 1000 gram mula-mula di sizing untuk menentukan
diameter awal partikel selama 5 menit dengan kecepatan 30 RPM, lalu ditimbang pada
masing-masing ayakan. Setelah ditabulasikan dan dibuat kurva didapatkan diameter awal
sebesar 4000 𝝁𝒎 untuk batu bata dan untuk zeolit sebesar 3969,2 µm, dan didapatkan
diameter partikel rata-ratanya itu untu bata sebesar 3543,3 µm dan untuk zeolit sebesar
3830,2 µm. Zeolit/Batu bata kemudian di grinding menggunakan ball mill selama 15 menit
dengan media pnggerus bola baja sebanyak 15 buah. Kemudian dilakukan sizing kembali
selama 5 menit untuk menentukan diameter akhir partikel. Dari tabel dan kurva ukuran
terhadap %kumulatif diperoleh diameter akhir partikel batu bata sebesar 3561,2 𝝁𝒎 dan
untuk zeolit diperoleh diameter akhir partikelnya sebesar 3846,8 µm, sehingga diperoleh
diameter partikel rata-rata batu bata sebesar 3188,9 𝝁𝒎 dan zeolit sebesar 3707,9 𝝁𝒎.
Setelah didapat nilai Dp awal dan Dp akhir maka dapat menghitung energi kominusinya,
dengan indeks kerja batu bata adalah 7,1 sedangkan indeks kerja zeolit sebesar 16,46. Energi
kominusi pada sampel batu bata sebesar 0,071 kW/ton.jam dan zeolit sebesar 0,03292
kW/ton.jam. Proses yang telah dijelaskan diatas sama prosesnya untuk bahan yang lainnya.
Dan dari perhitungan lainnya didapat efisiensi pengayakan pada sampel batu bata sebesar
59,28% dan pada zeolit sebesar 62,994%.
Sedangkan Sizing adalah proses pemisahan partikel sesuai dengan fraksi-fraksi yang
dikehendaki setelah mengalami proses grinding. Prinsip kerja sizing yaitu berdasarkan
perbedaan ukuran ayakan dimana ayakan dengan anyaman paling rapat ditempatkan paling
bawah, berdasarkan gaya sentrifugal yang mendorong partikel dari ayak atas ke bawah, dan
berdasarkan perbedaan ukuran partikel dimana partikel dengan ukuran besar akan tertahan
dan partikel kecil akan dilewatkan. Berdasarkan praktikum, diketahui faktor yang
mempengaruhi proses sizing ialah bentuk butir, padatan berupa butir tidak beraturan lebih
mudah lolos jika dibandingkan dengan bahan-bahan bentuk bola, atau bentuk yang lain yang
dapat menyumbat ayakan. Faktor lain mempengaruhi sizing adalah kecepatan sieve shaker
dimana jika semakin besar kecepatannya semakin besar getaran yang dihasilkan sehingga
semakin selektif pula partikel tersebut tersaring. Faktor lain yang ikut mempengaruhi yaitu
waktu. Semakin lama waktu yang diperlukan maka semakin jelas pula jumlah partikel yang
tersaring pada masing â masing ayakan dengan ukuran yang berbeda.
Pada praktikum kali ini, partikel yang digunakan yaitu batu bata dan Zeolit. Tahapan
yang dikerjakan yaitu menimbang ayakan kosong secara keseluruhan dan menimbang berat
ayakan satu persatu. Setelah itu bahan baku dimasukan kedalam ayakan lalu praktikum
dijalankan. Pada proses sizing pertama yaitu dengan menggunakan 1 kg batu bata yang telah
ditumbuk untuk memudahkan proses sizing, waktu yang digunakan yaitu 15 menit dengan
kecepatan 30 rpm. Setelah proses berhenti, lakukan penimbangan pada setiap ayakan. Dari
data tersebut, kami memperoleh untuk sizing I (pertama) yaitu Dp awal sebesar 4 mm = 4000
µm. Produk tersebut di-Grinding selama 30 menit menggunakan 15 butir bola baja di dalam
tabung ball-mill. Hasil dari proses tersebut diayak kembali selama 15 menit dengan
kecepatan 30rpm. Hasil yang produk tersebut praktikan memperoleh diameter partikel
(Dp)produk akhir senilai 3,5612 mm = 3561,2 µm dan efisiensi ayakan sebesar 59,28%.
Setelah dihitung dengan persamaan Bond, energy kominusi yang dihasilkan batu bata adalah
sebesar 0,071 𝑘𝑊⁄𝑡𝑜𝑛 𝑗𝑎𝑚
Sedangkan untuk zeolit dilakukan tahapan yang sama, 1kg zeolite ditumbuk dan
kemudian dilakukan sizing pertama selama 15 menit, diperoleh Dp awal sebesar 3,9692 mm
= 3969,2 µm. Kemudian produk tersebut di-Grinding selama 30 menit menggunakan 15 butir
bola baja di dalam tabung ball-mill. Hasil dari proses tersebut diayak kembali selama 15
menit dengan kecepatan 30rpm, dan dihasilkan Dp akhir sebesar 3,8468 mm=3846,8 µm,
dengan efisiensi ayakan sebesar 62,994%. Energi kominusi yang dihasilkan pada zeolite
adalah 0,03292 𝑘𝑊⁄𝑡𝑜𝑛 𝑗𝑎𝑚
Semakin besar ukuran dari partikel yang akan dihancurkan maka semakin besar pula
energi yang dikeluarkan untuk membuat partikel tersebut untuk mempunyai ukuran yang
lebih kecil. Hal ini ditunjukkan bahwa energi kominusi pada batubata lebih besar daripada
zeolite.
Dari Grafik % Lolos Kumulatif Produk terhadap Ukuran (mm) dapat diketahui
bahwa semakin turun ukuran ayakan yang digunakan maka semakin turun persen kumulatif
yang didapatkan sesuai yang terdapat pada tabel hasil perhitungan % kumulatif. Dapat
diketahui juga, bahwa Semakin lama waktu penggerusan maka semakin banyak material
yang lolos ayakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin lama proses
grinding yang dilakukan akan semakin banyak hasil crushing dengan ukuran partikel yang
sangat kecil, terlebih jika yang diberikan memiliki kekerasan yang sangat rendah, maka akan
semakin mudah tergeruskan. Efektivitas ayakan pada zeolite lebih besar dibandingkan
dengan efektivitas ayakan pada batu bata, hal ini dikarenakan pada zeolite, % kumulatif
ukuran partikel yang lolos lebih banyak daripada % lolos kumulatif pada batubata.
VI. Kesimpulan
1. Diameter partikel :
- Diameter awal partikel batu bata : 4000 µm - Diameter akhir partikel batu bata : 3561,2 µm
- Diameter awal partikel zeolit : 3969,2 µm - Diameter akhir partikel zeolit : 3846,8 µm