Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Artritis Reumatoid atau Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun

sistematik. Reumatoid Artritis merupakan salah satu kelainan multisistem yang

etiologinya belum diketahui secara pasti dan dikarateristikkan dengan dekstruksi

sinovitis. Penyakit ini merupakan peradangan sistemik yang paling umum ditandai

dengan keterlibatan sendi yang simetris. Penyakit Reumatoid Artritis ini merupakan

kelainan autoimun yang menyebabkan inflamasi sendi yang berlangsung kronik dan

mengenai lebih dari lima sendi (poliartritis) (Pradana, 2012).

Rheumatoid arthritis merupakan penyakit yang sering terjadi di seluruh dunia

dengan distribusi yang luas prevalensi rheumatoid arthritis sekitar 1%. Angka tersebut

setara dengan 1,5 juta orang di Inggris (Kneale, 2011). Di Indonesia prevalensi rematik

pada tahun 2004 mencapai sekitar 2 juta jiwa, dengan angka perbandingan pasien wanita

tiga kali lipatnya dari laki-laki. Jumlah penderita rematik di Indonesia pada tahun 2011

diperkirakan prevalensinya mencapai 29,35%, pada tahun 2012 prevalensinya

prevalensinya sebanyak 39,47%, dan tahun 2013 prevalensinya sebanyak 45,59%

(Bawarodi, 2017). Menurut hasil badan penelitian dan pengembangan kesehatan

kementrian kesehatan RI 2013 menunjukkan kecenderungan prevalensi penyakit sendi/

rematik berdasarkan wawancara pada tahun 2013 (24,7%) lebih rendah dibandingkan

tahun 2007 (30,3%).


Reumatoid artritis di pengaruhi oleh beberapa factor resiko antara lain: jenis

kelamin, riwayat keluarga, umur, paparan salisilat dan merokok. Resiko juga mungkin

terjadi akibat konsumsi kopi lebih dari tiga cangkir sehari, khususnya kopi decaffeinated.

Obesitas juga merupakan faktor resiko (Symmons, 2006).

Reumatoid artritis dapat ditemukan pada semua sendi dan sarung tendo, tetapi

paling sering di tangan. Reumatoid Artritis juga dapat menyerang sendi siku, kaki,

pergelangan kaki dan lutut. Sinovial sendi, sarung tendo, dan bursa menebal akibat

radang yang diikuti oleh erosi tulang dan destruksi tulang disekitar sendi (Syamsuhidajat,

2010). Reumatoid artritis harus ditangani dengan baik dan pasien harus diberikan

penjelasan bahwa rheumatoid artritis tidak dapat disembuhkan.

Rheumatoid artritis dapat mengakibatkan komplikasi seperti cervical myelopathy,

carpal tunnel syndrome, sindrom sjogren, limfoma, dan penyakit jantung. Selain dapat

mengakibatkan gangguan fisik, rheumatoid arthritis juga dapat mengakibatkan adanya

gangguan psikologis. Gangguan psikologis seperti kecemasan dan depresi dapat

mempengaruhi aktivitas pasien artritis rheumatoid (Overman, 2014). Kecemasan

(ansietas) dan gangguan psikologis lainnya juga dapat mempengaruhi aktivitas penyakit

yaitu dengan adanya gangguan pada fungsi sistem imun, endokrin, dan sistem saraf pusat.

Gangguan psikologis lainnya seperti kecemasan akan meningkatkan aktivitas

Hypothalamic-Pituitary-Adrenal Axis, Sympathetic-Adrenal-Medullary Axis, dan kadar

sitokin pro-inflamasi. Sekresi hormon kortisol juga akan meningkat akibat aktivitas aksis

stress dan menyebabkan reseptor glukokortikoid mengalami downregulated sehingga

reseptor tidak sensitif terhadap produk-produk inhibisi terhadap aksis tersebut. Keadaan

ini akan meningkatkan reaksi inflamasi sehingga intensitas nyeri semakin tinggi (Triana,
2015 p.22). Menurut Geenen (2012) bahwa faktor kecemasan dan depresi merupakan

faktor terjadinya gejala somatik, keterbatasan fungsional, sitokin pro-inflamasi,

ketidakberdayaan karena sifat penyakit yang tidak terkendali, tidak dapat diprediksi dan

progresif, serta faktor lain yang terkait dengan penyakit kronis.

Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin melakukan penelitian terkait dengan

identifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri pada lansia dengan rheumatoid

artritis (RA) di posyandu surya.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri pada lansia dengan

rheumatoid artritis (RA)?

1.3 Objektif

1.3.1 Mengidentifikasi pengalaman nyeri sebelumnya yang mempengaruhi nyeri pada lansia

dengan rheumatoid artritis (RA)?

1.3.2 mengidentifikasi makna nyeri yang mempengaruhi nyeri pada lansia dengan

rheumatoid artritis (RA)?

1.3.3 mengidentifikasi ansietas (cemas) yang mempengaruhi nyeri pada lansia dengan

rheumatoid artritis (RA)?


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi bahan tambahan baru

dalam pembelajaran khususnya dalam keperawatan gerontik, selain itu diharapkan

hasil penelitian ini dapat menjadi sebuah acuan dalam membuat dan melakukan

asuhan keperawatan pada pasien lansia dalam praktiknya.

1.4.2 Manfaat Praktisi

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini pada akhirnya nanti diharapkan dapat menjadi wawasan baru

dan berharga karena dapat mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada lansia

dan keluarga serta factor apa saja yang mempengaruhi nyeri pada lansia dengan

rheumatoid artritis (RA).

2. Bagi Lansia

Dari penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai pembelajaran oleh lansia dalam

menghadapi penyakit yang di derita khususnya penyakit rheumatoid artritis (RA).

3. Bagi Keluarga

Dari penelitian ini diharapkan hasilnya bias menjadi pengetahuan baru bagi

keluarga untuk meningkatkan kepedulian, dukungan serta tanggung jawabnya

dalam merawat lansia khususnya lansia dengan penyakit rheumatoid artritis.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan pada nantinya dapat dikembangkan atau

diteruskan kembali oleh peneliti lainya yang terkait dengan lansia utamanya dalam

hal penyakit rheumatoid artritis.

Anda mungkin juga menyukai