Anda di halaman 1dari 8

PENENTUAN KONSENTRASI PARTIKULAT DALAM UDARA

AMBIEN DI JALAN KAMPER INSTITUT PERTANIAN BOGOR


MENGGUNAKAN HIGH VOLUME SAMPLER (HVS)

DETERMINING THE CONCENTRATION OF PARTICULATE IN


AMBIENT AIR LOCATED IN KAMPER STREET BOGOR
AGRICULTURAL UNIVERSITY USING HIGH VOLUME
SAMPLER (HVS)
Jemmy Arismaya1, Melia Hergiana2

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor


Jln. Kamper, Kampus IPB Dramaga, Bogor, 16680
jemmy_arismaya@yahoo.com1, hergianamelia@yahoo.com2

Abstrak: Pencemaran udara dapat diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam
udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Partikulat
merupakan salah satu sumber pencemaran udara yang memiliki diameter 0.1 sampai 100 µm. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui konsentrasi partikulat di dalam udara ambien. Penelitian kali
ini menggunakan alat High Volume Sampler (HVS) dan pengolahan data dengan metode gravimetri.
Penelitian kali ini telah berhasil mengetahui konsentrasi partikulat pada lingkungan yang terabsorbsi
dalam hal ini di Jalan Kamper IPB ke dalam alat pantau pencemaran udara High Volume Sampler
(HVS). Konsentrasi partikulat didapatkan sebesar 53.7721 µg/m3. Berdasarkan PP No. 41 Tahun
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, konsentrasi partikulat yang terkandung di dalam
udara ambien pada waktu penelitian dilangsungkan masih di bawah ambang batas yang ditentukan.
Artinya kualitas udara pada lokasi penelitian tergolong ke dalam kualitas yang baik, apabila
parameter yang digunakan hanya Total Suspended Particulate (TSP).
Kata kunci: High Volume Sampler (HVS), Total Suspended Particulate (TSP), udara ambien

Abstract: Air pollution can be defined as any materials or foreign substances in the air
that cause changes to the composition of air from its normal state. Particulate matter is one of
the sources of air pollution that has a diameter of 0.1 to 100 µm. The purpose of this research is to
know the concentration of particulate matter in the ambient air. This time the research
using High Volume Sampler (HVS) and the processing of data by the method of gravimetry. This time
the research has managed to figure out the concentration of particulate matter in environment that
is absorbed in tools monitor air pollution High VolumeSampler (HVS) on Kamper Street IPB . The
concentration of particulat eobtained by 53.7721 µg/m3. Based on PP No. 41 of 1999 regarding the
control of air pollution, the concentration of particulate matter in ambient air at the time the
research was held is still below the threshold that is specified. That means air quality research on the
location pertained to in good quality, if the parameter used only Total Suspended Particulate(TSP).
Keyword: ambient air, High Volume Sampler (HVS), Total Suspended Particulate (TSP)

PENDAHULUAN
Udara adalah unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan
manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Udara ambien yang dihirup oleh makhluk
hidup merupakan hal pokok yang harus tetap dijaga kualitasnya agar dapat
dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya. Udara yang tercemar mempunyai konsentrasi
bahan pencemar baik dalam bentuk gas maupun padat yang lebih tinggi dari baku
mutu dan berpengaruh buruk terhadap keseimbangan lingkungan.
Salah satu sumber pencemaran udara adalah partikulat. Partikulat ini merupakan
padatan yang berukuran sangat kecil, namun ketika konsentrasinya berada diatas baku
mutu maka pengaruhnya akan sangat besar terhadap keseimbangan lingkungan.
Sumber pencemar partikulat salah satunya adalah hasil pembakaran dari kendaraan
bermotor, selain itu kegiatan industri dan faktor alami seperti letusan gunung berapi
juga merupakan sumber-sumber dari partikulat.
Jalan kamper merupakan salah satu area di kawasan kampus Institut Pertanian
Bogor yang banyak dilalui oleh kendaraan bermotor setiap harinya. Perempatan jalan
yang terdapat dijalan ini juga menjadikan area ini sebagai salah satu area yang paling
sering terpapar oleh asap kendaraan bermotor. Hal ini menimbulkan kekhawatiran
akan tingginya konsentrasi partikulat di area tersebut terutama dari kendaraan
bermotor. Tingginya konsentrasi partikulat ini tentu akan berpengaruh buruk terhadap
lingkungan disekitarnya khususnya dalam hal kualitas udara ambien area tersebut.
Mempertimbangkan pentingnya analisis terhadap konsentrasi partikulat di IPB
khususnya di Jalan Kamper ini, maka penelitian ini dirasa perlu untuk dilakukan.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui konsentrasi partikulat pada lingkungan
yang terabsorbsi ke dalam alat pantau pencemaran udara High Volume Sampler
(HVS). Hal ini penting untuk diketahui agar bisa didapatkan kondisi kualitas udara di
area pengamatan sehingga dapat ditentukan langkah selanjutnya yang harus
dilakukan.

TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Wardhana (2001), pencemaran udara dapat diartikan sebagai adanya
bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan
(komposisi) udara dari keadaan normalnya. Masuknya bahan-bahan atau zat-zat asing
ke dalam udara selalu menyebabkan perubahan kualitas udara. Masuknya bahan-
bahan atau zat-zat asing tersebut tidak selalu menyebabkan pencemaran udara.
Mengacu pada definisinya, pencemaran udara baru terjadi jika masuknya bahan-
bahan atau zat-zat asing tersebut menyebabkan mutu udara turun sampai tingkat
ketika kehidupan manusia, hewan dan binatang terganggu atau lingkungan tidak
berfungsi sebagai mana mestinya.
Partikulat merupakan salah satu sumber pencemaran udara yang memiliki
diameter 0.1 sampai 100 µm. Menurut Nevers (2000), berbagai proses alami
mengakibatkan penyebaran partikulat di atmosfer, misalnya letusan volkano dan
hembusan debu serta tanah oleh angin. Aktivitas manusia juga berperan dalam
penyebaran partikulat, misalnya dalam bentuk partikel-partikel debu dan asbes dari
bahan bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja dan asap dari proses
pembakaran tidak sempurna, terutama dari batu arang. Sumber partikel yang utama
yaitu pembakaran bahan bakar dari sumbernya, dikuti oleh proses-proses industri.
Masih menurut Nevers (2000) menyatakan bahwa hubungan antara ukuran
partikulat polutan dengan sumbernya adalah, untuk partikulat dengan diameter lebih
besar dari 10 mikron dihasilkan dari proses-proses mekanis seperti erosi angin,
penghancuran dan penyemprotan juga pelindasan benda- benda oleh kendaraan atau
pejalan kaki. Partikulat yang berdiameter antara 1 sampai 10 mikron biasanya
termasuk tanah, debu, dan produk-produk pembakaran dari industri lokal, dan pada
tempat-tempat tertentu juga terdapat garam laut. Partikulat yang mempunyai diameter
antara 0,1 sampai 1 mikron berasal dari sumber-sumber kebakaran.
Penelitian kali ini menggunakan alat utama yaitu High Volume Sampler (HVS)
dalam penentuan konsentrasi partikulat. High Volume Sampler (HVS) mempunyai
prinsip kerja dimana udara yang mengandung partikulat dihisap mengalir melalui
kertas filter dengan menggunakan motor putaran kecepatan tinggi dimana partikulat
menempel pada kertas filter yang nantinya akan diukur konsentrasinya dengan cara
kertas filter tersebut ditimbang sebelum dan sesudah sampling disamping itu juga
dicatat flowrate dan waktu lamanya sampling sehingga didapat konsentrasi partikulat
tersebut (Soedomo 1999).
Metode gravimetri dilakukan sebagai perhitungan lanjutan konsentrasi partikulat
hasil tangkapan alat HVS. Menurut Khopkar (1990), gravimetri merupakan salah satu
metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara
mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan.
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau
senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penetuan secara analisis gravimetri meliputi
transformasi unsur atau radikal kesenyawaan murni stabil yang dapat segera diubah
menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Metode gravimetrik memakan
waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu
faktor-faktor koreksi dapat digunakan.

METODE
Penelitian ini dilakukan di Jalan Kamper Institut Pertanian Bogor pada hari
Kamis, 16 Oktober 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur konsentrasi
partikulat yang tersuspensi di dalam alat High Volume Sampler (HVS). Konsentrasi
partikulat yang terdapat dalam udara ambien tersebut digunakan sebagai parameter
pengukuran beban pencemaran udara sehingga dapat diketahui bagaimana kualitas
udara dari tempat pengamatan tersebut ketika penelitian dilangsungkan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode gravimetri. Gravimetri merupakan
salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui
dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses
pemisahan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu High Volume Sampler
(HVS), filter dan timbangan analitik.
Langkah awal penelitian adalah pengukuran berat filter awal yang masih bersih
dan kering dengan neraca analitik. Pengukuran ini dilakukan tiga kali untuk diambil
rataannya. Langkah kedua adalah persiapan alat High Volume Sampler (HVS) sebagai
alat pengukur konsentrasi partikel tersuspensi dalam udara ambien dengan ukuran
partikel yang diamati berkisar antara 0.03-100 µm.
Langkah ketiga, filter dipasangkan ke dalam High Volume Sampler (HVS). Tutup
penahan pada High Volume Sampler (HVS) dibuka, kemudian filter dipasang.
Penahan dipasang kembali dengan memutar tutup penahan tidak terlalu kuat agar
tidak merusak filter. Langkah selanjutnya adalah pengukuran partikulat, pada langkah
ini udara dipompakan ke HVS dengan kecepatan aliran minimal sebesar 1.13
m3/menit dan maksimal 1.7 m3/menit. Pengukuran dilakukan selama 60 menit dengan
pembacaan laju aliran setiap 15 menit. Berat filter kotor ditimbang menggunakan
neraca analitik sebagai berat akhir. Berat partikulat merupakan selisih antara berat
akhir dengan berat awal dalam gram (g).
Langkah terakhir yang dilakukan adalah perhitungan laju koreksi aliran, volume
contoh uji, dan konsentrasi partikulat dengan terlebih dulu diolah dengan persamaan
Canter agar data yang didapat sesuai dengan peraturan baku mutu. Perhitungan
variabel-variabel tersebut dilakukan menggunakan persamaan berikut ini.

Tr
Qc = Qs (1)
Ta
Keterangan:
Qc = koreksi laju aliran udara (liter/menit)
Qs = laju aliran contoh uji (liter/menit)
Tr = temperatur ruang saat pengukuran (K)
Ta = temperatur alat (K)

V = Qc * t (2)
Keterangan :
V = volum contoh uji udara (liter)
t = lama pengambilan contoh uji (menit)

P 298
Vr = V * * (3)
760 T+273
Keterangan :
Vr = volume udara pada suhu dan tekanan 760 mmHg (m3)
V = volum contoh uji udara (m3)
P = tekanan atmosfer (mmHg)
T = suhu (0C)

Wp
C1 = (4)
Vr
Keterangan :
c1 = konsentrasi sesaat (µg/m3)
Wp = berat partikulat (gram)
Vr = volume udara pada suhu dan tekanan 760 mmHg (m3)

t1(0.185)
C2 = C1 * (6)
t2
Keterangan :
c1 = konsentrasi sesaat (µg/m3)
c2 = konsentrasi standar (µg/m3)
t1 = waktu pemaparan sesaat (jam)
t2 = waktu pemaparan standar (jam)

Konsentrasi partikulat yang diperoleh dibandingkan dengan Peraturan


Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. PP No.
41 Tahun 1999. Hasil perbandingan tersebut lalu dianalisis dan dibahas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Partikulat merupakan salah satu sumber pencemaran udara yang memiliki
diameter 0.1 sampai 100 µm. Menurut Nevers (2000), berbagai proses alami
mengakibatkan penyebaran partikulat di atmosfer, misalnya letusan volkano dan
hembusan debu serta tanah oleh angin. Aktivitas manusia juga berperan dalam
penyebaran partikulat, misalnya dalam bentuk partikel-partikel debu dan asbes dari
bahan bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja dan asap dari proses
pembakaran tidak sempurna, terutama dari batu arang. Sumber partikel yang utama
yaitu pembakaran bahan bakar dari sumbernya, dikuti oleh proses-proses industri.
Masih menurut Nevers (2000) menyatakan bahwa hubungan antara ukuran
partikulat polutan dengan sumbernya adalah, untuk partikulat dengan diameter lebih
besar dari 10 mikron dihasilkan dari proses-proses mekanis seperti erosi angin,
penghancuran dan penyemprotan juga pelindasan benda- benda oleh kendaraan atau
pejalan kaki. Partikulat yang berdiameter antara 1 sampai 10 mikron biasanya
termasuk tanah, debu, dan produk-produk pembakaran dari industri lokal, dan pada
tempat-tempat tertentu juga terdapat garam laut. Partikulat yang mempunyai diameter
antara 0,1 sampai 1 mikron berasal dari sumber-sumber kebakaran.
Pengaruh partikulat terhadap manusia diantaranya adalah iritasi mukosa,
ganggguan sistem pernapasan, bronkhitis, dan dapat menimbulkan fibrosis paru-paru.
Partikulat juga dapat meracuni sistem pembentukan sel darah merah. Partikulat pada
anak kecil dapat menimbulkan penurunan kemampuan otak, sedangkan pada orang
dewasa partikulat dapat menimbulkan anemia dan gangguan tekanan darah tinggi.
(Kastiyowati 2011).
Penelitian mengenai konsentrasi partikulat pada udara ambien di Jalan Kamper
IPB kali ini berlangsung selama 60 menit. Pengukuran variabel suhu udara ambien
(Tr), suhu alat (Ta) dan laju udara (Qs) dilakukan setiap 15 menit. Data hasil
pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 Data suhu udara, suhu alat dan laju udara
Menit Tr (°C) Ta (°C) Qs (m³/menit)
0 32.5 34.0 1.15
15 33.0 33.0 1.30
30 30.0 29.0 1.20
45 29.0 28.5 1.20
60 28.0 27.5 1.50
Rataan 30.5 30.4 1.27

Data pada tabel 1 menunjukan keadaan lokasi sampling dan pengukuran alat
selama 60 menit. Suhu rataan udara ambien terukur sebesar 30.5 oC, suhu alat rataan
selama penelitian sebesar 30.4 oC dan laju udara terukur sebesar 1.27 (m³/menit).
Data selanjutnya yang dicari adalah berat partikulat, data ini dapat dicari setelah berat
filter di akhir pengukuran dengan HVS didapatkan. Tabel 2 berikut ini menunjukkan
data berat partikulat tersebut.
Tabel 2 Data berat filter dan partikulat
W filter awal W filter W partikulat
No.
(µgr) akhir (µgr) (µgr)
1 529000.00 534100.00
2 528700.00 536100.00 7266.6667
3 528800.00 536100.00
Rataan 528833.33 536100.00 7266.6667

Berat rataan filter di awal penelitian pada tabel 2 sebesar 528833.33 µgr dan
diakhir penelitian sebesar 536100 µgr. Berat akhir filter bernilai 536100 µgr karena
berat akhir pada pengukuran pertama berbeda terlalu jauh sehingga dapat diabaikan.
Berat partikulat hasil perhitungan didapatkan sebesar 7266.6677 µgr.
Data pada tabel 1 dan tabel 2 selanjutnya digunakan sebagai bahan perhitungan
koreksi laju aliran udara, volume sampel udara, volume udara standar dan konsentrasi
partikulat yang terkandung di dalam udara ambien yang dihitung dengan persamaan 1
sampai 6. Tabel 3 berikut ini merupakan tabel hasil penelitian yang menunjukan
parameter yang diukur tersebut.
Tabel 3 Data hasil pengukuran
Qc C1 C2
W partikulat (µgr) V (m³) Vr (m³)
(m³/menit) (µgr/m³) (µgr/m³)
7266.6667 1.2742 76.4507 75.0652 96.8047 53.7721
Data hasil pengukuran pada tabel 3 menunjukan nilai konsentrasi partikulat yang
terkandung di dalam udara ambien pada waktu penelitian dilangsungkan sebesar
96.8047 µg/m3. Hasil ini diolah kembali dengan persamaan canter agar dapat
dibandingkan dengan baku mutu, perhitungan ini menghasilkan konsentrasi partikulat
sebesar 53.7721 µg/m3. Nilai konsentrasi partikulat tersebut kemudian dibandingkan
dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara. Menurut PP No. 41 Tahun 1999 nilai baku mutu udara ambien
nasional dengan menggunakan parameter Total Suspended Particulate (TSP) dengan
waktu pengukuran selama 24 jam menggunakan metode analisis gravimetri sebesar
230 µg/ m³.
Mengacu pada perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa konsentrasi
partikulat pada lokasi penelitian ketika penelitian dilangsungkan masih dalam batas
aman. Kualitas udara pada tempat penelitian juga dapat dikatakan baik ketika hanya
parameter Total Suspended Particulate (TSP) yang digunakan. Hal ini dapat
dipahami karena keadaan lalu lintas kendaraan yang lengang di lokasi tersebut ketika
dilakukan penelitian. Selain itu lokasi penelitian masih dipenuhi oleh pohon dan
tumbuhan hijau disekelilingnya.
Akan berbeda halnya ketika nilai konsentrasi partikulat tersebut diatas baku mutu
yang ditentukan, pencemaran udara pada kondisi tersebut bisa berbahaya sehingga
perlu adanya pengendalian pencemaran tersebut. Menurut Hadiyarto (1998),
menyatakan bahwa upaya pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan melalui
penelitian dan pemantauan. Pengendalian pengelolaan perlu mempertimbangkan
keserasian antara faktor sumber emisi, dampak, kondisi sosial, ekonomi, dan politik
serta melakukan pengukuran lapangan sesuai dengan kondisi. Langkah pertama
dalam pengelolaan pencemaran udara adalah dengan melakukan pengkajian untuk
mengenal macam sumber, model dan pola penyebaran serta dampaknya. Model dan
pola penyebaran dapat diperkirakan melalui studi mengenai kondisi fisik sumber
(tinggi cerobong, bentuk, lubang pengeluaran dan besarnya emisi), kondisi awal
kualitas udara setempat (latar belakang), kondisi meteorologi dan topografi.
Studi dampak pencemaran udara dilakukan terhadap kesehatan manusia, hewan
dan tumbuhan, material, estetika dan terhadap kemungkinan adanya perubahan iklim
setempat (lokal) maupun regional. Langkah selanjutnya adalah mengetahui dan
mengkomunikasikan tentang pentingnya pengelolaan pencemaran udara dengan
mempertimbangkan keadaan sosial lingkungannya, yang behubungan dengan
demografi, kondisi sosial ekonomi, sosial budaya dan psikologis serta pertimbangan
ekonomi. Juga perlunya dukungan politik, baik dari segi hukum, peraturan, kebijakan
maupun administrasi untuk melindungi pelaksanaan pemantauan, pengendalian dan
pengawasan.

KESIMPULAN
Penelitian kali ini telah berhasil mengetahui konsentrasi partikulat pada
lingkungan yang terabsorbsi dalam hal ini di Jalan Kamper IPB ke dalam alat pantau
pencemaran udara High Volume Sampler (HVS). Konsentrasi partikulat didapatkan
sebesar 53.7721 µg/m3. Berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara, konsentrasi partikulat yang terkandung di dalam udara ambien
pada waktu penelitian dilangsungkan masih di bawah ambang batas yang ditentukan.
Artinya kualitas udara pada lokasi penelitian tergolong ke dalam kualitas yang baik,
apabila parameter yang digunakan hanya Total Suspended Particulate (TSP).

Saran
Penelitian dilakukan di dua tempat yang berbeda jauh karena hujan yang terjadi
yaitu di Jalan Kamper dan di pelataran Laboratorium Kualitas Udara Departemen
Teknik Sipil dan Lingkungan. Hal ini dapat menyebabkan kurang akuratnya data
karena kondisi dua tempat tersebut yang jauh berbeda. Harapannya dapat diadakan
penelitian partikulat lebih lanjut dan kontinyu agar data yang didapat bisa lebih
akurat.

Daftar Pustaka
Hadiyarto, A. dan D.P. Sasongko. 1998. Buku Teks: Pengendalian Pencemaran
Udara. Jakarta: Pusat Studi lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kastiyowati, Indah. 2011. Dampak dan Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan Republik
Indonesia.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Nevers de, N. 2000. Air Pollution Control Engineering (Second Edition). Tokyo:
McGraw-Hill International Editions
Soedomo, Moestikahadi. 1999. Pencemaran Udara. Bandung: ITB Press.
Wardhana, Wisnu Arya. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi
Offset.

Anda mungkin juga menyukai