Anda di halaman 1dari 41

MODUL

WELL TREATMENT

Disusun Oleh :
Agatha Maria Gadi,ST

1
GLOSARIUM

Acidizing, adalah pekerjaan pelarutan di sekitar lubang sumur yang bertujuan untuk meningkatkan
permeabilitas.

Add perforation, usaha untuk melakukan penambahan jumlah lubang perforasi dari suatu sumur dari
jumlah perforasi yang telah ada.

Blow out preventer equipment (BOPE), merupakan suatu lata yang berfungsi untuk menahan semburan
liar akibat tekanan reservoir yang tinggi dalam sumur.

C/O Log, jenis test untuk mendeteksi kandungan karbon dan oksigen dari suatu formasi.

Corrosion removal, adalah pekerjaan yang dilakukan untuk menanggulangi korosi dengan cara
menggunakan corrosion onhibitor, coating dan menetralisasi gas yang bersifat korosif.

Down Hole Video (DHV), dilakukan dengan memasukkan kamera ke dalam lubang sumur, sehingga dapat
terlihat bagian bawah lubang sumur. Dari hasil rekaman kamera dapat diketahui zone pada formasi yang
harus diisolasi.

Electric motor, yaitu motor pada ESP yang merupakan motor listrik 3 fasa, berfungsi sebagai tenaga
penggerak pompa.

Geologist, orang yang bertugas melakukan korelasi hasil dari logging suatu sumur untuk kemudian
dianalisa apakah benar daerah sekitar sumur tersebut masih memiliki potensi untuk penambahan produksi
minyak.

Hydraulic fracturing, adalah pekerjaan merekahkan lapisan dengan tujuan untuk meningkatkan
produktifitas lapisan.

Initial completion, merupakan pekerjaan awal dari suatu sumur baru yang dilakukan setelah pengeboran
yaitu dengan cara melengkapi sumur dengan segala perlatan sehingga sumur dapat mulai berproduksi.

Isolasi zona, merupakan proses mengisolasi zona yang akan diproduksi atau menutup zona yang sudah
tidak produktif akibat water cut yang tinggi.

Individual zone test (IZT), merupakan jenis uji produksi yang dilakukan per zona dari tiap formasi yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan produksi dari tiap zona formasi.

Kerja ulang sumur (workover), adalah pekerjaan memperbaiki dan menanggulangi problem dengan
melakukan perubahan dari bentuk sumur.

Line drive, adalah suatu pola dengan menempatkan satu injector pada setiap satu sumur, biasanya paling
efektif pada zona yang banyak patahannya.

Maintenance, bagian ini mempunyai tanggung jawab untuk mengoptimasikan dan memperbaiki jika ada
kerusakan pada alat alat produksi.

2
Operation, adalah bagian yang melaksanakan pemasangan artificial lift serta memperbaiki kerusakan yang
ada pada sumur-sumur

Perawatan sumur, adalah pekerjaan memperbaiki dan menanggulangi problem mekanis pada sumur.

Parrafin removal, adalah pekerjaan yang dilakukan untuk menghilangkan parrafin dengan cara
menggunakan scrapper atau dengan cara pemanasan dengan penambahan additive.

Pattern, adalah suatu pola dimana sumur injeksi ditengah – tengah bebrapa sumur produksi.

Pompa, adalah alat memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan tekanan rendah
atau tinggi sesuai dengan kebutuhan.

Pompa pasir, berfungsi membersihkan pasir dari dalam lubang sumur pada kedalaman yang sudah
ditentukan.

Packer, adalah alat berupa karet yang digunakan untuk mengisolasi suatu kedalaman tertentu dari lubang
sumur.

Perforasi, kegiatan awal untuk memproduksikan minyak dengan cara menembakkab mesiu pada dinding
casing atau formasi.

Production test (PT), dilakukan untuk mengetahui produksi dari suatu sumur.

Reperforasi, adalah pekerjaan perforasi ulang yang bertujuan untuk menanggulangi problem coning.

Reservoir engineering, bertugas menganalisa hasil laporan geologist, kemudian hasilnya sebagai acuan
production engineering dalam membuat program

Rig, adalah suatu alat berat yang digunakan untuk melakukan pengeboran sumur minyak.

Squeeze cementing, pekerjaan penyemenan yang tujuannya untuk memperbaiki penyemenan di belakang
casing atau menutup kebocoran.

Sidetrack drilling, adalah pekerjaan pemboran yang bertujuan untuk mengganti zona produksi.

Swabbing, adalah pekerjaan yang dilakukan untuk mengalirkan fluida sumur dari reservoir ke permukaan
dengan membuat perbedaan tekanan yang tinggi antara reservoir dengan dasar sumur.

Sand control, adalah pekerjaan yang dilakukan untuk mencegah produksi pasir dari formasi dimana rate
produksi msih cukup besar.

Scale removal, adalah pekerjaan yang dilakukan untuk menghilangkan scale dengan caras menginjeksikan
bahan kimia.

Stimulation, adalah pekerjaan yang dilakukan untuk memperbaiki reservoir yang rusak.

Sumur eksplorasi (wildcat), merupakan sumur yang dibor pertama kali untuk menentukan keterdapatan
minyak dan gas pada lokasi yang masih baru.

Sumur produksi, merupakan sumur yang mampu menghasilkan minyak dana tau gas bumi yang memiliki
aliran fluida dari bawah ke atas.

3
Tool house, adalah bagian yang bertugas dalam menyediakan dan memlihara segala perlatan sehingga
dapat selalu pakai.

Transport well service, adalah bagian yang memperlancar pekerjaan well service dengan selalu
menyediakan transport untuk mengantarkan segala peralatan saat melakukuan well service.

Well service, merupakan suatu bagian yang bertugas menangani segala kegiatan yang berhubungan
dengan sumur.

Work over, adalah semua pekerjaan yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan sumur agar produksi
sumur tersebut semakin meningkat, atau tetap dapat dipertahankan termasuk diantaranya karakteristik
sumur.

4
PENDAHULUAN

A. Deskripsi
Modul Perawatan Sumur / Well Treatment merupakan modul yang harus dipahami siswa tingkat XII yang
berisi materi mencakup konsep penurunan produksi, prinsip kerja ulang sumur, konsep stimulasi sumur,
mengoperasikan perawatan sumur, dam mengetahui metode untuk stimulasi sumur.

B. Petunjuk Penggunaan Modul


Modul ini memuat panduan tata cara menggunakan modul baik bagi siswa maupun bagi guru :
1. Bacalah dengan teliti isi keseluruhan modul ini
2. Diskusikan dengan guru, materi apa saja yang belum dipahami dalam mempelajari modul ini.
3. Siswa dapat mengakses sumber lain yaitu buku teks well treatment maupun dari internet
4. Kerjakan semua tugas dan latihan pada modul ini

C. Tujuan Akhir
Tujuan yang diharapkan setelah mempelajari modul ini, siswa mampu :
1. Memahami fungsi dan jenis perawatan sumur
2. Menguasai dengan baik konsep yang meliputi well treatment, well service, workover, maupun
stimulasi
3. Memahami operasi perawatan sumur.

5
MODUL 1
PERAWATAN SUMUR (WELL TREATMENT)

1. Pendahuluan
Memenuhi kebutuhan energi berbahan fossil, seperti minyak mentah ataupun energi lain seperti
kondensat, dan gas alam dibutuhkan lapangan minyak dan gas bumi. Tentu saja sebelum dilakukan
pemboran sebagai sumur produksi. Fungsi mengoperasikan sumur adalah mempertahankan tekanan
reservoir dalam formasi. Seiring berjalannya waktu, maka sumur akan mengalami penurunan laju produksi
(decline).
Penyebab penurunan produksi disebabkan oleh banyak masalah baik secara mekanis maupun dari
reservoirnya. Reparasi bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan produksi dari sumur.
Pekerjaan ini dilakukan oleh kontraktor perawatan sumur dan kerja ulang.
Perawatan sumur adalah suatu pekerjaan rutin untuk mempertahankan produksi atau
memperbaiki tanpa mengubah zona produksi. Perawatan sumur, erat hubungannya dengan isntalasi
pengangkatan buatan, reparasi rangkaian tubing dan peralatan bawah permukaan lainnya yang
membutuhkan perawatan.
Ada beberapa alasan dilakukan perawatan sumur diantaranya sebagai berikut :
 Kerusakan mekanis
1. Penyemenan kurang sempurna
2. Kebocoran pada casing (pipa selubung)
3. Peralatan rusak : kebocoran tubing atau packer, kerusakan casing, kerusakan artificial lift
4. Pemasangan alat yang tidak tepat

 Problem produksi dari reservoir


1. Tekanan reservoir yang rendah
2. Formation damage/ kerusakan disekitar lubang bor
3. Permeabilitas rendah
4. Hambatan-hambatan didalam lubang sumur

1.1. Konsep Penurunan Laju Produksi


Menurunnya produkstifitas produksi dapat disebabkan oleh dua hal yakni menurunnya
produktifitas formasi dan menurunnya laju produksi.

1.2. Menurunnya Produktifitas Formasi


a. Problem water coning dan gas coning
Water coning dan gas coning adalah peristiwa terproduksinya air dan gas lebih awal dari perkiraan
akibat adanya gangguan kesetimbangan dari gradient tekanan dan gaya gravitasi dalam aliran fluida.
Penyebab coning adalah adanya tekanan drowdown yang besar disekitar lubang sumur reservoir dengan
permeabilitas tinggi menunjukkan kecenderungan terjadinya masalah coning rendah karena tekanan
drawdown di sekitar lubang sumur kecil.

6
b. Problem kepasiran
Problem kepasiran adalah ikut terproduksinya pasir Bersama dengan aliran fluida reservoir.
Problem ini umumnya terjadi pada formasi yang dangkal, berumur batuan tersier terutama pada seri
Miocene.
Penyebab kepasiran :
1. Tenaga pengerukan (drag force)
2. Penurunan kekuatan formasi
3. Penurunan tekanan formasi
4. Tingginya kapasitas produksi
5. Penambhan saturasi air.
Untuk mengatasi masalah kepasiran digunakan beberapa metode seperti pemasangan sand
screen, gravel pack, maupun sand consolidation.

Gambar 1 Prinsip prinsip pengendalian pasir

1.2. Menurunnya Laju Produksi


a. Problem Parafin
Paraffin adalah unsur unsur pokok yang banyak terkandung dalam minyak mentah. Jenis kerusakan
akibat endapan organic ini umumnya disebabkan oleh perubahan komposisi hidrokarbon, kandungan wax
(lilin) di dalam crude oil, turunnya temperature dan tekanan, sehingga minyak makin mengental
(pengendapan parafinik) dan menutupi pori pori batuan.
Penyebab terjadinya paraffin adalah :
1. Terhentinya aliran fluida
2. Turunnya tekanan reservoir
3. Hilangnya fraksi ringan minyak
4. Aliran cairan yang tidak tetap dan tidak merata
5. Kecepatan aliran dan kekasaran dinding pipa
Daerah terbentuknya paraffin : tubing, sepanjang zona perforasi, separator, flowline, stock tank.
Pembersihan paraffin :
 Scrapers (dioperasikan dengan wireline untuk pembersihan pada tubing)
 Pigs (didiorong dengan aliran)
 Pemanasan (menggunakan hot oil)

7
 Solvent atau pelarut (menggunkan hexane,toluene, surfaktan, dll untuk melarutkan paraffin)

b. Problem korosi
Korosi merupakan suatu penurunan mutu suatu material logam. Hal ini dapat terjadi oleh
lingkungan dengan peristiwa kimia atau elektrokimia sehingga timbul kesetimbangan antara logam dengan
lingkungannya. Faktor yang mempengaruhi korosi
 Komposisi logam, besi akan lebih cepat terkorosi daripada tembaga
 Komposisi air
o Kelarutan gas oksigen
o Kelarutan garam
o pH air, 10-12 adalah tingkat korosi minimum

c. Problem Scale
Scale merupakan endapan yang terbentuk dari proses kristalisasi dan pengendapan mineral yang
terkandung dalam air formasi. Scale bisa menghentikan produksi minyak sehingga harus sering dilakukan
perawatan sumur.

Gambar 1 Contoh Pengendapan Scale

Pembentukan scale biasanya terjadi pada bidang-bidang yang bersentuhan secara langsung
dengan air formasi selama proses produksi, seperti pada matrik dan rekahan formasi, lubang sumur,
rangkaian pompa dalam sumur (downhole pump), pipa produksi, pipa selubung, pipa alir, serta peralatan
produksi di permukaan (surface facilities).
Pembersihan scale yakni mekanik dengan mekanik (dengan scraper atau pahat bor) dan
pengasaman (acidizing). Pencegahan scale bisa menggunakan scale inhibitor dengan cara :
 Di “batch” di dalam sumur
 Diinjeksikan ke annulus (untuk gas lift dan pompa)
 Disqueeze ke dalam formasi.

8
1.2. Soal dan Latihan
1. Apa yang dimaksudkan dengan perawatan sumur ?
2. Sebutkan beberapa alasan dilakukannya perawatan sumur !
3. Jelaskan konsep penurunan laju produksi
4. Masalah apa saja yang terdapat pada penurunan produktifitas formasi ?
5. Masalah apa saja yang terdapat pada penurunan laju produksi ?

9
MODUL 2
PEMELIHARAAN SUMUR (WELL SERVICE)

2.2 Pendahuluan
Well service merupakan suatu bagian yang bertugas menangani segala kegiatan yang berhubungan
dengan sumur. Kegiatan tersebut meliputi usaha agar sumur siap berproduksi maupun usaha perbaikan
sumur akibat kerusakan saat berproduksi (work over). Semua kegiatan yang dilakukan oleh team ini
bertujuan untuk mempertahankan serta meningkatkan laju produksi sumur.
Well service dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :
1. Tool house adalah bagian yang bertugas dalam menyediakan dan memelihara segala peralatan
sehingga dapat selalu siap pakai.
2. Operation adalah bagian yang melaksanakan pemasangan artificial lift serta memperbaiki
kerusakan yang ada pada sumur
3. Transport well service adalah bagian yang memperlancar pekerjaan well service dengan selalu
menyediakan transport untuk mengantarkan segala peralatan saat melakukan service sumur.
Pekerjaan yang dilakukan oleh divisi ini dibagi dalam empat kelompok kerja yakni initial completion, service,
work over, dan equipment maintenance.

Gambar Kegiatan perawatan sumur

a. Initial Completion
Merupakan pekerjaan awal dari suatu sumur baru yang dilakukan setelah pengeboran yaitu
dengan cara melengkapi sumur dengan segala peralatan sehingga sumur dapat mulai berproduksi. Setiap
sumur baru mempunyai kondisi yang berbeda beda (kedalaman, zona yang akan diproduksi, jenis
rangkaian casing / tubing, dan jenis kepala sumur yang disesuaikan dengan sumur yang akan disiapkan :
 Oil producer well

10
 Gas producer well
 Water producer well
Tahapan pekerjaan yang dilakukan adalah :
 Pelubangan dinding sumur (perforation) dilakukan oleh service company dengan alat :
 Casing gun
 Tubing gun
 Pengujian produksi
 Swabbing test
 Flowing test
 Injection rate test
 Penentuan jenis dan ukuran artificial lift atau down hole equipment serta pemasangannya.

Kegiatan yang dilakukan pada initial completion :


1. Run CBL (Cement Bond Logging), bertujuan untuk mengetahui kualitas penyemenan agar dapat
diketahui daerah yang belum tersemen dengan baik. Semen yang tidak terdistribusi dengan baik
dapat mengakibatkan terjadinya komunikasi antara zona produkti dengan zona air. Bila ini terjadi
maka kandungan air yang terangkat ke permukaan akan tinggi.
2. Squeeze cementing, adalah kegiatan penyempurnaan semen sumur produksi. Kegunaan squeeze
cementing ini adalah :
o Memperbaiki penyemenan primer yang tidak sempurna
o Menutup zona lost sirkulasi
o Memperbaiki casing yang bocor
o Menutup lubang perforasi yang slaha
o Mengisi zona yang tidak produktif.
Teknik yang dilakukan pada proses ini ada dua, yakni :
o High pressure cementing, yaitu penyemenan dengan menggunakan tekanan tinggi yang
berfungsi untuk menutup rekahan yang merugikan yang terdapat di dalam formasi.
o Low pressure cementing, yaitu penyemenan dengan menggunakan tekanan rendah. Bertujuan
untuk membentuk filter cake atau dinding penutup formasi, dan saluran fracture yang mungkin
saja terbuka sampai ke formasi.
3. Perforating, adalah suatu pekerjaan mengangkat sejumlah fluida dari dalam sumur dengan
menggunakan alat penghisap (swab tool) melalui tubing, drill pipe.
Fungsi swabbing adalah sebagai berikut :
o Menentukan production rate dari sebuah zona sumur
o Untuk menentukan apakah suatu casing mengalami kebocoran
o Memancing agar suatu sumur dapat mengalir
o Mengambil kembali spent acid yang telah dipompakan agar tidak merusak casing.

b. Well Service Job


Well service job pada prinsipnya adalah kegiatan atau pekerjaan untuk merawat sumur supaya
dapat terus berproduksi. Untuk merawat sumur ini diperlukan alat yang dapat membantu untuk
mempermudah setiap pekerjaan yang dilakukan.
1. Surface equipment, adalah segala peralatan yang berada di atas permukaan sumur.
a. Rig

11
Adalah suatu alat yang digunakan untuk melakukan pengeboran sumur minyak. Rig digunakan
untuk mencabut dan memasukkan pipa-pipa dari dan ke dalam sumur.
b. Pompa
Pompa adalah alat memindahkan fluida dari suatu temoat ke tempat lain dengan tekanan
rendah atau tinggi sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan pompa biasanya dilakukan pada
sirkulasi air, tes casing, tes BOP dan Kill well.
2. Subsurface equipment
a. Packer, adalah alat berupa karet yang digunakan untuk mengisolasi suatu kedalaman tertentu
dari lubang sumur. Packer berfungsi untuk :
o Menyekat antara tubing dan casing utnuk menjebak cairan ke reservoir
o Mencegah masuknya semen ke lubang perforasi pada saat dilakukan squeeze cementing
o Memisahkan zona zona pada lubang bor.
o Penyangga tubing
o Untuk keperluan pengetesan sumur seperti swab test
o Mengisolasi casing yang mengalami kebocoran.
b. Tubular product
Tubular product dibagi menjadi tiga bagian yaitu drill pipe, casing, dan tubing. Drillpipe adalah
pipa yang dipakai dalam pemboran dan berfungsi sebagai penyalur lumpur pemboran dan
mentrasnmisikan putaran rotary table sehingga dapat memutar bit. Drillpipe merupakan tubing
tanpa las, panjang setiap bagiannya sekitar 30 ft.
Casing berfungsi untuk menahan tekanan formasi setelah lumpur dibuang dari dalam sumur,
mempertahankan stabilitas lubang bor sehingga tidak mudah runtuh dan menghindari
terjepitnya pipa akibat mud cake atau lempung ketika produksi sedang berlangsung.
c. Sand pump
Pompa pasir berfungsi membersihkan pasir dari dalam lubang sumur pada kedalaman yang
sudah ditentukan. Cara kerjanya adalah dengan menghisap pasir kotoran-kotoran.

Pemeliharaan sumur rutin dengan waktu yang relatif singkat untuk merawat sumur agar tetap
memproduksi minyak dengan normal tanpa mengubah kondisi dari sumur. Pemeliharaan rutin adalah :
 Pump stuck (sanded up)
 Low production
 Reda failure (zero megger, high / low ampere)
 Not pumping

2.2 Soal dan Latihan


1. Apa yang dimaksudkan dengan well service ?
2. Bagian apa saja yang termasuk dari well service ?
3. Jelaskan pekerjaan yang dilakukan pada initial completion !
4. Jelaskan alat yang terdapat pada well service job !

12
MODUL 3
PEKERJAAN ULANG (WORK OVER)

Menurunnya laju produksi minyak dari suatu sumur pada umumnya merupakan suatu keadaan
yang tidak dapat dihindarkan. Untuk memperoleh minyak semaksimal mungkin, sumur harus dijaga agar
tetap berproduksi dengan laju produksi yang optimum. Oleh Karena itu apabila pada suatu sumur terjadi
penurunan produksi harus segera diketahui agar dapat segera dilakukan usaha-usaha untuk menjaga agar
sumur tetap berproduksi dengan optimum ataupun usaha yang akan meningkatkan laju produksi minyak.
Untuk mencapai tujuan tersebut, biasanya dilakukan suatu kerja ulang (workover).

4.1 Pengertian Workover


Workover atau kerja ulang adalah salah satu kegiatan dalam usaha meningkatkan produktivitas
dengan cara memperbaiki masalah atau kerusakan sumur sehingga diperoleh kembali lahu produksi yang
optimum.
Alasan dilakukan workover :
1. Pekerjaan pada sumur yang mempunyai persoalan mekanis
 Memperbaiki problem mekanis sumur, misalnya tubing pecah atau packer pecah
 Meningkatkan produktivitas sumur dengan merubah interval perforasi
 Menutup zona air atau gas
 Pindah ke lapisan baru atau zona change
 Penggantian pompa dan alat-alat lainnya
 Pemasangan sand control equipment
 Memperbaiki kegagalan primary cementing
2. Pekerjaan pada sumur tanpa persoalan mekanis
Tujuan workover untuk kasus ini adalah untuk meningkatkan produktivitas sumur dengan cara :
 Re-completion, misalnya mengganti single string menjadi dual string
 Mengubah fungsi sumur misalnya dari producing well menjadi injector well
 Stimulasi
 Acidizing
 Hydraulic fracturing

13
Gambar 1 Rekomplesi sumur single string menjadi dual string

Sebelum memutuskan untuk mengadakan kerja ulang, perlu beberapa pertimbangan, yaitu :

1. Harus diyakini benar bahwa cadangan minyaknya masih cukup besar sehingga untuk tujuan
pengurasan reservoirnya perlu mengadakan rehabilitasi sumur-sumur produksi tersebut.
2. Masih belum tercapainya laju produksi yang belum optimum, sehingga perlu diselidiki factor-faktor
penyebabnya agar dapat ditentukan jenis operasi kerja ulangnya.
3. Terproduksinya material yang tidak diinginkan, produksi air atau gas yang berlebihan sehingga
menyebabkan rusaknya peralatan dan perlengkapan lainnya.
4. Rencana menaikkan kapasitas porduksi tanpa memandang apakah terjadi masalah mekanis dan
formasi atau tidak.

4.1 Metode Workover


Workover dilakukan berdasarkan pada faktor-faktor yang menyebabkan suatu sumur tidak
berproduksi lagi secara optimum. Berdasarkan factor tersebut, maka metode workover yang dapat
dilakukan adalah :

1. Stimulasi, termasuk diantaranya :


 Acidizing
 Hydraulic fracturing
 Steam stimulation
2. Squeeze cementing
3. Reperforation
4. Recompletion
5. Sand control

14
4.1 Operasi Workover
3.1.1 Frekuensi Operasi Workover
Frekuensi operasi kerja ulang pada sumur produksi pada dasarnya tidak dapat ditentukan secara
pasti. Tetapi kemungkinannya dapat didekati dengan Analisa terhadap masalah yang dihadapi oleh sumur
yang bersangkutan. Oleh karenanya perlu diketahui terlebih dahulu keadaan sumur sebagai bahan
pertimbangan terhadap Analisa yang dilakukan. Ada beberapa kemungkinan dilakukannya frekuensi
workover terhadap beberapa jenis workover.
1. Frekuensi sand control
Tingkat pembersihan pasir pada hakekatnya tergantung pada kandungan pasir yang ada dan
kemampuan pengkonsolidasian pasir oleh liner ataupun gravel pack.
Frekuensi terhadap pembersihan pasir dari dalam sumur akan meningkat bila terjadi kegagalan
pengkonsolidasian pasir diman dalam hal ini pasir akan masuk ke dalam lubang sumur dalam jumlah yang
besar dan tak terkendalikan. Peningkatan frekuensi pembersihan pasir akan lebih besar bila pada sumur
yang bersangkutan tidak menggunakan alat penyaring pasir, terlebih pada formasi batuan yang mudah
lepas.
2. Frekuensi Reperforasi
Beberapa pekerjaan yang dapat dikatakan sebagai workover jenis recompletion dan lebocoran
dalam tubing antara lain adalah reparasi tubing, reparasai packer, mengeluarkan liner, dan melakukan
komplesi kembali dengan jalan membuka zona-zona yang belum pernah diproduksikan untuk
dikembangkan dengan zona sebelumnya.
Frekuensi dalam tubing ini tergantung pada kondisi aliran fluida dalam sumur. Adanya kandungan
pasir yang cukup banyak dan tidak mampu disaring sehingga akan mempercepat proses pengikisan dan
penggerusan pada dinding tubing yang mana akan meningkatkan frekuensi reparasi tubing.
3. Frekuensi Squeeze Cementing
Tingkat frekuensi squeeze cementing sangat tergantung pada penyebab dilakukan squeez
cementing. Penyebab tersebut antara lain :
 Kebocoran casing
Terjadi Karena proses korosi, kolaps, dan collars (sambungan casing). Korosi ini disebabkan karena
danya H2S, CO2, HCl atau mud acid dan adanya perbedaan potensial yang menyebabkan kontak dua
macam fluida dengan tingkat keragaman berbeda. Korosi mengakibatkan pengikisan pada dinding
casing terutama pada dinding bagian dalam.
Adanya selisih tekanan dalam dan luar casing yang terlalu besar maka akan terjadi collapse. Collapse
casing tersebut dapat terjadi Karena salah dalam mendesain dan juga adanya korosi tadi.
 Kerusakan primary cementing
Sebab terjadinya kerusakan primary cementing adalah karena adanya tekanan yan besar pada operasi
workover atau kualitas semen dan pengerjaan yang tidak baik.
4. Frekuensi Stimulasi
Pada frekuensi ini dapat dilakukan lebih dari satu kali, misalnya Karena pengerjaan pada tahap
pertama yang kurang berhasil. Perawatan secara stimulasi dapat dilakukan secara berulang-ulang sesuai
dengan tingkat kerusakan. Kendala yang dihadapi pada proses stimulasi sangat banyak, misalnya pada
perekahan sumur tidak dapat dilakukan penginjeksian secara tetap, lubang perforasi sebagian tersumbat
atau bertambahnya tekanan casing.

15
4.1 Perencanaan Workover
Operasi workover dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu untuk mengatasi problem pada
formasi, untuk mengatasi masalah yang disebabkan oleh sifat fluida reservoir dalam air formasi, dan untuk
mengatasi problem mekanis (kerusakan peralatan di dalam sumur).

3.4.1 Mengatasi Masalah Formasi


Workover atau kerja ulang yang digunakan untuk mengatasi masalah pada formasi dapat
dikelompokkan menjadi beberapa bagian yakni untuk mengatasi formasi yang mempunyai permeabilitas
rendah, untuk mengatasi produksi gas dan air yang tinggi, dan untuk mengatasi masalah kepasiran.
1. Permeabilitas Formasi Kecil
Kecilnya permeabilitas suatu formasi dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah
Karena adanya kerusakan formasi atau Karena karakteristik reservoirnya memiliki permeabilitas rendah.
Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan metode workover acidizing maupun hydraulic fracturing. Yang
perlu diperhatikan adalah jenis batuan formasi dan segi ekonomisnya.
Secara garis besar acidizing efektif bila digunakan pada formasi batuan gamping, Karena asam yang
dipakai akan melarutkan batuan tersebut dan memperbesar permeabilitasnya. Kemudian untuk metode
hydraulic fracturing digunakan untuk meningkatkan permeabilitas formasi hamper setiap jenis batuan.
Metode ini selain dapat menambah rekahan atau retakan pada formasi juga dapat menghilangkan
kerusakan formasi Karena invasi lumpur bor dan Karena pengaruh partikel-partikel mineral yang
mengendap disekitar lubang bor.

2. Produksi Gas / Air yang tinggi.


Perencanaan workover jenis ini didasarkan penyebab terjadinya problem air atau gas yang banyak
terproduksi ke permukaan. Perencanaan dan operasi workover yang dapat dilakukan pada sumur-sumur
adalah menutup perforasi lama pada lapisan produksi yang memproduksikan air atau gas yang tinggi
dengan squeeze cementing, kemudian dilakukan perforasi kembali atau rekomplesi pada interval
kedalaman lain, bila hasil dari Analisa logging masih menunjukkan bahwa formasi tersebut masih cukup
produktif.
Produksi air atau gas yang berlebihan dapat disebabkan Karena pergerakan air atau gas telah
mencapai lubang perforasi, terjadinya water atau gas fingering, terjadinya water coning, atau terjadi
kerusakan pada primary cementing.
Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah tersebut adalah sebagai berikut :
a) Pergerakan air atau gas mencapai lubang perforasi, maka usaha yang dilakukan adalah :
 Melakukan squeeze cementing pada interval perforasi yang lama dan kemudian melakukan
perforasi pada kedalaman yang lain.
 Menyumbat interval perforasi yang lama dan kemudian membuat lubang atau membelokkan arah
lubang sumur
b) Bila penyebabnya adalah Karena water atau gas fingering, usaha yang dapat dilakukan adalah
memindahkan interval perforasi pada kedalaman yang lain dengan reperforasi, setelah menutup
perforasi yang lama.
c) Bila penyebabnya water atau gas coning, maka harus dibuat perencanaan perforasi yang baik agar
sumur dapat diproduksikan dengan kapasitas produksi minyak yang optimum.
d) Bila dari data logging menunjukkan bahwa hasil penyemenan yang tidak baik sehingga mengakibatkan
produksi air atau gas yang berlebihan, maka daerah kerusakan penyemenan dilakukan squeeze
cementing.

16
3. Masalah kepasiran
Dengan ikut terproduksinya pasir dari formasi yang tidak terkonsolidasi harus segera diatasi untuk
menghindari timbulnya persoalan-persoalan yang serius dan mahal, seperti penurunan produksi akibat
pasir yang terendapkan pada dasar sumur, kerusakan peralatan Karena pasir mempunyai sifat yang
abrasive, dan penanganan pembuangan material-material dari dalam formasi (pasir) yang ikut
terproduksikan ke permukaan.
Untuk mengatasi persoalan ini perlu dilakukan pemompaan endapan pasir maupun pencucian
pada dasar sumur yang terdapat endapat pasir. Beberapa cara yang digunakan untuk membersihkan
endapan pasir adalah :
 Menggunakan macaroni tubing
Macaroni tubing berbentuk pipa kecil yang berdiameter satu inchi dan dimasukkan ke dalam sumur.
Pipa ini cukup ringan sehingga untuk mengangkat dan menurunkannya ke dalam lubang sumur cukup
dengan menggunakan rig kecil.
Untuk pembersihan pasir dilakukan dengan mensirkulasikan larutan NaCl dengan pompa berkekuatan
500 Psi.

Gambar 3.2 Macaroni Tubing

 Cara washover
Pada kondisi lain, pasir akan memasuki lubang sumur dan mengendap di annulus diantara casing dan
tubing di atas packer, atau daerah zona atas dari multiple completion di dalam casing. Untuk
mengatasinya, sebagian tubing bagian atas dipotong kemudian dicabut sehingga tinggal potongan
tubing yang terjepit packer, setelah itu peralatan washover dimasukkan dan diadakan sirkulasi untuk
dapat mengangkat endapan pasir tersebut.
4. Masalah Kerusakan Formasi
Kerusakan formasi dapat diakibatkan oleh pengaruh invasi cairan atau padatan pada saat operasi
pemboran, pembuatan lubang perforasi atau diakibatkan oleh adanya endapan scale atau paraffin di
dalam formasi.
Penanganan formasi damage ini bermacam-macam tergantung pada penyebab kerusakan serta
kondisinya, disamping adanya factor-faktor penunjang lainnya. Penanggulangan terhadap masalah
kerusakan formasi ini adalah dengan metode stimulasi (perangsangan sumur) yang meliputi acidizing,
hydraulic fracturing, dan steam stimulation.

17
3.4.2 Mengatasi Masalah yang Disebabkan Oleh Sifat Fluida Formasi
1. Mengatasi Problem Scale
Untuk mengatasi problem scale yang terbentuk pada peralatan di dalam lubang sumur dan pada
formasi produkstif di sekitar lubang sumur dapat digunakan zat kimia yang diinjeksikan ke dalam sumur.
Untuk merancanakan zat kimia yang akan digunakan, terlebih dahulu harus diketahui jenis scale yang
terjadi.
 Mengatasi scale CaCO3
 Penambahan larutan HCl 15%
Penambahan ini tidak menghilangkan scale, tetapi membuka aliran baru di celah-celah batuan
sehingga dapat menaikkan kemampuan sumur untuk berproduksi.
 Penambahan larutan EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic Acid)
Volume EDTA yang diperlukan adalah 2 bbl atau 10 bbl air. Dengan penambahan ini maka periode
produksi lebih lama daripada penambahan HCl.

 Mengatasi scale CaSO4


Scale ini tidak dapat bereaksi dengan HCl, untuk itu digunakan zat kimia sebagai berikut :
a. Converter (pengubah)
Inorganic converter (biasanya karbonat atau hydroxide) akan berekasi dengan calcium sulfate
mengubah menjadi CaCO3 atau Ca(OH)2 yang larut dalam asam. Converter treatment tersebut
diikuti dengan acid treatment (pengasaman) untuk melarutkan calcium carbonat atau calcium
hydroxide.
CaSO4 + (NH)2CO3 (NH4)2SO4 (larutan) + CaCO3
CaCO3 yang terbentuk dilarutkan oleh HCl
CaCO3 + 2 HCl CaCl2 + CO2 + H2O
CO2 yang terbentuk membantu melepaskan endapan secara mekanik. Inorganic converter tidak
dianjurkan dipakai untuk mengatasi endapan yang padat (dense)
b. Sodium hydroxide
Larutan 10% NaOH akan melarutkan 12.5% berat scale gypsum

 Mengatasi scale senyawa besi


a. HCl biasanya digunakan untuk melarutkan senyawa besi. Apabila HCl digunakan untuk melarutkan
scale besi, maka ke dalamnya harus ditambahkan corrosion inhibitor untuk mencegah korosi pipa
dan sering juga ditambahkan iron sequesting agent yang akan mencegah pengendapan besi
kembali. Hal ini dapat terjadi jika asam yang digunakan sudah habis terpakai dan pH naik cukup
tinggi.
b. Citric acid
Dapat menghilangkan oksida besi, tetapi jarang digunakan.

Dengan cara-cara tadi, larutan zat kimia dapat langsung dimasukkan ke dalam sumur dan sumur
langsung ditutup beberapa waktu agar zat kimia dapat bereaksi dengan scale, setelah dapat diperkirakan
scale terlarut maka sumur perlu dialirkan kembali untuk membuang larutan tersebut. Pembersihan scale

18
pada dinding tubing dengan menggunakan wireline bila didalam sumur terdapat pompa atau katup-katup
sembur buatan.

2. Mengatasi Emulsi dan Fluida Berviskositas Tinggi


Untuk mengatasi problem emulsi dalam suatu sumur minyak dapat menggunakan surfaktan.
Surfaktan akan menurunkan tegangan permukaan antara dua zat yang bersinggungan dan akan membantu
mengurangi suatu emulsi.
Minyak dengan viskositas tinggi akan sulit untuk diproduksikan, maka perlu usaha untuk
menurunkan viskositas yang tinggi tersebut. Usaha yang dapat dilakukan untuk menurunkan viskositas
minyak agar mudah diproduksikan adalah dengan steam stimulation.

3. Mengatasi Problem Parafin


Endapan paraffin yang terjadi pada peralatan produksi selama operasi produksi berlangsung sudah
dapat dipastikan dapat menganggu jalannya produksi minyak dari dalam sumur. Secara umum, endapan
paraffin ini diatasi dengan tiga metode, yaitu :
 Metode mekanik
Penanggulanagn problem paraffin memakai suatu alat yang digunakan untuk membersihkan kerak
paraffin yang melekat di sepanjang tubing dan flowline.
 Metode pemanasan
Suatu metode dengan menggunakan energi panas untuk melarutkan paraffin pada dinding tubing dan
pada dasar sumur agar paraffin dapat dibawa ke permukaan dalam bentuk cair. Panas dapat berupa
injeksi uap panas (steam), cairan panas atau menggunakan bahan kimia yang hasil reaksinya akan
menimbulkan panas.
 Metode pembersihan endapan paraffin dengan pelarut solvent
Yaitu dengan menginjeksikan solvent ke dalam tubing atau flowline. Macam -macam solvent seperti
kerosene,gasoline,bensol atau fraksi-fraksi ringan lainnya yang dibuat khusus untuk melarutkan
endapan paraffin.

3.4.3 Mengatasi Masalah Mekanis


Masalah mekanis yang sering terjadi pada sumur minyak adalah kebocoran casing, kerusakan pada
primary cementing, dan kerusakan pada down hole equipment.
1. Mengatasi kebocoran Casing dan Kerusakan pada Primary Cementing
Untuk mengatasi kebocoran casing dan kerusakan pada primary cementing dapat dilakukan
dengan squeeze cementing. Squeeze cementing dilakukan untuk menutup kebocoran yang terjadi,
sedangkan untuk memperbaiki primary cementing yang rusak, terlebih dahulu dilakukan perforasi pada
casing yang mengalami kerusakan primary cementing. Lubang perforasi yang terbentuk digunakan untuk
mengalirkan bubur semen agar masuk ke dalam zona yang mengalami kerusakan.

2. Mengatasi kerusakan pada Down Hole Equipment


Kerusakan pada peralatan dalam lubang sumur akan ditandai dengan turunnya produksi sumur
secara tiba-tiba. Kerusakan peralatan produksi dapat berupa kerusakan pada artificial lift, tubing, packer,

19
dan kerusakan pada liner. Untuk mengatasi hal tersebut, dapat dilakukan dengan mengangkat peralatan
untuk diperbaiki atau diganti.
Memperbaiki atau mengganti peralatan bawah permukaan adalah termasuk workover jenis
rekomplesi, Karena sifatnya memperbaiki kembali system komplesi lama. Dalam usaha reparasi tubing
ataupun pencabutan liner, biasanya diikuti dengan penggantian packer lama dengan yang baru yang
bertujuan agar frekuensi workover dalam merepasi packer ataupun peralatan lainnya tidak terlalu cepat.

4.1 Soal dan Latihan


1. Apa yang dimaksudkan dengan metode workover ?
2. Sebutkan alasan yang dilakukan untuk pekerjaan workover !
3. Apa saja metode workover yang anda ketahui ?
4. Apa yang dimaksudkan dengan water coning ?
5. Usaha apa sajakah yang dilakukan untuk mengatasi masalh mekanis ?
6. Bagaimana cara mengatasi scale CaCO3, scale CaSO4, dan scale senyawa besi (Fe)?

20
MODUL 4
KONSEP STIMULASI SUMUR

4.1 Pengertian Stimulasi Sumur


Stimulasi adalah merangsang sumur yang merupakan suatu proses perbaikan terhadap sumur
untuk meningkatkan harga permeabilitas formasi yang mengalamai kerusakan sehingga dapat memberikan
laju produksi yang besar, yang akhirnya produktifitas sumur akan menjadi lebih besar jika dibandingkan
sebelum diadakannya stimulasi sumur. Stimulasi dilakukan pada sumur sumur produksi yang mengalami
penurunan produski yang disebabkan oleh adanya kerusakan formasi disekitar lubang sumur dengan cara
memperbaiki permeabilitas batuan reservoir. Metode stimulasi dapat dibedakan menjadi Acidizing dan
Hydraulic Fracturing.
Alasan dilakukannya stimulasi antara lain karena adanya hambatan alami yaitu permeabilitas
reservoir yang rendah sehingga menyebabkan fluida reservoir tidak dapat bergerak secara cepat melewati
reservoir dan hambatan akibat kerusakan formasi, kerusakan formasi ini kebanyakan disebabkan oleh
operasi pemboran dan penyemenan yang menyebabkan permeabilitas batuan menjadi kecil jika
dibandingkan dengan permeabilitas alaminya sebelum terjadi kerusakan formasi. Pengecilan permeabilitas
batuan formasi ini akan mengakibatkan terhambatnya aliran fluida dari formasi menuju ke lubang sumur
sehingga pada akhirnya akan menyebabkan turunnya produktivitas suatu sumur.
Sasaran dari stimulasi ini adalah formasi produktif, karena itu karakteristik reservoir mempunyai
pengaruh besar pada pemilihan stimulasi yakni karakteristik batuan maupun fluida reservoir terutama
berpengaruh pada pemilihan fluida treatment baik Acidizing maupun Hydraulic Fracturing, faktor lain yang
berpengaruh dalam treatment adalah kondisi reservoir yaitu volume pori, tekanan dan temperature
reservoir.
Stimulasi merupakan suatu metode workover yang berhubungan dengan adanya perubahan sifat
formasi, dengan cara menambahkan unsur unsur tertentu atau material lain ke dalam reservoir atau
formasi untuk memperbaikinya. Prinsip penerapan metoda ini adalah dengan memperbesar harga K0 atau
dengan menurunkan harga µo, sehingga harga PI-nya meningkat dibanding sebelum metode ini diterapkan
seusai persamaan :

0.00782 𝑘 ℎ
PI = 𝑟𝑒
µ𝑜 𝐵𝑜 ln ( )
𝑟𝑤
Dari persamaan itu terlihat bahwa harga K0 dan µo akan mempengaruhi harga PI

21
4.2 Jenis Stimulasi Sumur
4.2.1 Acidizing
Acidizing adalah salah satu proses perbaikan terhadap sumur untuk menanggulangi atau
mengurangi kerusakan formasi dalam upaya peningkatan laju produksi dengan melarutkan sebagian
batuan, dengan demikian akan memperbesar saluran yang tersedia atau membuka saluran baru sebagai
akibat adanya pelarutan atau reaksi antara acid dengan batuan.
Stimulasi dengan acidizing dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu :
1. Acid washing
Adalah operasi yang direncanakan untuk menghilangkan endapan scale yang dapat larut dalam
laurtan asam yang terdapat dalam lubang sumur untuk membuka perforasi yang tersumbat.
2. Acid fracturing
Adalah penginjeksian asam ke dalam formasi pada tekanan yang cukup tinggi untuk merekahkan
formasi atau membuka rekahan yang sudah ada. Aplikasi acid fracturing ini hanya terbatas untuk
formasi karbonat, karena jika dilakukan pada formasi batu pasir dapat menyebabkan keruntuhan
formasinya dan mengakibatkan masalah kepasiran.
3. Matrix acidizing
Matrix acidizing dilakukan dengan menginjeksikan larutan asam dan aditif tertentu secara langsung
ke dalam pori-pori batuan formasi di sekitar lubang sumur dengan takanan penginjeksian di bawah
tekanan rekah formasi, dengan tujuan agar reaksi menyebar ke formasi secara radial.

Pada intinya, acidizing adalah proses pelarutan material-material batuan yang terdapat disekitar
lubang tempat masuknya fluida reservoir ke dalam sumur dengan menginjeksikan sejumlah asam ke dalam
sumur atau lapisan produktif. Acidizing ini digunakan untuk menghilangkan pengaruh kerusakan formasi
disekitar lubang sumur yaitu skin dengan cara memperbesar pori-pori batuan dan melarutkan partikel-
partikel penyumbat pori batuan.
Kelarutan partikel-partikel batuan / efektivitas pengasaman tergantung dari faktor-faktor yang
mempengaruhi, diantaranya :
1. Surface area terhadap volume pori
Semakin besar permukaan batuan yang akan bersentuhan dengan asam, maka semakin banyak asam
yang diperlukan dan semakin cepat asam bereaksi.

22
Gambar 4.1 Pengaruh perbandingan luas volume terhadap laju reaksi HCl – CaCO3

Gambar 4.1 terlihat pengaruh perbandingan luas-volume pada reaksi asam HCl dengan CaCO3.
Harga spesifik surface area semakin besar maka semakin besar laju reaksi asam terhadap batuan
sehingga spending time semakin kecil.

2. Tekanan
Diatas tekanan 750 Psi, pengaruh zat lebih rendah pada reaksi antara asam dengan batuan
calcareous. Tetapi dibawah tekanan 750 Psi, perubahan tekanan banyak pengaruhnya, yaitu reaksi
akan lebih cepat dengan naiknya tekanan pada tekanan dibawah 750 Psi.

Gambar 4.2 pengaruh tekanan terhadap waktu reaksi dari HCl dan batugamping

23
3. Temperature
Semakin tinggi temperature, maka reaksi asam akan semakin cepat, tetapi perlu diperhatikan bahwa
semakin tinggi temperature, viskositas cairan akan semakin kecil dan berakibat terjadinya rekahan
acid, juga korosi yang kemungkinan besar bisa terjadi.

Gambar 4.3 pengaruh temperature terhadap laju alir rekasi HCl-CaCO3

4. Konsentrasi acid
Semakin kuat konsentrasi acid, maka semakin lama reaksi berlangsung sehingga kecepatan reaksi
juga akan berlangsung lebih cepat.

Gambar 4.4 Pengaruh konsentrasi asam terhadap laju reaski HCl – CaCO3

24
5. Kecepatan aliran
Kenaikan kecepatan aliran umumnya menurunkan waktu kontak acid dengan batuan yang berakibat
tidak seluruh acid bereaksi dengan batuan yang dilalui. Akibatnya acid akan semakin jauh masuk ke
dalam formasi
6. Komposisi batuan
Komposisi batuan secara fisik banyak pengaruhnya terhadap reaksi. Batu gamping umumnya lebih
cepat bereaksi dengan HCl disbanding dengan dolomite. Formasi karbonat sering terdiri dari
batugamping, dolomit, dan mineral-mineral lain yang tidak larut. Semakin lambat reaksi berlangsung
maka semakin baik hasil reaksi.

4.2.2 Jenis- jenis Acid


Pertimbangan utama dalam pemilihan jenis asam adalah kesesuaiannya dengan batuan dan fluida
formasi. Bila asam tidak sesuai dengan formasi maka treatment akan gagal atau bahkan mengakibatkan
kerusakan formasi lebih lanjut. Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam pemilihan jenis asam
ini,yaitu :
a. Konsep Dasar
Konsep dasar ini pada dasarnya membahas mengenai jenis dan lokasi kerusakan jenis material
penyebab kerusakan membutuhkan jenis asam tertentu untuk melarutkannya,sedangkan lokasi
kerusakan berpengaruh dalam penetuan kekuatan asam, karena asam harus mencapai lokasi
kerusakan dengan kondisi yang diinginkan walaupun kualitas asam telah berubah akibat pengaruh
mineral-mineral batuan yang dilewatinya dari lubang sumur hingga lokasi kerusakan.
b. Kriteria Mineralogi
Formasi yang sensitif akan mengalami kerusakan akibat reaksi-reaksi kimia yang terjadi antara
asam injeksi dengan mineral-mineral batuan formasi maupun unsur-unsur dalam air formasi.
Sensitivitas suatu formasi sangat dipengaruhi oleh kereaktifitas seluruh mineral-mineral batuan
terhadap asam yang diinjeksikan kereaktifan mineral tergantung pada komposisi kimia dan luas
permukaan.
c. Kriteria Lain
Terdapat kriteria-kriteria lain dalam pemilihan fluida treatment yang perlu dipertimbangkan,antara
lain : permeabilitas,fluida produksi,kondisi fisik sumur dan mekanisme dage-removal.
Permeabilitas formasi mempengaruhi jenis dan tingkat kerusakan yang dialami formasi.
Formasi yang sangat permeabel dapat dengan mudah ditembus oleh partikel-partikel padat asing
atau fluida sebaiknya formasi batupasir berpermeabilitas rendah mungkin hanya akan mengalami
kerusakan akibat invasi parikel-partikel asing. Tetapiformasi ini lebih sensitif terdapat invasi fluida
asing.karena dalam pori-pori yang kecil mengandung clay dalam jumlah besar yang sangat reaktif
terhadaf fluida.
Jenis fluida produksi juga berpengaruh dalam pemilihan fluida treatment. Sumur gas yang
mempunyai masalah water blocking memerlukan fluida treatment yang mengandung alkohol. Fluida
ini mempunyai kelarutan yang tinggi dalam gas sehingga mempermudah removal air. jenis asam
yang sering digunakan pada industri perminyakan dapat berupa inorganik (mineral) yaitu asam
chlorida dan asam flourida, atau organik yaitu asam acetic (asetat) dan asam formic (format).

25
1. Hydrochloric Acid (HCl)

Asam hydrochloric (HCl) merupakan jenis asam yang paling banyak digunakan dalam operasi
pengasaman di lapangan. Asam ini merupakan larutan hydrogen chloride yang berupa gas di dalam
air dengan berbagai konsentrasi. Konsentrasi asam ini bervariasi antara 5–35 %. Secara umum yang
biasa digunakan di lapangan adalah konsentrasi 15 % HCl. Asam jenis ini akan melarutkan
batugamping, dolomite dan karbonat lainnya. Sedangkan untuk pengasaman batupasir digunakan 5-
7 % HCl.
Keuntungan penggunaan asam HCl antara lain memiliki daya reaksi yang cukup tinggi terhadap
batugamping dan dolomite, serta harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan asam jenis
lainnya. Sedangkan kerugiannya, asam memiliki sifat korosifitas paling tinggi, terutama pada
temperatur tinggi diatas 250oF. Oleh karena itu agar temperatur tidak melebihi tingkat
korosifitasnya, maka pada penggunaan asam HCl biasanya ditambahkan additif yaitu corrosion
inhibitor sebagai pencegah korosi. Reaksi yang terjadi antara asam HCl dengan beberapa mineral
batuan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Reaksi Antara HCl Dengan Beberapa Mineral Batuan


(Doherty, Henry L., “Acidizing Fundamentals”, Society of Petroleum Engineering, New York, 1979)

Calcite/limestone
2HCl + CaCO3 → CaCl2 + CO2 + H2O
Dolomite
4HCl + CaMg(CO3)2 → CaCl2 + MgCl2 + CO2 + H2O
Siderite
2HCl + FeCO3 → FeCl2 + CO2 + H2O
Ferrous sulfide
2HCl + FeS → FeCl2 + H2S
Ferric oxide
6HCl + Fe2O3 → 2FeCl3 + 3H2O

2. Hydrofluoric Acid (HF)


Asam hydroflouric tersedia sebagai larutan dengan kosentrasi 40-70%. Namun untuk
keperluan pengasaman, HF biasanya digunakan bersama-sama atau dicampur dengan HCl. Asam ini
mempunyai kemampuan untuk melarutkan padatan-padatan lumpur, mineral-mineral lempung
feldspar dan silica. HF juga bersifat korosi, tetapi tingkat korosifitas dari campuran asam ini relatif
rendah dibandingkan dengan HCl.
Asam HF dapat bereaksi dengan silika dan senyawa-senyawa silika seperti gelas, bangunan
beton, karet alam, kulit dan logam-logam tertentu seperti baja serta material organik. Asam ini
beracun baik dalam keadaan sendiri maupun bercampur dengan asam HCl sehingga diperlukan
penanganan yang hati-hati.

26
Tabel 2
Reaksi Antara HF Dengan Beberapa Mineral Batuan
(Doherty, Henry L., “Acidizing Fundamentals”, Society of Petroleum Engineering, New York, 1979

Calcite/limestone
2HF + CaCO3 → CaF2 + CO2 + H2O
Dolomite
4HF + CaMg(CO3)2 → CaF2 + MgF + 2CO2 + 2H2O
Silicat/feldspar
8HF + Na4SiO4 → SiF4 + 4NaF + 4H2O
2HF + SiF4 → H2SiF6
Albite (sodium feldspar)
14HF + NaAlSi3O8 + 2H+ → Na+ + AlF2
+ + 3SiF4 + 8H2O
Orthoclase (potassium feldspar)
14HF + KalSi3O8 + 2H+ → K+ + AlF2
+ + 3SiF4 +
8H2O
Kaolinite
24HF + Al4Si4O10(OH)8 + 4H+ → 4AlF2
+ + 4SiF4 + 18H2O
18HF + Al2SiO2O5(OH)4 → 2H2SiF6 + 2AlF3 + 9H2O
Monmorilonite
40HF + Al4Si8O20(OH)4 + H+ → 4AlF2
+ + 8SiF4 + 24H2O
Bentonite
36HF + Al2(Si4O10)(OH)2 → H2SiF6 + 2H3AlF + 12H2O

3. Organic Acid
 Acetic Acid (CH3COOH)
Asam jenis ini digunakan untuk pengasaman batuan karbonat dengan laju reaksi lebih lambat
dibandingkan dengan HCl, karena derajat ionisasinya lebih kecil. Asam acetic lebih mahal
dibandingkan HCl dan tidak bersifat korosif terhadap peralatan sumur, sehingga dapat dibiarkan
lama dalam tubing maupun casing. Asam acetic mempunyai karakteristik sebagai berikut :
 Tidak berwarna dan mudah larut dalam air
 Waktu reaksi lebih lambat sehingga jumlah bantuan per volume yang dapat bereaksi lebih banyak
 Tidak bersifat korosif dan konsentrasi yang umum digunakan berkisar antara 10-15%

Beberapa keuntungan yang didapatkan dari penggunaan asam acetic yaitu :


 Tidak menimbulkan pengendapan dengan ion besi
 Tidak menyebabkan embrittlement atau stress cracking pada baja yang mempunyai strength
yang tinggi
 Tidak merusak peralatan aluminium
 Tidak merusak lapisan chrome pada temperatur di atas 200°F.

27
 Formic Acid (COOH)
Jenis asam ini termasuk asam organik yang yang lambat bereaksi dan terionisasi secara lemah.
Sifat formic mirip dengan acetic, tetapi pada temperatur tinggi asam formic lebih korosif dibanding
asam acetic. Keuntungan asam formic yaitu harganya lebih murah dibandingkan asam acetic.

4.2.2 Jenis- jenis Acid Additif

Acid additif digunakan untuk mencegah atau menanggulangi efek yang ditimbulkan proses acidizing
pada peralatan produksi maupun pada formasi. Adapun jenis-jenis acid additif yang ada yaitu :
1. Surfactant
Surfactant digunakan selama pekerjaan acidizing dilakukan dan berfungsi menurunkan
tegangan permukaan antara cairan dengan batuan sehingga lebih mudah lewat, selain itu juga
berfungsi sebagai non emulsifiers, emulsifiers, emulsion breakers, antisludging agents, wetting
agents, foaming agents, dan surface tension atau interfacial tension reducers.
Surfactant dapat dibagi menjadi empat kategori berdasarkan muatan ionnya, yaitu :

1. Cationic bermuatan positif


2. Anionic bermuatan negatif
3. Non-ionic tidak bermuatan
4. Amphoteric muatan tergantung PH dari sistem
Kempat kategori di atas terdiri dari dipolar. Setiap surfactant terdiri dari water soluble
hydrophylic group dan oil soluble lipophilic group. Water soluble dapat mengandung muatan ion
sehingga dapat dibagi menjadi empat macam kategori di atas.

Anionic Cationic

Gambar 4.5 Orientasi muatan pada surfactant anionic dan cationic serta sifat wettingnya

Pada Gambar 4.5. menunjukkan suatu hydrophilic group dengan anionic surfactant yang bermuatan
listrik negatif. Karena adanya unsur silika di batupasir bermuatan negatif, maka anionic akan menyebabkan
water wet di batupasir. Sebaliknya untuk batugamping yang secara alamiah bermuatan positif, anionic
menyebabkan oil wet di batu gamping.

28
Beberapa jenis surfactant yang biasa digunakan berdasrkan fungsinya antara lain :
a. Anti Sludge Agent
Jika asam diinjeksikan ke dalam formasi dan kontak dengan crude oil akan menyebabkan
terbentuknya sludge (partikel-partikel seperti lumpur) di bidang antar permukaan minyak dengan asam.
Hal ini umumnya terjadi pada crude oil yang mempunyai prosentase aspalt yang tinggi. Padatan sludge
hanya sedikit larut dalam minyak, karena itu jika sudah terbentuk akan sulit untuk dihilangkan. Dengan
demikian material tersebut dapat terakumulasi di dalam formasi dan dapat menurunkan harga
permeabilitas batuan di sekitar sumur.
Anti sludge agent dapat mencegah terbentuknya endapan sludge yang terjadi selama
treatment pengasaman dengan cara menjaga bahan-bahan coloidal terdispersi. Terbentuknya sludge
oil di dalam formasi akan meningkat dengan naiknya konsentrasi asam.

b. Suspending Agent
Suspending agent digunakan untuk mencegah terbentuknya endapan butiran yang tidak larut
dalam asam dengan cara mensuspensikannya dalam larutan asam, sehingga dapat terangkut ke
permukaan bersama larutan asam sisa.

c. Non Emulsifying Agent


Reaksi antara asam dengan fluida formasi dapat menyebabkan terbentuknya emulsi karena
fluida formasi mungkin mengandung zat-zat kimia yang terbentuk sebagai zat yang menstabilkan
emulsi. Kecenderungan terbentuknya emulsi akan meningkat dengan bertambahnya konsentrasi asam.
Non-emulsifying agent digunakan untuk mencegah terbentuknya emulsi, karena dapat larut atau
terdispersi dalam larutan asam ataupun dapat bercampur dengan bahan-bahan lainnya. Non-
emulsifying agent menghasilkan tegangan permukaan dan tegangan antar muka yang rendah sehingga
mencegah natural emulsifier di dalam crude oil membentuk emulsi.

d. Retarder Agent
Additif retarder agent digunakan untuk mengontrol laju reaksi asam sehingga spending timenya
menjadi lebih lama. Additif ini diperlukan terutama jika volume asam yang digunakan besar dan sumur
relatif dalam.

2. Corrosion Inhibitor
Corrosion inhibitor adalah campuran dari beberapa persenyawaan termasuk quaternary
amines, acetylenic, alcohols, methanol, dan surfactant. Kebanyakan corrosion inhibitor adalah cationic
(membuat batugamping menjadi bersifat water wet).
Corrosion inhibitor merupakan additif yang selalu digunakan dalam setiap operasi pengasaman,
dengan mengingat kondisi asam yang korosif terhadap peralatan logam. Dengan adanya corrosion
inhibitor, walaupun tidak bisa 100% menghilangkan korosi, tetapi dapat mengurangi laju korosi hingga
batas yang dapat ditolerir. Corrosion inhibitor mengurangi laju korosi dengan cara membentuk lapisan
film ujungis di permukaan peralatan logam tubing atau casing. Dengan adanya lapisan ini, dapat dicegah
reaksi penembusan asam terhadap logam sehingga laju korosi terhambat.
Kesesuaian antara corrosion inhibitor dengan additif lain perlu diperhatikan. Ketidaksesuaian
dapat menimbulkan masalah merugikan yang tidak diinginkan seperti misalnya terjadi reaksi yang
menghasilkan pengendapan. Fluida corrosion inhibitor biasanya cenderung terpisah dari fluida asam.
Pemisahan akan dapat dilihat pada permukaan fluida asam yang telah didiamkan sekitar 15 menit

29
berupa lapisan film berminyak dan berwarna gelap. Karena itu pencampurannya harus selalu dilakukan
pengadukan agar tidak terpisah dari asam.

3. Iron Control Additif


Pada semua projek pengasaman, besi di pipa atau di formasi akan terlarut. Jika besinya Fe3+,
maka bisa menyebabkan kerusakan formasi jika asam telah terpakai (spent acid) dan pH naik. Pada pH
2.2, Fe3+ (ferric) akan mengendap sebagai ferric hydroxide, Fe(OH)3, suatu gel sangat kental yang akan
mengakibatkan kerusakan formasi. Kebanyakan ion besi di asam adalah Fe2+ (ferrous) dan ini akan
mengendap jika pH > 7 atau pH = 7. Dalam kebanyakan pengasaman, harga 7 dan ke atas ini tidak akan
pernah dicapai oleh spent acid maupun fluida formasinya, sehingga ferrous cukup aman.
Ada tiga cara untuk mengontrol pengendapan ferric oxide, yaitu sebagai berikut :
1. Mengontrol pH agar tetap di bawah 2.2
2. Menggunakan sequestering agent yang kana membuat produk yang terlarut di dalam air
3. Menggunakan reducing agent untuk merubah ferric ke ferrous
Ketiga metode ini tidak dapat dipakai secara kombinasi tetapi masing-masing mempunyai keuntungan
tersendiri tergantung situasinya.

4. Alcohol
Alcohol digunakan untuk membantu meningkatkan effisiensi pembersihan sumur pada
operasi pengasaman untuk sumur gas. Alcohol dan campuran antara alcohol-asam mempunyai
tegangan permukaan yang lebih rendah daripada campuran asam. Alcohol yang biasa digunakan
konsentrasinya berkisar antara 5 – 50% volume. Hal ini memudahkan sumur dengan tekanan dasar
sumur yang rendah untuk mendorong keluar fluida treatmen dari lubang sumur. Untuk sumur dengan
formasi yang sensitif terhadap air, alcohol dapat digunakan untuk menggantikan sebagian air pada
campuran asam, sehingga penggunaan air dapat dikurangi. Alcohol yang paling banyak digunakan
adalah methanol. Pada temperatur dingin methanol dapat ditambahkan dalam asam utnuk
menurunkan titik beku asam.

5. Mutual Solvent
Umumnya mutual solvent digunakan pada saat after flush (overlfush) di belakang campuran
HF-HCl. Fungsinya adalah untuk membersihkan formasi dari sisa-sisa pengasaman. Dalam operasi
pengasaman yang banyak digunakan yaitu ethylene glycol monobuthyl ether (EGMBE) yang berguna
untuk mengurangi tegangan antar permukaan minyak-air, sebagai solvent untuk melarutkan minyak
dalam air, sebagai pencuci untuk merubah bahan-bahan basah minyak menjadi basah air, serta
meningkatkan aksi surfactant dan demuslifier saat kontak dengan material-material formasi. Secara
empiris EGMBE diketahui sangat bermanfaat untuk mengurangi emulsi dan mempercepat clean-up
pada pengasaman batupasir.

30
6. Clay Stabilizer
Clay stabilizer dikembangkan untuk meminimalkan kerusakan formasi akibat pengembangan
lempung (clay swelling) atau migrasi clay.
Clay stabilizer yang digunakan dalam pengasaman dimasukan dalam kategori polyquartenery
amines, polyamines, cationic organic polymer dan cationic surfactant. Material-material ini dapat juga
digunakan dalam fluida fracturing, tetapi hanya baik untuk masalah clay swelling. Zirconium oxychloride
salt dan hydroxy aluminum merupakan clay stabilizar yang banyak digunakan
untuk mengatasi masalah migrasi clay. Clay stabilizer tidak perlu digunakan kecuali memang diperlukan
yang didasarkan pada hasil pengujian di laboratorium atau berdasarkan pengalaman sebelumnya yang
menunjukkan perlunya penggunaan material ini.
Stabilizer dapat digunakan sebagai overflush dengan konsentrasi 0,1 – 2,0% volume.
Walaupun clay stabilizer tidak menunjukkan potensi untuk menyebebkan terjadinya kerusakan pada
formasi, sebaiknya jangan digunakan dengan konsentrasi yang terlalu tinggi.

7. Diverting Agents
Dalam setiap treatment pengasaman, penting untuk menangani seluruh zona produktif.
Biasanya permeabilitas tidak seragam di setiap interval produksi sehingga penyebaran asam di tiap
interval berbeda, lebih banyak masuk ke permeabilitas tinggi.
Karena itulah perlu penggunaan diverting agent untuk memblok sementara saluran perforasi
pada zone permeabilitas tinggi. Dengan ini asam dapat diarahkan masuk ke zona permeabilitas rendah.
Penggunaan diverting agent terutama diperlukan untuk interval panjang melebihi 20 ft.
Material diversi yang digunakan antara lain particulate, gel, foam atau ball sealer. Material
particulate yang digunakan seperti rock salt, benzoic acid flake, wax bead dan oil soluble resin.
Particulate menghasilkan diversi dengan menyumbat perforasi atau membentuk cake di dinding saluran
perforasi. Ini akan menyebabkan pressure drop di depan perforasi dan menekan fluida ke perforasi yang
lain.
Ball sealer merupakan jenis yang paling banyak digunakan sebagai diverting agent. Ball sealer
akan memblok aliran fluida ke interval pemeabilitas tinggi sehingga fluida asam masuk ke zona
permeabilitas rendah.
Ball sealer dapat digunakan baik dalam acid fracturing dengan laju penginjeksian tinggi dan
tekanan lebih besar daripada tekanan rekah formasi. Dan dapat pula digunakan pada operasi
pengasaman matriks dengan laju injeksi rendah, tergantung pada specific gravitynya. Separti
disebutkan sebelumnya, balll sealer digunakan pada cased hole completion untuk memblok sementara
lubang perforasi permeabilitas tinggi. Bola-bola ditempatkan di perforasi karena pengaruh differential
pressure antara bola dengan perforasi. Dan jika treatment telah selesai dilakukan, bola-bola akan lepas
dengan sendirinya dan setelah dilakukan pembersihan sumur siap diproduksikan.

8. Nitrogen
Nitrogen sering dipakai pada proses pengasaman. Pertama untuk foaming acid, kedua untuk
enersi clean up pada reservoir bertekanan rendah, dan ketiga sebagai sumber gas bagi foam untuk
diverter. Selain itu, nitrogen kadang digunakan untuk sumber gas lift sementara.
Foaming acid digunakan pada acid fracturing dimana viskositas foam membantu membuat
rekahan dan sebagai retarder acidnya. Foamed acid tidak boleh dipakai untuk matrix acidizing karena
viskositas foamed acid lebih besar dari biasa, maka bisa terjadi fracture. Dengan adanya fracture, maka
semua asam akan masuk ke rekahan.

31
9. Aromatic Solvent
Formasi dengan minyak berat, sludge (gumpalan atau endapan), asphalt dan scale berlapis
minyak perlu digunakan aromatic solvent untuk melarutkannya agar kerja asam lebih baik lagi.
Solvent digunakan sebagai preflush atau pendispersi dalam fluida asam treatment untuk
melarutkan hidrokarbon sehingga asam dapat bereaksi dengan material formasi atau materail asing
penyumbat pori.
Aromatic solvent yang umum digunakan yaitu xylene dan toluene. Jenis lain seperti A-Sol,
N.L.Chekersol, Paravan G-15 dan Torgan. Kesemua jenis solvent ini memberikan fungsi yang sama untuk
menghilangkan lapisan hidrokarbon.

4.2.2 Hydraulic Fracturing


Merupakan salah M. Fluida perekah yang diinjeksikan harus disertai dengan bahan-bahan pengisi
(propping agent) yang berfungsi sebagai penyangga rekahan agar rekahan yang terbentuk tidak menutup
kembali.
Manfaat dari metode ini adalah :
 Fracturing akan mengeliminir kerusakan formasi akibat invasi lumpur pemboran, pengendapan
mineral atau swelling clay
 Bila formasinya mempunyai permeabilitas yang rendah dan homogeny, dimana akan memberi
tambahan ukuran pori yaitu fluida minyak menjadi lebih mobile bergerak ke arah tekanan
berkapasitas tinggi pada jarak tertentu dari sumur.
 Penyebaran rekahan dari lubang sumur bertindak sebagai garis alir yang menghubungkan system
porous dan permeable yang terisolir dibalik oleh sumur penghalang impermeable
Beberapa parameter yang perlu diperhatikan adalah :
 Mekanika dan arah rekahan
 Hidrolika perekah (termasuk fluida dan propping agentnya)
 Luas dan lebar rekahan (ukuran rekahan)
 Konduktivitas rekahan

Dalam pelaksanaannya peralatan permukaannya seperti yang terlihat pada Gambar 4.6, dimana
fluida injeksi yang dipakai, dialirkan dari tangki pencampur dengan propping agentnya dan dengan rolling
butirannya terangkut masuk ke dalam agigator tangki, sehingga terjadi pencampuran yang membentuk
suspensi dengan konsentrasi yang umumnya seperti terlihat pada Gambar 4.6 dan siap untuk diinjeksikan.

32
Gambar 4.6 Skematik Stimulasi Hydraulic Fracturing

Tujuan dari perkahan hidrolik adalah terbentuknya saluran konduktif dan kontinu yang menembus
zona skin (yang mengalami kerusakan), jauh ke dalam reservoir. Untuk mencapai tujuan itu, pada
perekahan hidrolik dibentuk saluran konduktif dan kontinyu yang berupa rekahan dengan menginjeksikan
fluida perekah dengan laju dan tekanan tertentu di atas tekanan rekah batuannya.

4.2.1.1. Fluida Perekah dan Additif


Fluida peretak berguna sebagai medium penyalur tekanan untuk meretakkan formasi produktif dan
mengangkat pasir dalam bentuk suspense. Fluida peretak yang baik harus mempunyai sifat :
 Compatible dengan cairan lapisan produktif
 Pengangkatan pasir yang baik
 Kehilangan tekanan yang ditimbulkan akibat gesekan kecil
 Mempunyai sifat filtrate loss yang rendah.
Fluida peretak harus mempunyai sifat compatible dengan cairan formasi produktif agar tidak terjadi
reaksi antara cairan-cairan tersebut. Bila terjadi reaksi kemungkinan akan terjadi pengendapan yang bisa
menutup pori-pori batuan formasi. Pengangkatan pasir yang baik bila cairan mempunyai viscositas yang
tinggi, sehingga pasir dapat ikut bersama aliran dan tidak jatuh ke dalam lubang sumur. Tetapi semakin
besar viscositas cairan, maka kehilangan tekanan akibat gesekan makin besar pula. Diusahakan fluida
peretak mempunyai sifat air tapisan rendah, sehingga kehilangan fluida ke formasi sangat kecil untuk
mendapatkan efisiensi yang besar.
Beberapa jenis fluida peretak yang biasa dipakai dalam operasi perekahan hidrolik dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu :
A. Water Based Fluid (Fluida perekah berbahan dasar air)
Penggunaan water based fluida sebagai fluida perekah semakin luas dan sepertiga dari sumur-sumur
yang ada menggunakan water basaed fluid sebagai fluida perekah.
Beberapa keuntungan yang didapat adalah :

33
 Tidak ada resiko kebakaraOn
 Tersedia dalam jumlah yang banyak dan harganya murah
 Dapat mengurangi terjadinya friction loss
 Specific gravity air yang tinggi akan memberikan kekuatan penopang yang lebih besar pada
propiing agent.
B. Oil Based Fluid (Fluida perekah berbahan dasar minyak)
Oil based digunakan sebagai fluida perekah mempunyai keuntungan sebagai berikut :
 Mempunyai viskositas yang tinggi sebagai sifat alamiahnya
 Laju injeksi yang rendah untuk peretakkan dangkal atau dalam
 Dapat dijual kembali setelah pemakaian
C. Acid Based Fluid (Fluida perekah berbahan dasar asam)
Ace based fluid secara umum mengikuti pola dari water based fluid, beberapa keuntungan yang
diperoleh antara lain :
 Rekasinya lambat
 Tidak terlalu mahal
 Viskositasnya tinggi dan mudah didapat.
Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh setiap fluida perekah adalah :
1. Stabil dan tidak menyebabkan kerusakan formasi
2. Mempunyai friction loss pemompaan yang rendah
3. Mampu membawa bahan pengganjal (propant) ke dalam rekahan yang dibuat.
Pada operasi perekahan hidrolik, proses pemompaannya adalah sebagai berikut :
1. Prepad, yaitu fluida dengan viskositas rendah dan tanpa proppant, biasanya minyak, air, dan atau
foam dengan gel berkadar rendah atau friction reducer agent, fluid loss additive dan surfactant
atau KCl untuk mencegah damage, dan ini dipompakan didepan untuk membantu memulai
membuat rekahan. Viskositas yang rendah dapat masuk ke matrik lebih mudah dan mendinginkan
formasi untuk mencegah degradasi gel.
2. Pad, yaitu fluida dengan viskositas lebih tinggi, juga tanpa proppant dipompakan untuk membuka
rekahan, melebarkan, dan mempertinggi rekahan sekaligus mempersiapkan jalan bagi slurry yang
membawa proppant. Viskositas yang lebih tinggi mengurangi leak-off (kebocoran fluida meresap
masuk ke formasi). Pad diperlukan dalam jumlah cukup agar tidak terjadi terjadi 100 % leak-off
sebelum rekahan terjadi dan proppant ditempatkan.

3. Slurry dengan proppant, yaitu proppant dicampur dengan fluida kental, proppant ditambahkan
sedikit demi sedikit selama pemompaan, dan penambahan proppant ini dilakukan sampai harga
tertentu pada alirannya (tergantung pada karakteristik formasi, sistem fluida, dan gelling agent).
Berfungsi untuk mengembangkan rekahan menjauhi sumur serta membawa proppant untuk
mengisi rekahan agar tidak menutup kembali setelah tekanan pemompaan dikurangi.
4. Flush, yaitu fluida berupa cairan dasar yang dipompakan dibelakang slurry dengan proppant,
untuk mendesak slurry sampai dekat dengan perforasi, viskositasnya tidak terlalu tinggi dengan
friction yang rendah.

34
Dalam operasi perekahan hidrolik (hydraulic fracturing) suatu fluida perekah harus menghasilkan
friction yang kecil tetapi mempunyai viskositas yang tinggi untuk dapat menahan proppant, dan dapat
diturunkan kembali setelah operasi dengan mudah. Dalam hal ini additive atau zat tambahan diperlukan
untuk mengkondisikan fluida perekah sesuai dengan kebutuhan. Adapun additive yang perlu ditambahkan
dalam fluida dasar adalah sebagai berikut :
1. Thickener, berupa polimer yang ditambahkan sebagai pengental fluida dasar. Contohnya adalah
guar, HPG (Hydroxypropyl Guar Gum), CMHPG (Carboxymethyl Hydroxypropyl Guar), HEC
(Hydroxyethylcellulose) dan Xantan gum.
2. Crosslinker, (pengikat molekul agar rantai menjadi panjang) diperlukan untuk meningkatkan
viskositas dengan jalan mengikat satu molekul atau lebih sehingga proppant yang dibawa tidak
mengalami pengendapan (settling) serta memperkecil leak-off fluida ke formasi. Fluida linier akan
mengalami penurunan viskositas karena kenaikan temperatur atau pertambahan shear.
Kalau viskositasnya kurang dari 100 cp dan 170 det-1, maka proppant akan mengendap. Dalam
beberapa hal viskositas bisa turun sampai 20 cp pada suhu 175 oF, sehingga harus digunakan
crosslink agent, yang biasanya organometalic atau transition metal compounds yang biasanya
borate, titan dan zircon. Metal ini membentuk ikatan dengan rantai guar dan HPG menghasilkan
polimer 183 dengan viskositas besar. Crosslink borate tidak sensitif terhadap shear (karena yang
terlepas dapat terikat kembali), maka di crosslink zircon maupun titan sekali terlepas tidak dapat
diregenerasi kembali. Karena itu keduanya hanya dipakai pada delayed crosslink yaitu crosslink
yang dibuat hanya di formasi, tidak dibuat di permukaan atau di tubing yang mungkin akan
memberikan shear di pompa, pipa, dan lain-lain.
3. Buffer, (pengontrol pH) dimana pada pencampuran setempat, polimer dalam bentuk powder
ditambahkan dalam fluida dasar. Untuk dapat terpisah dengan baik, pH harus berkisar 9, yang
didapat dari pencampuran dengan basa seperti NaOH, NH4OH, asam asetat, dan asam sulfamic
(HSO3NH3).
4. Bactericides/biocides, (anti bakteri) dimana bakteri penyerang polimer merusak ikatan polimer dan
mengurangi viskositasnya, sehingga perlu ditambahkan anti bakteri seperti glutaraldehyde,
chlorophenate squaternaryamines dan isothiazoline. Zat tersebut perlu ditambah ditanki sebelum
air ditambahkan, karena enzim yang terlanjur dihasilkan bisa memecah polimer. Bactericides tidak
dipergunakan apabila fluida dasarnya minyak.
5. Gelling agent, (pencampur gel) untuk menghindari menggumpalnya gel (fish eye), seringkali gel
dicampur terlebih dahulu dengan 5% methanol atau 184 isopropanol. Penggunaan zat ini bisa
diperbesar kadarnya untuk formasi yang sensitif.
6. Fluid Loss additive, fluid loss harus diperkecil. Untuk formasi homogen, biasanya sudah cukup
dengan filter cake yang terbentuk di dinding formasi Material yang umum dipakai antara lain : pasir
100-mesh, silica fluor (325- mesh), baik untuk rekahan kecil alamiah (silica flour 200-mesh untuk
rekahan kecil < 50 micron dan 100-mesh untuk yang lebih besar >50 micron), Oil Soluble Resins,
Adomite Regain (Con Starch), Diesel 2-5 % (diemulsikan), Unrefined Guar dan Karaya gums.
7. Breakers, untuk memecahkan rantai polimer sehingga menjadi encer (viskositasnya kecil) setelah
penempatan proppant agar produksi aliran minyak kembali mudah dilakukan. Breakers harus
bekerja cepat, konsentrasinya harus cukup untuk mengencerkan polimer yang ada.
Untuk pemilihan fluida perekah yang sesuai, harus dipenuhi kriteria sebagai berikut :

35
1. Memiliki harga viskositas cukup besar, yaitu 100-1000 cP pada temperature normal
2. Filtrasi yang terjadi jangan samapai menutup pori-pori batuan
3. Stabil pada tekanan tinggi
4. Tidak bereaksi dengan fluida reservoir, Karena dapa menimbulkan endapan yang menyebabkan
terjadinya kerusakan formasi
5. Tidak membentuk emulsi di dalam lapisan reservoir
6. Viskositas cairan dapat berubah menjadi kecil setelah terjadinya perekahan, sehingga mudah
disirkulasikan keluar dari sumur
7. Dari segi ekonomi harus memiliki harga yang relative murah.

4.2.1.2. Material pengganjal (Proppant)


Proppant merupakan material untuk mengganjal agar rekahan yang terbentuk tidak menutup
kembali akibat closure pressure ketika pemompaan dihentikan dan diharapkan mampu berfungsi sebagai
media alir yang lebih baik bagi fluida yang diproduksikan pada kondisi tekanan dan temperatur reservoir
yang bersangkutan. Pemilihan proppant akan menentukan konduktivitas (wkf), dimana :
Konduktivitas rekahan = Lebar rekahan x Permeabilitas
Sehingga semakin kontras permeabilitas di rekahan, akan semakin besar pula produktivitas tanpa
mengesampingkan segi ekonomis dalam pemilihan proppant atau ukuran rekahan. Semakin keras
formasinya, maka diperlukan proppant yang makin keras. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan
proppant antara lain :
 Ukuran butir (granularitas)
 Distribusi (uniform)
 Kualitas (kandungan impuritis)
 Derajat kebundaran dan kehalusan permukaan butirannya

A. Jenis proppant
Beberapa jenis proppant yang umum digunakan sampai saat ini adalah pasir alami. Pasir berlapis
resin dan proppant keramik. Berikut diuraikan jenis jenis proppant yang ada :
1. Pasir alami
Berdasarkan sifat-sifat fisik yang terukur, pasir dapat dibagi ke dalam kondisi baik sekali, baik, dan
dibawah standart. Golongan yang paling baik menurut standard API adalah premium sands yang
berasal dari Illinois, Minnesota, dan Wisconsin. Biasanya disebut ‘Northern Sand”, “White Sand”,
“Ottawa Sand”, atau jenis lainnya misalnya “Jordan Sand”, dimana jenis-jenis ini memiliki ciri well
rounded, kadar quartz tinggi, sanggup menahan berat, SG = 2.65. Golongan yang baik juga berasal
dari Hickory Sandstone di daerah Brady, Texas, yang memiliki warna lebih gelap daripada pasir
Ottawa. Umumnya disebut “Brown Sand”, “Braddy Sand”, atau “Hickory Sand”, dimana jenis-
jenis ini memiliki ciri angular, kadar quartz tinggi, sanggup menahan berat, SG = 2.65 serta
memiliki kelebihan harganya yang lebih murah dibanding pasir Ottawa.
2. Pasir Berlapis Resin (Resin Coated Sand)
Lapisan resin akan membuat pasir memiliki permukaan yang lebih rata (tidak tajam), sehingga
beban yang diterima akan terdistribusi lebh merata di setiap bagiannya. Ketika butiran proppant
ini hancur karena tidak mampu menahan beban yang diterimanya, maka butiran yang hancur

36
tersebut akan tetap melekat dan tidak tersapu oleh aliran fluida karena adanya lapisan resin. Hal
ini tentu saja merupakan kondisi yang diharapkan, dimana migrasi pecahan butiran (fine
migration) penyebab penyumbatan pori batuan bisa tereliminasi. Proppant ini sendiri terbagi
menjadi dua jenis, yaitu :
 Pre – cured Resins
Berat jenisnya sebesar 2.55 dan jenis ini dibuat dnegan cara pembakaran alam proses
pengkapsulan.
 Curable Resins
Penggunaan jenis ini lebih diutamakan untuk menyempurnakan kestabilan efek
pengganjalan. Maksudnya adalah proppant ii diinjeksikan dibagian belakang
(membuntutui slurry proppant) untuk mencegah proppant mengalir balik ke sumur
(proppant flow back). Setelah membeku, proppant ini akan membentuk massa yang
terkonsolidasi dengan daya tahan yang lebih besar.
3. Proppant Keramik (Ceramic Proppant)
Proppant jenis ini dikelompokkan menjadi empat golongan sebagai berikut :
 Keramik berdensitas rendah (Low Density Ceramic) Jenis ini memiliki berat jenis hampir
sama dengan pasir (SG = 2.7), memiliki kemampuan untuk menahan tekanan penutupan
(Clossure pressure) sampai 6000 psi, serta banyak digunakan di Alaska.
 Keramik berdensitas sedang (Inter mediate Ceramic)
Jenis ini lebih ringan dan lebih murah dibandingkan Sintered Bauxite, memiliki specific
gravity 3.65. Karena harganya yang mahal maka proppant ini hanya digunakan untuk
mengatasi tekanan yang benar-benar tinggi. Proppant jenis ini mampu menahan tekanan
sebesar 12000 psi, biasa digunakan untuk temperature tinggi dan sumur yang sour
(mengandung H2S).
 Resin Coated Ceramic
Suatu jenis baru yang merupakan kombinasi perlapisan resin dan butiran keramik. Jenis
ini terbukti memberikan kinerja yang lebih baik. Khusus untuk resin coated proppant,
variasi yang dimunculkan semakin banyak. Resin Coated Ceramic memiliki ketahanan
terhadap closure pressure sebesar 15000 psi dan temperature hingga 450°F.

B. Spesifikasi Ukuran Proppant


Alasan pentingnya ukuran dan distribusi proppant dalam operasional perekahan hidrolik (hydraulic
fracturing), adalah :
 Bridging, agar bisa mulus maka dipakai patokan ukuran lebar rekahan harus sekitar empat kali
ukuran proppant
 Cocok dengan ukuran perforasinya
 Konduktivitas merupakan fungsi dari ukuran proppant

37
Gambar 4.7 Bentuk proppant yang diperbesar dengan mikroskop

C. Konduktivitas Rekahan
Sifat fisik proppant yang mempengaruhi besarnya konduktivitas rekahan antara lain :
1. Kekuatan proppant, apabila rekahan telah terbentuk maka tekanan formasi akan
cenderung untuk menutup kembali rekahan
2. Ukuran proppant, dimana semakin besara ukuran proppant, biasanya memberikan
permeabilitas yang semakin baik.
3. Kualitas proppant, dimana persentase kandungan impuritis yang besar dapat
memberikan pengaruh pada proppant pack. Kualitas proppant buruk bila banyak
impuritisnya (zat tambahan yang mengotori). Adanya karbonat, feldspar, atau oksida besi
akan merusak konduktivitas.
4. Bentuk butiran propswpant, semakin bulat dan halus permukaannya, semakin tahan
tekanan.
5. Konsentrasi (densitas) proppant, yang akan berpengaruh dlam transportasi proppant dan
penempatannya dalam rekahan, dimana proppant degan densitas yang tinggi akan
membutuhkan fluida berviskositas tinggi untuk mentransport ke dalam rekahan.

4.2.1.3. Pelaksanaan Hydraulic Fracturing


Hydraulic fracturing berhubungan dengan pemakaian fluida bertekanan yang digunakan untuk
merekahkan batuan reservoir atau menghubungkan rekahan-rekahan yang sudah ada sebelumnya
(rekahan alami). Setelah batuan atau formasi rekah, diteruskan dengan pemakaian fluida bertekanan untuk
memperbesar rekahan. Akhirnya terbentuk rekahan baru dan saluran untuk aliran fluida yang lebih besar.
Rekahan ini mungkin bergabung dengan rekahan alami yang sudah ada sebelumnya sehingga menambah
luas daerah pengurasan reservoir.
Dengan tekanan tinggi, fluida dilanjutkan masuk dalam formasi batuan untuk membentuk rekahan
selanjutnya. Lanjutan perekahan ini sampai ke formasi yang lebih dalam. Fungsi pertama kali fluida perekah
yang masuk ke dalam rekahan adalah sebagai pengisi untuk memecah dan menyangga rekahan. Untuk
mencegah agar rekahan tidak menutup pada saat pompa dihentikan, diharuskan menambah material
pengganjal (proppant) ke dalam fluida perekah. Material pengganjal akan menjaga rekahan tetap terbuka

38
setelah pekerjaan pemompaan dilakukan sehingga rekahan akan lebih mempermudah aliran minyak atau
gas menuju lubang bor.

 Pemompaan Fluida Perekah


Pada pekerjaan hydraulic fracturing digunakan empat macam fluida perekah yang mempunyai
komposisi yang berbeda berdasarkan fungsinya. Fluida-fluida tersebut adalah prepad, pad, slurry, dan flush
fluid yang dipompakan ke dalam sumur dengan urutan sebagai berikut :
1. Prepad, yaitu fluida dengan viskositas rendah dan tanpa proppant, biasanya berupa minyak, air,
atau foam, dengan gel berkadar rendah atau friction reducer agents, fluid loss additive, dan
surfactant atau KCl, untuk mencegah damage, dan ini dipompakan di bagian paling depan untuk
membantu memulai membuat rekahan. Viskositas yang rendah dapat lebih mudah masuk ke
matriks batuan dan selanjutnya mendinginkan formasi untuk mencegah degradasi gel. Tetapi
prepad tidak dipakai untuk temperatur relatif reservoir yang rendah ataupun gradien rekah relatif-
nya rendah.
2. Pad, fluida dengan viskositas yang lebih tinggi, juga tanpa proppant, dipompakan untuk membuka
rekahan dan membuat persiapan awal agar lubang dapat dimasuki slurry dengan proppant.
Viskositas yang lebih tinggi dapat mengurangi leak-off, yakni kebocoran fluida karena meresap
masuk ke dalam formasi. Pad diperlukan dalam jumlah yang cukup agar tidak terjadi 100% leak-off
sebelum rekahan terjadi dan proppant ditempatkan. Kemungkinan screen-out premature yakni
kemacetan injeksi proppant karena fluidanya hilang secara prematur, dapat dikurangi dengan
menaikan laju injeksi, volume pad atau efisiensi sistem fluida. Volume pad dilaporkan sebagai
prosentasi dari total slurry dengan proppant yang umumnya 25 - 45% namun bisa lebih tinggi lagi
untuk pekerjaan di mana terdapat rekahan alamiah sehingga screen-out sangat mungkin terjadi.
Walaupun demikian, bila terlalu banyak pad akan membutuhkan banyak air, biaya, maupun dapat
menyebabkan formation damage.
3. Slurry, dimana proppant dicampur dengan fluida kental. Proppant akan ditambahkan sedikit demi
sedikit selama pemompaan pada fluida kental, dan penambahan proppant ini dilakukan sampai
harga tertentu pada alirannya, tergantung dari karakteristik formasi, sistem fluida, dan gelling
agent. Pekerjaan yang efisien adalah dapat menempatkan banyak proppant dengan fluida perekah
minimum sehingga biayanya akan rendah.
4. Flushing, yaitu fluida untuk mendesak slurry sampai mendekati perforasi, dan merupakan fluida
dengan viskositas yang tidak terlalu tinggi (seperti prepad) dengan tingkat friksi yang rendah.

Selama masuk ke formasi, fluida akan mengalami leak-off yaitu fluida bocor dan meresap ke dalam
formasi. Karena prepad viskositas-nya rendah maka akan banyak yang meresap, sedangkan pad juga akan
meresap walaupun tidak sebesar prepad. Leak-off terutama terjadi pada ujung rekahan. Makin lama maka
akan makin banyak prepad atau pad yang masuk ke formasi sehingga fluida yang berada
di belakangnya yang menyusul yang juga akan mengalami leak-off, akan naik kadar proppant-nya. Di sini
dapat dikatakan bahwa dengan mendekati tip (ujung) rekahan, maka kadar proppant akan mendadak naik
tinggi.

39
Karena adanya gaya gravitasi, maka proppant akan turun ke bawah (settling) di mana akan
bergantung pada viskositas, ukuran proppant, serta densitas fluida atau proppant. Untuk fluida yang encer
di mana proppant akan banyak turun ke bawah, maka kenaikkan kadar proppant di bagian ujung rekahan
tidak begitu tinggi seperti halnya bila fluidanya kental. Pada fluida kental ini proppant dapat
ditransport sampai jauh ke dalam rekahan.
Pada perekahan hidrolik diinginkan agar proppant padat seragam dengan konduktivitas yang
maksimum. Selain itu distribusinya harus merata di seluruh rekahan dan proppant tetap di cairan sampai
rekahan menutup. Adanya proppant yang mengendap sebelum sampai ke tempatnya, atau membentuk
bank yaitu bukit proppant yang macet karena mengendap, tidak dapat bergerak jauh dengan distribusi
tidak merata sangat tidak diinginkan pada proyek perekahan hidrolik ini.
Ada dua mekanisme yang mempengaruhi hal-hal tersebut di atas, yaitu:
 Transportasi horizontal oleh aliran fluida perekah.
 Settling vertikal karena perbedaan densitas antara fluida dan proppant.

Sedangkan pengaruh dari settling proppant adalah :


 Menyebabkan adanya daerah yang bersih dari proppant pada bagian puncak rekahan, yakni hanya
terisi fluida rekahan (clean fluid).
 Menyebabkan adanya daerah dengan konsentrasi proppant yang tinggi di bagian tengah rekahan
(slurry)
 Mungkin terjadi bukit pengendapan proppant (bank) di dasar rekahan.

Gambar 4.8 Skematik pengendapan proppant

40
4.3 Latihan Soal
1. Jelaskan tentang pengertian Stimulasi sumur !
2. Apa yang dimaksudkan acidizing dan hydraulic fracturing ?
3. Jelaskan tiga metode acidizing !
4. Jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi kelarutan partikel-partikel batuan / efektivitas
pengasaman !
5. Jelaskan jenis-jenis acid yang anda ketahui
6. Jelaskan fungsi masing masing acid additive
7. Apa yang anda ketahui tentang hydraulic fracturing serta metodenya !
8. Sebutkan jenis fluida peretak yang biasa digunakan untuk operasi perekahan hidrolik
9. Sebut dan jelaskan jenis-jenis proppant yang digunakan !
10. Jelaskan fluida yang dipompakan ke dalam sumur (berdasarkan urutan pemompaan) !

Selamat Bekerja

41

Anda mungkin juga menyukai