BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Globalisasi dalam pelayanan kesehatan merupakan suatu keniscayaan yang mau tidak
mau harus kita hadapi, karena ketika kita menghindar dari globalisasi disaat itu pula kita akan
tertinggal dan tereliminasi dari sebuah proses sosial yang berjalan. Globalisasi pelayanan
kesehatan akan ditandai dengan masuknya modal dan tenaga kesehatan luar negeri dalam
Sistem Pelayanan Kesehatan.
Kondisi tersebut dapat merupakan ancaman dan peluang bagi komunitas yang bergelut pada
kesehatan . Globalisasi menjadi ancaman ketika komunitas kesehatan tidak mampu dan tidak
mau menyiapkan secara terencana dan sistematis dengan kata lain berjalan masing-masiang.
Globalisasi menjadi peluang manakala dengan globalisasi kita mampu meredefinisi dan
mereposisi peran profesi yang bergerak pada bidang kesehatan baik itu
dokter,perawat,ataupun tenaga kesehatan di Indonesia untuk berdimensi internasional.
Disamping isu globalisasi pada dekade terakhir ini di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia adalah isu Desentralisasi kesehatan. Desentralisasi kesehatan dapat dimaknai
sebagai pemindahan tanggungjawab dalam perencanaan, pengambilan keputusan,
pembangkitan serta pemanfaatan sumberdaya serta kewengan administratif dari tingkat
pemerintah yang tinggi ke tingkat yang lebih rendah dalam suatu hirarkis politis administratif
atau teritorial.
B.RUMUSAN MASALAH
C.TUJUAN MAKALAH
BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian Desentralisasi
Dikatakan oleh Bryant bahwa konsekuensi dari penyerahan wewenang dalam pengambilan
keputusan dan pengawasan kepada badan-badan otonomi adalah untuk memberdayakan
kemampuan lokal (empowerment local capasity). Wewenang dan sumber daya yang
diberikan berkaitan erat satu sama lainnya. Apabila badan-badan lokal diserahi tanggung
jawab dan sumber daya, maka kemampuan untuk mengembangkan otoritasnya akan
meningkat. Sebaliknya, jika pemerintah lokal hanya ditugaskan untuk mengikuti kebijkan
pusat maka partisipasi para elit dan warganya akan rendah. Dengan demikian maka
kekuasaan pada tingkat pusat tidak akan berkurang bahkan akan memperoleh respek dan
kepercayaan dari tingkat lokal yang pada akhirnya akan meningkatkan pengaruh dan
legitimasinya.
Sedangkan para ahli Indonesia, seperti R. Trsna, Koesoemaatmadja, Amrah Moeslimin, The
Liang Gie dan sebagainya termasuk dalam aliran Kontinental.
Ahli lainnya adalah Amrah Moeslim yang tidak memasukkan dekonsentrasi sebagai salah
satu jenis desentralisasi. Menurut Meoslim, desentralisasi dibedakan dalam tiga jenis, yaitu :
1. Desentralisasi Politik, yaitu : pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat yang
menimbulkan hak mengatur dan mengurus kepentingan rumahtangga sendiri bagi badan
politik di daerah-daerah yang dipilih oleh rakyat daerah.
Menurut pendapat The Liang Gie Desentralisasi adalah pelimpahan wewenang dari
pemerintah pusat kepada satuan-satuan organisasi pemerintahan untuk menyelenggarakan
segenap kepentingan setempat dari sekelompok penduduk yang mendiami suatu wilayah.
Sementara itu menurut UU No 5 Tahun 1974 tentang, Desentralisasi adalah penyerahan
urusan pemerintah dari pemerintah atau Daerah tingkat atasnya kepada Daerah, menjadi
urusan rumah tangganya. Sedangkan menurut UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, Desentralisasi adalah : penyerahan wewenang pemerintah oleh
Pemerintah kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dari berbagai definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Desentralisasi pada dasarnya
adalah : suatu proses transfer/penyerahan sebagian wewenang dan tanggungjawab dari urusan
yang semula adalah urusan pemerintah pusat kepada badan-badan atau lembaga-lembaga
Pemerintah Daerah agar menjadi urusan rumahtangganya sehingga urusan-urusan tersebut
beralih kepada Daerah dan menjadi wewenang dan tanggungjawab Pemerintah Daerah.
ditengah keterbatasan sumber daya dalam hal pembiayaan dan tenaga adalah
memprioritaskan bidang-bidang pembangunan kesehatan, seperti Kesehatan Ibu dan
Anak. Oleh karena itu, Depkes akan menempuh 4 strategi utama, yaitu :
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.
Sasaran utama strategi ini adalah seluruh desa menjadi desa siaga, seluruh masyarakat
berperilaku hidup bersih dan sehat serta seluruh keluarga sadar gizi.
Sasaran utama strategi ini adalah ; Setiap orang miskin mendapatkan pelayanan kesehatan
yang bermutu; setipa bayi, anak, dan kelompok masyarakat risiko tinggi terlindungi dari
penyakit; di
setiap desa tersedia SDM kesehatan yang kompeten; di setiap desa tersedia cukup obat
esensial dan alat kesehatan dasar; setiap Puskesmas dan jaringannya dapat menjangkau dan
dijangkau seluruh masyarakat di wilayah kerjanya; pelayanan kesehatan di setiap rumah
sakit, Puskesmas dan jaringannya memenuhi standar mutu.
Sasaran utama dari strategi ini adalah : setiap kejadian penyakit terlaporkan secara cepat
kepada desa/lurah untuk kemudian diteruskan ke instansi kesehatan terdekat; setiap kejadian
luar biasa (KLB) dan wabah penyakit tertanggulangi secara cepat dan tepat sehingga tidak
menimbulkan dampak kesehatan masyarakat; semua ketersediaan farmasi, makanan dan
perbekalan kesehatan memenuhi syarat; terkendalinya pencemaran lingkungan sesuai dengan
standar kesehatan; dan berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence based di
seluruh Indonesia.
Sasaran utama dari strategi ini adalah : pembangunan kesehatan memperoleh prioritas
penganggaran pemerintah pusat dan daerah; anggaran kesehatan pemerintah diutamakan
untuk upaya pencegahan dan promosi kesehatan; dan terciptanya sistem jaminan pembiayaan
kesehatan terutama bagi rakyat miskin.
3) Optimalisasi potensi pembangunan kesehatan di daerah yang selama ini belum tergarap
4) Memacu sikap inisiatif dan kreatif aparatur pemerintah daerah yang selama ini hanya
mengacu pada petunjuk atasan,
Dampak negatif muncul pada dinas kesehatan yang selama ini terbiasa dengan kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat diharuskan membuat program dan kebijakan sendiri.
Jika pemerintah daerah tidak memiliki sumber daya yang handal dalam menganalisis
kebutuhan, mengevaluasi program, dan membuat program, maka program yang dibuat tidak
akan bermanfaat. Selain itu, pengawasan dana menjadi hal yang harus diperhatikan untuk
menghindari penyelewengan anggaran.
Arus desentralisasi semakin menuntut pemotongan jalur birokrasi aparatur pemerintahan. Hal
ini menjadi kendala karena perubahannya membutuhkan waktu yang lama dan komitmen dari
aparatur pemerintah.
BAB III
PENUTUP
A.SARAN
B.Kesimpulan
http://chasiahramadhani.blogspot.co.id/2009/05/desentralisasi-kesehatan.html