b. Galvanic Cell
Sel galvanic terbentuk ketika dua logam yang berbeda potensial
disambungkan. Contohnya Cu vs Al. Al terkorosi karena potensial
negative dan Cu positif. Cu menjadi katode dan Al anodenya. Jika iron
disambung ke Al, iron terkorosi (di laut) karena Al membuat lapisan pasif
yang akan membuat Al berperilaku seperti inert.
c. Stray Current
Preventif:
- Mendeteksi dan mengukur arus yang tersesat serta sumber tegangan dan
jalurnya
- Mitigasi cacat dan kegagalan isolasi
- Memperbaiki koneksi yang rusak
- Merancang sistem seperti sistem perlindungan katodik (ICCP) terkesan
untuk mengimbangi efek dari arus liar
CHAPTER 6 INHIBITOR
1. Klasifikasi inhibitor
Inorganic
Anodic type : chromates, nitrites, molybdates, phosphates
Chatodic type : zinc, polyphosphate
Organic
Amines, amine salt, esters, ammonia derivatives
Klasifikasi berdasarkan fungsinya :
- Kromat dan nitrit : passivating inhibitors (memiliki kecenderungan untuk
mempasifkan permukaan logam)
- Silikat : menghalangi reaksi anodik dan katodik, serta menghilangkan
partikel yang tidak diinginkan (iron particles) dengan cara presipitation
- Beberapa inhibitor membuat kondisi lingkungan sekitar menjadi basa
untuk mencegah korosi
- Inhibitor jenis gas : vapor phase inhibitors
iii. Scavangers
- Oksigen adalah penyebab utama dari korosi. Oksigen bereaksi dengan
mengkonsumsi elektron di katoda yang menyebabkan depolarisasi
katodik dan meningkatkan laju korosi
- Penghilangan oksigen dari sistem tertutup secara kimia disebut
scavangers
CHAPTER 7 COATING
1. Anodik coating, galvanic coating, direct coating, paint coating
Anodic coating (sacrificiala anode) memanfaatkan anodisasi untuk
melindungi substrat (contohnya zinc Al dan Cd coating). Lapisan ini terdiri
dari film oksida yang dibuat pada logam melalui elektrolisis, dengan logam
bertindak sebagai anoda. Contoh: zinc coating pada steel lapisan zinc
bertindak sebagai anoda korban untuk baja yang bersifat katodik terhadap
zinc:
EZn = −0.763 V, EFe = −0.44 V
Pecahnya coating menyebabkan terjadinya oksidasi anodik Zn:
Zn → Zn2++ 2e
Elektron dikonsumsi oleh substrat besi yang bertindak sebagai katoda.
Potensial dibuat lebih negatif oleh elektron dan reaksi katodik terjadi:
2H++ 2e → H2 ↑
Lapisan tipis H2 terbentuk di permukaan. Baja yang menjadi katodik tidak
terkorosi. Sehingga, seng sebagai anoda korban terkorosi sementara substrat baja
dilindungi.
Galvanic coating
Direct coating
Paint coating
Formulation-related failures
a) Chalking pembentukan powdery layer pada permukaan coating.
Mekanismebinder hancur karena sinar matahari yang parah dan
meninggalkan pigmen. Binder terus hancur sampai korosi mulai
berkembang pada substrat dan permukaan lapisan jadi aus.
Pencegahan pilih kombinasi binder dan pigmen yang sesuai, pilih
pigmen yang kecenderungan untuk chalking kecil, hilangkan deposit
kapur dan pakai sistem coating baru.
b) Erosion erosi karena angin kencang dan partikel pasir (biasanya di
gurun). Mekanismelapisan hancur karena angin kencang atau
partikel pasir. Setelah lapisan terdispersi dan substrat terpapar, korosi
terjadi dengan cepat, terutama di lingkungan yang lembab.
Pencegahansama kayak chalking.
c) Checking pola check-board kecil terbentuk pada permukaan lapisan
seiring bertambahnya usia. Lapisan menjadi lebih keras dan kerapuhan
meningkat.
d) Alligatoring pecah film yang disebabkan oleh aplikasi film rapuh
kering yang keras di atas film yang lebih lembut dan extensible film.
Permukaan lapisan yang gagal menyerupai kulit buaya
e) Cracking permukaan coating retak karena pelapukan dan penuaan
(mirip alligatoring, tapi retakan mencapai substrat dan menyebabkan
cacat yang lebih serius daripada checking atau alligatoring). Bisa
disebabkan oleh curing rate yang cepat
f) Wrinklingterdapat kerut pada permukaan. Mekanisme perbedaan
tingkat ekspansi surface dan body coating sehingga terjadi tekanan.
Pencegahan pake slow drying solvent dan campuran silikat untuk
mengontrol drying rate. Lapisan tipis aja
Adhesion-related failures
a) Blistering ada buletan di permukaan yang dalemnya kering atau
berair. Mekanisme aduh banyak banget, Pencegahan dengan
mengganti coating. Memastikan substrat kering dan bebas dari
kontaminasi sebelum coating.
b) Peeling hilangnya adhesi yang mengakibatkan pelepasan dan
melengkung dari painting film. Pencegahan mengganti coating dan
jangan sampai ada kelembapan.
c) Flaking pengelupasan lapisan dari substrat karena sifat lapisan yang
keras dan rapuh. Mekanismemirip peeling. Pencegahan hindari
kontaminasi antar lapisan, jangan terlalu tebal lapisannya, jangan
pernah mengecat permukaan yang basah, dan pake pelapis yang
kompatibel.
d) Inter-coat delaminationhilangnya adhesi antara 2 coating.
Mekanisme
Application-related failures
a) Holiday
b) Pinholes
c) Spattering
d) Cratering
Design-related failures
a) Edge failure
2. Corrosive environment
Ketahanan kororsi dari material bergantung pada lingkungan korosifnya.
Berikut merupakan lingkungan agresif yang bersinggungan dengan material:
1. Marine environment.
Air laut merupakan penyebab besar dari lingkugan laut. Bahan apa pun
yang menunjukkan ketahanan yang baik terhadap korosi dalam air laut
dianggap sebagai bahan yang cocok untuk aplikasi dalam berbagai macam
aplikasi menghadapi air.
Faktor yang mempengaruhi korosivitas dari air laut:
- Pergerakan: air laut yang bergerak kurang korosif dibandingkan air laut
yang stagnan. Dalam kondisi stagnan, sel konsentrasi oksigen dipasang
pada permukaan material dan korosi dipercepat.
- Agen korosif: Ion klorida adalah unsur yang paling agresif (korosif) dalam
air laut, karena memiliki kecenderungan untuk menembus film-film pasif
pada permukaan logam dan menghancurkannya.
2. Industrial environment.
Industri meliputi kimia, petrokimia, pupuk, kertas menjadi penyebab
korosi. Hal ini dikarenakan terdapat:
- Asam (inorganic): sulfur dan belerang; (organic) formic, asetat
- Alkali kuat
- Air garam
- Gas terlarut (H2S), CO2
- Polutan: SO2, CO
- Polusi tanah: bakteri, pestisida, tumpahan minyak
Keberhasilan performa material akan tergantung pada kemampuan tahan
terhadap korosi di lingkungan industri.
3. Oilfield environment.
Masalah korosi yang disebabkan oleh lingkungan dapat diklasifikasikan ke
dalam dua kategori: (a) lingkungan lubang bawah tanah: lingkungan
downhole sangat agresif karena mungkin mengandung air garam, karbon
dioksida, asam dan hidrogen sulfida, yang semuanya sangat korosif.
Lingkungan downhole juga mengalami peningkatan suhu.
(b) lingkungan permukaan: penyerapan kontaminan atmosfer
4. Pollution in environment.
Kontaminan atmosfer, terutama garam dan SO2. Kontaminan seperti ion
klorida memecah lapisan pasif oksida pada baja dan menginisasi pitting.
Senyawa nitrogen, seperti amonia, menyebabkan masalah serius pada
struktur tembaga dan kuningan dengan pembentukan kompleks Cu (NH3)
CHAPTER 10 ATMOSPHERIC CORROSION
1. Klasifikasi
a. Dry corrosion.
Dengan tidak adanya uap air yang signifikan, banyak logam membuat film
oksida. Sedangkan jejak dari polutan gas, tembaga, perak dan logam non-
ferro lainnya mengalami pembentukan film yang dikenal sebagai noda
(contoh: silver yang bernoda).
b. Damp (lembab) corrosion.
Korosi basah akan terjadi hanya ketika kelembaban relatif mencapai 70%
yang secara umum dianggap sebagai nilai kritis untuk timbulnya korosi.
Tingkat kelembaban kritis yang tepat bervariasi dengan jenis kontaminan,
seperti partikel debu dan garam, dan komposisi
dari logam. Lingkungan lembab seperti air dengan gas terlarut, seperti
CO2, H2S dan SO2, menyebabkan korosi parah pada besi dan baja,
tembaga, nikel, perak dan bahan serta paduan non-logam lainnya.
c. Wet corrosion.
Merupakan bentuk korosi atmosferik di mana terdapat lapisan atau kantong
air terbentuk pada permukaan logam, dan permukaan logam tetap terus-
menerus bersentuhan dengan air. Tingkat korosi akan tergantung pada
kelarutan produk korosi. Kelarutan yang lebih tinggi berarti tingkat korosi
yang lebih tinggi, karena ion terlarut meningkatkan konduktivitas
elektrolitik. Pembentukan patina pada tembaga, seperti brochantite, dan
korosi struktur besi dan baja adalah contoh umum korosi yang disebabkan
oleh atmosfer basah.