Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

Mata memiliki fungsi utama sebagai indra pengelihatan yang juga


berperan dalam meningkatkan estetika fisik individu. Organ ini terdiri dari
beberapa bagian, yang secara fisiologisnya dibagi menjadi rongga orbita, bola
mata, dan adneksa yang terdiri atas kelopak mata dan sistem air mata (sistem
lakrimal). Masing-masing bagian ini saling bersinergi sehingga individu dapat
melihat adanya kerusakan pada salah satu bagian mata dapat menyebabkan
penurunan fungsi mata yang akan mengganggu aktivitas seseorang dalam
kesehariannya.1

Salah satu bagian mata yang penting adalah lensa. Lensa mata merupakan
struktur globular yang transparan, terletak di belakang iris, di depan badan kaca.
Bagian depan ditutupi kapsul anterior dan bagian belakang oleh kapsul posterior.
Lensa memiliki fungsi dalam refraksi yaitu untuk memfokuskan sinar ke bintik
kuning dan juga berfungsi dalam akomodasi mata, untuk melihat objek dekat
maka lensa akan menjadi cembung. Terdapat beberapa keadaan patologis yang
dapat terjadi pada lensa, salah satunya adalah katarak1

Katarak merupakan keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Bila lensa mata kehilangan sifat beningnya atau
kejernihannya maka penglihatan akan menjadi berkabut atau tidak dapat melihat
sama sekali.2 Katarak dapat menyebabkan terjadinya kebutaan, sekitar 50% kasus
kebutaan diseluruh dunia disebabkan oleh katarak2.

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) (2012) katarak


merupakan penyebab kebutaan utama di dunia. Terdapat 39 juta orang yang buta
di seluruh dunia, dengan penyebab utama kebutaan yaitu katarak sebesar 51%.
Selain itu, katarak merupakan penyebab gangguan penglihatan kedua di dunia
dengan angka kejadian sebesar 33%.3

1
Asia tenggara terdapat 28% penderita katarak dari total populasi dan
Indonesia menempati urutan tertinggi di Asia Tenggara. Prevalensi kebutaan di
Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara, yaitu 1,5%. Sebanyak 52%
dari jumlah kasus tersebut (0,78%) disebabkan oleh katarak. Kasus katarak
berkaitan dengan penambahan usia, sehingga kebutaan akibat katarak ditemukan
semakin meningkat dengan bertambahnya usia, yaitu 20/1000 kasus pada
kelompok usia 45-59 tahun dan 50/1000 kasus pada kelompok usia >60 tahun.
Pada tahun 2025 jumlah penduduk yang berusia >55 tahun diperkirakan akan
meningkat menjadi 61 juta, yaitu sekitar seperempat dari keseluruhan penduduk di
Indonesia. Peningkatan angka tersebut diikuti dengan kekhawatiran akan
peningkatan kasus katarak yang apabila tidak ditangani juga akan sangat
berpengaruh terhadap prevalensi kebutaan.1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Embriologi Mata
Perkembangan mata secara garis besar berasal dari lapisan embrional
primitive yaitu ektoderm permukaan, ektoderm neural, krista neural sel
dan mesoderm, sedangkan endoderm tidak ikut dalam pembentukan mata.
Mesenkim merupakan perkembangan dari krista neuralis. Mesenkim inilah
berperan banyak dalam pembentukan mata manusia. Ektoderm permukaan
akan membentuk lensa, kelenjar lakrimal, epitel kornea, konjungtiva, dan
kelenjar adneksa serta epidermis palpebra. Krista neuralis yang berasal
dari ektoderm permukaan tepat di sebelah plika neuralis ectodermal
neural, berfungsi membentuk keratosit, endotel kornea, anyaman
trabekula, stroma iris, koroid, muskulus siliaris, fibroblas sklera, vitreus
dan meningen dari nervus optikus. Krista neuralis juga terlibat dalam
pembentukan tulang dan tulang rawan orbit, jaringan ikat dan saraf orbit,
otot-otot ekstraokular serta lapisan-lapisan sub epidermal palpebra.
Ektodermal neural menghasilkan vesikel optik dan cawan optik yang
membentuk retina dan epitel pigmen retina, serat- serat nervus optikus,
axon dan jaringan glia. Mesoderm berkontribusi membentuk vitreus,
sklera, otot-otot palpebra dan ekstraokular, endotel vaskular orbita,
sphincter iris dan dilatator pupil, serta jaringan lemak4.
B. Anatomi dan Fisiologi Lensa
1. Anatomi Lensa
Lensa adalah jaringan yang berasal dari ectoderm permukaan yang
berbentuk lensa di dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam
bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat termbus cahaya
berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadi akomodasi5.
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak didalam
bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang

3
membentuk serat lensa didalam kapsul lensa. Epitel lensa akan
membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan
memadatnya serat lensa dibagian sentral lensa sehingga membentuk
nucleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling
dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di
dalam lensa dapat dibedakan nucleus embrional, fetal, dan dewasa.
Dibagian luar nucleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan
disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak disebelah depan
nucleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedang dibelakangnya
korteks posterior, nucleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras
disbanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul
lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh
ekuatornya pada badan siliar.5

Gambar 2.1 Struktur lensa4


2. Fisiologi mata
Secara fisiologik, lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu5:
1. Kenyal atau lentur karena memegang peranan penting dalam
akomodasi untuk menjadi cembung.
2. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media
penglihatan.
3. Terletak ditempatnya.

4
Fisiologi lensa sangat berkaitan dengan ultrastrukturnya.
Kapsul lensa merupakan barier pertama proses diftisi ke dalam
maupun ke luar lensa. Sel epitel lensa berdekatan dengan kapsul
lensa dan seperti sel epitel yang lain membran sel bagian lateral
tidak saling berlekatan namun saling berhubungan melalui gap
junction sehingga memungkinkan pertukaran dan transport ion serta
metabolit dengan berat molekul rendah antar sel molekul yang
berdekatan. Jalur utama pertukaran metabolit antara sel epitel lensa
dan sel serat lensa juga melalui gap junction dan melalui proses
endositotik. Lensa mengatur osmolaritasnya dengan jalan memompa
secara aktif ion sodium. Chloride dan air akan dialirkan masuk
secara pasif. Lensa secara aktif mernompa keluar ion natrium dan
kalsium. Potasium secara aktif dipompa oleh epitel masuk kedalam
lensa. Setelah melewati epitel lensa potasium akan tersebar sampai
ke kapsul posterior dan akan meninggalkan kapsul posterior melalui
difusi sederhana. Model inilah yang mempertahankan konsentrasi
gradien di dalam lensa mata.6

Lensa mata juga memegang peranan dalam proses


akomodasi. Fungsi akomodasi lensa mata tergantung pada elastisitas
lensa. Pada proses memfokuskan bayangan .ke retina, lensa mata
akan menebal atau memipih sesuai jarak bayangan. Proses ini
ditunjang oleh aktifitas Zonule of Zinn yang melekat pada pars
plana corpus ciliaris. Pada saat melihat benda yang jauh corpus
ciliaris dalam kondisi relaxasi dan lensa mata akan lebih pipih.
Sedangkan saat melihat benda dekat, corpus ciliaris akan
berkontraksi dan lensa mata menjadi lebih tebal. Kapsul lensa
sangat berperan dalam menentukan elastisitas lensa. Elastisitas lensa
akan menurun pada usia sekitar 40 tahun. Kondisi ini disebut
presbiopia. Dengan bertambahnya usia elastisitas lensa akan
semakin menurun6

5
C. Definisi
Definisi lensa adalah suatu struktur transparan (jernih).
Kejernihannya dapat terganggu oleh karena proses degenerasi yang
menyebabkan kekeruhan serabut lensa, terjadinya kekeruhan pada lensa
disebut katarak7. Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya
jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita
tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya
sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada
retina.7
Kata katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract,
dan latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut
bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang
keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi ( penambahan cairan ) lensa, denaturasi protein lensa
terjadi akibat kedua-duanya.5
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif
ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat
juga akibat kelainan kongenital, ataupun penyulit penyakit mata lokal
menahun. Bermacam macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak
seperti, glaukoma, ablasi, uveitis, retinitis pigmentosa bahan toksik khusus
(kimia dan fisik ). Katarak dapat berhubungan proses penyakit intraokular
lainnya.5
D. Etiologi
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi
dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata local
menahun. Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan
mata atau sistemik atau kelainan kongenital mata.
Terdapat beberapa factor yang dapat merupakan penyebab
terbentuknya katarak lebih cepat, seperti5 :

6
 Diabetes
 Proses terjadinya katarak pada penderita diabetes mellitus
merupakan akibat peningkatan enzim aldose reductase yang yang
mereduksi gula menjadi sorbitol, hal ini menyebabkan terjadinya
perubahan osmotik sehingga serat lensa lama kelamaan akan
menjadi keruh dan mengakibatkan katarak. Pengaruh klinis yang
lama akan mengakibatkan terjadinya katarak lebih dari pada pasien
diabetes dibandingkan dengan pasien non diabetes8
 Radang mata
 Trauma mata
 Riwayat keluarga dengan katarak
 Pemakaian steroid lama (oral) atau tertentu lainnya
 Merokok
Rokok berperan dalam pembentukan katarak melalui dua cara
yaitu, pertama paparan asap rokok yang berasal dari tembakau
dapat merusak membrane sel dan serat yang ada pada mata. Ke dua
yaitu, merokok dapat menyebabkan antioksidan dan enzim-enzim
di dalam tubuh mengalami gangguan sehingga dapat merusak
mata. Merokok menyebabkan penumpukan molekul berpigmen 3-
hydroxikhynurinine dan chomophores yang menyebabkan
terjadinya penguningan warna lensa. Sianat dalam rokok juga
menyebabkan terjadinya karbamilasi dan denaturasi protein.8
 Pembedahan mata lainnya
 Terpajan banyak sinar ultra violet (matahari)
Sinar ultraviolet dari matahari diserap oleh protein lensa terutama
asam amino aromatic, yaitu tirptofan fenil-alamin dan tirosin
sehingga menimbulkan reaksi dan menghasilkan fragmen molekul
yang disebut radikal bebas atau spesies oksigen yang bersifat
sangat reaktif. Selanjutnya radikal bebas ini akan menimbulkan
reaksi patologis dalam jaringan lensa dan senyawa toksis lainnya,

7
sehingga terjadi reaksi oksidatif pada gugus sulfhidril protein.
Reaksi oksidatif akan mengganggu struktur protein lensa sehingga
cross link antar dan intra ptrotein dan menambah jumlah high
molekul weight protein sehingga terjadi agregasi protein, yang
selanjutnya menyebabkan kekeruhan lensa yang disebut katarak.
Sehingga sinar ultraviolet dari matahari dapat mempercepat
kekeruhan pada lensa mata, seseorang dengan aktivitas sehari-hari
sering terpapar sinar ultraviolet meningkatkan faktor risiko katarak.
Efek dari terpapar sinar matahari secara terus menerus dalam
waktu yang lama akan menyebabkan keruhnya lensa mata, hal ini
dapat menyebabkan katarak8
E. Pathogenesis
Dengan bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan
meningkat sementara daya akomodasinya akan menurun. Dengan
terbentuknya lapisan konsentris baru dari kortek, inti nucleus akan
mengalami penekanan dan pengerasan. Proses ini dikenal sebagai sklerosis
nuclear. Selain itu terjadi pula proses kristalisasi pada lensa yang terjadi
akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi high-molecular-
weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba ini mengalami
fluktuasi refraktif index pada lensa sehingga menyebabkan cahaya
menyebar dan penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein
nukleus lensa juga menghasilkan pigmentasi progresif yang akan
menyebabkan warna lensa menjadi keruh. Perubahan lain pada katarak
terkait usia juga menggambarkan penurunan konsentrasi glutatin dan
potassium serta meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium.9
Penyebab yang sangat umum dari gangguan penglihatan pada
orang dewasa yang lebih tua adalah katarak terkait usia, patogenesis yang
multifaktorial dan tidak sepenuhnya dipahami. ada 3 jenis utama katarak
terkait usia yaitu nuclear, kortikal, subkapsular posterior. Pada beberapa
pasien penggabungan dari beberapa tipe juga ditemukan.9

8
F. Manifestasi klinis
Pasien dengan katarak mengeluh gangguan penglihatan dapat berupa5:
 Merasa silau
 Berkabut, berasap
 Sukar melihat dimalam hari atau penerangan redup
 Melihat ganda atau berbayang
 Melihat warna terganggu
 Melihat halo sekitar sinar
 Penglihatan menurun
G. Klasifikasi Katarak
Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam5 :
1. Katarak kongenital,
katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun yang
mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir. Katarak kongenital
merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti
terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.

Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :

a. Kapsulolentikular dimana pada golongan ini termasuk


katarak kapsular dan katarak Polaris
b. Katarak lenticular termasuk dalam golongan ini katarak
yang mengenai korteks atau nucleus lensa saja.

Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan


oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubella, galaktosemia,
homosisteinuri, toksoplasmosis. Pada pupul mata bayi yang
menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu
leukokoria. Pada setiap leukokoria diperlukan pemeriksaan yang
lebih teliti untuk menyingkirkan diagnosis banding lainnya.
Pemeriksaan leukokoria dilakukan dengan melebarkan pupil.

9
Gambar 2.2 Katarak Kongenital10
2. Katarak Juvenil,
katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun, katarak yang
lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya
pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak
juvenile biasanya merupakan kelanjutan dari katarak kongenital5.
Katarak juvenile biasanya merupakan penyulit penyakit
sistemik ataupun metabolic dan penyakit lainnya seperti :
a. Katarak metabolic
 Katarak diabetic dan galaktosemik
 Katarak hipokalsemik (tetanik)
 Katarak defisiensi gizi
 Katarak aminoasiduria
 Penyakit Wilson
b. Katarak traumatic
c. Katarak komplikata
Merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti
radang, dan proses degenerasi seperti ablesia retina, retinitis
pigmentosa, glaucoma, tumor intraocular, iskemia ocular,
necrosis anterior segmen, buftalmos, akibat suatu trauma
dan pasca bedah mata. Katarak komplikata dapat juga
disebabkan oleh penyakit system endokrin dan keracunan
obat. Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana
mulai katarak selamanya didaerah bawah kapsul atau pada

10
lapis korteks, kekeruhan dapat difus, pungtata ataupun
linear. Dapat berbentuk rosete, reticulum dan biasanya
terlihat vakuol.5
3. Katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat
pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai
sekarang tidak diketahui secara pasti.5

Terdapat dua bentuk katarak senilis yaitu7:

a. Tipe kortikal: proses kekaburan mulai pada bagian


superficial dari konteks lensa mata.
b. Tipe nuclear: proses kekaburan mulai pada bagian nucleus
(inti) lensa mata.
Di dalamnya, proses sklerotik membuat lensa tidak
elastis dan sulit, mengurangi kemampuannya untuk
mengakomodasi dan menghalangi sinar cahaya. Perubahan
ini dimulai menyebar secara sentral dan perlahan-lahan
hampir sampai kapsul ketika menjadi dewasa; Namun,
lapisan korteks bening yang sangat tipis mungkin tetap ada
tidak terpengaruh. Nukleus dapat menjadi keruh secara
difus (keabu-abuan) atau berwarna (kuning ke hitam)
karena pengendapan pigmen. Dalam praktiknya, hal itu
biasa diamati katarak nuklir berpigmen berwarna kuning,
coklat (cataracta brunescens) atau hitam (cataracta nigra)
dan jarang berwarna kemerahan (cataracta rubra)10.

Gambar 2.3 Katarak Brunescens, Katarak Nigra, Katarak


Rubra10

11
Terjadinya katarak senilis berlangsung dalam 4 stadium yaitu:

1. Stadium insipien
Stadium ini adalah awal proses degenerasi lensa. Kekeruhan lensa
terbentuk bercak bercak. Kekeruhan yang tidak teratur. Pasien akan
mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda dengan satu
matanya. Pada stadium ini proses degenerasi belum menyerap
cairan mata ke dalam lensa sehingga akan terlihat bilik mata depan
dengan kedalaman yang normal. Iris dalam posisi biasa disertai
dengan kekeruhan ringan pada lensa. Tajam penglihatan belum
terganggu.7
2. Stadium imatur
Pada stadium ini, lensa yang degenerative mulai menyerap
cairan ke dalam lensa sehingga lensa menjadi cembung. Pada
stadium ini terjadi pembengkakan yang disebut katarak imatur.
Pada stadium ini dapat dapat terjadi miopisasi akibat lensa mata
menjadi cembung, sehingga pasien tidak menyatakan tidak perlu
kacamata sewaktu membaca dekat. Akibat lensa mata yang
bengkak, iris terdorong kedepan bilik mata dangkal dan sudut bilik
mata akan sempit atau tertutup. Pada stadium ini dapat terjadi
glaucoma sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau
shadow test akan terliha bayangan iris pada lensa. Uji bayangan iris
positif.7

Gambar 2.4 Stadium Imatur10

12
3. Stadium matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini
terjadi kekeruhan seluruh lensa. Tekanan cairan didalam lensa
sudah dalam keadaan seimbang. Dengan cairan dalam mata
sehingga ukuran ukuran lensa akan menjadi normal kembali. Pada
pemeriksaan terlihat iris dalam posisi normal, bilik mata depan
normal, sudut bilik mata depan terbuka normal, dan uji bayangan
iris negative. Tajam penglihatan menurun dan dapat hanya tinggal
proyeksi sinar positif. Stadium ini tepat untuk melakukan operasi
Karena kekaburan lensa sudah lebih padat dan lebih mudah
dipisahkan dari kapsulnya.7

Gambar 2.5 Stadium Matur10


4. Stadium hipermatur
Pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut dari
korteks lensa dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam
didalam korteks lensa (katarak morgagni). Pada stadium ini juga
terjadi degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun
korteks lensa yang cair keluar adan masuk kedalam bilik mata
depan. Lensa terlihat lebih kecil daripada normal, yang akan
mengakibatkan iris tremulans, dan bilik mata terbuka. Pada uji
bayangan iris terlihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh
sehingga stadium ini disebut uji bayangan iris pseudopositif.
Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan timbul reaksi
pada jaringan uvea berupa uveitis. Bahan lensa juga dapat menutup
jalan keluar cairan bilik mata sehingga timbul glaucoma fakolitik.7

13
Gambar 2.6. Stadium Hipermatur10

Table 2.1 Perbedaan stadium katarak senil

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
(air masuk) (air keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test - + - Pseudops
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan katarak pada dasarnya adalah tindakan bedah.
Namun, penanganan non-bedah tertentu juga dapat membantu hingga
operasi dapat dilakukan.
1. Terapi non bedah
Pengobatan penyebab dari katarak. Katarak di akuisisi, melakukan
pencarian menyeluruh untuk menemukan penyebab katarak.
Pengobatan penyebab penyakit seringkali dapat menghentikan
perkembangan dan kadang-kadang pada tahap awal dapat

14
menyebabkan bahkan regresi perubahan katarak dan dengan
demikian menunda operasi pengobatan. Beberapa contoh umum
termasuk: Kontrol diabetes mellitus yang memadai, kapan
ditemukan. Penghapusan obat katarak seperti kortikosteroid,
fenotiazen dan kuat miotik, dapat menunda atau mencegah katarak.
Penghapusan iradiasi (inframerah atau sinar-X) dapat dilakukan
juga menunda atau mencegah pembentukan katarak. Perawatan
dini dan memadai untuk penyakit mata seperti uveitis dapat
mencegah terjadinya komplikasi katarak10.
2. Terapi bedah
Indikasi dilakukan operasi pembedahan pada katarak ialah10 :
a. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi
ini berbeda pada tiap individu, tergantung dari gangguan
yang ditimbulkan oleh katarak terhadap aktivitas sehari-
harinya.
b. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu
dengan kekeruhan pada lensa matanya, namun beberapa
indikasi medis dilakukan operasi katarak seperti
glaukoma imbas lensa (lens-induced glaucoma),
endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan pada retina
misalnya retiopati diabetik atau ablasio retina.
c. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak
matur meminta ekstraksi katarak (meskipun kecil harapan
untuk mengembalikan visus) untuk memperoleh pupil
yang hitam.
Tindakan bedah yang dilakukan yaitu :

a. Couching
Tehnik ini adalah tehnik operasi katarak kuno yang pertama
kali dilakukan pada tahun 800 SM di India. Lensa didorong
ke dalam rongga vitreous menggunakan instrument yang

15
tumpul. Tehnik ini adalah yang pertama kali dilakukan
pada pasien katarak, terutama pada katarak stadium matur.
Tehnik ini pada dasarnya bebrahaya bagi penglihatan dan
menyebabkan rasa nyeri dan komplikasi yang lebih berat.
Couching dilakukan paling umum pada pasien dengan
katarak mature. pasien duduk dan diposisikan sedemikian
rupa sehingga sinar matahari akan mengalir di atas bahu
dokter bedah, menerangi kepala pasien. teknik melibatkan
penggunaan 1 atau 2 instrumen. pada dasarnya, sayatan
dibuat di suatu tempat di belakang persimpangan
korneoskleral. pisau atau jarum digunakan untuk masuk,
dan jarum atau tongkat digunakan untuk mendorong lensa
katarak lebih rendah. seorang asisten dokter menahan
pasien. kecepatan dislokasi terkait dengan keterampilan ahli
bedah dan status zonule.9
b. Intracapsular Cataract Extraction ( ICCE)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa
besama kapsul. Dapat dilakukan pada zonula Zinn telah
rapuh atau bergenerasi dan mudah diputus. Karena itu
zonula lemah yang mengalami degenerasi adalah prasyarat
untuk ini metode. Karena alasan inilah, teknik ini tidak
dapat digunakan pada pasien yang lebih muda di mana
memiliki zonula kuat. ICCE dapat dilakukan di antaranya
Usia 40-50 tahun dengan menggunakan enzim
alphachymotrypsin (yang akan melarutkan zonula). Di atas
usia 50 tahun biasanya tidak perlu enzim ini. Penyulit yang
dapat terjadi pada pembedaha ini yaitu astigmat, glaucoma,
uveitis, endoftalmitis dan perdarahan, sekarang jarang
dilakukan10,5

16
Gambar 2.7. Ekstraksi Katarak Intrakapsular10
c. Extra-capsular cataract extraction (ECCE)
Pada teknik ini sebagian besar kapsul sebagian besar kapsul
anterior epitel, nukleus dan korteks dihilangkan; pergi di
belakang kapsul posterior utuh. Indikasi. Saat ini, katarak
ekstracapsular teknik ekstraksi adalah operasi pilihan untuk
hampir semua jenis dewasa maupun masa kanak-kanak
katarak kecuali dikontraindikasikan. Kontraindikasi; Satu-
satunya kontraindikasi absolut untuk ECCE ditandai
dengan subluksasi atau lensa terkilir.10

Gambar 2.8 Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular10

17
d. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Small Incision Cataract Surgery (SICS) adalah salah
satu teknik bedah katarak yang secara umum digunakan di
negara berkembang. yang melibatkan pemotongan pada
konjungtiva dan sklera, insisi yang dilakukan pada
konjungtiva serta koagulasi yang perbedaan dilakukan pada
pembuluh darah episklera, pembuatan tunnel sclera dan
diseksi korneosklera menyebabkan terjadinya disrupsi pada
jaringan saraf pada kornea.11

Gambar 2.9 Small Incision Cataract Surgery10


e. Fakoemulsifikasi
Teknik fakoemulsifikasi sekarang merupakan bentuk paling
umum dari ekstraksi katarak ekstrasapsular. Ini
menggunakan vibrator ultrasonik genggam untuk
menghancurkan nukleus keras sehingga bahan nuklir dan
korteks dapat disedot melalui sayatan sekitar 3 mm. Ukuran
sayatan yang sama ini kemudian cukup untuk memasukkan
lensa intraokular yang dapat dilipat. Jika lensa intraokular
kaku digunakan, luka perlu diperpanjang hingga sekitar 5

18
mm. Keuntungan dari operasi sayatan kecil adalah kondisi
operasi yang lebih terkontrol, menghindari penjahitan,
penyembuhan luka yang cepat dengan derajat distorsi
kornea yang lebih rendah, dan mengurangi inflamasi
intraokular pasca operasi - semuanya berkontribusi pada
rehabilitasi visual yang lebih cepat. Namun, teknik
phacoemulsifikasi memerlukan risiko yang lebih tinggi dari
perpindahan posterior bahan nuklir melalui robekan
kapsuler posterior, yang umumnya memerlukan operasi
vitreoretinal yang kompleks.4

Gambar 2.10 Teknik Fakoemulsifikasi10


f. Implantasi Lensa Intraokular
Saat ini, implantasi lensa intraokular (IOL) adalah metode
pilihan untuk mengoreksi aphakia. Selama dua dekade
terakhir, sejumlah tipe dan model lensa telah
dikembangkan. Bahan yang digunakan secara umum adalah
polymethylmethacrylate (PMMA).10
Tipe utama IOL didasarkan pada metode fiksasi pada mata
adalah sebagai berikut10:
 Anterior chamber IOL.
Lensa ini sepenuhnya terletak di depan iris dan
didukung di sudut ACIOL ruang anterior dapat
dimasukkan setelah ICCE atau ECCE. Ini tidak
terlalu populer karena kejadian keratopati bulosa

19
relatif lebih tinggi. Saat ditunjukkan, ‘Kelman jenis
ACIOL multiflex umumnya digunakan
 Lensa yang didukung iris.
Lensa ini sudah diperbaiki iris dengan bantuan
jahitan, loop atau cakar. Lensa ini juga tidak terlalu
populer karena insiden komplikasi pasca operasi
yang tinggi. Contoh lensa iris yang didukung adalah
lensa cakar iris Singh dan Worst
 Lensa ruang posterior.
PCIOL beristirahat sepenuhnya di belakang iris
Mereka mungkin didukung oleh sulkus ciliary atau
kantong kapsular. Tren terbaru adalah menuju ‘in-
the-bag-fixation’. Model yang umum digunakan
PCIOL dimodifikasi C-loop

Gambar 2.11 Tipe Lensa Intraokular

I. Komplikasi
 Uveitis Pakoanafilktik
Katarak hipermatur dapat menyebabkan kebocoran protein kensa
ke dalam bilik anterior. Protein tersebut dapat bertindak sebagai
antigen dan menginduksi reaksi antibody-antigen yang dapat
menyebabkan uveitis.10
 Glaucoma
Glaucoma dapat terjadi karena intumesens lensa (phacomorphic
glaucoma) dan kebocoran protein ke dalam bilik anterior dari katarak
hipermatur (phacolytic glaucoma) 10

20
 Subluksasi atau dislokasi lensa
Akibat dari degenerasi zonula zini pada katarak hipermatur.10
J. Prognosis
Tindakan pembedahan secara defenitif pada katarak senilis dapat
memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih dari 90% kasus.
Sedangkan prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang
memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak
senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau
retina membatasi tingkat pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien
ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi
paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada
katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat.4

21
BAB III

LAPORAN KASUS

I. Identitas pasien
Nama : Tn. D
Umur : 74 tahun
Agama : Islam
II. Anamnesis
Keluhan utama : Penglihatan mata kanan dan kiri kabur

Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan penglihatan


mata kanan dan kiri kabur yang sejak 3 bulan yang lalu. Pasien sudah
mengeluhkan penglihatan menurun sejak 1 tahun yang lalu, namun tidak
terlalu mempedulikannya, pasien mengeluhkan seringkali silau apabila
melihat cahaya, keluhan mata kiri sering berair, gatal dan seperti berkabut.
Pada mata kanan dirasakan seperti berpasir.

Riwayat penyakit sebelumnya : pasien pernah mengalami demam 3


hari yang lalu. Riwayat penyakit diabetes mellitus tidak diketahui

Riwayat penyakit dalam keluarga : tidak ada keluarga yang menderita


keluhan yang serupa

III. Pemeriksaan Fisik


A. Status generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda vital :N : 88 x/m, S : 36,50C, R : 18 x/m

22
B. Status oftalmologis

Tabel 3.1 Status Oftalmologis

OCULUS DEXTER OCULUS SINISTER

1/60 VISUS 1/300

Tidak dilakukan VISUS KOREKSI Tidak dilakukan

Deviasi (-), Bergerak ke BOLA MATA Deviasi (-), Bergerak ke


segala arah segala arah

Warna hitam, trikiasis (-), SILIA Warna hitam, Trikiasis (-),


sekret (-)
Sekret (-)

Hiperemis (-) ptosis (-) PALPEBRA SUPERIOR Hiperemis (-) ptosis (-)
edema (-) eksotropion (-) edema (-) eksotropion (-)
entropion (-) entropion (-)

Hiperemis (-) ptosis (-) PALPEBRA INFERIOR Hiperemis (-) ptosis (-


)edema (-) eksotropion (-)
edema (-) eksotropion (-) entropion (-)
entropion (-)
Hiperemis (-), sekret (-) KONJUNGTIVA Hiperemis (-), sekret (-)
sikatrik (-) papil (-) folikel PALPEBRA sikatrik (-) papil (-) folikel
(-) benjolan (-) (-) benjolan (-)

Injeksi konjungtiva (-) KONJUNGTIVA BULBI Injeksi konjungtiva (-)


pterigium (-) pterigium (-)

Jernih (+) KORNEA Jernih (+)


Normal COA normal
Coklat, kripta (+) IRIS Coklat, kripta (+)

Bulat, RCL (+), RCTL (+) PUPIL Bulat, RCL (+), RCTL (+)

23
Keruh (+) belum padat LENSA Keruh (+) padat

Iris shadow test (-) Iris shadow test (-)

Menurun LAPANG PANDANG Menurun

Tidak dinilai TENSI OKULAR Tidak dinilai

Tidak dinilai TONOMETRI Tidak di nilai

Tidak dilakukan TES BUTA WARNA Tidak dilakukan

Tidak dinilai OFTALMOSKOPI Tidak dinilai

Gambar 3.1 Tampak kekeruhan di seluruh lensa dengan pemeriksaan


slitlamp
IV. Pemeriksaan Laboratorium
- GDS, HbsAg, CT, BT
- Biometri
V. Resume
Pasien laki-laki berusia 74 tahun Pasien datang dengan penurunan visus
yang sejak 3 bulan yang lalu. Pasien sudah mengeluhkan penglihatan
menurun sejak 1 tahun yang lalu, namun tidak terlalu mempedulikannya,
pasien mengeluhkan seringkali silau apabila melihat cahaya, keluhan mata

24
kiri sering berair, gatal dan seperti berkabut. Pada mata kanan dirasakan
seperti berpasir.
Tanda vital :N : 88 x/m, S : 36,70C, R : 18 x/m.
VOD : 1/60
VOS : 1/300
ODS : lapang pandang menurun, lensa keruh (+) seluruhnya
VI. Diagnosis
OS Katarak senilis stadium matur
VII. Penatalaksanaan
Anjuran OS ekstraksi katarak + IOL -
VIII. Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad sanationam : Dubia
Ad functionam : Dubia
Ad cosmeticum : Bonam

25
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien laki-laki berumur 74 tahun Pasien datang dengan keluhan


penglihatan mata kanan dan kiri kabur yang sejak 3 bulan yang lalu. Pasien sudah
mengeluhkan penglihatan menurun sejak 1 tahun yang lalu, namun tidak terlalu
mempedulikannya, pasien mengeluhkan seringkali silau apabila melihat cahaya,
keluhan mata kiri sering berair, gatal dan seperti berkabut. Pada mata kanan
dirasakan seperti berpasir. Riwayat penyakit dahulu pasien tidak pernah
mengalami sakit mata seperti ini, Riwayat demam 3 hari yang lalu, pasien belum
pernah berobat ke dokter sebelumnya. riwayat diabetes mellitus (-), Tanda vital;
N : 88 x/m, S: 36,70C, R : 18 x/m. VOD : 1/300, VOS : 1/300 ODS :
lapang pandang menurun, lensa keruh (+) seluruhnya.

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan pada kasus ini didapatkan gejala
merasa silau, penglihatan menurun, seperti berkabut, gatal, dan berair yang
mengarah pada katarak. Dimana katarak merupakan kekeruhan pada lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa
terjadi akibat kedua-duanya.5 Keluhan yang dapat dialami oleh pasien katarak
yaitu, merasa silau, berkabut, sukar melihat pada malah hari atau penerangan
redup, melihat ganda, melihat warna terganggu, melihat halo sekitar sinar, dan
penglihatan menurun.

Katarak dapat diklasifikasikan berdasarkan usia yaitu5 :

 Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1


tahun.
 Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
 Katarak senilis, katarak setelah usia 50 tahun.

Dalam kasus ini, masuk dalam kategori katarak senilis, dimana Katarak
senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia

26
diatas 50 tahun. Dalam hal ini pasien laki-laki berumur 75 tahun, yang artinya
penyebab dari katarak ini adalah usia yakni lebih dari 50 tahun.

Pada pemeriksaan visus, didapatkan visus pasien kurang dari 6/6 yaitu
1/300 untuk mata kiri dan 1/60 untuk mata kanan. Tajam penglihatan normal rata-
rata bervariasi antara 6/4 hinggan 6/6. Pemeriksaan tajam penglihatan dapat
dilakukan pada mata tanpa atau dengan kacamata. Pemeriksaan tajam penglihatan
sebaiknya dilakukan pada jarak 5 atau 6 meter, karena pada jarak ini mata akan
melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi. Pemeriksaan
tajam penglihatan dipakai kartu baku atau standar, seperti kartu snellen, dalam
kasus pasien tidak mampu melihat angka dan huruf pada kartu snellen dalam jarak
6 meter, sehingga pada mata kanan digunakan uji hitung jari, yang didapatkan
hasil 1/60 yang berarti pasien dapat melihat jaripada jarak 1 meter, sedangkan
orang normal dapat melihat pada jarak 60 meter. Pada mata kiri dilakukan uji
lambaian tangan, dan didapatkan 1/300 yang artinya pasien hanya dapat melihat
lambaian tangan pada jarak 1 meter, yang pada orang normal dapat melihat
gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter5.

Pada pemeriksaan terdapat kekeruhan pada lensa mata kanan dan kiri. Pada
pasien yang menderita katarak mengalami kekeruhan pada lensa. Kekeruhan lensa
ini mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna putih atau
abu-abu. Pada mata akan tampak kekeruhan lensa dalam bermacam-macam
bentuk dan tingkat. pada pemeriksaan menggunakan slitlamp Pada mata kiri
pasien didapatkan lensa keruh padat dan menutupi seluruh lensa, sedangkan pada
mata kanan didapatkan lensa keruh belum padat. Dari hasil pemeriksaan tersebut
dapat disimpulkan mata kiri merupakan katarak senilis stadium matur, pada
katarak matur kekeruhan lensa telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini
bias terjadi akibat deposisi ion ca yang menyeluruh. Sedangkan pada mata kanan
merupakan katarak senilis stadium imatur, pada katarak imatur sebagian lensa
keruh dan belum mengenai seluruh lapis lensa.5
Usulan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan
funduskopi untuk lebih memastikan kekeruhan yang terjadi pada lensa dan

27
segmen posterior bola mata. Kemudian pemerikasaan lab lengkap untuk melihat
apakah ada kelainan darah yang dapat menyebabkan komplikasi intra operasi.
Pemeriksaan GDA 2 jam PP untuk mengetahui apakah pasien menderita diabetes
mellitus atau tidak. Pemeriksaan USG mata dan biometri untuk mengetahui
kondisi vitreus body, menilai keadaan retina pasien, dan kekuatan lensa yang akan
dipasang.
Penatalaksanaan pada katarak matur adalah pada dasarnya adalah tindakan
bedah. Namun, penanganan non-bedah tertentu juga dapat membantu hingga
operasi dapat dilakukan. Tindakan tersebut dapat berupa menghindari atau
mengobati hal-hal yang menjadi factor resiko atau memperberat katarak seperti
control ketat bila terdapat penyakit diabetes mellitus, menghindari obat-obatan
yang dapat menginduksi katarak seperti kortikosteroid, phenotiazin, dan miotik,
menghindari sinar radiasi, mengobati jika terdapat penyakit mata lain seperti
uveitis.
Indikasi dilakukan operasi pembedahan pada katarak ialah :9
a. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada
tiap individu, tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak
terhadap aktivitas sehari-harinya.
b. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan
pada lensa matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi
katarak seperti glaukoma imbas lensa (lens-induced glaucoma),
endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan pada retina misalnya retiopati
diabetik atau ablasio retina.
c. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta
ekstraksi katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus)
untuk memperoleh pupil yang hitam.
Prognosis pasien ini baik, hal ini disebabkan karena katarak senil
merupakan suatu kekeruhan pada lensa yang dapat diperbaiki. Sehingga
tajam penglihatan pasien setelah dioperasi akan lebih baik dibandingkan
dengan sebelum dioperasi.

28
BAB V

PENUTUP

Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus
cahaya menjadi keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya
penglihatan menjadi kabur. Katarak terjadi secara perlahan-lahan sehingga
penglihatan penderita terganggu secara berangsur. Perubahan ini dapat terjadi
karena proses degenerasi atau ketuaan, trauma mata, komplikasi penyakit tertentu,
maupun bawaan lahir. Klasifikasi katarak berdasarkan usia dibagi atas tiga yaitu
katarak kongenital, katarak juvenile, dan katarak senilis.

Katarak senilis merupakan semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui
secara pasti. Stadium katarak senilis terbagi atas 4 yaitu, katarak insipien, katarak
immature, katarak matur, dan katarak hipermatur. Pada kasus didapatkan pasien
katarak senilis imatur dan matur, dimana katarak imatur adalah sebagian lensa
keruh yang belum mengenai seluruh lapisan lensa, sedangkan katarak matur
adalah kekeruhan yang telah mengenai seluruh masa lensa.

Penatalaksanaan katarak dapat berupa terapi non bedah dan terapi bedah,
pada terapi non bedah, tindakan tersebut dapat berupa menghindari atau
mengobati hal-hal yang menjadi factor resiko atau memperberat katarak seperti
kontrol ketat bila terdapat penyakit diabetes mellitus, menghindari obat-obatan
yang dapat menginduksi katarak seperti kortikosteroid, phenotiazin, dan miotik,
menghindari sinar radiasi, mengobati jika terdaat penyakit mata lain seperti
uveitis. Pada terapi bedah dapat dilakukan pembedahan dengan tekhnik Intra
Capsular Cataract Extraction, Extra Capsular Cataract Extraction, small incision
Cataract Surgery dan fakoemulsi. Pemilihan tehnik operasi dapat di
pertimbangkan berdasarkan keuntungan dan kerugian dari masing-masing tehnik.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Graciella Fransisca, I Wayan Eka, A.A.Mas, Karakteristik Penderita Katarak


Senilis di RSU Pusat Sanglah Tahun 2014. E-Jurnal Medika; Vol 6. No.12;
2017.
2. Hadini Miranty Aditya, Amiruddin Eso, Satrio Wicaksono. Analisis Faktor
Resiko yang berhubungan dengan Kejadian Katarak Senilis di RSU
Bahteramas, E-ISSN. Vol 3. No. 2; 2016
3. Ainin Anni Nur, Yunita Dyah, Kejadian Katarak Senilis di RSUD Tugurejo,
HIGEIA-2 (2);2018
4. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury General Opthalmology 17th
Edition. USA: The McGraw-Hill Companies.2007.
5. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta: BP-
FKUI;2015
6. Lukitasari Arti. Lensa Mata. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, Vol 10. No. 3;
2010
7. Saputra Nanda, Myrnawati Crie, Taruli Sinaga. Faktor Resiko yang
Mempengaruhi Kejadian Katarak. Jurnal Ilmiah Simantek Vol 2. No 1.; 2018
8. Sari Andi Dewi, Masriadi, Arman. Faktor Risiko Kejadian Katarak Pada Pasien
Pria Usia 40-55 Tahun Dirumah Sakit Pertamina Balikpapan. Window of
Health ; Jurnal Kesehatan. Vol 1. No.2; 2018
9. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Lens and Cataract [section 11]I.Singapore:
American Academy of Opthalmology; 2009
10. Khurana AK.. Comprehensive Opthalmology Fourth Edition. New
Delhi:New Age International (P) Limited; 2007
11. Refnaniadi, Herwindo Dicky. Pengaruh Jenis Insisi pada Operasi Katarak
terhadap Terjadinya Sindroma Mata Kering. Jurnal Kedokteran Brawijaya,
Vol 27. No. 1; 2012.

30

Anda mungkin juga menyukai