Anda di halaman 1dari 19

ABSTRAK

Benda asing di esofagus adalah keadaan darurat yang sering ditemukan


pada berbagai kelompok umur. Anak-anak dan orang tua adalah kelompok umur
yang paling sering mengalami tersangkut benda asing di esofagus. Gejala yang
dapat muncul akibat benda asing di esofagus antara lain sulit menelan (disfagia),
rasa tidak nyaman di dada, nyeri saat menelan (odinofagia), hipersalivasi,
regurgitasi, muntah dan sulit bernafas (dispneu) apabila terjadi penekanan trakea
oleh benda asing, Pada kasus ini, dilaporkan pasien A, laki-laki 3 tahun 8 bulan,
dengan benda asing (ring baut) yang telah tujuh hari di esofagus, berhasil di
ekstraksi dengan alat esofagoskopi rigid dengan bantuan alat C-Arm, didapatkan
jaringan granulasi menutupi permukaan ring baut disertai laserasi pada esofagus.

Kata kunci : Benda asing Esofagus, Esofagoskopi rigid, C-ARM

ABSTRACT

Foreign body of esophagus is a common emergency in all age groups,


especially children and elderly. The Symptoms include difficulty of swallowing
(dysphagia), chest discomfort, pain on swallowing (odynophagia),
hypersalivation, regurgitation, vomiting and difficulty of breathing (dyspnea) in
case of foreign body suppresssion to trachea. Three years old boy was reported
with foreign body in esofagus 7 days before hospitalize and foreign body
extraction was succesfully carried out using rigid esophagoscopy with C-ARM
guiding.

Key Words : Foreign body esophagus, rigid esophagoscopy, c-arm

1
BAB I

PENDAHULUAN

Benda asing di esofagus 80% terjadi pada anak-anak. Hal ini disebabkan
karena anak-anak dibawah 5 tahun cenderung mengeksplorasi lingkungan
sekitarnya dengan menggunakan mulut, gigi geraham yang belum lengkap untuk
mengunyah makanan, kemampuan kognitif yang kurang untuk membedakan
obyek yang dapat dimakan atau tidak dan perhatian yang mudah teralihkan selama
makan. Keadaan ini berpotensi mengancam nyawa. Oleh Karena itu, semua ahli
THT diharapkan mampu mendiagnosis dan menatalaksana keadaan ini.1,2,3,4

Sekitar 80-90% benda asing yang tertelan dapat melewati saluran cerna
dengan spontan, 10-20% memerlukan tindakan endoskopi dan 1% memerlukan
tindakan pembedahan.2 Tempat tersering tersangkutnya benda asing adalah di
bawah krikofaring setinggi vertebra servikalis VI, di esofagus tengah akibat
kompresi arkus aorta/bronkus utama kiri setinggi vertebra torakal IV-VI, dan
esofagus distal yaitu di sfingter esofagus bawah ( setinggi VT IX-X).1,3,5,6,7,8

Diagnosis penyakit ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang.4 Pasien datang ke rumah sakit dengan riwayat
tertelan sesuatu diikuti rasa mengganjal di tenggorokan. Pada anak-anak, riwayat
ini sulit didapatkan karena anak takut mengatakan dan tidak ada orang lain yang
menyaksikan peristiwa tertelannya benda asing. Keluhan lainnya adalah sulit
menelan dan nyeri menelan. Sakit menelan yang dapat dilokalisir oleh pasien,
merupakan dasar kecurigaan lokasi keberadaan benda asing. Pada pemeriksaan
fisik dapat dijumpai hipersalivasi, tersedak saat makan dan sesak nafas bila benda
asing menekan trakea. Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk mengevaluasi
lokasi, ukuran serta kemungkinan adanya benda asing lebih dari satu.
Pemeriksaan radiologis yang dilakukan adalah rontgen servikal anteroposterior
serta lateral, rontgen torak posteroanterior dan lateral serta foto polos
abdomen.3,9,10,11

2
Ekstraksi benda asing dilakukan melalui esofagoskop rigid dan memakai
forsep yang disesuaikan dengan jenis, ukuran dan bentuk benda asing. Prosedur
ini dilakukan dengan anestesi umum. Esofagoskopi bertujuan untuk mengambil
benda asing dan mengevaluasi kondisi esofagus. Sebagian benda asing esofagus
tidak harus dilakukan esofagoskopi segera, esofagoskopi dapat dilakukan 24 jam
hingga 48 jam setelah tertelan benda asing, namun esofagoskopi segera harus
dilakukan bila benda asing yang tertelan adalah baterai kancing atau benda tajam
yang dicurigai dapat menyebabkan perforasi esofagus.7,9,10,11,12

Komplikasi benda asing esofagus yang biasanya terjadi berhubungan


dengan perubahan mukosa antara lain edema esofagus, ulserasi, erosi, granulasi
mukosa, hematom, perdarahan, obstruksi lumen, gangguan pernapasan, perforasi,
abses retrofaring dan mediastinitis.1,13

Presentasi kasus ini menitik beratkan pada anamnesis yang detail pada
jenis benda asing di esofagus, sehingga kita dapat memprediksi komplikasi yang
mungkin ditemukan saat dilakukan esofagoskopi. Pada gilirannya juga dapat
menentukan tatalaksana yang tepat.

3
BAB II

LAPORAN KASUS

Dilaporkan pasien anak laki-laki A, 3 tahun 8 bulan, suku Aceh beragama


Islam. Dirujuk dari RSUD di Aceh Selatan bersama kedua orang tua ke IGD
RSUDZA pada tanggal 27 Mei 2019, dengan keluhan sulit menelan sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Ibu pasien mengatakan sebelumnya keluhan
ini timbul setelah pasien mengatakan tertelan ring baut sebesar uang logam 500
rupiah ketika bermain. Ring baut tersebut berbentuk bulat pipih dengan lubang
ditengahnya.

Pasien hanya dapat makan makanan lunak seperti roti dan biskuit yang
dicelupkan ke dalam minuman dan minum secara pelan – pelan. Muntah dialami
bila makan makanan biasa (keras). Pasien juga mengeluh terdapat rasa tidak
nyaman di dada. Tersedak saat makan dan minum disangkal, batuk disangkal,
demam disangkal, sesak nafas disangkal, buang air besar normal dan lancar,
tenggorokan tidak ada keluhan. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut sejak
tertelan logam tersebut.

Ibu pasien sudah mencoba mengeluarkan benda yang tertelan anaknya


tetapi tidak berhasil. Kemudian pasien dibawa ke RS Daerah dan dirawat selama 3
hari namun benda tersebut tidak keluar dari feses, lalu dirujuk ke RSUZA. Di IGD
RSUZA dilakukan pemeriksaan rontgen servikothorakal antereposterior (AP) dan
lateral oleh bagian bedah anak, dijumpai perselubungan opak homogen berbentuk
bulat pipih dengan lubang ditengahnya setinggi vertebra thoraks 8-9. Dilakukan
observasi rawat jalan oleh bagian Bedah Anak selama 3 hari namun benda
tersebut tidak juga keluar melalui feses, kemudian pasien dikonsulkan ke bagian
THT-KL.

Hasil pemeriksaan fisik, pasien tampak tenang, keadaan umum tampak


sakit ringan, kesadaran kompos mentis, denyut nadi 100x/menit dengan irama
reguler, respirasi rate (RR) 25x/menit, suhu 36,8°C (per aksil), Sp02 100%. Mata,
telinga dan hidung dalam batas normal, tampak hipersalivasi dalam mulut. Pada

4
auskultasi pulmo didapatkan suara nafas vesikuler dikedua apeks paru, suara
ronkhi tidak ditemukan pada kedua lapang paru. Regio abdomen tampak datar,
pada palpasi teraba lemas dan terdapat nyeri tekan pada epigastrium kiri, perkusi
didapatkan suara timpani, dan pada auskultasi bising usus normal. Ekstremitas
superior dan inferior dalam batas normal.

Hasil pemeriksaan laboratorium darah yaitu haemoglobin 12,7 g/dL,


hematokrit 35%, trombosit 511x103/mm3, leukosit 20x103/mm3, waktu perdarahan
dan pembekuan dalam batas normal, gula darah sewaktu 43 mg/dl, fungsi ginjal
dan elektrolit dalam batas normal. Pemeriksaan rontgen servikothorakal
anteroposterior (AP) dan lateral menunjukkan adanya perselubungan opak
homogen berbentuk bulat pipih berlubang bagian tengah dengan diameter ±2 cm
setinggi vertebra thoraks 8-9.

Gambar 1. Rontgen Thoraks Posisi AP

5
Gambar 2. Rontgen Thoraks Posisi Lateral

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaaan penunjang,


pasien didiagnosis dengan benda asing (ring baut) di esofagus. Pasien
ditatalaksana dengan istirahat yang cukup, diberikan infus cairan Ringer Laktat 46
gtt/menit mikro, injeksi Ceftriaxon 600mg/12 jam dan direncanakan tindakan
ekstraksi corpus alienum via esofagoskopi dengan anastesi umum.

Pada hari perawatan kedua dilakukan tindakan esofagoskopi eksplorasi


dan esofagoskopi ekstraksi dengan general anastesi. Laporan operasi sebagai
berikut : pasien dalam posisi supine dengan general anastesi. Esofagoskop
dipegang dengan tangan kanan dibagian proksimal dan tangan kiri dibagian distal,
jari tengah dan jari manis tangan kiri membuka bibir atas dan mengait gigi
insisivus. Esofagoskop didorong perlahan dengan menggerakkan ibu jari tangan
kiri menyusuri sisi bawah esofagoskop. Dilakukan identifikasi uvula dan dinding
faring posterior, esofagoskop didorong menyusuri dinding posterior faring
disisipkan kebawah aritenoid sehingga tampak lumen introitus esofagus,
penyempitan pertama mukosa merah muda, tidak terdapat laserasi. Esofagoskop
didorong memasuki lumen esofagus, dilakukan evaluasi kearah atas, bawah, kiri
dan kanan, penyempitan kedua tampak pulsasi, mukosa hiperemis, tampak cairan
berwarna merah. Esofagoskop didorong menelusuri lumen esofagus sepanjang

6
20cm, tampak mukosa hiperemis dan jaringan granulasi ditutupi oleh darah,
dilakukan suction dan evaluasi, benda asing belum terlihat. Dilakukan identifikasi
menggunakan C-Arm, tampak perselubungan opak homogen berbentuk bulat
pipih berlubang bagian tengah di esofagus setinggi VTh 8-9, dengan guiding C-
Arm dilakukan ekstraksi benda asing dengan forsep secara perlahan. Didapati
benda asing berupa logam berbentuk bulat pipih dengan lubang ditengahnya,
lubangnya telah ditutupi jaringan granulasi. Dilakukan evaluasi kembali untuk
menilai laserasi dan perdarahan, dijumpai laserasi di esofagus setentang VTh 8-9,
esofagoskop dikeluarkan secara perlahan, dipasang NGT FR 12, dan tindakan
selesai.

Gambar 3. C-Arm Saat Tindakan Ekstraksi Benda Asing

7
Gambar 4. Benda Asing (Ring Baut) Yang Telah Ditutupi Jaringan Granulasi

Gambar 5. Benda Asing (Ring Baut) Yang Telah Dibersihkan

Pasca tindakan ekstraksi benda asing, pasien dipuasakan selama 6 jam,


diberikan infus cairan 2:1 46gtt/menit mikro, injeksi Ceftriakson 600mg/12jam,
injeksi Transamin 125mg/8jam, injeksi Ranitidin 25mg/12jam dan Ibuprofen syr
3cth1. Pada hari pertama post operasi tanggal 29 Mei 2019 pasien mengeluh nyeri
perut dan demam dengan suhu 39,0°C, NGT bersih dan tidak ada residu, pasien
dikonsulkan kebagian pediatrik, pasien didiagnosis dengan gastritis akut dan
disarankan pemberian injeksi Ceftriaxon 600mg/12jam, injeksi Lansoprazol
15mg/12jam, injeksi Novalgin 100mg/8jam dan Sukralfat syr 3cth1. Dilakukan
pemeriksaan darah rutin dengan hasil leukosit 17x103/mm3, lainnya dalam batas
normal.

8
Pada hari kedua post ekstraksi benda asing, keadaan umum pasien baik,
nyeri diperut tidak dikeluhkan lagi, demam tidak ada (T : 36,7°C), makan dan
minum dari mulut tidak ada keluhan, pasien sudah BAB dengan normal dan
lancar. NGT dilepaskan dan pasien pulang berobat jalan.

9
BAB III

PEMBAHASAN

Benda asing di dalam suatu organ adalah benda yang berasal dari luar
tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing
esofagus adalah benda yang tajam ataupun tumpul atau makanan yang tersangkut
dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak
sengaja.4,9

Pasien adalah anak laki-laki berumur 3 tahun 6 bulan, teori menyatakan


bahwa kasus benda asing di esofagus 80% terjadi pada anak-anak, terutama anak
usia 6 bulan sampai 6 tahun. Hal ini disebabkan karena adanya kecenderungan
anak melakukan eksplorasi sekitarnya dengan menggunakan mulut, gigi geraham
yang belum lengkap untuk mengunyah makanan, kemampuan kognitif yang
kurang untuk membedakan obyek yang dapat dimakan atau tidak dan perhatian
yang mudah teralihkan selama makan.2,4,6,12,14

Zuleika P dan Ghanie A dalam penelitiannya di RSUP Dr. Mohammad


Hoesin Palembang Periode 2013-Desember 2015 mendapatkan usia terbanyak
pasien yang menelan benda asing adalah kelompok usia < 10 tahun (53,4%) dan
rasio jenis kelamin laki-laki : perempuan 3:2, dimana persentase laki-laki 60,4%.9
Penelitian Marabessy S.N, dkk di RSUP Prof Dr. R.D. KANDOU MANADO
Periode januari 2010 – Desember 2014 mendapatkan golongan umur 0-10 tahun
adalah paling banyak menjadi pasien benda asing esofagus (32,7%). 6 Penelitian
Kornia Gde B.R, dkk di RSUP sanglah Denpasar tahun 2010-2012 mendapatkan
kelompok umur terbanyak penderita masuknya benda asing di esofagus dan
bronkus adalah balita 0-5 tahun (28,6) dan mayoritas penderita berjenis kelamin
laki-laki (55,4%).14

Anita S, dkk (2012) dalam penelitiannya di RSUP H. Adam Malik Medan


mendapatkan anak-anak merupakan kelompok umur paling banyak pada kasus
benda asing esofagus anorganik yaitu 67%, dari 113 penderita didapatkan 71 laki-
laki dan 42 perempuan. Banyaknya frekuensi jenis kelamin laki-laki dibandingkan

10
perempuan pada kasus benda asing di esofagus disebabkan anak laki-laki
umumnya mempunyai rasa ingin tahu yang lebih besar dibandingkan anak
perempuan. Pada penderita perempuan tingkat kewaspadaan dan rasa telaten lebih
tinggi dibandingkan laki-laki sehingga distribusi frekuensi kasus benda asing ini
ditemukan lebih besar pada laki-laki.15 Hussain G, et al (2010) meneliti 212
pasien dengan benda asing di esofagus mendapatkan 128 pasien (60,26%)
berumur < 10 tahun, 45 pasien (21,22%) > 50 tahun dan 39 pasien (18,39%) usia
dewasa muda.16

Pasien datang dengan keluhan utama sulit menelan sejak benda asing
tertelan yaitu 7 hari sebelum masuk rumah sakit, kesulitan menelan dirasakan
sangat berat hingga pasien hanya dapat minum dan makan makan yang lunak.
Hipersalivasi, rasa tidak nyaman di dada dan nyeri diperut juga dikeluhkan. Hal
ini sesuai dengan teori bahwa gejala klinis benda asing esofagus tergantung pada
jenis benda asing, ukuran, letak, dan lamanya benda asing tertelan.17

Gejala tersering dikeluhkan akibat benda asing di esofagus adalah


disfagia.14 Sulit menelan (disfagia) yang terlokalisir oleh pasien merupakan dasar
kecurigaan lokasi benda asing. Hipersalivasi, rasa tidak nyaman di dada dan
muntah muncul akibat tersangkutnya benda asing di esofagus. Gejala lainnya
dapat berupa sesak akibat penekanan benda asing ke trakea atau akibat edema
subglotik pada saat benda asing masuk ke esofagus, nyeri di daerah
retrosternal.1,2,3,5,14,18

Ritclift melaporkan insidensi gejala akibat benda asing di esofagus adalah .17

11
Penelitan Zuleika P dan Ghanie A (2016) mendapatkan keluhan utama
yang paling banyak dijumpai adalah rasa mengganjal dilokasi benda asing tertelan
86,04%, disfagia 48,8% dan odinofagia 41,8%.9 Anita S, dkk (2012) mendapatkan
gejala klinis yang paling banyak ditemukan adalah disfagia sebanyak 43,4% dari
total gejala, odinofagia 28,2% dan muntah 10,5%.15 Erbil B, et al (2013)
melaporkan 53% pasien dengan benda asing esofagus mengeluh sulit menelan,
33% dengan nyeri di tenggorokan, 6% mengalami sulit bernafas, 5% nyeri
abdominal, 4% muntah, 4% keluar darah dari mulut, 2% merasakan sensasi benda
asing di esofagus, 2% batuk, dan 1% nyeri dada.18

Leukositosis pada pemeriksaan laboratorium disebabkan infeksi akibat


benda asing. Hal ini terjadi karena lamanya benda asing selama 7 hari dalam
esofagus menyebabkan komplikasi berupa laserasi, granulasi dan kerusakan lain
pada mukosa esofagus.5,16, Lamanya benda asing berada di esofagus, jenis dan
ukuran benda asing sangat mempengaruhi ada tidaknya komplikasi, semakin lama
benda asing berada di esofagus maka semakin besar kemungkinan terjadi
komplikasi.19 Komplikasi yg dapat akibat benda asing di esofagus antara lain
edema esofagus, ulserasi/laserasi, erosi, granulasi mukosa, hematom, perdarahan,
obstruksi lumen, gangguan pernapasan, perforasi, abses retrofaring dan
mediastinitis. 1,13

Laserasi dan granulasi pada pasien ini tampak jelas saat dilakukan
esofagoskopi eksplorasi setelah benda asing diambil. Anita S, dkk (2012)
melaporkan komplikasi pada pasien dengan benda asing di esofagus sebesar 5,4%,
yaitu laserasi 0,9%, granulasi 2,7% dan perforasi 1,8%.15 Penelitian di korea oleh
Sung S.H, et al (2011) didapatkan 158 (50%) dari 316 pasien mengalami
komplikasi. Komplikasi berupa ulserasi esofagus 68 kasus (21,2%), laserasi 47
kasus (14,9%), erosi 38 kasus (12,0%) dan perforasi 6 kasus (1,9%). Tujuh belas
pasien (5,4%) dengan perforasi dan laserasi membutuhkan perawatan di rumah
sakit.19

Pemeriksaan rontgen servikothorakal anteroposterior (AP) dan lateral


menunjukkan adanya perselubungan opak homogen berbentuk bulat pipih

12
berlubang bagian tengah dengan diameter ±2 cm setinggi vertebra thoraks 8-9.
Sesuai dengan teori bahwa Foto polos servikal dan torakal anteroposterior (AP)
dan lateral harus dibuat pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing,
pemeriksaan radiologis dilakukan untuk mengevaluasi lokasi, ukuran serta
kemungkinan adanya benda asing lebih dari satu.1,2,3,5,9,14

Altokhais T.I et al (2016) melakukan pemeriksaan thoraks rontgen pada 65


dari 70 pasien anak-anak dengan benda asing di esofagus, dan benda asing
terdeteksi pada 49 pasien.20

Tempat tersering tersangkutnya benda asing adalah di bawah krikofaring


setinggi vertebra servikalis VI, esofagus tengah akibat kompresi arkus
aorta/bronkus utama kiri setinggi vertebra torakal IV-VI, dan esofagus distal
setinggi sfingter esofagus bawah.1,3,5,6,7,8,

Penelitan Zuleika P dan Ghanie A (2016) mendapatkan lokasi benda asing


berdasarkan penyempitan esofagus intraoperatif sebagai berikut :9

Ekstraksi benda asing pada pasien ini menggunakan esofagoskopi rigid.


Hal ini sesuai dengan teori bahwa secara prinsip benda asing di saluran nafas dan
esofagus ditatalaksana dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam
kondisi paling aman dan trauma minimum. Esofagoskopi rigid dengan anastesi
umum merupakan metode yang efektif dan aman untuk tatalaksana benda asing di
esofagus. Ukuran esofagoskop disesuaikan dengan usia pasien. Jenis cunam yang
dipilih berdasarkan jenis benda asing dan ukuran benda. Setelah dilakukan
pengambilan benda asing, dilakukan evaluasi pada mukosa esofagus untuk
mengetahui adanya komplikasi pada esofagus.6,9,20

13
Hussain et al mencatat benda asing di esofagus dapat keluar secara spontan
pada 4,08% pasien, dan ditatalaksana dengan menggunakan esofagoskopi rigid
dengan anastesi umum pada 87,8% pasien, dengan angka keberhasilan 95,28%. 16
Sumertini Siluh KW dan Sucipta IW (2017) mencatat 90,48% dilakukan tindakan
esofagoskopi pada penderita benda asing di esofagus, sebanyak 2,38% harus
menjalani esofagotomi, karena gagal dilakukan ekstraksi dengan esofagoskopi
kaku.4 Fitri F dan Fitria H mendapatkan 97% kasus benda asing esofagus berhasil
ditatalaksana dengan esofagoskop.17 Altokhais T.I et al melaporkan tindakan
esofagoskopi kaku dilakukan pada ekstraksi benda asing esofagus dengan sukses
sebesar 86%.20

Pada kasus ini, ekstraksi via esofagoskopi dilakukan dengan bantuan C-


Arm. Hal ini dilakukan karena tidak terlihatnya benda asing saat dilakukan
esofagoskopi eksplorasi disebabkan karena benda asing telah ditutupi oleh
jaringan granulasi. Selain itu, bentuk benda asing yang pipih juga menyebabkan
overriding dan benda asing yang telah ditutupi jaringan granulasi tersamarkan
sebagai mukosa esofagus. Penggunaan esofagoskopi yang terlalu kecil dan tidak
sesuai dengan lumen esofagus juga dapat menjadi faktor overriding.2

Adityawardhana D dan Juniati SH (2017) melaporkan kasus benda asing


kawat halus di dalam hipofaring di RSUD Dr. Soetomo Surabaya diekstraksi
dengan esofagoskopi menggunakan panduan C-Arm. Hal ini dilakukan karena
benda asing tidak terlihat saat dilakukan esofagoskopi eksplorasi.21

Volder D dan Heran MK (2019) dalam laporan kasusnya juga


menggunakan panduan C-Arm saat melakukan ekstraksi benda asing esofagus
berupa kawat dari sikat barbecue yang telah bermigrasi ke ekstra esofagus ke arah
prevertebra kanan.22

Dapat disimpulkan bahwa pada kasus benda asing esofagus radioopak, bila
benda asing tidak terlihat saat dilakukan esofagoskopi eksplorasi maka dapat
dipertimbangkan penggunaan C-Arm sebagai panduan operator melakukan
esofagoskopi ekstraksi. C-Arm membantu mendeteksi posisi pasti letak benda
asing saat dilakukan ekstraksi menggunakan esofagoskopi rigid.23

14
Jackson C memaparkan bahwa overriding atau tidak terlihatnya benda
asing saat esofagoskopi dapat disebabkan oleh kolaps dinding esofagus sehingga
menutupi objek, diameter esofagskop yang terlalu kecil dan tidak sesuai anatomi
dan benda asing yang tersembunyi di ujung lipatan krikofaring.13

Berikut faktor tidak terlihatnya benda asing saat esofagoskopi: 2,13

 Tersembunyi pada plika krikofaring

 Tersembunyi pada lipatan lainnya

 Tersembunyi pada sinus piriformis

 Diameter esofagoskop yang terlalu kecil

 Terkaburkan akibat benda asing diselimuti sekret dan sisa makanan

 Terkaburkan akibat benda asing ditutupi granulasi di dinding esofagus

 Terkaburkan akibat benda asing ditutupi mukosa yang edema

 Pengalaman operator

 Kesalahan posisi pasien

Pasca tindakan esofagoskopi ekstraksi, pasien dipuasakan sampai dengan


6 jam, diberikan infus cairan 2:1 46gtt/menit mikro untuk memenuhi kebutuhan
cairan pasien, injeksi Ceftriakson 600mg/12jam diindikasikan adanya infeksi
akibat benda asing yang lama di esofagus dan komplikasi laserasi serta granulasi,
injeksi Transamin 125mg/8jam diberikan untuk menghentikan perdarahan pada
laserasi dan mencegah perdarahan berulang pasca tindakan, injeksi Lansoprazol
15mg/12jam, dan Sukralfat syr 3cth1 sebagai terapi gastritis akibat tidak ada intak
makanan yang adekuat ke dalam lambung sejak 1 minggu terakhir. Injeksi
Novalgin 100mg/8jam sebagai analgetik pasca tindakan ekstraksi benda asing via
esofagoskopi.

BAB IV

KESIMPULAN

15
Telah dilaporkan satu kasus benda asing di esofagus setinggi vertebra
thorakal 8-9 pada anak laki-laki usia 3 tahun 8 bulan. Dilakukan eksplorasi dan
ekstraksi menggunakan esofagoskopi rigid dengan bantuan C-arm. Operasi
berjalan sukses dan pasien diperbolehkan pulang POD II tanpa keluhan.

DAFTAR PUSTAKA

16
1. Yunker WK, Friedman EM. Ingestion Injuries and Foreign Bodies in the
Aerodigestive Tract. Bailey's Head and Neck Surgery Otolaryngology. Fifth
edition. Philadelpia : Lippincott Williams and Wilkins, 2014, pp. 1399-1407.

2. Jackson C, Jackson CL. Bronchoesophagology. Philadelphia: W.B. Saunders


Company; 1958.

3. Dhingra PL, Dhingra S. Disease of Ear, Nose, and Throat and Head and Neck
Surgery. 7th ed. India : Elsevier, 2018, pp. 410-13.

4. Sumertini Siluh KW, Sucipta IW. Karakteristik Penderita dengan Benda Asing
dalam Esofagus di RSUP SANGLAH Denpasar Periode Januari 2012-
Desember 2013. Bagian/SMF THT-KL Fakultas Kedokteran, universitas
Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. Denpasar, Bali : MEDICINA,
2017. hal. 27-31. P-ISN.2540-8313,E-ISSN.2540-8321.

5. Snow JB, Ballenger JJ. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Neck


Surgery. 6th ed. Philadelpia : BC Decker Inc, 2003, pp 1577-84.

6. Marasabessy SN, Mengko SK, Palandeng OI. Benda Asing Esofagus di


Bagian/SMF THT-KL BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode
Januari 2010-Desember 2014. Manado : Jurnal e-Clinic (eCI), Volume 3,
Januari-April 2015. pp. 376-80.

7. Schoem SR, Rosbe KW, Bearelly S. Aerodigestive Foreign Bodies and


Caustic Ingestion. In: Cummings Otolaryngology and Neck Surgery. 6th ed.
Philadelphia : Elsevier, 2015. pp. 3184-94.

8. Long B, Koyfman A, Gottlieb M. Esophageal Foreign Bodies and Obstruction


in the Emergency Department Setting: An Evidence-Base Review. Texas : The
Journal of Medicine, Vol.56, No.5, Elsevier, 2019. pp. 499-551.

9. Zuleika P, Ghanie A. Karakteristik Benda Asing Esophagus di Bagian


T.H.T.K.L Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP Dr. Muhammad

17
Hoesin Palembang Periode Januari 2013-Desember 2015. Kumpulan Naskah
Ilmiah, KONAS PERHATI-KL XVII. Solo : PERHATI-KL, Agustus 2016.

10. Samadi DS. Foreign Bodies of the Upper Aerodigestive Tract and Caustic
Ingestion. In: Pediatric Otolaryngology: The Requisites in Pediatrics. 1st.
Philadelphia : Elsevier, 2007. pp. 163-72.

11. Kramer RE. Management of Ingested Foreign Bodies in Children: A Clinical


Report of the NASPGHAN Endoscopy Commiteee. Committee Commentary.
Aurora : JPGN. Volume 60, April 2015.

12. Lalwani AK. Foreign Bodies. In: Current Diagnosis & Treatment
Otolaryngology Head and Neck Surgery. 3rd ed. New York : Mc Graw Hill,
2012. pp. 543-545,547,980.

13. Jackson C. Bronchoscopy and Esophagoscopy. London : WB Saunders


Company. 2007, pp 47-55, 70-75.

14. Kornia Gda BR, Sutanegara Sari WD, Sucipta IW. Prevalensi Benda Asing
pada Esofagus dan Bronkus di Bagian/SMF THT-KL FK UNUD/RSUP
SANGLAH Denpasar Tahun 2010-2012. Denpasar : ISM, Vol 5 NO.1,
Januari-April 2013. hal. 1-6. ISSN: 2089-9084.

15. Anita S, dkk. Karakteristik Penderita Benda Asing di Esofagus di Rumah


Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Januari 2006-Desember 2011. The
Journal of Medical School, University of Sumatra Utara. Medan : Majalah
kedokteran Nusantara, Vol 45, No.2, Agustus 2012. hal. 78-81.

16. Hussain G, et al. Esophageal Foreign Bodies: An Experience with Rigid


Esophagoscope. Pakistan : Gomal Journal of Medical Sciences, July-
December 2010, Gomal Journal of Medical Sciences, Vol. 8, pp. 218-20.

17. Fitri F, Fitria H. Removal of Foreign Body (Denture) in Esophagus with Rigid
Esophagoscope. Padang : Jurnal Kesehatan Andalas, 2012. pp. 92-7.

18
18. Erbil B, et al. Emergency Admissions Due to swallowed Foreign Bodies in
Aduts. Baishideng : World Jounal of Gastroenterology, October 14, 2013. pp.
6447-6451. ISSN 1007-9327.

19. Sung SH, et al. Factor Predictive of Risk for Complication in Patiens with
Oesophageal Foreign Bodies. Department of Internal Medicine, Kyungpook
National University School of Medicine, Daegu, Republic of Korea. Italiana :
Elsevier Ltd, 2011. pp. 632-5.

20. Altokhais TI, et al. Esophageal Foreign Bodies in Children: Emphasis on


Complicated Cases. Department of Surgery, College of Medicine, King Saudi
University, Riyadh, Saudi Arabia. Riyadh : Asian Journal of surgery, Elsevier,
2017. pp. 362-66.

21. Adityawardhana D, Juniati SH. Benda Asing Kawat Halus di Dalam


Hipofaring. Jurnal THT-KL Vol.10, No.1 Januari – April 2017, hal 21-6.

22. Volders D, Heran MK. A Novel Percutaneous Approach to Retrieve an


Ingested Extra-Esophageal Foreign Body. Pediatric Radiology. Germany :
Springer Verlag GmbH, 2019.

23. Ray R, et al. Foreign Body in Ear, Nose and Throat : Experience in a Tertiary
Hospital. Indian J Otolaryngol Head and Neck Surg, Springer, 2014, pp 13-16.

19

Anda mungkin juga menyukai