Anda di halaman 1dari 12

CHAPTER 5 KATODIK PROTEKSI

1. Perbedaan keuntungan antara galvanik dan impressed current


No. Keuntungan Galvanik Keuntungan Impressed
1 Tidak membutuhkan energi Satu pemasangan dapat melindungi
tambahan area luas
2 Lebih ekonomis Sistem dapat digunakan untuk
lingkup arus dan potensial yang
bervariasi sesuai kebutuhan
3 Mudah dipasang Dapat didesain berumur panjang
hingga 20 tahun
4 Mudah perawatannya Dapat diaplikasikan pada berbagai
struktur
5 Dapat digunakan pada tanah Membutuhkan anoda yang sedikit
dengan resistivitas rendah
6 Gangguan lebih kecil dengan Control yang mudah karena
struktur logam lain karena arus otomatisasi
kecil
7 Arus terdistribusi merata Tidak terbatasi resistivitas tanah

No. Kerugian Galvanik Kerugian Impressed


1 Penggunaan terbatas Kemungkinan efek interfensi pada
struktur lain yang terkubur
2 Potensial yang digunakan tetap Memerlukan perawatan rutin
tidak bisa diubah (kecuali
mengubah anodanya)
3 Mahal untuk melindungi struktur Lebih mahal karena butuh daya
yang tidak dilapisi listrik
4 Peralatan tidak ada yang di atas Kegagalan daya listrik dapat
tanah, sulit melacak sistem menyebabkan masalah serius

No. Keuntungan Impressed vs Kerugian Impressed vs Galvanik


Galvanik
1 Rectrifier merupakan sumber Membutuhkan energi dari luar
listrik unlimited
2 Dapat didesain berumur panjang Pemasangan lebih rumit
3 Lebih ekonomis Tidak ekonomis untuk lingkup kecil
4 Variasi dari arus dapat Terbatas untuk penggunaan
menyesuaikan perubahan pada resistivitas tanah di bawah
sistem 3000ohms-cm

2. Faktor yang berpengaruh pada korosi underground


a. Concentration Cell
Konsentrasi terbentuk dari perbedaan antara garam, kelembapan,
resistivitasi tanah dan tegangan yang terarah kepada logam. Perbedaan itu
membentuk area anodic dan katodik dan memulai korosi.

b. Galvanic Cell
Sel galvanic terbentuk ketika dua logam yang berbeda potensial
disambungkan. Contohnya Cu vs Al. Al terkorosi karena potensial
negative dan Cu positif. Cu menjadi katode dan Al anodenya. Jika iron
disambung ke Al, iron terkorosi (di laut) karena Al membuat lapisan pasif
yang akan membuat Al berperilaku seperti inert.

c. Stray Current

3. Apa yang dimaksud dengan stray current bagaimana caranya menghindarinya


(325)
Pada system proteksi katodik, akan ada arus (ion) yang mengalir dari anode
melalui tanah kearah struktur logam. Jika suatu arus bertemu dengan struktur
logam dalam perjalanannya diambil oleh struktur logam, ditransmisikan ke
bagian lain dari struktur dan akhirnya dikeluarkan dari struktur melalui bumi
dan kembali ke katoda.
- Anode > bumi > struktur > bumi > katode
- Anode > bumi > katode
Arus yang tidak diinginkan yang masuk pada struktur logam ketika menuju
ketode sehingga terjadi korosi. Tipe korosi ini seperti pada system transit DC
kasus kereta listrik.

Preventif:
- Mendeteksi dan mengukur arus yang tersesat serta sumber tegangan dan
jalurnya
- Mitigasi cacat dan kegagalan isolasi
- Memperbaiki koneksi yang rusak
- Merancang sistem seperti sistem perlindungan katodik (ICCP) terkesan
untuk mengimbangi efek dari arus liar

4. Katodik proteksi potensial kearah immune (hal 308)


5. Anodik proteksi kearah pasivitass.
6. Contoh panjang pipa, area berapa, outer diameter berapa, kemudian
hitung (hal 318)
7. Contoh soal 339-341 dst pelajari (gamungkin gabisa) ada solution cuman
diketahui tidak sama

CHAPTER 6 INHIBITOR
1. Klasifikasi inhibitor
 Inorganic
Anodic type : chromates, nitrites, molybdates, phosphates
Chatodic type : zinc, polyphosphate
 Organic
Amines, amine salt, esters, ammonia derivatives
Klasifikasi berdasarkan fungsinya :
- Kromat dan nitrit : passivating inhibitors (memiliki kecenderungan untuk
mempasifkan permukaan logam)
- Silikat : menghalangi reaksi anodik dan katodik, serta menghilangkan
partikel yang tidak diinginkan (iron particles) dengan cara presipitation
- Beberapa inhibitor membuat kondisi lingkungan sekitar menjadi basa
untuk mencegah korosi
- Inhibitor jenis gas : vapor phase inhibitors

2. Jelaskan dua jenis inhibitor yang kamu ngerti, bagaimana mekanismenya


hingga menjadi preventif korosi (organik dan inorganik, scavenger)
i. Inorganic inhibitors
- Penambahan inorganic inhibitor akan menekan reaksi elektrokimia
pada area anodik-katodik
- Inhibitor hanya akan bereaksi pada level konsentrasi yang sesuai
- Contoh, Chromate Inhibitors
- Inhibitor paling efektif tetapi berbahaya. Batas konsentrasi aman pada
industri 120 mg/L
- Sebagai oxidizers dan akan meningkatkan current density anodik diatas
batas nilai yang dibutuhkan untuk pasivasi
- Chromat inhibitor mengandung Na2CrO4 dan Na2Cr2O7
- Passife film yang terbentuk mengandung iron oxide dan chromium
oxide

- Mixed potential reaksi diatas berada pada daerah pasivasi


ii. Organic inhibitors
- Contoh, monoamine, diamines, amides
- Organic inhibitor bereaksi dengan adsorpsi pada metallic surface
- Pembentukan ikatan antara metal subtrate dengan organic inhibitor
akan menghambat proses di anodik-katodik dan melindungi permukaan
logam
Mekanisme :
- Gugus nitrogen polar yang melekat pada rantai hidrokarbon akan
menyumbangkan elektron ke permukaan logam dan membentuk ikatan
kimia yang kuat
- Bagian hidrokarbon dari inhibitor bersifat larut dalam minyak dan anti
air
- Rantai hidrokarbon yang besar akan berorientasi ke arah larutan dan
membentuk jaringan hidrofobik. Molekul air sebagai sumber utama
korosi akan hilang dari permukaan dan digantikan oleh molekul
organik.

iii. Scavangers
- Oksigen adalah penyebab utama dari korosi. Oksigen bereaksi dengan
mengkonsumsi elektron di katoda yang menyebabkan depolarisasi
katodik dan meningkatkan laju korosi
- Penghilangan oksigen dari sistem tertutup secara kimia disebut
scavangers

CHAPTER 7 COATING
1. Anodik coating, galvanic coating, direct coating, paint coating
Anodic coating (sacrificiala anode) memanfaatkan anodisasi untuk
melindungi substrat (contohnya zinc Al dan Cd coating). Lapisan ini terdiri
dari film oksida yang dibuat pada logam melalui elektrolisis, dengan logam
bertindak sebagai anoda. Contoh: zinc coating pada steel  lapisan zinc
bertindak sebagai anoda korban untuk baja yang bersifat katodik terhadap
zinc:
EZn = −0.763 V, EFe = −0.44 V
Pecahnya coating menyebabkan terjadinya oksidasi anodik Zn:
Zn → Zn2++ 2e
Elektron dikonsumsi oleh substrat besi yang bertindak sebagai katoda.
Potensial dibuat lebih negatif oleh elektron dan reaksi katodik terjadi:
2H++ 2e → H2 ↑
Lapisan tipis H2 terbentuk di permukaan. Baja yang menjadi katodik tidak
terkorosi. Sehingga, seng sebagai anoda korban terkorosi sementara substrat baja
dilindungi.

Galvanic coating
Direct coating
Paint coating

2. Primer coat secondary coat top coat (syaratnya apa ?)

3. Binder itu kira2 apa saja


Klasifikasi binder sebagai berikut:
a. Drying oil types, such as alky
b. Epoxy, polyurethane and coal tar (two-pack chemical resistance)
c. Vinyl and chlorinated rubber (one-pack chemical resistance)
d. Bituminous coatings
e. Lacquers.

4. Sement yang digunakan untuk decorative

5. Tipe2 pigment apa aja


a) White pigments
- Titanium dioxide
- White lead
- Zinc oxide
- lithophone
b) Black pigments
- Carbon black
- Graphite
- Black iron oxide
c) Brown pigments
- Iron oxide
- Calcium-plumbate
- Monoazo-brown dan diazo-brown
d) Blue pigments
- Ultramarine blue
- Pthalocyanine [copper–phthalocyanine]
e) Green pigments - brunswick green
- Chrome green
f) Yellow pigments
- Lead chromate
- Yellow iron oxide
- Monoazo yellow
g) Orange pigments
- Basic lead chromate dengan sedikit lead sulfate
h) Red pigments
- Red iron oxide
- Diazo-red pigment (pyrazolone)
i) Special effect pigments
- Aluminum flakes [leafy and non-leafy types]
- Fluorescent pigments [rhodamine]
j) Corrosion inhibiting pigment
- Zinc phospate
k) Red lead

6. Solvent sekalian jadi satu


Sifat-sifat solvent:
a) Solvency Semakin kompleks polimer, semakin kuat pelarut yang
dibutuhkan untuk melarutkannya
b) Viscosity and solid content Semakin tinggi kekuatan pelarut, semakin
sedikit pelarut yang dibutuhkan untuk mencapai viskositas tertentu
sehingga kandungan padatan tetap tinggi.
c) Ease application Pelarut dengan tingkat penguapan yang tinggi memiliki
kecenderungan untuk membentuk dry mist selama aplikasi spray. Dengan
aplikasi brush, penguapan harus lambat.
d) Drying Pengeringan fisik paint diperlambat dengan laju penguapan yang
lebih lambat. Penguapan cepat menyebabkan cacat.
e) Boiling points and evaporative rates
f) Flash point
g) Maximum acceptable concentration (MAC) Value
h) Solvent reaction
i) Compatibility

7. Perbandingan keuntungan antara coating dengan painting, harus ambil


contoh dulu coating yang diambil apakah (misal metallic coating) baru
bandingkan
8. Failure pelajari, bedanya apa (blistering, cracking filling) itu banyak sekali
contohnya
Kategori failure pada paint dan coating:
a. Formulation-related failures
b. Adhesion-related failures
c. Application-related failures
d. Design-related failures

Formulation-related failures
a) Chalking pembentukan powdery layer pada permukaan coating.
Mekanismebinder hancur karena sinar matahari yang parah dan
meninggalkan pigmen. Binder terus hancur sampai korosi mulai
berkembang pada substrat dan permukaan lapisan jadi aus.
Pencegahan pilih kombinasi binder dan pigmen yang sesuai, pilih
pigmen yang kecenderungan untuk chalking kecil, hilangkan deposit
kapur dan pakai sistem coating baru.
b) Erosion erosi karena angin kencang dan partikel pasir (biasanya di
gurun). Mekanismelapisan hancur karena angin kencang atau
partikel pasir. Setelah lapisan terdispersi dan substrat terpapar, korosi
terjadi dengan cepat, terutama di lingkungan yang lembab.
Pencegahansama kayak chalking.
c) Checking pola check-board kecil terbentuk pada permukaan lapisan
seiring bertambahnya usia. Lapisan menjadi lebih keras dan kerapuhan
meningkat.
d) Alligatoring pecah film yang disebabkan oleh aplikasi film rapuh
kering yang keras di atas film yang lebih lembut dan extensible film.
Permukaan lapisan yang gagal menyerupai kulit buaya
e) Cracking permukaan coating retak karena pelapukan dan penuaan
(mirip alligatoring, tapi retakan mencapai substrat dan menyebabkan
cacat yang lebih serius daripada checking atau alligatoring). Bisa
disebabkan oleh curing rate yang cepat
f) Wrinklingterdapat kerut pada permukaan. Mekanisme perbedaan
tingkat ekspansi surface dan body coating sehingga terjadi tekanan.
Pencegahan pake slow drying solvent dan campuran silikat untuk
mengontrol drying rate. Lapisan tipis aja

Adhesion-related failures
a) Blistering ada buletan di permukaan yang dalemnya kering atau
berair. Mekanisme aduh banyak banget, Pencegahan dengan
mengganti coating. Memastikan substrat kering dan bebas dari
kontaminasi sebelum coating.
b) Peeling hilangnya adhesi yang mengakibatkan pelepasan dan
melengkung dari painting film. Pencegahan mengganti coating dan
jangan sampai ada kelembapan.
c) Flaking pengelupasan lapisan dari substrat karena sifat lapisan yang
keras dan rapuh. Mekanismemirip peeling. Pencegahan hindari
kontaminasi antar lapisan, jangan terlalu tebal lapisannya, jangan
pernah mengecat permukaan yang basah, dan pake pelapis yang
kompatibel.
d) Inter-coat delaminationhilangnya adhesi antara 2 coating.
Mekanisme

Application-related failures
a) Holiday
b) Pinholes
c) Spattering
d) Cratering

Design-related failures
a) Edge failure

CHAPTER 8 COROTION BY DESIGN


1. Service life
Faktor yang mempengaruhi service life dari peralatan :
- Lokasi geografis dan environments
- Pemilihan material
- Maintenance
- Lingkungan korosif dan kecepatan dari aliran
- Design
- Bimetallic junction
- Feature promoting corrosion

2. Penyebab terjadinya failure karena desain


i. Breakdown of protective system
- Protective surface treatments : coating, welding, dll
- Proses tsb dapat menjadi tidak efektif karena adanya void, surface
porosity, undercuts, permukaan yang kasar dan tidak teratur
- Heterogenitas pada permukaan akan bertindak sebagai perangkap air
dan akan menyebabkan damage
ii. Poor fabrication
- Proses welding yang tidak sesuai, cold working dan machining yang
berlebihan dapat menyebabkan failure
iii. Lack of accessability
- Komponen terlalu kompleks sehingga ada area yang tidak dapat
diakses sehingga tidak dapat ditentukan langkah-langkah
perlindungan korosi
iv. Structural heterogenity in materials
- Menyambung material yang sama tetapi dengan structural berbeda,
seperti perbedaan pada proses thermo-mechanical, grain size,
number of impurity elements
v. Operating conditions
- Temperatur, tekanan dan kecepatan pengoperasian akan
mempengaruhi service life

3. Tahapan desain apa saja yang harus di perhatikan


i. Clarifying objectives – untuk membersihkan objek yang akan didesign
ii. Establishing function – untuk menentukan fungsi yang diperlukan
iii. Setting requirements – untuk menentukan performance yang spesifik
iv. Improving details – untuk meningkatkan value dari produk dan efisiensi
cost

CHAPTER 9 CORROSIVE ENVIRONTMENT


1. Faktor-faktor berpengaruh pada performance
a. Kinerja dan fungsi yang diharapkan dari produk.
Contoh: membuat wadah penyimpanan air laut, fiber glass akan ideal
material karena keuntungan dari densitas dan ketahanan korosi dibanding
baja biasa seperti AISI 304.
b. Sifat fisik.
Sifat fisik: konduktivitas listrik, koefisien ekspansi termal, dan
konduktivitas termal menjadi pertimbangan. Misalnya, cupronickel (90-10
Cu-Ni) adalah bahan yang sangat baik untuk tabung penukar panas di
pabrik desalinasi termal yang menggunakan air laut mentah, karena
konduktivitas yang sangat baik dan ketahanan terhadap korosi.
c. Kekuatan dan sifat mekanik.
Faktor-faktor, seperti kekuatan luluh, kekuatan tarik, kekuatan kelelahan
dan kekuatan creep sangat penting untuk desain karena mereka
menentukan kemampuan suatu produk atau komponen untuk menahan
berbagai jenis tekanan yang dikenakan ketika digunakan.
d. Sifat korosi dan keausan.
Pemilihan material yang tidak tepat menginisiasi korosi dan menyebabkan
kegagalan dini komponen sehingga pabrik berhenti beroperasi. Solusi:
material selection dan cocok dengan lingkungan dan permeliharaan yang
cocok terhadap peralatan/komponen,
e. Parameter fabrikasi.
- Kemampulasan: metode pengelesan harus dipilih untuk meminimalisir
korosi, contohnya gas lasan pada temperature tertentu dapat menyebabkan
intergranular cracking
- Kemampumesinan: (drilling, milling, shearing).seperti drilling, larutannya
dapat bersifar sangan korosif.
- Modifikasi permukaan: seperti cladding, galvanizing dan metallizing
(pelapisan logam) meningkatkan ketahanan material terhadap korosi.
f. Kemungkinan daur ulang.
Seringkali mungkin hemat biaya untuk menggunakan bahan yang mahal
jika dapat didaur ulang dengan nilai sisa yang tinggi setelah selesai masa
digunakannya peralatan / produk.

2. Corrosive environment
Ketahanan kororsi dari material bergantung pada lingkungan korosifnya.
Berikut merupakan lingkungan agresif yang bersinggungan dengan material:
1. Marine environment.
Air laut merupakan penyebab besar dari lingkugan laut. Bahan apa pun
yang menunjukkan ketahanan yang baik terhadap korosi dalam air laut
dianggap sebagai bahan yang cocok untuk aplikasi dalam berbagai macam
aplikasi menghadapi air.
Faktor yang mempengaruhi korosivitas dari air laut:
- Pergerakan: air laut yang bergerak kurang korosif dibandingkan air laut
yang stagnan. Dalam kondisi stagnan, sel konsentrasi oksigen dipasang
pada permukaan material dan korosi dipercepat.
- Agen korosif: Ion klorida adalah unsur yang paling agresif (korosif) dalam
air laut, karena memiliki kecenderungan untuk menembus film-film pasif
pada permukaan logam dan menghancurkannya.

2. Industrial environment.
Industri meliputi kimia, petrokimia, pupuk, kertas menjadi penyebab
korosi. Hal ini dikarenakan terdapat:
- Asam (inorganic): sulfur dan belerang; (organic) formic, asetat
- Alkali kuat
- Air garam
- Gas terlarut (H2S), CO2
- Polutan: SO2, CO
- Polusi tanah: bakteri, pestisida, tumpahan minyak
Keberhasilan performa material akan tergantung pada kemampuan tahan
terhadap korosi di lingkungan industri.
3. Oilfield environment.
Masalah korosi yang disebabkan oleh lingkungan dapat diklasifikasikan ke
dalam dua kategori: (a) lingkungan lubang bawah tanah: lingkungan
downhole sangat agresif karena mungkin mengandung air garam, karbon
dioksida, asam dan hidrogen sulfida, yang semuanya sangat korosif.
Lingkungan downhole juga mengalami peningkatan suhu.
(b) lingkungan permukaan: penyerapan kontaminan atmosfer

4. Pollution in environment.
Kontaminan atmosfer, terutama garam dan SO2. Kontaminan seperti ion
klorida memecah lapisan pasif oksida pada baja dan menginisasi pitting.
Senyawa nitrogen, seperti amonia, menyebabkan masalah serius pada
struktur tembaga dan kuningan dengan pembentukan kompleks Cu (NH3)
CHAPTER 10 ATMOSPHERIC CORROSION
1. Klasifikasi
a. Dry corrosion.
Dengan tidak adanya uap air yang signifikan, banyak logam membuat film
oksida. Sedangkan jejak dari polutan gas, tembaga, perak dan logam non-
ferro lainnya mengalami pembentukan film yang dikenal sebagai noda
(contoh: silver yang bernoda).
b. Damp (lembab) corrosion.
Korosi basah akan terjadi hanya ketika kelembaban relatif mencapai 70%
yang secara umum dianggap sebagai nilai kritis untuk timbulnya korosi.
Tingkat kelembaban kritis yang tepat bervariasi dengan jenis kontaminan,
seperti partikel debu dan garam, dan komposisi
dari logam. Lingkungan lembab seperti air dengan gas terlarut, seperti
CO2, H2S dan SO2, menyebabkan korosi parah pada besi dan baja,
tembaga, nikel, perak dan bahan serta paduan non-logam lainnya.
c. Wet corrosion.
Merupakan bentuk korosi atmosferik di mana terdapat lapisan atau kantong
air terbentuk pada permukaan logam, dan permukaan logam tetap terus-
menerus bersentuhan dengan air. Tingkat korosi akan tergantung pada
kelarutan produk korosi. Kelarutan yang lebih tinggi berarti tingkat korosi
yang lebih tinggi, karena ion terlarut meningkatkan konduktivitas
elektrolitik. Pembentukan patina pada tembaga, seperti brochantite, dan
korosi struktur besi dan baja adalah contoh umum korosi yang disebabkan
oleh atmosfer basah.

2. Major factor affecting atmospheric corrosion


a. Waktu kebasahan
Merupakan waktu di mana permukaan logam tetap tertutup air sebelum
menyebabkan korosi.
Waktu basahnya permukaan logam tergantung pada:
- Suhu: suhu tinggi menyebabkan penurunan adsorpsi.
- Rongga porositas: semakin besar jumlah rongga, semakin besar
volume penyerapan air.
- Tingkat oksidasi: adsorpsi lebih rendah dengan oksidasi lebih tinggi.
- Batas butir: Lebih banyak adsorpsi dengan batas butir lebih banyak.
- Sifat permukaan: lebih banyak adsorpsi pada permukaan yang kasar.
b. Penyerapan air

Ikatan atom oksigen ke substrat dan menyumbangkan pasangan elektron


(Gambar 10.1), ada transfer muatan bersih dari molekul air ke substrat. Air
juga dapat mengikat dalam bentuk terdisosiasi oleh ikatan logam-oksigen,
atau logam-hidrogen (OH). Fsa air yang terbentuk pada permukaan logam
bertindak sebagai pelarut untuk gas atmosfer

3. Korosi Temperatur Tinggi pelajari ratio, pelajari itungannya


4. Marine Corrosion, bagiannya aja tuh
5. oil and gas sour corrosion
6. industrial lebih ke atmospeheric

Anda mungkin juga menyukai