Anda di halaman 1dari 5

3.

Periode Awal Anak


Periode awal anak adalah periode perkembangan yang merentang dari akhir masa
bayi hingga usia 5 atau 6 tahun. Periode ini kadang-kadang disebut juga tahun-tahun
prasekolah “preschool years”. Selama masa ini, anak belajar untuk menjadi lebih mandiri
dan memerhatikan dirinya. Mereka mengembangkan kesiapan sekolah (seperti mengikuti
perintah dan mengenal huruf) dan menghabiskan banyak waktunya untuk bermain
dengan teman sebayanya.

4. Periode Pertengahan dan Akhir Anak


Periode ini adalah masa perkembangan yang terentang dari usia sekitar 6 hingga 10
atau 11 tahun. Masa ini sering juga disebut tahun-tahun sekolah dasar. Anak pada masa
ini sudah menguasai keterampilan dasar membaca, menulis dan matematik (isitilah
populernya CALISTUNG : baca, tulis dan hitung). Yang menjadi tema sentral periode ini
adalah prestasi (achivment) dan perkembangan pengendalian diri (sel-control).

5. Periode Remaja
Periode remaja adalah masa transisi antara masa anak dengan masa dewasa, terentang
dari usia sekitar 12/13 tahun sampai usia 19/20 tahun, yang ditandai dengan perubahan
dalam aspek biologis, kognitif dn sosioemosional. Yang menjadi tugas kunci remaja
adalah persiapan menghadapi masa dewasa.

6. Periode Dewasa
Periode ini terdiri atas tiga masa, yaitu awal, pertengahan dan akhir dewsa. Masa awal
dewasa dimulai dari usia sekitar 20 tahun hingga 30/35 tahunan. Masa ini merupakan
saatnya individu membangun independensi (kemandirian) pribadi dan ekonomi, sert
peningkatan perkembangan karier. Masa pertengahan dewasa dimulai sekitr usia 35
hingga 45 tahun dan berakhir pada usia 55 tahun dan 65 tahun. Periode ini merupakan
saat peningkatan minat untuk menanamkan nilai-nilai ke generasi berikutnya,
meningkatkan refleksi tentang makna kehidupan dan meningkatkan perhatian terhadap
tubuhnya sendiri. Sementara akhir dewasa adalah terentang dari usi 60 atau 70 sampai
meninggal. Periode ini merupakan saat penyesuaian diri terhadap melemahnya kekuatan
dan kesehatan fisik, masa pensiun dan berkurangnya penghasilan.

Tokoh yang membagi fase-fase perkembangan berdasarkan perkembangan biologis


yaitu Aristoteles. Aristoteles membagi menjadi tiga fase yaitu masing-masing berjarak 7
tahun setiap fase.
1. 0-7 tahun, masa anak kecil atau dikenal dengan masa bermain atau masa kanak-
kanak.
2. 7-14 tahun, masa anak atau masa belajar atau masa sekolah rendah (sekolah dasar
sederajat).
3. 14-21 tahun, masa remaja atau pubertas atau masa peralihan dari masa anak menjadi
orang dewasa.
Selanjutnya masa perkembagan menurut Jean Jacques Rousseau, seorang filsuf dan
negarawan Perancis, yang membagi menjadi empat tahap perkembangan, yaitu:
1. 0-2 tahun, masa bayi, anak hidup sebagai binatang.
2. 2-12 tahun, masa kanak-kanak, anak hidup sebagai manusia biadab.
3. 12-15 tahun, masa remaja, anak hidup sebagai petulang, perkembangan intelek dan
pertimbangan.
4. 15-24 tahun, masa remaja sesungguhnya, individu hidup sebagai manusia beradab:
pertumbuhan kelamin, sosial dan kata hati.
Ahli psikologi perkembangan lain, yaitu Stanley Hall juga membagi perkembangan
anak menjadi empat tahap, yaitu:
1. 0-4 tahun, masa kanak-kanak sebagai binatang melata dan berjalan.
2. 4-8 tahun, masa anak, sebagai manusia pemburu.
3. 8-12 tahun, masaa puber atau remaja awal, sebagai biadab atau liar.
4. 12/13-Dewasa, masa adolesen atau remaja sesungguhnya dimulai dengan masa
gejolak perasaan, konflik nilai dan berakhir sebagai manusia peradaban modern.
Kemudian Sigmund Freud, seorang ahli psikologi Jerman yang beraliran
psikoanalisis, mengemukakan perkembangan individu berdasarkan perkembangan
seksualnya.
1. 0-2 tahun, masa bayi yang disebutnya sebagai tahap oral (oral stage). Pada masa ini,
bayi akan merasa senang kalau ada rangsangan benda, makanan dan benda yang
lainnya pada mulut.
2. 2-4 tahun, masa anal (anal stage), bayi akan merasa senang jika buang air besar
karena rangsangan pada dubur (anal).
3. 4-6 tahun, masa falik (phalic stage), anak akan merasa senang bila ada rangsangan
atau sentuhan pada kelaminnya.
4. 6-12 tahun, masa latensi (latency stage) dorongan seksualnya tidak nampak sebab
tersembunyi dalam berbagai aktivitas dan hubungan sosial.
5. 12 tahun-Dewasa, masa genital (genital stage) merupakan kematangan kehidupan
seksual. Individu pada masa ini siap untuk melahirkan keturunan dan melaksanakan
fungsi-fungsi sebagai ayah dan ibu.
Sedangkan Erikson mengemukakan perkembangan kepribadian anak yang lebih
bersifat menyeluruh. Ia membagi seluruh perkembangan anak sebagai berikut:
1. 0-1 tahun, masa bayi, yang ditandai oleh kepercayaan-ketidakpercayaan terutama
kepada orangtuanya (trust-mistrust).
2. 1-3 tahun, masa kanak-kanak, ditandai oleh adanya otonomi di satu pihak dan rasa
malu di lain pihak (autonomy-shame).
3. 3-6 tahun, masa prasekolah, ditandai oleh rasa inisiatif dan rasa bersalah (initiative-
guilt).
4. 6-12 tahun, masa sekolah, ditandai oleh kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
rasa rendah diri (industry-inferiority)
5. 12-18 tahun, masa remaja, ditandai oleh integritas diri dan kebingungan (identity-
identity confusion).
Masa anak kecil lebih dikenal dengan masa bermain yang sering ditandai dengan
munculnya reaksi-reaksi positif dan negatif, refleks (spontan, tiba-tiba), pengamatan
mulai dari diri sendiri, hubungan sosial terbatas (ibu, bapak, kakak, adik, keluarga), serta
sifat naif egosentris. Hal ini semua dapat dilihat dari tingkah lakunya, misal ingin
mengambil gelas minum (dia tidak tahu jika gelas minum itu mudah pecah jika terjatuh),
gerakan yang lucu secara spontan/tiba-tiba, bergaya dengan gerakan menari dan
bernyanyi, ia baru mengenal hanya ibu dan ayah, serta suka terlihat sangat egosentris
dengan kekanak-kanakannya.
Bagaimana degan pengaruhnya terhadap dunia pendidikan untuk perkembangan tahap
masa kanak-kanak ini? Oleh karena itu, pada saat fase I inilah diperlukan dunia
pendidikan dengan pendekatan pembelajaran masa bermain. Artinya, semua kegiatan
pembelajaran seluruhnya bernuansa bermain, misalnya di Taman Kanak-Kanak, Play
Group, PAUD, Kelompok Bermain (Kober) dan lain-lain.
Masa fase I inilh yang sering disebut dengan masa keemasan (goldent age) dimana
sebagai penentu masa yang akan datang atau cikal bakal generasi penerus bangsa.
Selanjutnya, pad masa sekolah rendah atau masa belajar awal (tingkatan Sekolah
Dasar sederajat), mulai timbul keinginan untuk belajar pada diri anak. Muncul adanya
pengaruh orang lain, mulai berkembangnya interaksi sosial dan mulai nampak adanya
perkembangan kekuatan dan kesehatan jasmani. Misalnya, perintah orangtua tidak akan
bisa mengalahkan Bapak/Ibu Guru sekolahnya (contohnya membantu pekerjaan rumah,
anak akan menolak jika tidak sama dengan perintah gurunya di sekolah). Pada fase II ini
dunia pendidikan perlu memberikan fasilitas yang sesuai dengan tahap perkembangannya
karena anak mulai akan meninggalkan dunia anak-anak.
Kemudian masa remaja atau pubertas ini merupakan masa yang penuh dengan
gejolak karena perkembangan biologisnya sangat begitu cepat bahkan masa ini disebut
masa yang sangat rentan terhadap pergaulan remaja.
Aristoteles mengatakan bahwa anak menganggap masa ini adalah masa yang paling
indah namun juga paling kritis dalam kehidupannya sehingga muncul perasaan negatif
yang berupa perasaan tidak senang, lesu, menarik diri dari masyarakat atau reksi negatif
lainnya.
Masa ini berada pada masa sekolah mengah dimana remaja mulai membutuhkan
teman yang dapat mengerti dirinya dan mulai mencari pegangan hidup. Wardani (1994)
membagi tahapan ini menjadi tiga tahap. Tahap pertama, remja pada tahap ini
merindukan sesuatu yang dianggap bernilai namun bentuknya belum jelas (pada tahap ini
sering menulis-nulis puisi yang memuja alam atau bentuk lain). Tahap kedua, remaja
mulai menemukan pengidolaan, yaitu pribadi-pribadi yang dikagumi (teman seperminan,
teman lawan jenis, idola artis pujaannya). Tahap ketiga, remaja mulai dengan menentukn
pilihan nilai dengan mengujinya dalam kehidupan nyata atau dengan berjalan
berdasarkan pengalaman.
Dari tahapan anak-anak, anak dan remaja semua tidak selalu akan berjalan dengan
mulus, tetapi dapat dipastikan selalu ada proses jatuh bangun. Artinya, hambatan-
hambatan pasti selalu datang. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus dapat memberikan
pengertian tentang perkembangan siswa ketika terjadi adanya hambatan-hambatan
sehingga remaja dapat memahaminya serta mengerti arti hidup dan kehidupan.

Sutirna., 2013, Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta DIdik, Andi; Yogyakarta,


hal.22-27

Anda mungkin juga menyukai