Anda di halaman 1dari 23

EPISTAKSIS

TERJEMAHAN TEKS BOOK HEAD &


NECK SURGERY - OROLARYNGOLOGY

Oleh :
Linda Julisafrida

Pembimbing :
dr. T. Hoesny T.R.M.Kes. Sp.THT-KL
Anatomi vaskularisasi pada hidung
Etiologi
Lokal sistemik
Trauma : digital, fraktur, Hipertensi
Nasal spray (efek trauma local) kelainan vaskularisasi
Reaksi inflamasi kelainan pembekuan
Deformitas anatomi
(seperti septum spur/defleksi) Hematologi, malignansi
Benda asing Alergi

Tumor intranasal malnutrisi


Iritasi kimia alkoholik
Nasal prong O2, CPAP obat-obatan
pembedahah infeksi
Manajemen
 Perdarahan kecil
 Berhenti spontan
 Sering pada anak-anak, dan bersifat idiopatik
 Terapi dengan menggunakan cream anti biotik,
ointments, dapat juga dengan menggunakan
cauter AgNO3.
 Causa : penggunaan nasal spray, defleksi septum,
krusta pada septum nasi anterior.
 Reduce incidence :
 Edukasi  jangan membuang krusta dengan tangan
dan penggunaan spray dengan benar
 Penggunaan tampon anterior  dilepaskan setelah
20 menit.
The proper technique is demonstrated for the placement of a traditional
Vaseline gauze anterior nasal pack
Eksanguinasi hemoragik
 Biasanya terjadi setelah trauma besar. Terjadi
fraktur pada basis kranii anterior
 Etiologi :
 a. ethmoidalis anterior dan posterior .
 Fraktur maksila  a.maksilaris interna atau salah
satu cabangnya.
 Fraktur transversus dari sfenoid  a.carotis
interna.
 Penatalaksanaan :
 Resusitasi di ruang emergensi
 Dipasang balon kateter ke rongga post nasal
 Jika perdarahan tidak berhenti  pasien dibawa ke
ruang operasi. Jika berasal dari a. sfenopalatina 
ligasi, jika tidak berhasil ligasi pada a. carotis eksterna
 Jika berasal dari dasar hidung  Lynch incisi ligasi a.
ethmoidalis anterior dan posterior bila diperlukan.
 Perdarahan masif regio sfenoid  a.carotis interna.
 sphenoidectomy
 Setelah pendarahan terkontrol  arteriografi untuk
pemasangan stent.
Tahap penatalaksanaan emergensi
epistaksis eksanginasi

 Step ; airway dan sirkulasi support dan anestesi


umum

 Step 2 ; ahli anestesi menurunkan tekanan darah


secara perlahan supaya ahli bedah dapat melihat
lokasi dari perdarahan. Jika perdarahan masih tidak
dapat dikontrol, leher di insisi dan pertama arteri
carotis eksterna dijepit dengan penjepit vaskular. Jika
perdarahan masih beulang, carotis interna dijepit
dengan penjepit vaskular untuk waktu yang singkat
untuk menstabilkan perdarahan dari hidung.
 Step 3 : meletakkan tampon pada bagian superior hidung
lokasi diikuti dengan ligasi ethmoidalis anterior. Jika
perdarahan posterior berasal dari sphenoid atau area
sphenopalatina dilakukan ligasi a. sphenopalatina. Jika berasal
dari sphenoid, tampon kasa tipis yang ketat diletakkan pada
sphenoid (jika dibutuhkan sphenoidotomi) otot yang di angkat
adalah otot sternomastoid, jika tampon hidung di angkat,
tampon otot dimasukkan ke dalam sphenoid diikuti dengan
tampon kasa yang lainnya. Pembuluh darah leher yang tidak
di jepit. Jika control berhasil ahli anestesi mengembalikan
tekanan darah pada keadaan yang normal.

 Step 4 ; pasien dilakukan intervensi radiologi yang baik dan


angiogram. Jika memungkinkan, dilakukan pemasangan stent
secara endovascular pada luka yang besar; jika tidak
memungkinkan, sumbatan carotid interna pada sisi yang luka
mungkin dibutuhkan untuk dipertimbangkan.
The technique of anterior ethmoid artery ligation via a Lynch incision
komplikasi dari penatalaksanaan epistaksis
Komplikasi avoidance
Perforasi septum, reasobsi pembatasan kauter
Alar rim, nekrosis kolumna ukuran tampon yang wajar dan
stabilisasi balon katerter tanpa
menyentuh alar atau columna
Apnea, hipoksia ukuran dan penempatan tampon
posterior yang wajar, monitor saturasi
oksigen, cegah pemakaian tampon bilateral
karena perdarahan biasanya unilateral
Syok hipovolemik berikan kebutuhan cairan secara intravena
Aspirasi dari tampon penempatan yang adekuat dan aman dari
tampon nasal
Perdarahan yang sulit dihentikan identifikasi lokasi perdarahan, tampon yang
inadekuat, atau diagnosis yang salah
Infeksi antibiotic profilaksis oral dan topical
Kerusakan neovaskular tehnik evaluasi yang hati-hati dari etiologi
dan penyebab
Perdarahan yang besar
 Pasien datang dengan perdarahan yang
banyak  resusitasi cairan iv line yang
adekuat.
 Anamnesis :
 sumber perdarahan posterior, septum nasi,
kavum nasi yang sebelahnya.
 Jumlah perdarahan
 Protokol penatalaksanaan awal pasien di ruang
emergensi : Denyut nadi, tekanan darah, Hb,
resusitasi cairan iv line yang sesuai dan adekuat.
 Pemerikasaan fisik : dengan menggunakan
endoskopik nasal dan suction.
 Jika berasal dari bagian anterior ( Little’s area atau vena )
dilakukan kauterisasi dengan AgNO3 atau kauter listrik 
usually succes
 Jika berasal dari posterior dan terdapat deviasi septum 
kamar operasi. Lalu dimasukkan tampon merocel atau
rhinorecket . jika ini gagal dimasukkan balon kateter pada
rongga post nasal.
 Pemasangan SpO2 .
 A.ethmoidalis anterior ;di daerah anterior ligasi
 A. sfenoidalis ; posterior.
 Post ligasi arteri tampon tidak diperlukan, dan pasien
dipulangkan setelah 6 jam pasca tindakan.
 Balon dikempiskan setelah 12 jam dan tidak ada
perdarahan.
Various packing material and packs use to control epistaxis. (A) Merocel 2000
Laminated Nasal Dressing. 8 cm with drawstring (B) Ultracell Classic Nasal Pack
(Ultracell ) (C) 30 cc Foley Catheter. (D) 1/2“ × 72” Vaseline Gauze Packing Strip. (E) Rapid
Rhino 7.5 cm Anterior-Posterior Nasal Pack (F) Surgicel Absorbable Hemostat (Oxidized
Regenerated Cellulose)
Pemasangan tampon posterior
Ligasi a.ethmoidalis
 Cara lama dengan Lynch insisi

 Endoskopi  Douglas & Gupta hampir sama


dengan tehnik Lynch insisi
Ligasi a.sfenopalatina secara endoskopik
 Epistaksis posterior yang unkontrol
 Dengan lokal anestesi atau anestesi umum.
 Tahap pertama : identifikasi fontanel posterior
sinus maksilaris. Dilakukan insisi pada konka
media sampai inferior. Setelah dilakukan
pembebasan pada pembuluh darah, lalu dijepit.
Dan dilakukan ligasi.
 Angka keberhasilan 90 -100% stop epistaksis
posterior.
 Komplikasi rendah
 Pilihan utam setelah pemasangan tampon
posterior.
Embolisasi a.maksilaris pada epistaksis
posterior
 Embolisasi interna pada a. maksilaris dan cabang
terminal  alternatif ligasi SPA .
 Prosedur cadangan jika terjadi perdarahan pasca
SPA.
 Dilakukan dengan intervensi radiologi 
arteriografi
 Angka keberhasilan 67-86%. Komplikasi 14-28%.
 Komplikasi lebih berat serta cost yang tidak
efektif.
Ligasi transantral dari arteri maxilaris

 Merupakan prosedur pilihan tehnik sama


dengan Caldwell-Luc prosedur
 Jarang digunakan karena lebih mudah SPA
 Komplikasi lebih rendah
 Lebih efektif mengontrol perdarahan
 Komplikasi dari yang ringan -berat
Management perdarahan telangiektasia
herediter
 Manajemen yang digunakan adalah terapi laser.
 Laser yang digunakan sebagian adalah Kalium
titanyl phospat (KTP), Neodymium: Yttrium-
aluminium-garnet (Nd:-YAG), Argon, Argon
plasma koagulation laser, dan sekarang jarang
adalah pulse dye laser
 Penelitian terbaru aksi dari pulse dye laser
memperlihatkan kerusakan jaringan pada regio
perivaskuler dengan formasi trombus tanpa efek
pada jaringan .
 Pada pasien dengan severe HHT ; sistemik
Tranexamic Acid dan topikal

Anda mungkin juga menyukai