PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
pada pertumbuhan fisik yang pemantauannya dilakukan di Posyandu secara
berkala melalui kegiatan penimbangan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
seperti yang terekam pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan melihat
perbandingan hasil penilaian dengan standar baku tersebut maka dapat
diketahui status gizi anak. Nilai perbandingan ini dapat digunakan untuk
menilai pertumbuhan fisik anak karena menunjukkan posisi anak tersebut
pada persentil (%) keberapa untuk suatu ukuran antropometrik
pertumbuhannya. Dengan demikian maka dapat disimpulkan apakah
anak tersebut terletak pada variasi normal, kurang atau lebih. Selain itu
juga dapat diamati trend (pergeseran) pertumbuhan anak dari waktu ke
waktu. Pemeriksaan antropometri yang paling sering digunakan untuk
menentukan keadaan pertumbuhan pada masa Balita adalah (Nursalam,
2005):
4
a) Berat badan lahir rata-rata: 3,25 kg.
BB = Umur (bulan) + 9
BB = (Umur (tahun) x 2) + 8
Untuk memudahkan perhitungan umur anak dalam bulan, maka apabila >
15 hari dibulatkan ke atas, sedangkan apabila ≤ 15 dihilangkan. Contoh: usia
bayi saat pemeriksaan 5 bulan 20 hari, maka untuk perhitungan bayi tersebut
dianggap berusia 6 bulan. Sedangkan untuk anak usia di atas satu tahun, bila
kelebihannya > 6 bulan dibulatkan menjadi 1 tahun dan apabila ≤ 6
bulandihilangkan. Contoh: usia anak saat pemeriksaan adalah 3 tahun 6 bulan,
maka untuk perhitungan anak tersebut dianggap berusia 3 tahun.
5
Pengukuran TB pada anak umur kurang dari 2 tahun dilakukan dengan
posisi tidur dan pada anak umur lebih dari 2 tahun dilakukan dengan posisi
berdiri. Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut panjang
badan. Pada bayi baru lahir, panjang badannya rata-rata mencapai 50 cm.
pada tahun pertama pertambahannya adalah 1,25 cm/bulan (1,5 x panjang
badan lahir). Penambahan ini akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9
tahun, yaitu sekitar 5 cm/tahun. Peningkatan tinggi badan yang pesat terjadi
pada usia pubertas yaitu sekitar 5-25 cm/tahun pada wanita sedangkan pada
laki-laki peningkatannya sekitar 10-30 cm/tahun. Pertambahan tinggi badan
akan berhenti pada usia 18-20 tahun.
a) 90-110% = baik/normal
6
Apabila pertumbuhan otak mengalami gangguan yang dideteksi dari
hasil pengukuran LK yang kecil (dinamakan mikrosefali) maka hal ini
bisa mengarahkan si anak pada kelainan retardasi mental. Sebaliknya
kalau ada gangguan pada sirkulasi cairan otak (liquor cerebrospinal)
maka volume kepala akan membesar (makrosefali), kelainan ini dikenal
dengan nama hidrosefalus. Pengukuran LK paling bermanfaat pada 6
bulan pertama sampai 2 tahun karena pada periode ini pertumbuhan otak
berlangsung dengan pesat. Namun LK yang abnormal baik kecil maupun
besar bisa juga disebabkan oleh faktor genetik (keturunan) dan bawaan
bayi. Pada 6 bulan pertama kehidupan, LK berkisar antara 34-44 cm
sedangkan pada umur 1 tahun sekitar 47 cm, 2 tahun 49 cm dan dewasa
54 cm.
7
LLA ini lebih tepat untuk mengidentifikasi anak dengan gangguan gizi/
pertumbuhan fisik yang berat.
a. LLA (cm):
b. Bila umur tidak diketahui, status gizi dinilai dengan indeks LLA/TB:
8
pemeriksaan TLK bila dikaitkan dengan nilai LLA misalnya pada otot
triseps dapat dipakai untuk menghitung massa otot.
Menurut Soetjiningsih (2012), DDST adalah salah satu dari metode skrining
terhadap kelainan perkembangan anak. Salah satu dari metode skrining
terhadap kelainan perkembangan anak. Test ini bukan test diagnostic atau test
IQ. Dari beberapa penelitian yang dilakukan ternyata DDST secara efektif
dapat mengidentifikasi antara 85-100% bayi dan anak-anak pra sekolah yang
mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada follow up selanjutnya
ternyata 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di
sekolah 5-6 tahun.
Kegunaan DDST.
Walaupun DDST tidak dapat dijadikan patokan sebagai tes diagnostik
untuk menilai adanya kelainan perkembangan, tetapi DDST berguna
untuk:
9
Menilai perkembangan anak sesuai dengan umurnya.
Memantau anak yang tampak sehat dari umur 0 tahun sampai dengan
6 tahun.
Menjaring anak tanpa gejala terhadap kemungkinan adanya kelainan
perkembangan.
Memastikan apakah anak dengan persangkaan ada kelainan, apakah
benar-benar ada kelainan perkembangan.
Monitor anak dengan resiko perkembangan misalnya anak dengan
masalah perinatal
Aspek yang dinilai
Ada 125 tugas perkembangan yang dinilai, yang dikelompokkan menjadi
4 sektor, yaitu :
1) Sektor personal social.
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.
2) Sektor gerakan motorik halus.
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan kegiatan yang melibatkan
gerakan-gerakan tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot kecil tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat. Contohnya koordinasi mata,
tangan, memainkan, menggunakan benda-benda kecil.
3. Sektor bahasa.
Yaitu kemampuan untuk memberikan reflek terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan.
4. Sektor gerakan motorik kasar.
Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh
dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan otot-otot besar.
Contohnya duduk, melompat, berjalan, dll.
Teknik pemeriksaan:
Tentukan umur anak dengan menggunakan patokan 30 hari untuk 1
bulan dan 12 bulan untuk 1 tahun.
Bila hasil perhitungan umur kurang dari 15 hari maka dibulatkan ke
10
bawah, bila sama dengan atau lebih dari 15 hari di bulatkan ke atas.
Contoh: Nina lahir pada tanggal 1 januari 2011 dari kehamilan cukup bulan dan
tes dilakukan pada tanggal 9 November 2015, maka perhitungannya adalah
sebagai berikut:
4 – 10 – 8
Jadi umur Nina 4 tahun 10 bulan 8 hari. Karena 8 hari lebih kecil dari 15 hari,
maka dibulatkan ke bawah sehingga umur Nina adalah 4 tahun 10 bulan.
Lakukan perhitungan penyesuaian usia bila tanggal lahir anak lebih cepat
minimal 15 hari dari taksiran persalinan atau hari perkiraan persalinan (HPL).
Contoh:
Ali lahir tanggal 21 September 2010. Saat dilakukan tes DDST tanggal 19 Juli
2013 menurut ibunya berdasarkan keterangan petugas kesehatan saat
pemeriksaan kehamilan, Ali seharusnya lahir tanggal 2 September 2010.
02 –09 – 18
Lama premature: 17
Jadi yang di buat garis umur adalah 2 tahun 9 bulan, bukan 2 tahun 10 bulan.
11
Lakukan penilaian pada tiap sektor, apakah LULUS (PASSED = P = beri
tanda √), GAGAL (FAIL = F = tanda 0), MENOLAK
Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa item yang mendapat
P dan F, selanjutnya hasil tes diklasifikasikan dalam: NORMAL,
ABNORMAL, MERAGUKAN (QUESTION-ABLE) DAN TIDAK DAPAT
DITES (UNTESTABLE).
- Bila ada skor menolak 1 atau lebih item sebelah kiri garis umur.
12
- Menolak > 1 item area 75%-90% (warna hijau)
NORMAL
- Maksimal 1 caution
II. KPSP
Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur
bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan. Setelah menentukan
umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
13
Contoh: “pada posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi pada
pergelangan tangannya secara perlahan–lahan ke posisi duduk”
4. Baca dulu dengan baik pertanyaan – pertanyaanyang ada. Bila tidak jelas
atau ragu tanyakan lebih lanjut agar mengerti sebelum melaksanakan.
1. Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang – kadang).
2. Hitung jawaban Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah).
1) Tujuan:
untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat
segera ditindak lanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar
dan bicara anak.
2) Jadwal:
setiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan
pada anak usia 12 bulan ke atas. Tes ini dilakukan oleh tenaga
kesehatan, guru TK, tenaga PAUD, dan petugas terlatih lainnya.
3) Alat yang diperlukan
Instrument TDD menurut umur anak
Gambar binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia
14
Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, dan bola)
4) Cara melakukan TDD: tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir,
hitung umur anak dalam bulan, pilih daftar pertanyaan TDD yang
sesuai dengan umur anak.
Pada anak umur kurang dari 24 bulan:
a. Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/ pengasuh anak.
Tidak usah ragu- ragu atau takut menjawab karena tidak untuk
mencari siapa yang salah.
b. Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu
persatu dan berurutan.
c. Tunggu jawaban dari orang tua atau pengasuh anak.
d. Jawaban “ya” jika menurut orang tua/ pengasuh, anak dapat
melakukannya dalam 1 bulan terakhir.
15
IV. TDL Tes daya lihat
1. Tujuan:
untuk mendeteksi secara dini kelainan dapat dilihat agar segera dapat
dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh
ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.
2. Jadwal: dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36- 72
bulan. Tes ini oleh tenaga kesehatan, guru TK, petugas PAUD terlatih.
3. Alat yang diperlukan:
a. Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik.
b. Dua buah kursi , satu untuk anak, satu untuk pemeriksa.
c. Poster “E” untuk digantung dari kartu “E” untuk dipegang anak.
d. Alat penunjuk
4. Cara melakukan tes daya lihat
a. Pilih suatu ruang bersih dan tenang dengan penyinaran yang baik.
b. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.
c. Letakkan sebuat kursi sejau 3 meter dari poster “E” mengahap ke
poster “E”.
d. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster “E” untuk pemeriksa.
e. Pemeriksa memerikan kartu “E” pada anak. Latih anak dalam
mengarahkan kartu E menghadap ke atas, bawah, kiri, kanan, sesuai
ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksa, beri pujian setiap kali anak mau
melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu
“E” dengan benar.
f. Selanjutnya anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/
kertas
g. Denga alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster satu- persatu mulai
garis pertama sampai garis ke empat atau garis “E” terkecil yang masih
dapat dilihat.
h. Uji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu “E” yang
dipegangnya dengan huruf “E” pada poster.
i. Ulangali pemeriksaan tersebut pad amata satunya dengan cara yang
sama.
16
j. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat pada kertas yang telah
disediakan .
Mata kanan:………………………… mata kiri:……………………..
5. Interpretasi
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan sampai baris ke-3
pada poster “E” bila kedua mata anak tidak dapat melihat garis ke-3
poster “E” artinya tidak dapat mencocokan arah kartu “E” yang
dipegangnya dengan arah “E” pada baris ke-3 yang ditunjuk oleh
pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.
6. Intervensi
Bila kemungkinan mengalami gangguan daya lihat, minta anak datang
lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaan berikutnya, anak
tidak dapat melihat sampai baris yang sama atau tidak dapat melihat garis
yang sama dengan kedua matanya, rujuk ke RS dengan menuliskan mata
yang yang mengalami gangguan (kanan, kiri, atau keduanya).
17
V. Deteksi dini masalah mental emosional pada anak prasekolah
1. Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan atau
masalah mental emosional pada anak prasekolah
2. Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan
pada anak umur 36-72 bulan.Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining atau
pemeriksaan perkembangan anak.
3. Alat yang digunakan adalah KMME yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk
mengenali problem mental emosional anak umur 36-72 bulan.
4. Cara melakukan:
Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat,jelas dan nyaring satu persatu
perilaku yang tertulis pada KMME Kepada orang tua atau pengasuh anak.
Catat jawaban “Ya”,Kemudian hitung jumlah jawaban “YA”
5. Interpretasi
Bila ada jawaban “YA”,Maka kemungkinan anak mengalami masalah mental
emosional.
6. Intervensi
Bila jawaban “ya” hanya 1 :
1. Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku Pedoman Pola
Asuh yang memdukung Perkembangan Anak
2. Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke Rumah
Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak.
Bila jawaban “ya” ditemukan 2 atau lebih :
Rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh
kembang anak.Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan
masalah mental emosional yang ditemukan.
18
dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berubah berupa salah satu atau lebih
keadaan di bawah ini :
a) Keterlambatan bicara
b) Gangguan komunikasi atau interaksi sosial
c) Perilaku yang berulang-ulang.
3. Alat yang digunakan adalah CHAT.CHAT ini ada dua jenis pertanyaan,
yaitu :
a) Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orang tua pengasuh anak.
Pertanyaan diajukan secara berurutan, satu persatu.Jelaskan kepada orang
tua untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
b) Ada 5 pertanyaan bagi anak, untuk melaksanakan tugas seperti yang
tertulis CHAT
4. Cara menggunakan CHAT
a) Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu
perilaku yang tertulis pada CHAT kepada orang tua atau pengasuh anak.
b) Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas CHAT.
c) Catat jawaban orang tua atau pengasuh anak dan kesimpulan hasil
pengamatan kemampuan anak, ya atau tidak.Teliti kembali apakah semua
pertanyaan telah dijawab.
5. Interpretasi
a. Resiko tinggi menderita autis : bila jawaban “tidak” pada pertanyaan A5,
A7, B2, B3 dan B4.
b. Resiko rendah menderita autis : bila jawaban “tidak” pada pertanyaan
A7 dan B4.
c. Kemungkinan gangguan perkembangan lain : bila jawaban “tidak”
jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4, A6, A8, A9, B1 dan B5.
d. Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori 1,2,dan
6. Intervensi
Bila anak resiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan
perkembangan, rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan
jiwa/tumbuh kembang anak.
19
VII. Deteksi dini gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) pada
anak prasekolah .
1. Tujuanya adalah untuk mengetahui secara dini pada anak adanya GPPH
pada anak umur 36 bulan ke atas.
2. Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi
atau bila ada keluhan dari orang tua atau pengasuh anak atau ada
kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD,
pengelola TPA dan guru TK.Keluhan tersebut dapat berupa salah satu
atau lebih keadaan di bawahini :
• Anak tidak bisa duduk tenang
• Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
• Perubahan suasana hati yang mendadak atau impulsive
3. Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini GPPH formulir ini
terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua atau
pengasuh anak atau guru TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan
pemeriksa.
4. Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
• Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu
perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada
orang tua atau pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
• Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada
formulir deteksi dini GPPH.
• Keadaan yang ditanyakan atau diamati ada pada anak dimanapun anak
berada, misal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dan lain-lain.Setiap
saat dan ketika anak denngan siapa saja.
• Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan
pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
5. Interpretasi
Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan bobot nilai brikut
ini dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total.
• Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
• Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
20
• Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
• Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nila total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH
6. Intervensi
a. anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke RS yang memiliki
fasilitas kesehatan jiwa/ tumbuh kembang anak.
b. bila nilai total kurang dari 1 tetapi Anda ragu- ragu jadwalkan
pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. ajukan pertanyaan kepada orang-
orang terdekat dengan anak
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertumbuhan seorang anak dapat dinilai dengan cara melakukan
serangkaian pemeriksaan pertumbuhan yang disebut dengan pemeriksaan
antropometrik yang terdiri dari pengukuran berat badan, tinggi badan,
lingkar kepala, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit. Berdasarkan
hasil pemeriksaan tersebut dapat diketahui status nutrisi anak, tingkat
pertumbuhannya, serta deteksi adanya kemungkinan penyakit kongenital
seperti hidrosepalus atau retardasi mental. 2. Pemantauan perkembangan
anak dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan
menggunakan tes DDST. DDST merupakan salah satu metode yang bisa
dilakukan untuk menilai kemampuan anak dalam melakukan tugas
perkembangannya. DDST bukan pemeriksaan diagnostik bukan pula
pemeriksaan IQ.
Tetapi hasil DDST dapat menjadi indikator perkembangan anak sehingga
apabila hasil pemeriksaan banyak item yang gagal dilakukan anak, maka
orang tua harus waspada dan hendaknya dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut. 3. Indikator perkembangan yang diperiksa dalam DDST terdiri dari
4 sektor yaitu personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar.
Kesemuanya dijabarkan menjadi 125 item tugas perkembangan yang harus
dilewati anak sesuai dengan usianya.
B. Saran
Kami harap makalah kami dapat bermanfaat dan berguna bagi yang
membaca juga sebagai tambahan untuk menambah wawasan tentang ”
“(PENILAIAN PERTUMBUHAN DAN GANGGUAN
PERTUMBUHAN DENGAN ANTROPOMETRI DAN PENILAIAN
PERKEMBANGAN MENGGUNAKAN DDST, KPSP & ALAT
LAINNYA)”.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unila.ac.id/21562/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHA
SAN.pdf
http://digilib.unila.ac.id/21562/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHA
SAN.pdf
https://www.slideshare.net/alunand350/deteksi-dini-gangguan-tumbuh-kembang-1
0239869
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawa
tan-Anak-Komprehensif.pdf
http://uppu.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/viewFile/508/557
http://emmaaning.blogspot.co.id/2011/06/deteksi-dini-penyimpangan-tumbuh.htm
l
23