Islam Dan Kebudayaan
Islam Dan Kebudayaan
PENDAHULUAN
[1]
BAB 2
PEMBAHASAN
[2]
B. Unsur Kebudayaan
Koentjaraningrat (1985) menyebutkan ada tujuh unsur-unsur kebudayaan. Ia
menyebutnya sebagai isi pokok kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan universal
tersebut adalah :
1. Kesenian.
2. Sistem teknologi dan peralatan.
3. Sistem organisasi masyarakat.
4. Bahasa.
5. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi.
6. Sistem pengetahuan.
7. Sistem religi.
Pada jaman modern seperti ini budaya asli negara kita memang sudah mulai
memudar, faktor dari budaya luar memang sangat mempengaruhi pertumbuhan
kehidupan di negara kita ini. Contohnya saja anak muda jaman sekarang, mereka sangat
antusias dan up to date untuk mengetahui juga mengikuti perkembangan kehidupan
budaya luar negeri. Sebenarnya bukan hanya orang-orang tua saja yang harus
mengenalkan dan melestarikan kebudayaan asli negara kita tetapi juga para anak muda
harus senang dan mencintai kebudayaan asli negara sendiri. Banyak faktor juga yang
menjelaskan soal 7 unsur budaya universal yaitu :
1. Kesenian
Setelah memenuhi kebutuhan fisik manusia juga memerlukan sesuatu yang dapat
memenuhi kebutuhan psikis mereka sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan.
2. Sistem teknologi dan peralatan
Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan
sesuatu yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia
dengam makhluk hidup yang lain.
3. Sistem organisasi masyarakat
Sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan
sebagai makhluk yang paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan
masing – masing antar individu sehingga timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu.
[3]
4. Bahasa
Sesuatu yang berawal dari hanya sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai
lisan untuk mempermudah komunikasi antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa
yang dijadikan bahasa universal seperti bahasa Inggris.
5. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan
sesuatu yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia
dengam makhluk hidup yang lain.
6. Sistem pengetahuan
Sistem yang terlahir karena setiap manusia memiliki akal dan pikiran yang
berbeda sehingga memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula, sehingga
perlu disampaikan agar yang lain juga mengerti.
7. Sistem religi
Kepercayaan manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta yang muncul karena
kesadaran bahwa ada zat yang lebih dan Maha Kuasa.
C. Fungsi Kebudayaan
Fungsi kebudayaan yaitu untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana
seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau akan berbehubungan
dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya. Kebudayaan berfungsi sebagai:
1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok, contohnya: norma.
Normama adalah kebiasaan yang dijadikan dasar bagi hubungan antara orang-
orang tersebut sehingga tingkah laku masing-masing bisa diatur. Norma sifatnya
tidak tertulis dan berasal dari masyarakat. Makan apabilsa dilanggar, sangsinya
berupa semoohan dari masyarakat.
2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya, contoh:
kesenian.
3. Melindungi diri kepada alam. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau
kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi
masyarakat terhadap lingkungan alamnya.
4. Pembimbing kehidupan manusia.
[4]
5. Pembeda antar manusia dan binatang.
2.2. Islam dan Kebudayaan Arab pra Islam
A. Kehidupan Masyarakat Arab pra Islam
Kehidupan masyarakat Arab pada masa pra islam dikenal dengan sebutan zaman
jahiliyah. Zaman jahiliyah adalah zaman kebodohan atau kegelapan terhadap kebenaran.
Tatanan sosial dan akhlak tidak berjalan semestinya, yang kuat senantiasa menindas
yang lemah, kaum wanita menjadi sasaran tindak kejahatan dan masih banyak lagi
pelanggaran-pelanggaran yang terjadi pada masa itu. Kehidupan mereka belum teratur
seperti sekarang. Pada waktu itu kehidupan mereka sangat keras, hidup bersuku-suku,
dan suka berperang. Masyarakat Arab kehilangan kendali, tidak ada panutan yang dapat
menuntun ke arah kebaikan, yang ada hanyalah kehidupan jahiliyah. Perilaku
masyarakat senantiasa bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan dan tidak ada yang
menyembah Allah SWT.
Mereka tidak mengenal perikemanusiaan dan hidup tanpa dasar keimanam. Kaum
wanita dipandang makhluk yang lemah dan hidup tertindas di bawah kekuasaan kaum
pria. Bahkan bila bayi lahir wanita maka akan dikubur hidup-hidup.
Mereka menyembah berhala dan kalau sudah jemu/bosan berhala itu pun diperjual-
belikan, menurut mereka sikap kejujuran adalah merupakan suatu keanehan bagi mereka
sedangkan kemunafikan menjadi hal yang biasa, dan perzinaan, minum-minuman
keras,berfoya-foya merupakan suatu kesenangan bagi orang-orang jahiliyah. Mencuri
dan merampok merupakan bagian dari kehidupan mereka. Bagi mereka yang penting
adalah hidup untuk makan, sekalipun harus megorbankan orang lain. Peradaban mereka
sendiri tidak berkembang dan hidup dalam kebodohan. Keadaan semacam itu dapat
diselamatkan dengan lahir dan tumbuhnya agama islam di Jazirah Arab.
B. Sistem Kepercayaan dan Kebudayaan Arab pra Islam
Dalam hal kepercayaan (Aqidah), bangsa Arab pra Islam percaya
kepada Allah sebagai pencipta. Mereka sudah memahami keesaan
Allah dan mengikuti agama yang menuhankan Allah. Sebelum Nabi
Muhammad Saw. diutus, mereka sudah kerap kali kedatangan dakwah
dari para nabi utusan Allah, yang menyampaikan seruan agar
[5]
menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa semata-mata, jangan
sampai mempersekutukan sesuatu dengan-Nya.
Nabi-nabi utusan Allah yang datang dan berdakwah kepada
bangsa Arab diantaranya Nabi Nuh as diutus untuk kaum ‘Ad dan
Nabi Shaleh diutus untuk kaum Tsamud. Mereka tidak mau menerima
seruan para nabi Allah itu hingga diutusnya Nabi Ibrahim as dan Nabi
Ismail as. Seruan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail diterima baik di sekitar
Jazirah Arab. Namun beberapa puluh tahun kemudian, kesucian
agama Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail diputarbalikkan, diubah, direka,
ditambah, dan dikurangi oleh para pengikutnya.
Menurut Munawar Chaili, yang dikutip oleh Maslani dan Ratu
Suntiah bangsa Arab percaya dan yakin bahwa tuhan itu ada dan
tuhan itu Maha Esa. Dia yang menciptakan segenap makhluk, yang
mengurus, yang mengatur, dan pemberi sesuatu yang dihajatkan oleh
segenap makhluk. Akan tetapi, dalam menyembah (beribadah)
kepadanya, mereka membuat atau mengadakan berbagai perantara,
dengan tujuan untuk mendekatkan diri mereka kepada tuhan.
Sebagian bangsa Arab pra Islam adalah menyembah berhala.
Setiap kabilah memiliki patung sendiri, sehingga ada 360 buah
patung berada di dalam dan si sekeliling Ka’bah ketika Nabi
Muhammad Saw. melakukan Futuh Mekkah pada tahun delapan
hijriah. Empat patung yang terpenting di Jazirah Arab pada masa itu
adalah Hubal di Ka’bah, Latta di Thaif, ‘Uzza di Hijaz, dan Manat di
Yastrib. Menurut Jaih Mubarok, mereka pada umumnya tidak percaya
pada hari kiamat dan tidak pula percaya kepada kebangkitan setelah
kematian. Walaupun sebagian besar bangsa Arab melakukan
penyimpangan, namun masih ada yang mempertahankan faham al-
Hanifiyyah, ajaran Nabi Ibrahim as. Dan Nabi Ismail as. (Q.S. Ali
Imran: 67), diantaranya ‘Umar ibn Nufai dan Zuhair ibn Abi Salma.
Dalam rangka menghormati Ka’bah (kegiatan haji dan umrah),
ada larangan berperang pada bulan Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram
[6]
(mengerjakan haji) dan Rajab (mengerjakan umrah). Bulan-bulan itu
dinamai Asyhuru’l Hurum (bulan-bulan yang terlarang). Namun,
penduduk padang pasir sangat berat menghentikan peperangan
selama tiga bulan berturut-turut, karena perang sudah menjadi
bagian dari kegemaran (hobi) mereka, maka bulan Muharram
(berperang) ditukar dengan bulan Safar (dilarang berperang)yang
dinamai an-Nasi (pengunduran).
Mengenai kebudayaan, penduduk padang pasir (Ahl al-Badwi)
Jazirah Arab pra Islam hidup dalam budaya kesukuan Badui. Akibat
peperangan yang terus-menerus, kebudayaan mereka tidak
berkembang. Bila mereka bekerja, mencipta, dan menegakkan suatu
kebudayaan, datanglah orang lain memerangi dan meruntuhkan.
Sejarah mereka hanya dapat diketahui kira-kira 150 tahun menjelang
lahirnya islam. Itupun hanya dapat diketahui melalui kitab-kitab suci,
syair-syair atau ceritera-ceritera yang diterima dari perawi-perawi
karena tidak ada bangunan yang dapat melukiskan sejarah mereka
ataupun tulisan-tulisan yang dapat menjelaskan sejarahnya itu.
Berbeda dengan penduduk negeri (Ahl al-Hadhlar), mereka telah
berbudaya dan sejarahnya dapat diketahui 1200 tahun SM. Menurut
Badri Yatim, mereka selalu mengalami perubahan sasuai dengan
situasi dan kondisi yang mengitarinya. Mereka mampu membuat alat-
alat dari besi hingga mendirikan kerajaan-kerajaan. Bendungan Ma’rib
di kerajaan Saba Yaman, istana Khawarnaq dan istana Sadir di
kerajaan Hirah merupakan bukti hasil kebudayaan mereka, di
samping yang lain di antaranya seperti mahir pengubah syair,
sebagaimana masyarakat Badui. Syair-syair itu biasanya dibacakan,
semacam pagelaran pembacaan syair di pasar-pasar syair seperti
Ukaz, Majinah, dan Zul Majaz.
Selain itu dalam bidang arsitektur, bangunan-bangunan purba di
kawasan Arab memiliki bangunan bercorak megalitikum maupun
mesolitikum. Ka’bah barangkali dapat dimasukkan kedalam bangunan
[7]
bercorak mesolitikum. Karena berbentuk bangunan dengan batu-batu
kasar yang dicampur dengan lepa seadanya. Di Arab utara kota-kota
petra dan Palmyra, meskipun sudah tinggal puing-puing, masih
menunjukkan hal itu. Demikian juga yang terdapat di Arab selatan,
bahkan bekas-bekas bendungan dimasa ratu Saba’(ratu Bilqist istri
Nabi Sulaiman a.s.) di abad V SM. Bisa disaksikan keunggulan
arsitektur bangsa Arab masa lalu.
Jazirah Arab terletak pada jalur perdagangan antara Syam dan
Tiongkok (Cina). Kota-kota mereka masih menjadi kota-kota
perniagaan sampai kehadiran Nabi Muhammad Saw. Bernad Lewis
mengungkapkan bahwa sejak zaman dahulu kala, Negeri Arab telah
tumbuh menjadi daerah transit antara negari-negeri di Laut Merah
dan Timur Jauh, dan sejarahnya berkembang semakin meluas
disebabkan oleh kesibukan lalu lintas antara Timur dan Barat.
Komunikasi ke dalam dan ke luar Jazirah Arab didukung oleh bentuk
geografisnya, melewati jalur-jalur tertentu yang terencana dengan
baik. Yang pertama dari jalur-jalur itu ialah jalan raya Hijaz, mulai dari
pelabuhan-pelabuhan laut dan pos-pos perbatasan Palestina dan
Transyordania, menelusur bagian tengah pantai-pantai Laut Merah
terus menuju ke Yaman. Jalan inilah yang dari masa ke masa ramai
oleh daratan kafilah, antara kerajaan Alexandria dan pengganti-
penggantinya di Timur dekat dengan negeri-negeri Asia Jauh. Di
daerah itu pulalah terletak jalan kereta api Hijaz.
Sumber ekonomi utama yang menjadi penghasilan orang Arab di
masa jahiliyah sangat dikenal dengan bisnis dan perdagangannya.
Perdagangan menjadi darah daging orang-orang Quraisy.
Firman Allah SWT
[8]
karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada
musim dingin dan musim panas. (Q.S. Quraisy :1-2).
Tafsir ayat,
“Orang Quraisy biasa Mengadakan perjalanan terutama untuk berdagang ke
negeri Syam pada musim panas dan ke negeri Yaman pada musim dingin. dalam
perjalanan itu mereka mendapat jaminan keamanan dari penguasa-penguasa dari
negeri-negeri yang dilaluinya. ini adalah suatu nikmat yang Amat besar dari Tuhan
mereka. oleh karena itu sewajarnyalah mereka menyembah Allah yang telah
memberikan nikmat itu kepada mereka”.
Jalan kedua melewati Wadi’d Dawasir, mulai dari penghujung
timur-laut Yaman ke pusat negeri Arab, yang menghubungkannya
dengan jalur-jalur lain, yaitu Wadi’s Rumma, ke selatan
Mesopotamia. Jalur tersebut adalah penghubung (medium) yang
utama pada masa dulu, antara Yaman dengan kebudayaan-
kebudayaan Asyiria dan Babilonia. Akhirnya Wadi’s Sirhan yang
mengkaitkan Arab tengah dengan tenggara Syiria via oasisi Jawf.
Sebelum datang istilah yang dikenal untuk sebutan hukum orang Arab, yaitu
hukum jahiliyah. Jahiliyah secara bahasa artinya: kebodohan, kejam, marah atau
berlebihan dalam menilai sesuatu. Pengertian sesuai dengan keadaan bangsa Arab
sebelum Islam datang di mana fatrah (kevakuman) antara Nabi Isa as kepada Nabi
Muhammad saw. Ketika itu sering terjadi perlakuan kejam, perbuatan yang berlebihan,
seperti sikap congkak, pemujaan berhala, peperangan antar suku karena persoalan
sepele, mengubur bayi perempuan hudup-hidup dan sebagainya.
[9]
pihak benar. Hukum jahilliyah dalam prakteknya sangat dipengaruhi oleh kedudukan.
Orang Yahudi mau masuk Islam jika mereka dimenangkan. Di zaman jahiliyah
sangatlah tepat kalau praktek hukumnya dikatakan memakai hukum rimba, sebab tidak
ada perlindungan dari yang kuat terhadap yang lemah. Hal ini mengakibatkan seringnya
perang antar suku.
Berikut ini kita akan melihat praktek hukum yang lainnya yang disebut di atas
yang dilakukan oleh orang jahiliyah sebelum Islam. Dan semua hukum tersebut
direform oleh Islam menjadi hukum yang Islami :
1. Dalam Perkawinan
[10]
Riba nasiah (jahiliyah) ini terjadi dalam hutang piutang. Kenapa disebut
juga riba jahiliyah, sebab masyarakat Arab sebelum Islam telah dikenal
melakukan suatu kebiasaan membebankan tambahan pembayaran atau semua
jenis pinjaman yang dikenal dengan sebutan riba. Juga disebut dengan riba jali
atau qat’i, sebab jelas dan pasti diharamkannya oleh Alquran. Praktek riba nasiah
ini pernah dipraktekkan oleh kaum Thaqif yang biasa meminjamkan uang kepada
Bani Mughirah. Setelah waktu pembayaran tiba, kaum Mughirah berjanji akan
membayar lebih banyak apabila mereka diberi tenggang waktu pembayaran.
Sebagian tokoh sahabat nabi, seperti paman Nabi, Abbas dan Khalid bin Walid,
pernah mempraktekkannya, sehingga turun ayat yang mengharamkannya. Ayat
pengharaman riba ini membuat heran orang musyrik terhadap larangan riba,
karena telah menganggap jual beli itu sama dengan riba.
[11]
4. Dalam hal Warisan
Warisan dalam zaman jahiliyah tidak memiliki aturan. Anak yang paling
dewasa pada zaman Jahiliyah. Adakalanya harta warisan diwasiatkan kepada
orang yang dikehendaki. Anak perempaun tidak mendapatkan bagian sedikit pun
dari harta warisan. Maka turunlah ayat yang mengharuskan wasiat yang dilakukan
oleh orangtua atau kerabat tanpa membatasi orang yang diwasiatkan. Setelah itu
turunlah ayat tentang warisan yang menetapkan pembagian harta warisan secara
adil, yaitu ayat yang berbunyi “Bagi perempuan ada bagian harta pusaka…” Dan
saudara dari pihak ibu juga mendapat warisan sebagaimana pihak dari ayah
meskipun kerabat lebih besar. (Zahra, h. 188).
5. Tentang Haji
6. Tentang Qisas
Dalam tradisi jahiliyah hulum qisas ditentukan oleh adat. Anggota semua
suku bertanggung jawab atas penganiayaan yang dilakukan oleh seseorang yang
berasal dari suku lain. Seandainya ada satu orang suku tertentu dianiaya oleh
seseorang yang berasal dari suku lain maka belasannya tidak cukup menghukum
kepada pelaku penganiaya sesuai dengan pelanggarannya. Tapi orang lain yang
termasuk dari suku yang menganiaya juga mendapatkan resikonya. Akibatnya
terjadilah peperangan dua kabilah (kabilah dari pihak penganiaya dan yang
teraniaya) gara-gara penganiayaan yang hanya dilakukan secara perorangan.
Maka Islam datang menghapus tradisi ini dengan tradisi yang memenuhi keadilan
[12]
bahwa qisas (hukum balasan) hanya dikenakan kepada pelaku penganiayaan
(kriminal saja) sedangkan orang lain yang tidak melakukan penganiayaan mereka
teelindungi dari penganiayaan.
[13]
dikehendaki ditempat yang bersih, bersih dari najis dan dari pandangan yang dapat
mengganggu kekhusyuan shalat. Maka manusia berfikir untuk membangun tempat-
tempat yang nyaman dan bersih, oleh karena itu terciptalah bangunan-bangunan mesjid
yang beraneka ragam bentuk dan arsitektur yang berbeda dari setiap wilayah dan negara.
Itulah mengapa islam disebut sebagai wahyu akan tetapi mendorong manusia untuk
berkebudayaan. Dan dari segi itulah maka berbagai bentuk alat-alat beribadah dan sarana-
sarana dalam islam bisa dikatakan sebagai gejala budaya.
Mengenai agama sebagai gejala sosial, pada dasarnya bertumpu pada sosiologi agama.
Pada zaman dahulu, sosiologi agama mempelajari hubungan timbal-balik antar agama dan
masyarakat. Artinya, masyarakat mempengaruhi agama dan agama mempengaruhi masyarakat.
Para ahli sosiologi agama, mulai mempelajari bukan hanya pada soal hubungan timbal-balik saja,
melainkan lebih kepada pengaruh agama terhadap perilaku atau tingkah laku masyarakat, artinya
bagaimana agama sebagai sistem nilai dapat mempengaruhi tingkah laku masayarakat dan
bagaimana pengaruh masyarakat terhadap pemikiuran-pemikiran keagamaan. Lahirnya teologi
Khawarij, Syiah dan Ahli Sunnah wal Jamaah sebagai produk atau hasil pertikaian politik dan
bukan poroduk teologi. Tauhidnya sama, satu dan asli, tetapi anggapan bahwa Ali sebagai imam
adalah produk perbedaan pandangan politik. Maka dapat dikatakan, bahwa pergeseran
perkembangan pemikiran masyarakat dapat mempengaruhi pemikiran teologi atau keagamaan.
Saat sekarang ini, mungkin kita dapat meneliti bagaimana perkembangan pemikiran
keagamaan masyarakat Indonesia terhadap krisis sosial yang meluas yang dapat disaksikan
dalam berbagai bentuk, misalnya; budaya korupsi dan nepotisme sebagai budaya, lenyapnya
kesabaran sosial [social temper] dalam menghadapi realitas kehidupan yang semakin sulit
sehingga mudah mengamuk dan melakukan berbagai tindakan kekerasan dan anarki; merosotnya
penghargaan dan kepatuhan terhadap hukum, etika, moral, dan kesantunan sosial; semakin
meluasnya penyebaran narkotika dan penyakit-penyakit sosial lainnya. Berlanjutnya konflik dan
kekerasan yang bersumber—atau sedikitnya bernuansa politis, etnis dan agama seperti terjadi di
berbagai wilayah Aceh, Kalimantan Barat dan Tengah, Maluku Sulawesi Tengah, dan lain-lain.
Contoh lain, dan ini sekaligus menjadi tantangan bagi para pemeluk agama adalah
munculnya program tayangan stasiun televisi yang mengusung unsur-usnsur mistik yang
[14]
dikemas sebagai suatu tontonan yang menarik, penggunaan ayat-ayat Qur’an untuk mengusir
setan yang ditayangkan melalui program siaran televisi, pameran busana mewah dengan
memperlihatkan bagian tubuh [aurat] yang seharusnya ditutup rapat dan tidak ditontonkan,
munculnya kiai yang salat dengan menggunakan bahasa Indonesia, kiai yang menganggap sah
menggauli para santrinya, para intelektual Islam para era reformasi, globalisasi dan internet
mulai berbicara ”tauhid sosial” dan ”kesalehan sosial”, bagaimana bentuk dan karakteristik
tauhid sosial dan kesalehan sosial, mucul ”tokoh muslimah Amerika” yang memimpin salat
jum’at, itu semua dapat menjadi fenomena atau gejala sosial keagamaan dan menjadi sasaran
penenlitian agama.
Persoalan lain adalah interaksi antar pemeluk suatu agama dan antar pemeluk suatu
agama dengan pemeluk agama lainnya, kurukunan antar umat beragama, ”interaksi antara orang-
orang Islam ada yang menggunakan norma-norma Islam, tetapi ada juga yang tidak
menggunakannya. Maka, pengamatan terhadap apakah mereka menggunakan norma-norma
Islam atau tidak, termasuk penelitian ke-Islaman. Demikian juga pengamatan terhadap para
pemeluk Islam dalam interaksinya dengan pemeluk agama lain. Bagaimana karakteristik
interaksi itu, bagaimana mereka memahami dan mengeskpresikan nilai-nilai Islam dalam
interaksi antara pemeluk agama-agama yang berbeda, itu semua dapat menjadi sasaran penelitian
agama”. [M.Atho Mudzhar, 1998:18]. Perubahan-perubahan dramatis yang menempa hubungan
antara "Barat" dan dunia Islam sebagai akibat dari peristiwa terorisme internasional, perang Iraq-
Amerika, tuduhan Barat terhadap tokoh-tokoh muslim radikal sebagai pemimpin terorisme,
secara alami juga membawa dampak pada pengajaran dan riset yang terkait dengan studi Islam.
Dari pandangan tentang agama sebagai gejala budaya dan sebagai gejala sosial,
elemen-elemen yang harus diketahui dalam Islam adalah persoalan teologi, komsmologi, dan
antropologi yang tentu menyangkut dengan persoalan sosial kemanusian dan budaya. Agama
Islam merupakan suatu agama yang membentuk suatu masyarakat dan berperadaban. Maka
pendekatan yang digunakan dalam memahami Islam, menurut Mukti Ali adalah metode
filosofis, karena mengkaji hubungan manusia dan Tuhan yang dibahas dalam filsafat. Dalam
arti pemikiran “metafisik” yang umum dan bebas. Selain itu metode-metode ilmu manusia
juga perlu digunakan, karena dalam agama Islam masalah kehidupan manusia di bumi ini
dibahas. Metode lain, yaitu metode sejarah dan sosiologi yang Islam juga merupakan agama
[15]
yang membentuk suatu masyarakat dan peradaban serta mengatur hubungan manusia dengan
manusia.
“pada hari ini telah aku sempurnakan bagimu agamamu, dan aku cukupkan
bagimu nikmat-Ku, dan Aku ridhoi Islam sebagai agamamu.”
Beberapa indikasi mengapa islam dikatakan sebagai satu-satunya agama yang
diturunkan Allah atau satu-satunya agama wahyu, yaitu karena islam menjaga kontinuitas
[16]
wahyu dari nabi Adam as. Sampai nabi Muhammad SAW, juga beberapa diantaranya
adalah :
Diantara agama-agama yang lain, hanya islam lah yang namanya diberikan
langsung oleh Allah dan tertulis dalam kitab sucinya. Tidak seperti agama Yahudi
(Judaisme), Hindu (Hinduisme), Budha (Budhaisme) dll. Allah Bersabda dalam
Qur’an Surat 3 ayat 19 :
[17]
Dan aku tidak pernah menjadi peyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
[18]
memerintah selama dua tahun, tidak berarti pemerintahan beliau tidak bertindak apa-apa,
banyak jasa yang beliau torehkan. Dan saat-saat ajal menjemput Abu Bakar menunjuk
Umar sebagai penerusnya karena ia takut pergolakan akan terjadi pada umat sehingga ia
menunjuk Umar. Setelah Umar, Usman pun dijadikan Khalifah ketiga, walau cara
pemerintahannya sangatlah berbeda dari khalifah sebelumnya, Usman cukup berjasa
dalam pengumpulan Al-Qur’an. Terakhir Ali bin Abi Thalib, saat Ali dijadikan sebagai
Khalifah konflik banyak terjadi dari berbagai golongan karena mereka yang menentang
Ali merasa bahwa pandangan politik mereka untuk menjadikan Ali sebagai Khalifah.
Akan tetapi Ali tetap menjadi Khalifah walau ia harus terbunuh oleh salah satu kaum
yang menentang kepemimpinannya. Masa Khulafa Urrasyiddin inilah disebut sebagai
produk sejarah.
KESIMPULAN
Istilah kebudayaan merupakan tejemahan dari istilah culture dari bahasa Inggris.Kata
culture berasal dari bahasa latin colore yang berarti mengolah, mengerjakan, menunjuk pada
[19]
pengolahan tanah, perawatan dan pengembangan tanaman dan ternak. Upaya untuk mengola dan
mengembangkan tanaman dan tanah inilah yang selanjutnya dipahami sebagai culture.
Adapun diantaranya tujuh unsure kebudayaan yang universal, yaitu :
1. Kesenian. 4. Bahasa.
5. Sistem mata pencaharian
2. Sistem teknologi dan
hidup dan sistem ekonomi.
peralatan.
6. Sistem pengetahuan.
3. Sistem organisasi
7. Sistem religi.
masyarakat.
[20]
Fungsi kebudayaan yaitu untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana
seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau akan berbehubungan
dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya.
Kehidupan masyarakat Arab pada masa pra islam dikenal dengan sebutan zaman
jahiliyah, yaitu zama kebodohan atau kegelapan terhadap kebenaran. Mereka tidak mengenal
perikemanusiaan dan hidup tanpa dasar keimanan.
Islam adalah agama yang mendorong umatnya untuk berkebudayaan. Karena tutunan
islam dalam al-qur’an, maka manusia yang menjalankan tuntunan tersebutlah akan terdorong
untuk berkebudayaan. Selain itu Islam juga mengajak untuk berinteraksi antara masyarakat
dengan agama dan agama dengan masyarakat.
Islam merupakan satu-satunya agama samawi yang masih dan akan terus diridhoi oleh
Allah SWT. Dikatakan demikian karena, agama samawi atau agama yang diwahyukan Allah
SWT yang lain telah dilakukan perubahan-perubahan oleh para penganutnya yaitu, Yahudi dan
Nashrani. Islam juga merupakan agama yang namanya diberikan langsung oleh Allah SWT
dalam wahyunya. Ada beberapa bagian islam yang merupakan produk sejarah. Seperti
diantaranya, hijrahnya nabi dan pengikutnya ke Madinah. Hal tersebut merupakan sebuah
pergerakan yang menjadikan sebagai negara dimana sejarah terjadi didalamnya. Dengan islam
sebagai pegangan hidup maka islam telah memanusiakan manusia dan memasyarakatkan
mereka.
DAFTAR PUSTAKA
http://masfadlul.blogspot.com/2013/10/makalah-tentang-sejarah-arab-pra-islam.html
http://mmiftah09.blogspot.com/2013/09/kondisi-masyarakat-arab-pra-islam.html
http://wendisaja.wordpress.com/2014/02/19/islam-sebagai-produk-budaya/
http://muhammadden1.blogspot.com/2014/05/sistem-kepercayaan-masyarakat-arab-pra.html
http://manchesterunitedisneverdie.blogspot.com/2013/04/pendekatan-dalam-study-agama-
sebagai.html
http://agussuryanalaga.blogspot.com/2013/10/masyarakat-arab-pra-islam.html
http://www.bisosial.com/2012/05/kebudayaan.html
http://esrastephani.blogspot.com/2009/11/definisi-fungsi-dan-unsur-kebudayaan.html
http://jokosaputroblog.blogspot.com/makalah-kebudayaan-dan-agama.html