Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses pertumbuhan dan


perkembangannya sejak masa bayi, oleh sebab itu masa tersebut perlu
perhatian lebih termasuk proses perkembangan fisik maupun psikologis.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perkembangan adalah keadaan tubuh
baik kualitatif maupun kuantitatif yang berubah secara teratur, progresif dan
koheren atau dikenal dengan pertumbuhan. Salah satu metode untuk
mengukur pertumbuhan adalah penggunaan ukuran antropometri. Beberapa
hasil penelitian mengungkapkan bahwa anak yang mengalami hambatan
pertumbuhan menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak mampu
berkonsentrasi.

Pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat terjadi pada usia


balita ,yang dikenal sebagai fase ”Golden Age” (periode emas), oleh
karenanya fase ini merupakan masa yang sangat penting dalam hal tumbuh
kembang. Tumbuh kembang pada periode tersebut perlu diperhatikan secara
cermat agar dapat terdeteksi sedini mungkin apabila terjadi kelainan. Deteksi
dini dapat dilakukan melalui upaya penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian
perkembangan motorik.

Parameter yang digunakan dalam penilaian pertumbuhan fisik berupa


ukuran antropometri antara lain tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh.
Penilaian perkembangan anak dapat dilakukan dengan menggunakan
instrumen khusus . Salah satu instrumen skrining yang dipakai secara
internasional untuk menilai perkembangan anak umur 0 s/d < 6 tahun adalah
DDST II (Denver Development Screening Test). Sampai saat ini deteksi dini
pertumbuhan dan perkembangan balita di Indonesia belum dilakukan secara
rutin, sehingga belum nampak pelaporannya yang menunjukkan titik terang
tentang kondisi tumbuh kembang balita. Perhatian utama baru difokuskan

1
pada pertumbuhan fisik yang pemantauannya dilakukan di Posyandu secara
berkala melalui kegiatan penimbangan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penilaian pertumbuhan dan gangguan dengan antropometrik?


2. Bagaimana cara menilai perkembangan menggunakan alat?

C. Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana cara menilai pertumbuhan dan gangguan


pertumbuhan.

D. Manfaat

Agar dapat mengetahui bagaimana cara menilai pertumbuhan dan


perkembangan pada anak.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Penilaian Pertumbuhan dan Gangguan Pertumbuhan dengan


Antropometri

Seorang anak dikatakan tumbuh apabila ia bertambah berat dan tinggi


setiap harinya. Untuk mengetahui sejauh mana keadaan pertumbuhan anak
dan apakah proses pertumbuhan tersebut berjalan normal atau tidak, maka
diperlukan pemeriksaan dengan menggunakan parameter - parameter tertentu
yang telah ditentukan. Parameter yang sering digunakan untuk menilai
pertumbuhan anak adalah dengan melakukan pengukuran antropometrik.
Pengukuran antropometrik dimaksudkan untuk mengetahui ukuran- ukuran
fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu seperti timbangan
dan pita pengukur (meteran). Ukuran antropometrik ini dibedakan menjadi 2
kelompok yaitu:

1. Tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan umur.


Misalnya berat badan (BB) terhadap umur, tinggi badan (TB)
terhadap umur, lingkar kepala (LK) terhadap umur dan lingkar lengan
atas (LLA) terhadap umur. Dengan demikian maka dapat diketahui
apakah hasil pengukuran tersebut tergolong normal untuk anak seusianya
atau tidak. Untuk menentukannya maka diperlukan keterangan yang
akurat mengenai tanggal lahir anak. Kesulitannya adalah di
daerah-daerah tertentu, dimana orang tua kadang-kadang tidak mengingat
dan tidak ada catatan tentang tanggal lahir anak.
2. Tidak tergantung umur yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan
pengukuran lainnya tanpa memperhatikan berapa umur anak yang diukur.
Misalnya berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB), lingkaran lengan
atas (LLA) dan tebal lipatan kulit (TLK). Hasil pengukuran
antropometrik tersebut dibandingkan dengan ukuran baku tertentu
misalnya NCHS dari Harvard atau standar baku nasional (Indonesia)

3
seperti yang terekam pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan melihat
perbandingan hasil penilaian dengan standar baku tersebut maka dapat
diketahui status gizi anak. Nilai perbandingan ini dapat digunakan untuk
menilai pertumbuhan fisik anak karena menunjukkan posisi anak tersebut
pada persentil (%) keberapa untuk suatu ukuran antropometrik
pertumbuhannya. Dengan demikian maka dapat disimpulkan apakah
anak tersebut terletak pada variasi normal, kurang atau lebih. Selain itu
juga dapat diamati trend (pergeseran) pertumbuhan anak dari waktu ke
waktu. Pemeriksaan antropometri yang paling sering digunakan untuk
menentukan keadaan pertumbuhan pada masa Balita adalah (Nursalam,
2005):

1) Berat Badan (BB).

Berat badan (BB) merupakan parameter pertumbuhan yang paling


sederhana, mudah diukur dan diulang. BB merupakan ukuran yang terpenting
yang dipakai pada setiap pemeriksaan penilaian pertumbuhan fisik anak pada
semua kelompok umur karena BB merupakan indikator yang tepat untuk
mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak saat pemeriksaan. BB
sangat sensitif terhadap perubahan sedikit saja seperti sakit dan pola makan.
Selain itu dari sisi pelaksanaan, pengukuran BB relatif objektif dan dapat
diulangi dengan timbangan apa saja, murah dan mudah, serta tidak
memerlukan waktu lama. Pada usia beberapa hari, bayi akan mengalami
penurunan BB sekitar 10% dari berat badan lahir. Hal ini disebabkan karena
keluarnya mekonium dan urine yang belum diimbangi dengan asupan
makanan yang adekuat seperti produksi ASI yang belum lancar. Umumnya
BB akan kembali mencapai berat lahir pada hari ke sepuluh.

Pada bayi sehat, kenaikan BB normal pada triwulan I adalah sekitar


700-1000 gram/bulan, triwulan II sekitar 500-600 gram/bulan, triwulan III
sekitar 350-450 gram/bulan dan pada triwulan IV naik sekitar 250-350
gram/bulan. Selain dengan perkiraan di atas, BB dapat diukur dengan
menggunakan rumus dari Behrman (1992), yaitu:

4
a) Berat badan lahir rata-rata: 3,25 kg.

b) Berat badan usia 3-12 bulan, digunakan rumus:

BB = Umur (bulan) + 9

c) Berat badan usia 1-6 tahun, digunakan rumus:

BB = (Umur (tahun) x 2) + 8

Untuk memudahkan perhitungan umur anak dalam bulan, maka apabila >
15 hari dibulatkan ke atas, sedangkan apabila ≤ 15 dihilangkan. Contoh: usia
bayi saat pemeriksaan 5 bulan 20 hari, maka untuk perhitungan bayi tersebut
dianggap berusia 6 bulan. Sedangkan untuk anak usia di atas satu tahun, bila
kelebihannya > 6 bulan dibulatkan menjadi 1 tahun dan apabila ≤ 6
bulandihilangkan. Contoh: usia anak saat pemeriksaan adalah 3 tahun 6 bulan,
maka untuk perhitungan anak tersebut dianggap berusia 3 tahun.

Pengukuran berat badan merupakan pengukuran yang terpenting dalam


memeriksa bayi / balita. Pengukuran berat badan dapat berfungsi untuk :

a. Menilai keadaan gizi, tumbuh-kembang, dan kesehatan anak.

b. Memantau kesehatan, misalnya penyakit dan pengobatan.

c. Dasar penghitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan


(Maryunani, 2010:56)

2) Tinggi Badan (TB)

Tinggi badan (TB) merupakan ukuran antropometrik ke dua yang


terpenting. TB merupakan indikator yang menggambarkan proses
pertumbuhan yang berlangsung dalam kurun waktu relatif lama (kronis), dan
berguna untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan fisik di masa lampau.

Pengukuran ini digunakan untuk menilai status perbaikan gizi.


Pengukuran ini dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai
gangguan pertumbuhan dan perkembagan anak. (Hidayat, 2008:26)

5
Pengukuran TB pada anak umur kurang dari 2 tahun dilakukan dengan
posisi tidur dan pada anak umur lebih dari 2 tahun dilakukan dengan posisi
berdiri. Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut panjang
badan. Pada bayi baru lahir, panjang badannya rata-rata mencapai 50 cm.
pada tahun pertama pertambahannya adalah 1,25 cm/bulan (1,5 x panjang
badan lahir). Penambahan ini akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9
tahun, yaitu sekitar 5 cm/tahun. Peningkatan tinggi badan yang pesat terjadi
pada usia pubertas yaitu sekitar 5-25 cm/tahun pada wanita sedangkan pada
laki-laki peningkatannya sekitar 10-30 cm/tahun. Pertambahan tinggi badan
akan berhenti pada usia 18-20 tahun.

Perkiraan tinggi badan berdasarkan rumus Behrman(1992) adalah sebagai


berikut:

a) Perkiraan panjang lahir: 50 cm.

b) Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 x panjang badan lahir.

Perkiraan tinggi badan usia 2-12 tahun = (umur x 6) + 77.Seperti pada


BB, pengukuran TB juga memerlukan informasi seperti umur yang tepat,
jenis kelamin dan standar baku yang diacu. TB kemudian dipetakan pada
kurve TB atau dihitung terhadap standar baku dan dinyatakan dalam persen.
TB/U dibandingkan dengan standar baku (%):

a) 90-110% = baik/normal

b) 70-89% = tinggi kurang

<70% = tinggi sangat kurang

3) Lingkar Kepala (LK).

Lingkar kepala (LK) menggambarkan pertumbuhan otak dari


estimasi volume dalam kepala. Lingkar kepala dipengaruhi oleh status
gizi anak sampai usia 36 bulan. Pengukuran rutin dilakukan untuk
menjaring kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan otak walaupun untuk itu diperlukan pengukuran LK secara
berkala.

6
Apabila pertumbuhan otak mengalami gangguan yang dideteksi dari
hasil pengukuran LK yang kecil (dinamakan mikrosefali) maka hal ini
bisa mengarahkan si anak pada kelainan retardasi mental. Sebaliknya
kalau ada gangguan pada sirkulasi cairan otak (liquor cerebrospinal)
maka volume kepala akan membesar (makrosefali), kelainan ini dikenal
dengan nama hidrosefalus. Pengukuran LK paling bermanfaat pada 6
bulan pertama sampai 2 tahun karena pada periode ini pertumbuhan otak
berlangsung dengan pesat. Namun LK yang abnormal baik kecil maupun
besar bisa juga disebabkan oleh faktor genetik (keturunan) dan bawaan
bayi. Pada 6 bulan pertama kehidupan, LK berkisar antara 34-44 cm
sedangkan pada umur 1 tahun sekitar 47 cm, 2 tahun 49 cm dan dewasa
54 cm.

Pengukuran LK lebih jarang dilakukan dibandingkan dengan ukuran


antropometrik lainnya, kecuali apabila ada kecurigaan akan pertumbuhan
yang tidak normal.

Gambar 2.5 Cara Mengukur Lingkar kepala bayi

4) Lingkar Lengan Atas (LLA).

Lingkar lengan atas (LLA) menggambarkan tumbuh kembang


jaringan lemak di bawah kulit dan otot yang tidak banyak terpengaruh
oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan (BB). LLA
lebih sesuai untuk dipakai menilai keadaan gizi/tumbuh kembang pada
anak kelompok umur prasekolah (1-5 tahun). Pengukuran LLA ini mudah,
murah, alat bisa dibuat sendiri dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Alat
yang digunakan biasanya adalah pita ukur elastis. Namun, penggunaan

7
LLA ini lebih tepat untuk mengidentifikasi anak dengan gangguan gizi/
pertumbuhan fisik yang berat.

Pertambahan LLA ini relatif lambat. Saat lahir, LLA sekitar 11 cm


dan pada tahun pertama bertambah menjadi 16 cm. selanjutnya ukuran
tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun. Interpretasi hasil
pengukuran LLA:

a. LLA (cm):

 < 12.5 cm = gizi buruk (merah).

 12.5 –13.5 cm = gizi kurang (kuning).

 >13.5 cm = gizi baik (hijau).

b. Bila umur tidak diketahui, status gizi dinilai dengan indeks LLA/TB:

 <75% = gizi buruk,

 75-80% = gizi kurang,

 80-85% = borderline, dan

 >85% = gizi baik (normal).

5) Tebal Lipatan Kulit (TLK).

Tebal lipatan kulit (TLK) merupakan pencerminan tumbuh kembang


jaringan lemak di bawah kulit yang lebih spesifik. Hampir 50% lemak
tubuh berada di jaringan subkutis sehingga dengan mengukur lapisan
lemak (TLK) dapat diperkirakan jumlah lemak total dalam tubuh.
Hasilnya dibandingkan dengan standar dan dapat menunjukkan status
gizi dan komposisi tubuh serta cadangan energi.

Pada keadaan asupan gizi yang kurang (malnutrisi misalnya), tebal


lipatan kulit menipis dan sebaliknya menebal pada anak dengan asupan
gizi yang berlebihan (overweight sampai obese). Sehingga parameter ini
juga dapat bermakna penting bagi pengaturan pola diet anak khususnya
yang mengalami kegemukan (overweight sampai obese). Selain itu,

8
pemeriksaan TLK bila dikaitkan dengan nilai LLA misalnya pada otot
triseps dapat dipakai untuk menghitung massa otot.

Regio tubuh umum tempat dilakukannya pengukuran TLK dengan


menggunakan skinfold calliper adalah regio trisep, bisep, subskapula,
suprailiaka, dan betis.

B. Penilaian Perkembangan Menggunakan DDST, KPSP dan Alat Lainnya

Jika pertumbuhan ditujukan untuk kematangan fisik, maka


perkembangan lebih ditujukan untuk membuat fisik mempunyai makna dalam
hidup.

Melakukan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang artinya


melakukan screening atau mendeteksi secara dini adanya penyimpangan
tumbuhkembang anak termasuk menindak lanjuti setiap keluhan orang tua
terhadap masalah tumbuh kembang anaknya (Depkes RI, 2006).

Ada beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menilai perkembangan,


diantaranya ialah:

I. DDST (Denver Development Screening Test)

Menurut Soetjiningsih (2012), DDST adalah salah satu dari metode skrining
terhadap kelainan perkembangan anak. Salah satu dari metode skrining
terhadap kelainan perkembangan anak. Test ini bukan test diagnostic atau test
IQ. Dari beberapa penelitian yang dilakukan ternyata DDST secara efektif
dapat mengidentifikasi antara 85-100% bayi dan anak-anak pra sekolah yang
mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada follow up selanjutnya
ternyata 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di
sekolah 5-6 tahun.

 Kegunaan DDST.
Walaupun DDST tidak dapat dijadikan patokan sebagai tes diagnostik
untuk menilai adanya kelainan perkembangan, tetapi DDST berguna
untuk:

9
 Menilai perkembangan anak sesuai dengan umurnya.
 Memantau anak yang tampak sehat dari umur 0 tahun sampai dengan
6 tahun.
 Menjaring anak tanpa gejala terhadap kemungkinan adanya kelainan
perkembangan.
 Memastikan apakah anak dengan persangkaan ada kelainan, apakah
benar-benar ada kelainan perkembangan.
 Monitor anak dengan resiko perkembangan misalnya anak dengan
masalah perinatal
 Aspek yang dinilai
Ada 125 tugas perkembangan yang dinilai, yang dikelompokkan menjadi
4 sektor, yaitu :
1) Sektor personal social.
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.
2) Sektor gerakan motorik halus.
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan kegiatan yang melibatkan
gerakan-gerakan tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot kecil tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat. Contohnya koordinasi mata,
tangan, memainkan, menggunakan benda-benda kecil.
3. Sektor bahasa.
Yaitu kemampuan untuk memberikan reflek terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan.
4. Sektor gerakan motorik kasar.
Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh
dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan otot-otot besar.
Contohnya duduk, melompat, berjalan, dll.
 Teknik pemeriksaan:
 Tentukan umur anak dengan menggunakan patokan 30 hari untuk 1
bulan dan 12 bulan untuk 1 tahun.
 Bila hasil perhitungan umur kurang dari 15 hari maka dibulatkan ke

10
bawah, bila sama dengan atau lebih dari 15 hari di bulatkan ke atas.

Contoh: Nina lahir pada tanggal 1 januari 2011 dari kehamilan cukup bulan dan
tes dilakukan pada tanggal 9 November 2015, maka perhitungannya adalah
sebagai berikut:

2015 –11 – 9 (saat tes dilakukan)

2011 – 01 – 1 (tanggal lahir Nina)

4 – 10 – 8

Jadi umur Nina 4 tahun 10 bulan 8 hari. Karena 8 hari lebih kecil dari 15 hari,
maka dibulatkan ke bawah sehingga umur Nina adalah 4 tahun 10 bulan.
Lakukan perhitungan penyesuaian usia bila tanggal lahir anak lebih cepat
minimal 15 hari dari taksiran persalinan atau hari perkiraan persalinan (HPL).

Contoh:

Ali lahir tanggal 21 September 2010. Saat dilakukan tes DDST tanggal 19 Juli
2013 menurut ibunya berdasarkan keterangan petugas kesehatan saat
pemeriksaan kehamilan, Ali seharusnya lahir tanggal 2 September 2010.

Maka usia penyesuaian Ali untuk pemeriksaan DDST adalah:

Tanggal pemeriksaan 2013 –07 – 19

(tanggal lahir Ali) 2010 –09 – 21

02 –09 – 18

Lama premature: 17

Usia penyesuaian: 02 –09 –01

Jadi yang di buat garis umur adalah 2 tahun 9 bulan, bukan 2 tahun 10 bulan.

 Setelah diketahui umur anak, selanjutnya dengan menggunakan penggaris


tarik garis secara vertikal dari atas ke bawah berdasarkan umur kronologis
yang tertera di bagian atas formulir sehingga memotong kotak tugas
perkembangan pada formulir DDST.

11
 Lakukan penilaian pada tiap sektor, apakah LULUS (PASSED = P = beri
tanda √), GAGAL (FAIL = F = tanda 0), MENOLAK

 (REFUSAL= R = tanda M) atau anak tidak mendapat kesempatan melakukan


tugas (NO OPPORTUNITY = NO).

 Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa item yang mendapat
P dan F, selanjutnya hasil tes diklasifikasikan dalam: NORMAL,
ABNORMAL, MERAGUKAN (QUESTION-ABLE) DAN TIDAK DAPAT
DITES (UNTESTABLE).

 Hasil Penilaian (Interpretasi Hasil DDST):


 ABNORMAL
- Bila didapatkan 2 atau > delay, pada 2 sektor atau lebih.
- Bila dalam 1 sektor atau > didapatkan 2 atau > delay+ 1 sektor
atau > dengan 1 delay dan pada sektor yang sama tidak ada yang
lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
 MERAGUKAN/SUSPECT

- Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan/lebih.

- Bila pada satu sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan


pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang
berpotongan dengan garis vertikal usia.

- Bila didapatkan minimal 2 cautionatau minimal 1 delay (pada


satu sektor).

- Lakukan uji ulang dalam satu sampai 2 minggu untuk


menghilangkan.

- faktor sesaat (rasa takut, keadaan sakit, kelelahan).

 TIDAK DAPAT DITES (UNTESTABLE)

- Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi


abnormal atau meragukan.

- Bila ada skor menolak 1 atau lebih item sebelah kiri garis umur.

12
- Menolak > 1 item area 75%-90% (warna hijau)

 NORMAL

- Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas

- Bila tidak ada keterlambatan/delay

- Maksimal 1 caution

II. KPSP

KPSP (Kuesioner Praskrining Perkembangan) adalah instrumen yang


digunakan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan. Tujuan skrining ini untuk mengetahui apakah perkembangan
anak normal atau tidak. Jadwal skrining KPSP rutin dilakukan pada saat umur
anak mencapai 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72
bulan. Bila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah
tumbuh kembang pada usia anak diluar jadwal skrining, maka gunakan KPSP
untuk usia skrining terdekat yang lebih muda (Damayanti, 2006).

Cara menggunakan KPSP menurut Departemen Kesehatan RI Tahun 2012 :

1. Pada waktu skrining anak harus dibawa.

2. Tentukan umur anak dengan menjadikannya dalam bulan. Bila umur


anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.

Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur
bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan. Setelah menentukan
umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.

3. KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan yaitu:

a. Pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau pengasuh anak. Contoh:


“dapatkah bayi makan kue sendiri?”

b. Perintah kepada ibu atau pengasuh anak atau petugas untuk


melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP.

13
Contoh: “pada posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi pada
pergelangan tangannya secara perlahan–lahan ke posisi duduk”

4. Baca dulu dengan baik pertanyaan – pertanyaanyang ada. Bila tidak jelas
atau ragu tanyakan lebih lanjut agar mengerti sebelum melaksanakan.

5. Pertanyaan dijawab berurutan satu persatu.

6. Setiap pertanyaan hanya mempunyai satu jawaban YA atau TIDAK.

7. Teliti kembali semua pertanyaan dan jawaban.

Interpretasi Hasil KPSP:

1. Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang – kadang).

2. Hitung jawaban Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah).

3. Bila jawaban YA = 9−10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan


perkembangan (S)

4. Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).

5. Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).

6. Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja.

III. TDD Tes daya dengar

1) Tujuan:
untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat
segera ditindak lanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar
dan bicara anak.
2) Jadwal:
setiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan
pada anak usia 12 bulan ke atas. Tes ini dilakukan oleh tenaga
kesehatan, guru TK, tenaga PAUD, dan petugas terlatih lainnya.
3) Alat yang diperlukan
 Instrument TDD menurut umur anak
 Gambar binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia

14
 Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, dan bola)
4) Cara melakukan TDD: tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir,
hitung umur anak dalam bulan, pilih daftar pertanyaan TDD yang
sesuai dengan umur anak.
Pada anak umur kurang dari 24 bulan:
a. Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/ pengasuh anak.
Tidak usah ragu- ragu atau takut menjawab karena tidak untuk
mencari siapa yang salah.
b. Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu
persatu dan berurutan.
c. Tunggu jawaban dari orang tua atau pengasuh anak.
d. Jawaban “ya” jika menurut orang tua/ pengasuh, anak dapat
melakukannya dalam 1 bulan terakhir.

Pada anak umur 24 bulan atau lebih:

a. Pertanyaan- pertanyaan berupa perintah melalui orang tua/


pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.
b. Amati kemampuan aank dalam melakukan perintah orang tuan
atau pengasuh.
c. Jawaban “ya” jika anak dapat melakukan perintah orang tua/
pengasuh.
d. Jawaban ‘tidak” jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan
perintah orang tua/ pengasuh.
5) Interpretasi
a. Bila ada satu atau lebih jawaban “tidak”, kemungkinan anak
mengalami gangguan pendengaran.
b. Catat dalam buku KIA atau kartu kohort bayi/ balita/ status/
catatan medic anak jenis kelainan
6) Intervensi:
1. Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada
2. Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi

15
IV. TDL Tes daya lihat
1. Tujuan:
untuk mendeteksi secara dini kelainan dapat dilihat agar segera dapat
dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh
ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.
2. Jadwal: dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36- 72
bulan. Tes ini oleh tenaga kesehatan, guru TK, petugas PAUD terlatih.
3. Alat yang diperlukan:
a. Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik.
b. Dua buah kursi , satu untuk anak, satu untuk pemeriksa.
c. Poster “E” untuk digantung dari kartu “E” untuk dipegang anak.
d. Alat penunjuk
4. Cara melakukan tes daya lihat
a. Pilih suatu ruang bersih dan tenang dengan penyinaran yang baik.
b. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.
c. Letakkan sebuat kursi sejau 3 meter dari poster “E” mengahap ke
poster “E”.
d. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster “E” untuk pemeriksa.
e. Pemeriksa memerikan kartu “E” pada anak. Latih anak dalam
mengarahkan kartu E menghadap ke atas, bawah, kiri, kanan, sesuai
ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksa, beri pujian setiap kali anak mau
melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu
“E” dengan benar.
f. Selanjutnya anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/
kertas
g. Denga alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster satu- persatu mulai
garis pertama sampai garis ke empat atau garis “E” terkecil yang masih
dapat dilihat.
h. Uji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu “E” yang
dipegangnya dengan huruf “E” pada poster.
i. Ulangali pemeriksaan tersebut pad amata satunya dengan cara yang
sama.

16
j. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat pada kertas yang telah
disediakan .
Mata kanan:………………………… mata kiri:……………………..
5. Interpretasi
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan sampai baris ke-3
pada poster “E” bila kedua mata anak tidak dapat melihat garis ke-3
poster “E” artinya tidak dapat mencocokan arah kartu “E” yang
dipegangnya dengan arah “E” pada baris ke-3 yang ditunjuk oleh
pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.
6. Intervensi
Bila kemungkinan mengalami gangguan daya lihat, minta anak datang
lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaan berikutnya, anak
tidak dapat melihat sampai baris yang sama atau tidak dapat melihat garis
yang sama dengan kedua matanya, rujuk ke RS dengan menuliskan mata
yang yang mengalami gangguan (kanan, kiri, atau keduanya).

Deteksi dini penyimpangan mental emosional


Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan atau pemeriksaan
untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional,autisme dan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak,agar dapat segera
dilakukan tindakan intervensi.
Alat yang digunakan untuk mendeteksi yaitu:

a) Kuesioner masalah mental emosional (KMME) Bagi anak umur 36 bulan-72


Bulan.
b) Ceklis autis anak pra sekolah (Checklist for Autism in Toddlers CHAT) bagi
anak umur 18-36 bulan
c) Folmulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatiaan dan Hiperaktivitas
(GPPH) M enggunakan Abreviated Conner Ratting Scale Bagi ank umur 36
bulan keatas.

17
V. Deteksi dini masalah mental emosional pada anak prasekolah
1. Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan atau
masalah mental emosional pada anak prasekolah
2. Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan
pada anak umur 36-72 bulan.Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining atau
pemeriksaan perkembangan anak.
3. Alat yang digunakan adalah KMME yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk
mengenali problem mental emosional anak umur 36-72 bulan.
4. Cara melakukan:
 Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat,jelas dan nyaring satu persatu
perilaku yang tertulis pada KMME Kepada orang tua atau pengasuh anak.
 Catat jawaban “Ya”,Kemudian hitung jumlah jawaban “YA”
5. Interpretasi
Bila ada jawaban “YA”,Maka kemungkinan anak mengalami masalah mental
emosional.
6. Intervensi
 Bila jawaban “ya” hanya 1 :
1. Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku Pedoman Pola
Asuh yang memdukung Perkembangan Anak
2. Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke Rumah
Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak.
 Bila jawaban “ya” ditemukan 2 atau lebih :
Rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh
kembang anak.Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan
masalah mental emosional yang ditemukan.

VI. Deteksi Dini Autism pada anak pra sekolah


1. Tujuanya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autism pada anak
umur 18-36 bulan.
2. Jadwal deteksi dini autism pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi
atau bila ada keluhan dari ibu atau pengasuh anak atau ada kecurigaan
tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD, pengolah TPA

18
dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berubah berupa salah satu atau lebih
keadaan di bawah ini :
a) Keterlambatan bicara
b) Gangguan komunikasi atau interaksi sosial
c) Perilaku yang berulang-ulang.
3. Alat yang digunakan adalah CHAT.CHAT ini ada dua jenis pertanyaan,
yaitu :
a) Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orang tua pengasuh anak.
Pertanyaan diajukan secara berurutan, satu persatu.Jelaskan kepada orang
tua untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
b) Ada 5 pertanyaan bagi anak, untuk melaksanakan tugas seperti yang
tertulis CHAT
4. Cara menggunakan CHAT
a) Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu
perilaku yang tertulis pada CHAT kepada orang tua atau pengasuh anak.
b) Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas CHAT.
c) Catat jawaban orang tua atau pengasuh anak dan kesimpulan hasil
pengamatan kemampuan anak, ya atau tidak.Teliti kembali apakah semua
pertanyaan telah dijawab.
5. Interpretasi
a. Resiko tinggi menderita autis : bila jawaban “tidak” pada pertanyaan A5,
A7, B2, B3 dan B4.
b. Resiko rendah menderita autis : bila jawaban “tidak” pada pertanyaan
A7 dan B4.
c. Kemungkinan gangguan perkembangan lain : bila jawaban “tidak”
jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4, A6, A8, A9, B1 dan B5.
d. Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori 1,2,dan
6. Intervensi
Bila anak resiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan
perkembangan, rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan
jiwa/tumbuh kembang anak.

19
VII. Deteksi dini gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) pada
anak prasekolah .
1. Tujuanya adalah untuk mengetahui secara dini pada anak adanya GPPH
pada anak umur 36 bulan ke atas.
2. Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi
atau bila ada keluhan dari orang tua atau pengasuh anak atau ada
kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD,
pengelola TPA dan guru TK.Keluhan tersebut dapat berupa salah satu
atau lebih keadaan di bawahini :
• Anak tidak bisa duduk tenang
• Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
• Perubahan suasana hati yang mendadak atau impulsive
3. Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini GPPH formulir ini
terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua atau
pengasuh anak atau guru TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan
pemeriksa.
4. Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
• Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu
perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada
orang tua atau pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
• Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada
formulir deteksi dini GPPH.
• Keadaan yang ditanyakan atau diamati ada pada anak dimanapun anak
berada, misal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dan lain-lain.Setiap
saat dan ketika anak denngan siapa saja.
• Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan
pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
5. Interpretasi
Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan bobot nilai brikut
ini dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total.
• Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
• Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak

20
• Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
• Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nila total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH
6. Intervensi
a. anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke RS yang memiliki
fasilitas kesehatan jiwa/ tumbuh kembang anak.
b. bila nilai total kurang dari 1 tetapi Anda ragu- ragu jadwalkan
pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. ajukan pertanyaan kepada orang-
orang terdekat dengan anak

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertumbuhan seorang anak dapat dinilai dengan cara melakukan
serangkaian pemeriksaan pertumbuhan yang disebut dengan pemeriksaan
antropometrik yang terdiri dari pengukuran berat badan, tinggi badan,
lingkar kepala, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit. Berdasarkan
hasil pemeriksaan tersebut dapat diketahui status nutrisi anak, tingkat
pertumbuhannya, serta deteksi adanya kemungkinan penyakit kongenital
seperti hidrosepalus atau retardasi mental. 2. Pemantauan perkembangan
anak dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan
menggunakan tes DDST. DDST merupakan salah satu metode yang bisa
dilakukan untuk menilai kemampuan anak dalam melakukan tugas
perkembangannya. DDST bukan pemeriksaan diagnostik bukan pula
pemeriksaan IQ.
Tetapi hasil DDST dapat menjadi indikator perkembangan anak sehingga
apabila hasil pemeriksaan banyak item yang gagal dilakukan anak, maka
orang tua harus waspada dan hendaknya dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut. 3. Indikator perkembangan yang diperiksa dalam DDST terdiri dari
4 sektor yaitu personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar.
Kesemuanya dijabarkan menjadi 125 item tugas perkembangan yang harus
dilewati anak sesuai dengan usianya.
B. Saran
Kami harap makalah kami dapat bermanfaat dan berguna bagi yang
membaca juga sebagai tambahan untuk menambah wawasan tentang ”
“(PENILAIAN PERTUMBUHAN DAN GANGGUAN
PERTUMBUHAN DENGAN ANTROPOMETRI DAN PENILAIAN
PERKEMBANGAN MENGGUNAKAN DDST, KPSP & ALAT
LAINNYA)”.

22
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unila.ac.id/21562/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHA
SAN.pdf

http://digilib.unila.ac.id/21562/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHA
SAN.pdf

https://www.slideshare.net/alunand350/deteksi-dini-gangguan-tumbuh-kembang-1
0239869

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawa
tan-Anak-Komprehensif.pdf

http://uppu.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/viewFile/508/557

Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Perkembangan. Rineka Cipta; Jakarta.


http://rukayahgizi11.blogspot.co.id/2012/12/penilaian-status-gizi-antropometri-im
t.html

http://emmaaning.blogspot.co.id/2011/06/deteksi-dini-penyimpangan-tumbuh.htm
l

23

Anda mungkin juga menyukai