Anda di halaman 1dari 10

BAB

Asuhan Keperawatan Kritis Gangguan Penglihatan

(Katarak)

A. Konsep dasar penyakit


1. Definisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa mata yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan ) lensa, denaturasi lensa atau akibat keduanya (ilyas
2008). Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang diproyeksikan pada retina. Katarak merupahan penyebab umun
kehilangan pandangan secara pertahab (istiqomah, 2003)

2. Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000)
a. Usia lanjut dan proses penuaan
b. Congenital atau bisa diturunkan.
c. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau
bahan beracun lainnya.
d. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti
a. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata
b. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes
melitus
c. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
d. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang,
seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
e. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
3. Patofisiologi

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di
perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk
aktarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang
dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan
terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa
dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan
tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau
sistemis(diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang
normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
4. Manifestasi klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
a. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau ser
ta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.

b. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari

Gejala objektif biasanya meliputi:

a. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak aka
n tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya a
kan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi baya
ngan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau
redup.
b. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-
abu atau putih. Pengelihatan seakan-
akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
c. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-
benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.

Gejala umum gangguan katarak meliputi:

a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.


b. Gangguan penglihatan bisa berupa:
- Peka terhadap sinar atau cahaya,
- Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
- Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
- Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
5. Pemeriksaan Diagnostik Katarak
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit
sistem saraf, penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaucoma
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema,
g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid
i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
6. Penatalaksanaan Katarak
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat
sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan
biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi
bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila
visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan
berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.

Ada 2 macam teknik pembedahan ;

1. Ekstraksi katarak intrakapsuler


Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan
katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama
pembedahan.

B. Konsep asuhan keperawatan


1. Pengkajian keperawatan katarak
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
a. keterangan lain mengenai identitas pasien.
Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di bawa
h 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahu
n, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-
40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahun.
b. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada pas
ien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM, hiperte
nsi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resik
o katarak.
d. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau
hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
e. Neurosensori
Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan
dekat/merasa diruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran
cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak
memperbaiki penglihatan, fotofobia ( glukoma akut ).
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil
menyempit dan merah/mata keras dan kornea berawan (glukoma darurat,
peningkatan air mata.
f. Nyeri / Kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau
tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala.
g. Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga apa
kah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi
, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endo
krin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan vitreus,
perdarahan intraokuler, peningkatan TIO
b. Nyeri berhubungan dengan trauma peningkatan intra okuler, proses inflamasi
pembedahan katarak
c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (bedah
pengangkatan katarak).
3. Intervensi
No. Nanda NIC NOC

1. Resiko tinggi Fungsi sensori : penglihatan Identifikasi resiko: (6610)


terhadap cedera (2404) Definisi : analisis factor resiko

(0035) Definisi : kemampuan untuk potensial, pertibangan risio-


mengindera dengan tepat risiko esehatan dan
Definisi : rentan
gambaran secara visual memprioritaskan strategi
mengalami cedera
Setelah dilakukan tindakan pengurangan risiko bagi
fisik akibat kondisis
1x24 jam pasien diharapkan : individu maupun kelompok
lingkungan yang
berinteraksi dengan  Respon terhadap Aktivitas-aktivits :

sumber adaptif dan stimulus pandang  Kaji ulang riwayat


meningkat kesehatan masa lalu da
sumber defentif
individu, yang  Pandangan kabur pasien dokumentasikan bukti yang
menjadi berkurang menunjukan adanya
dapat mengganggu
kesehatan.  Penglihatan pasien tidak penyakit medis identifikasi
adanya sumber agensi untuk
terganggu membantu factor resiko
 Tidak mengalami  Gunakan rancangan tujuan
tekanan pada mata yang saling menguntungkan
 Perubahan penglihatan fengan tepat
warna teratasi  Identifikasi strategi koping
yang digunakn/khas
 Implementasikan aktivitas
pengurangan resiko
 Rencanakan tindak lanjut
strategi dan aktivitas
pengurangan resiko jangka
panjang
 Diskusikan aktivitas
pengurangan resiko
berkolaborasi dengan
individu atau kelompok

3. Nyeri akut (00132) kontrol nyeri (1605) Pemberian analgesic (2210)


Definisi : Definisi : tindakan pribadi Definisi : penggunaan agen
untuk mengontrol nyeri farmakologi untuk mengurangi
pengalaman sensori
Setelah dilakuan tindakan atau menghilangkan nyeri
dan emosional tidak 1x24 jam pasien diharapkan : Aktivitas-aktivitas:
 Pasien dapat mengenali  Monitor TTV sebelum dan
menyenangkan
kapan nyeri terjadi sesudah pemberian
yang muncul akibat  Pasien dapat mengenali analgesic
kerusakan jaringan apa yang terkait dengan  Menentukan lokasi dan
gejala nyeri keperahan nyeri sebelum
actual dan potensial
 Pasien dapat melaporkan diberikan obat
atau yang nyeri yang terontrol  Menanyakan kepada pasien
digambarkan sebagi  Pasien daoat adanya alergi obat atau tidak
menggunakan analgesic  Memberikan kenyamanan
erusakan yang diberikan yang menbantu relak sasi
(international  Dilakukan pengkajian pasien
PQRST  Mengajarkan penggunaan
association for the
 Managemen nyeri analgesic untuk menurunkan
study f paint ); efek samping
awitan yang tiba-  Mengkolaborasi dengan
tiba atau lambat dokter terkait pemberian
obat
dari inrensitas
ringan hingga berat Managemen nyeri (1400)
Definisi: penguranga atau
dengan akhir yang reduksi nyeri sampai pada
dapat diantisipasi tingkat kenyamanan yang
diterima pleh pasien
atau diprediksi. Aktivitas-aktivitas:
 Observasi adany apetunjuk
nonverbal mengenai
ketidaknyamanan terutama
pada mereka yang tidak bisa
berkomunikasi secara
evektif
 Gali pengetahuan dan
kepercayaan pasien
mengenai nyeri
 Lakukan pengkajian
kompehersif yang meliputi
lokasi, karakteristik , onset/
durasi, frekuensi,kualitas,
intensitas atau berat nyeri
dan faktor pencetus
 Gali bersama pasien fator-
faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri
 Evaluasi bersama pasien dan
tim kesehatan lainya
mengenai efektifitas
pengontrolan nyeri yang
pernah diguanakan
sebelumnya
 Ajarkan metode farmaologi
untuk menurunkan nyeri
Kolaborasi dengan orang
terdekat, pasien dan tim
kesehatan lainya untuk memilih
dan mengimplementasikan
tindakan penurunan nyeri nin
farmakologi, sesuai ebutuhan

4. Risiko tinggi Keparahan infeksi (0703) Control infeksi (6540)


infeksi (00004) Definisi : keparahan tanda Definisi : meminimalkan agen
Definisi : rentan dan gejala infeksi penerimaan dan transpisi agen
mengalami invasi Setelah dilakukan tindakan infeksi
dan multiplikasi keperawatan 3x24jam pasien Aktivitas- aktivitas :
organisme :  Bersihkan liongkungan
patogenik yang  Tida ditemukan dengan baik setelah
mengganggu kemerahan digunakan untuk setiap
kesehatan  Pasien tidak demam pasien
 Nyeri pasien berkurang  Ganti peralatan perawatan
 Suhu pasien stabil per pasien sesuai protocol
 Pasien tidak menggigil institusi

 Pasien tidak mengalami  Anjurkan pasien mengenai


hipotermia teknik cuci tangan dengan
tepat
 Anjurkan pengunjung untuk
mencuci tangan pada saat
memasuki dan
meninggalkan ruang pasien
 Gunakan sabun anti
mirobauntuk cuci tangan
yang sesuai
 Cuci tangan sebelum dan
setelah egiatan perawatan
pasien
 Pakai sarung tangan steril
dengan tepat
 Ajarkan cara cuci tangan
pada keluarga pasien

Anda mungkin juga menyukai