Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2

PADA KLIEN DENGAN LUKA BAKAR

Dosen Pembimbing :
Hepta Nur Anugrahini. S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh :
Alviana Rukmala Dewi
P27820117041
3 Reguler B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SOETOMO

TAHUN AJARAN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat Taufiq Hidayah dan Karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan


Medikal Bedah yang membahas tentang luka bakar dan penanganannya. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.

Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
semoga mereka mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik yang membangun dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada saya
sebagai penulis kususnya dan dapan memberikan tambahan informasi dan ilmu
kepada pembaca .

Surabaya, 4 Agustus 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................... i
Kata Pengantar ............................................................................................................. ii
Daftar Isi...................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 1
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Definisi ........................................................................................................ 3
2.2 Etiologi ......................................................................................................... 3
2.3 Patofisiologi .................................................................................................. 4
2.4 Fase Luka Bakar............................................................................................6
2.5 Klasifikasi .................................................................................................... 6
2.6 Pertolongan Pertama Luka Bakar................................................................10
2.7 Penatalaksanaan .......................................................................................... 12
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
3.1 Pengkajian................................................................................................... 21
3.2 Diagnosa .................................................................................................... 26
3.3 Intervensi .................................................................................................... 26
3.4 Implementasi............................................................................................... 31
3.5 Evaluasi....................................................................................................... 31
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 32
4.2 Saran............................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka bakar merupakan salah satu rasa nyeri yang sangat hebat yang
pernah atau dapat dialami seseorang yaitu rasa nyeri yang diakibtkan oleh
terbakar. Sewaktu luka bakar terjadi, terjadi rasa sakit yang sangat hebat
karena ujung-unjung saraf yang rusak sehingga menimbulkan perasaan sakit
yang terus enerus. Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, kimia, listrik,
cahaya, atau radiasi. Luka bakar menjadi penting karena dapat menyebabkan
kematian.
Penanganan pasien luka bakar sama halnya dengan penanganan pada
pasien-pasien yang lain yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi penderita
serta mencegah kerusakan dan komplikasi yang lebih berat. Adapun
penanganan pasien dengan luka bakar meliputi resusitasi cairan, kebutuhan
nutrisi, dan rehabilitasi.
Bagi mahasiswa keperawatan, memahami tentang penanganan pasien luka
bakar seperti resusitasi, nutrisi, dan rehabilitasi sangatlah penting. Agar pasien
yang akan dirawat tidak mengalami cedera yang lebih berat lagi. Karena
itulah, makalah ini akan membahas tentang penanganan pasien luka bakar
serta suhan keperawatannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari luka bakar?
2. Bagaimana etiologi dari luka bakar?
3. Bagaimana patofisiologi luka bakar?
4. Bagaimana fase luka bakar?
5. Apa saja klasifikasi dari luka bakar?
6. Bagaimana tindakan pertolongan pertama pada luka bakar?
7. Bagaimana tindakan penatalaksanaan luka bakar?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari luka bakar
2. Mengetahui etiologi dari luka bakar

4
3. Mengetahui patofisiologi luka bakar
4. Mengetahui fase luka bakar
5. Mengetahui klasifikasi dari luka bakar
6. Mengetahui tindakan pertolongan pertama pada luka bakar
7. Mengetahui tindakan penatalaksanaan luka bakar

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1.Definisi
Menurut buku Gawat Darurat Medis Praktis, 2011. Luka bakar adalah
trauma pada bagian/seluruh bagian tubuh karena paparan suhu, zat kimia,
listrik atau radiasi yang mendadak dan ekstrim yang menciderai secara
langsung atau tidak langsung. Jenis-jenis luka bakar:
1. Luka bakar langsung atau luka bakar kontak langsung dengan
penyebab, contoh: api.
2. Penghantaran melalui media lain, contoh: uap panas, air panas, dan
lain-lain.
3. Luka bakar ledakan.
4. Luka bakar listrik dan petir
5. Luka bakar suhu dingin
6. Luka bakar bahan kimia; asam kuat dan basa kuat.

2.2.Etiologi
Menurut buku Gawat Darurat Medis Praktis, 2011, etiologi luka bakar adalah
1. Scald Burns
Luka karena uap panas, terjadi karena air panas.
2. Flame Burns
Luka karena terbakar api. Seperti kebakaran rumah.
3. Flash Burns
Luka bakar yang disebabkan oleh ledakan gas alam, propan, butane,
minyak destilasi, alkohol dan cairan mudah terbakar lain.
4. Contact Burns
Luka bakar berasal dari kontak dengan logam panas, plastik, gelas atau
bara panas. Seperti bayi yang tidak sengaja memegang setrika panas.
5. Chemical Burn
Luka bakar yang disebabkan oleh iritasi zat kimia.

6
6. Electrical Burn
Sel yang dialiri listrik akan mengalami kematian yang bisa menjalar
dari arus masuk sampai bagian tubuh tempat arus keluar.

2.3.Patofisiologi
Menurut Buku Keperawatan Medikal Bedah, 2012, Luka bakar terjadi akibat
paparan suhu tinggi, yang mengakibatkan kerusakan pada kulit, dan pembuluh
darah. Akibat dari kerusakan pembulu darah ini adalah gangguan fisiologi
pada darah (plasma darah, protein, dan albumin), penyumbatan darah yang
dapat mengakibatkan radang iskemik, dan syok hipovolemik.
Luka bakar menyebabkan nekrosis koagulativa epidermis dan jaringan di
bawahnya. Kedalamannya bergantung pada suhu dan lamanya pajanan yang
mengenai kulit. Daerah cedera di bagi menjadi 3 zona, yaitu :
a. Zona Koagulasi: daerah kerusakan (Nekrosis) yang terjadi secara
irreversible pada saat luka terjadi.
b. Zona stasis: daerah yang mengelilingi zona nekrotik yang memiliki tingkat
kerusakan yang sedang disertai dengan penurunan perfusi jaringan dan
bergantung pada lingkungan luka, penanganan yang salah dapat
menyebabkan jaringan nekrosis.
c. Zona Hiperemia: daerah inflamasi yang mengelilingi luka dan tidak
beresiko menjadi nekrosis.

Menurut buku Gawat Darurat Medis Praktis, 2011, Manifestasi sistemik tubuh
terhadap kondisi ini adalah

1. Respon kardiovaskuler
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan pada volume darah.
Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler,
maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah.
Saraf simpatik akan melepaskan katekolamin yang meningkatkan resitensi
perifer (vasokontriksi) dan frekuensi denyut nadi. Lalu vasokontriksi
pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.

7
2. Respon Renalis
Ginjal berfungsi menyring darah. Dengan menurunnya intravaskuler maka
aliran darah ke ginjal dan glomerulus filtrate rate (GFR) menurun
mengakibatkan keluaran urine menurun dan bisa berakibat gagal ginjal.
3. Respon Gastrointestinal
Ada 2 komplikasi gastrointestinal yang potensial, yaitu ileus
paralitik (tidak adanya peristaltik usus) dan ulkus curling (berkurangnya
peristaltik usus dan bising). Lakukan dekompresi lambung (NGT/OGT).
Semua tanda ini menunjukkan erosi lambung atau duodenum (ulkus
curling). Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan
aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon
hipovolemik dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya
perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi abdomen,
muntah danaspirasi.
4. Respon Imunologi
Pertahanan imunologik tubuh sangat berubah akibat luka bakar. Sebagian
basis mekanik, kulit sebagai mekanisme pertahanan dari organisme yang
masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan
mikroorganisme masuk ke dalam luka.
5. Respon Pulmoner
Pada luka bakar yang berat, konsumsi Oksigen oleh jaringan akan
meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme
dan respon lokal. Cedera saluran napas atas terjadi akibat panas langsung,
cedera inhalasi di bawah glotis terjadi akibat menghirup produk
pembakaran yang tidak sempurna atau gas berbahaya seperti karbon
monoksida, sulfur oksida,nitrogen oksida, senyawa aldehid, sianida,
amonia, klorin, fosgen, benzena,dan halogen. Komplikasi pulmoner yang
dapat terjadi akibat cedera inhalasi mencakup kegagalan akut respirasi dan
ARDS (adult respiratory distress syndrome)

8
Pathway luka bakar

9
2.4.Fase Luka Bakar
Menurut buku Gawat Darurat Medis Praktis, 2011, Perjalanan penyakit pada
luka bakar terbagi dalam tiga fase, yaitu
2.4.1. Fase awal (fase akut atau fase syok)
Pada fase ini permasalahan utama berkisar pada gangguan yang terjadi
pada saluran nafas (misalnya cedera inhalasi), gangguan mekanisme
bernafas oleh karena adanya trauma multiple di rongga thoraks dan
gangguan sirkulasi (keseimbangan cairan elektrolit, syok
hipovolemik). Selain itu dapat juga terjadi nekrosis extremitas yang
mengalami compartement syndrome.
2.4.2. Fase Setelah Syok Berakhir (Fase Sub Akut)
Masalah utama fase ini adalah SIRS (Systemic Inflamatory
ResponseSyndrome) dan MODS (Multy-system Organ Dysfunction
Syndrome) dan sepsis. Berikut dampak atau yang timbul pada fase
pertama (cedera inhalasi, syok) dan masalah yang bermula dari
kerusakan jaringan.
2.4.3. Fase Lanjut atau Fase Penyembuhan
Fase ini berlangsung sejak penutupan luka sampai terjadinya maturasi
jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari maturasi
jaringan dan penyulit dari luka bakar, berupa parut hipertrofik,
kontraktur dan deformitas lain yang terjadi karena kerapuhan jaringan
atau struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan
berlangsung lama.

2.5.Klasifikasi Luka Bakar


Menurut Buku Keperawatan Medikal Bedah, 2012, klasifikais luka bakar
dibagi menjadi:
2.5.1. Berdasarkan berat ringannya luka bakar
1. Persentasi area (luasnya)
2. Kedalaman luka bakar
3. Anatomi lokasi luka bakar
4. Umur klien

10
5. Riwayat pengobatan yang lalu
6. Trauma yang menyertai atau bersamaan

American college of surgeon membagi dalam:

1. Parah – critical
a) Tingkat II : 30%
b) Tingkat III: 10% atau lebih
c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah

Dengan adanya komplikasi pernafasan, jantung, fracture, soft,


tissue yang luas

2. Sedang – moderate

a) Tingkat II : 15-30%

b) Tingkat III: 1-10%

3. Ringan – minor

a) Tingkat II : kurang 15%

b) Tingkat III : kurang 1%

2.5.2. Berdasarkan Kedalaman Luka bakar

11
1. Derajat I (luka bakar superficial)
Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar derajat
ini ditandai dengan kemerahan yang biasanya akan sembuh tanpa
jaringan parut dalam waktu 5-7 hari. Nyeri, erythema, tanpa bullae.

Kulit normal LB Superficial


2. Derajat II (luka bakar dermis)
Luka bakar derajat II mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada
lapisan epitel yang tersisa. Luka dapat sembuh sendiri dalam 10-12
hari. Kerusakan kapiler dan iritasi ujung saraf sensorik yang terjadi di
dermis menyebabkan luka derajat ini tampak lebih pucat dan lebih
nyeri. Timbul bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh
karena permeabilitas dinding meningkat.
Luka bakar derajat II dibedakan menjadi:
 Derajat II dangkal (IIA), hanya mengenai epidermis dan lapisan
atas corium, elemen-elemen epitel banyak. Penyembuhan dalam 1-
2 minggu tanpa terbentuk sikatriks
 Derajat II dalam (IIB), sisa-sisa jaringan epitel tinggal sedikit,
penyembuhan 3-4 minggu dan disertai pembentukkan parut
hipertrofi.
Proses penyembuhan pada luka ini terjadi reepitelisasi folikel rambut
dan keratinosit kelenjar keringat. Penyembuhan berlangsung selama
14-35 hari dan seringkali terjadi pembentukan jaringan parut.

12
3. Luka bakar derajat 3
Luka bakar derajat III meliputi seluruh kedalaman kulit,mungkin
subkutis atau organ yang lebih dalam. Tidak ada lagi elemen epitel
yang hidup sehingga untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan
cangkok kulit (skin graft). Koagulasi protein yang terjadi memberikan
gambaran luka bakar berwarna keputihan, tidak ada bula dan tidak
nyeri. Ini dapat menimbulkan kontraktur dan skar hipertropik.

LB derajat 3
4. Luka bakar derajat 4
Pada luka derajat 4 semua jaringan sudah terjadi kerusakan hingga
bagian otot dan tulang

2.5.3. Berdasarkan Luas Luka


Patokan untuk menilai luas luka bakar dengan menggunakan Rules of
nine.
1. Dewasa
 Kepala dan leher 9%
 Lengan masing-masing 9% : 18%
 Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
 Kaki kanan 18% dan kiri 18% : 36%
 Genetalia : 1%

13
2. Bayi
 Kepala dan Leher 21%
 Badan depan 13%
 Badan belakang 13%
 Lengan 10 %
 Kaki 13,5%
 Bokong 5%
 Alat Kelamin 1%

2.6.Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar


Menurut buku Gawat Darurat Medis Praktis, 2011, Prinsip penatalaksanaan
luka bakar adalah Menjamin dan menjaga airway, perfusi darah tetap normal,
keseimbangan cairan dan elektrolit, suhu tubuh normal

2.6.1. Pertolongan pertama (penanganan darurat di tempat kejadian):


Tidak panik, untuk memudahkan tindakan selanjutnya pertolongan
diberikan untuk mengurangi akibat yang terjadi kemudian.
2.6.2. Mengurangi berat luka bakar
a. Jauhkan benda panas: api dipadamkan (pakaian penderita
ditanggalkan)
b. Dinginkan tubuh
Panas akan menetap pada kulit selama 15 menit dan akan menjalar
ke bagian yang lebih dalam, menyiram dengan air dingin 20-30°C
dan bersih sangat menolong, karena :
1) Menurunkan suhu, sehingga mengurangi dalamnya luka.

14
2) Mengurangi nyeri.
3) Mengurangi udema.
4) Mengurangi kehilangan protein.
c. Mengurangi rasa nyeri
Analgetik dapat diberikan secara oral atau suntikan (morfin/ petidin)
dan meletakkan bagian yang terbakar pada posisi yang lebih tinggi.24
d. Jalan nafas
Jalan nafas diperiksa, bila dijumpai obstruksi jalan nafas, lakukan
pembersihan dan pemberian O,
e. Mencegah syok
Pemasangan infus dilakukan untuk mencegah syok. Luka bakar
kurang dari 30% diberikan 500 ml RL/jam, luka bakar lebih dari 30%
diberikan 100 ml RL/jam. Pada luka bakar > 30% biasanya fungsi
tidak baik sehingga cairan tidak diserap dan mengakibatkan perut
menjadi kembung.
f. Mencegah infeksi
Luka bakar sebaiknya jangan diberi bahan-bahan yang kotor darn
sukar larut dalam air seperti mentega, kecap, telur atau bahan yang
lengket misalnya kapas. Luka ditutup dengan kain bersih. Jika ada
bula, jangan balut luka dengan menggunakan kasa gulung kering dan
steril.

Survey primer singkat yang dapat dilakukan antara lain :


1. Cedera jalan napas harus diduga jika luka bakar mengenai wajah, bulu
hidung menjadi hangus, sputum mengandung karbon, dan takipnea.
2. Obstruksi jalan napas atas dapat berkembang dengan cepat, dan status
respirasi harus dimonitor secara lanjut untuk menilai apakah pasien
memerlukan kontrol jalan napas dan bantuan ventilasi.
3. Suara serak yang progresif merupakan tanda akan terjadi obstruksi jalan
napas, dan intubasi endotrakeal sebaiknya dilakukan di awal sebelum
edema mengganggu jalan napas bagian atas.

15
4. Adanya pulsasi pada ekstremitas distal, cukup untuk menentukan
sirkulasi darah yang adekuat sampai pemantauan seperti pengukuran
tekanan arteri dan keluaran urin bisa dilakukan.
5. Cedera traumatik lain mungkin menyertai luka bakar, dan jika
mengancam jiwa, sebaiknya ditangani terlebih dahulu.

2.7. Penatalaksanaan
Menurut buku Gawat Darurat Medis Praktis, 2011,
2.7.1. Penanganan Airway dan Breathing
Management airway dan breathing yang tidak dilakukan dengan
baik akan mengakibatkan komplikasi serius. Kondisi serius yang perlu
dicermati adalah adanya cedera inhalasi, terutama jika luka bakar terjadi
pada ruang tertutup. Cedera inhalasi lebih jarang terjadi pada ruang
terbuka atau pada ruang dengan ventilasi baik. Hilangnya rambut-rambut
wajah dan sputum hitam memberikan tanda adanya cedera inhalasi.
Pemberian oksigen dengan saturasi yang diharapkan setinggi >90%
harus segera diberikan. Pasien dengan luka bakar luas sering
membutuhkan intubasi. Indikasi klinis dilakukannya Intubasi :
No Kriteria Nilai
1 PaO2 (mmHg) < 60
2 PaCO2 (mmHg) >50
3 Rasio PAO2 / FiO2 <200
4 Kegagalan nafas Ancaman
5 Edema Saluran Nafas Atas Berat

Stidor dapat dijumpai dalam beberapa jam pada pasien dengan airway
stabil seiring dengan terjadinya edema pada saluran nafas. Hati- hati
dalam penggunaan obat-obat penenang, karena dapat menekan fungsi
pernafasan.

16
2.7.2. Penanganan Circulation dan Resusitasi Cairan
Menurut buku Gawat Darurat Medis Praktis, 2011, Akses intravena dan
pemberian resusitasi cairan harus segera dilakukan. Lokasi ideal sebagai
akses pemberian cairan yaitu pada kulit yang tidak mengalami luka
bakar, namun jika tidak memungkinkan maka vena pada kulit yang
terbakar pun dapat digunakan. Akses intravena sebaiknya dilakukan
sebelum terjadi edema jaringan yang akan menyulitkan pemasangan
infus. Pemasangan infus di vena sentral perlu dipertimbangkan jika tidak
ada akses pada vena perifer. Cairan Ringer laktat dan NaCl 0,9% tanpa
glukosa dapat diberikan pada 1-2 akses intravena.
Banyaknya cairan awal yang akan diberikan, dapat dihitung cepat
dengan mengalikan daerah permukaan tubuh total (total body surface
area, TBSA) yang terbakar dengan berat badan pasien dalam kilogram,
kemudian dibagi 8. Jumlah cairan yang diperlukan untuk
mempertahankan perfusi adekuat dapat dengan mudah dipantau dengan
melihat fungsi ginjal normal, dengan cara menghitung volume keluaran
urinnya. Sebaiknya keluaran urin tersebut 0,5 mL/jam pada dewasa dan
1,0 mL/kgBB/jam pada anak-anak.
Dalam 24 jam pertama, hitung kebutuhan cairan dengan
menambahkan cairan dari kebutuhan cairan rumatan dan kebutuhan
cairan resusitasi dengan formula

Metode Elektrolit Koloid Dextrose


Evans 1 cc x kgBB x % (R.L) 1 cc x kgBB x % 2000 cc dws
1000 cc anak-anak
Brook 1,5 cc x kgBB x % (R.L) 0,5 x kgBB x % 2000 cc dws
1000 cc anak-anak
Baxter 4 ccx kgBB x % (R.L)

a) baxter :

Kebutuhan cairan =
4 cc x BB (dalam Kg) x Luas luka bakar (%) cc

17
Berikan ½ dari total kebutuhan cairan dalam waktu 8 jam pertama, dan
sisanya 16 jam berikutnya. Pada 24 jam kedua berikan ½ hingga ¾ cairan
yang diperlukan selama hari pertama.
Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal
RL : Dextran = 17 : 3 . 2cc x %LBB x BB

Kebutuhan faal:
 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
½  diberikan 8 jam pertama
½  diberikan 16 jam berikutnya
Hari kedua :
Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin
(3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc)  1 cc/ mnt
Anak diberi sesuai kebutuhan faal
b) Rumus Evans
Dalam 24 jam pertama diberikan :
elektrolit : saline normal 1 ml/kgBB/%luka bakar
koloid : 1 ml/kg BB/% luka bakar, glukosa dalam air 2000 ml dan
untuk 24 jam kedua diberikan elektrolit : saline normal setengah dari
kebutuhan 24 jam pertama, koloid : setengah dari kebutuhan 24 jam
pertama, glukosa dalam air 2000 ml
c) Rumus Brooke
alam 24 jam pertama diberikan elektrolit : Ringer lactat1,5
ml/kgBB/%luka bakar, koloid : 0,5 ml/kg BB/% luka bakar, glukosa
dalam air 2000 ml. dan untuk 24 jam kedua diberikan elektrolit :
setengah sampai tiga perempat dari kebutuhan 24 jam pertama,

18
koloid : setengah sampai tiga perempat dari kebutuhan 24 jam
pertama, glukosa dalam air 2000 ml
d) Rumus Parkland
Dalam 24 jam pertama diberikan elektrolit berupa Ringer lacktat 4
ml/Kg BB/% luas Luka Bakar Dan 24 jam kedua diberikan koloid
sebanyak 20-60 % dari volume plasma yang dihitung

2.7.3. Perawatan Pada Luka Bakar


Menurut Buku Panduan Penyusunan Asuhan Profesional, 2015, Setelah
keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan,
selanjutnya dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada
karakteristik dan ukuran dari luka:
a. Luka bakar derajat I, tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian
salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan
kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen)
untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan.
b. Luka bakar derajat II (superfisial), perlu perawatan luka setiap
harinya, luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut
dengan perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik.
c. Luka derajat III (dalam) dan luka derajat II, perlu dilakukan eksisi
awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting).

2.7.4. Penggunaan Antimikroba


Penggunaan antimikroba yang tepat waktu dan efektif dapat mencegah
infeksi luka yang invasif. Pada luka bakar yang lidak diobati, organisme
akan berproliferasi dalam Jumlah yang tinggi (>10' organisme per gram
jaringan), organisme ini dapat menembus Jaringan yang masih viable dan
kemudian menginvasi pembuluh darah, sehingga menyebabkan infeksi
sistemik. Obat-obat antimikroba yang dapat digunakan antara lain :
a. Sulfadiazin perak.
Cara kerja antimikroba ini berspektrum luas terhadap gram positif,
gram negatif, dan beberapa jenis jamur, tidak nyeri jika dioleskan

19
dan mudah digunakan, Dapat timbul leukopenia transien selama 3-
5 hari jika terus digunakan.
b. Mafenidat asetat.
Merupakan agen topikal spektrum luas dan terutama bermanfaat
untuk melawan spesies yang Pseudomonas dan Enterococcus yang
resisten. Dapat juga menembus eskar, sedangkan sulfadiazin perak
tidak dapat menembus eskar. Kerugiannya yaitu rasa nyeri bila
dioleskan, dan memilikisifat menginhibisi anhidrase karbonat yang
dapat menimbulkan asidosis metabolik.
c. Polimiksin B, neomisin, dan basitrasin.
Jernih, tidak nyeri, dan memudahkan observasi luka. Paling sering
digunakan untuk pengobatan luka bakar pada wajah, tempat graft,
penyembuhan tempat donor, dan untuk partial-thicknessburns yang
kecil.
d. Mupirocin mempunyai aktivitas yang baik terhadap bakteri gram
positif terutama terhadap Staphylococcus aureus yang resisten
terhadap metisilin dan bakteri gram negatif tertentu.
e. Nistatin dapat digunakan pada luka untuk mengontrol pertumbuhan
jamur.
f. Perak nitrat.
Tidak nyeri jika digunakan dan memiliki efektivitas antimikroba
yang sempurna. Kerugiannya adalah pewarnaan pada permukaan
menjadi berwarna kelabu atau hitam. Larutan ini hipotonik dan
penggunaan secara terus-menerus dapat menyebabkan kehilangan
elektrolit.
g. Larutan Dakin
Merupakan larutan natrium hipoklorit encer. Efektif melawan
sebagian besar mikroba. Memiliki efek sitotoksik terhadap sel pada
luka pasien yang sedang menyembuh.

20
2.7.5. Nutrisi pada Luka Bakar
Menurut buku Gawat Darurat Medis Praktis, 2011, tujuan diet luka bakar
adalah untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah terjadinya
gangguan metabolik serta mempertahankan status gizi secara optimal
selama proses penyembuhan, dengan cara :
a. Mengusahakan dan mempercepat penyembuhan jaringan yang rusak
b. Mencegah terjadinya keseimbangan nitrogen yang negatif
c. Memperkecil terjadinya hiperglikemia dan hipergliseridemia
d. Mencegah terjadinya gejala-gejala kekurangan zat gizi mikro.

Syarat-syarat diet luka bakar adalah

a. Memberikan makanan dalam bentuk cair sedini mungkin atau


Nutrisi Enteral Dini (NED)
b. Kebutuhan energi dihitung dengan pertimbangan kedalaman dan
luas luka bakar
1) Menunut Curreri : 25 kkal/kg BB aktual + 40 kkal x % luka
bakar
2) Menurut Asosiasi Dietetik Australia berdasarkan % luka bakar

Tabel Kebutuhan energi sehari berdasarkan persen luka bakar

Luka Bakar (%) Kebutuhan Energi (kkal)


<10 12x AMB
11-20 13x AMB
21-30 15 x AMB
31-50 18x AMB
>50 2,0 x AMB

c. Protein tinggi, yaitu 20-25 % dari kebutuhan energi total

21
d. Lemak sedang, yaitu 15-20 % dani kebutuhan energi total.
Pemberian Iemak yang tinggi menyebabkan penundaan respon
kekebalan sehingga pasien lebih mudah terkena infeksi.
e. Karbohidrat sedang yaitu 50-60 % dari kebutuhan energi total. Bila
pasien mengalami trauma jalan napas (trauma inhalasi), karbohidrat
diberikan 45-55 % dari kebutuhan energi total
f. Vitamin diberikan diatas Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan, untuk membantu mempercepat penyembuhan. Vitamin
umumnya ditambahkan dalam bentuk suplemen. Kebutuhan
beberapa jenis vitamin adalah sebagai berikut
1) Vitamin A minimal 2 kali AKG
2) Vitamin B minimal 2 kali AKG
3) Vitamin C minimal 2 kali AKG
4) Vitamin E 200 SI
g. Mineral tinggi, terutama zat besi, seng natrium, kalium, kalsium
fosfor, dan magnesium. Sebagian mineral diberikan dalam bentuk
suplemem
h. Cairan tinggi. Akibat luka bakar terjadi kehilangan cairan dan
elektrolit secara intensif. Pada 48 jam pertama, pemberian cairan
ditujukan untuk mengganti cairan yang hilang agar tidak terjadi
shock.

Sedangkan prinsip diet untuk luka bakar antara lain :

a. Kebutuhan kalori dapat dihitung dengan menggunakan rumus Ireton


– Jones, sementara kebutuhan proteinnya dapat diperkirakan
berdasarkan rasio kalori terhadap nitrogen atau jumlah protein yang
dibutuhkan pada masing-masing keadaan
b. Terapi imunonutrisi dapat dilakukan dengan memberikan suplemen
preparat enteral yang mengandung glutamin, arginin, dan asarm
lemak omega 3. Glutamin dan arginin merupakan asam-asam amino
yang dalam keadaan schat tergolong non-esensial tetapi pada
keadaan stres berat akan menjadi asam-asam amino esensial. Kadar

22
glutamin dan arginin yang memadai akan mengendalikan respon
inflamasi dan mempercepat proses penyembuhan
c. Pemberian cairan dilakukan berdasarkan jumlah darah yang hilang
dengan ditambah jumlah keluar urine serta feses dan insensible
waterloss
d. Pemberian suplemen vitamin dan mineral diperlukan pada traum,
luka bakar dan pembedahan. Vitamin C dengan takaran 500-1000
mg/hari diperlukan untuk pembentukan kolagen bagi proses
kesembuhan luka yang optimal

Adapun jenis-jenis diet pada pasien luka bakar yaitu :

a. Diet Luka Bakar I


Diet Luka Bakar I diberikan pada pasien luka bakar berupa cairan Air
Gula Garam Soda (AGGS) dan Makanan Cair Penuh dengan
pengaturan sebagai berikut
1) 0-8 jam pertama sampai residu lambung kosong diberi AGGS dan
Makanan Cair Penuh ½ kkal/ml, dengan cara drip (tetes) dengan
kecepatan 50 ml/jam
2) 8-16 jam kemudian, jumlah energi per ml ditingkatkan mejadi 1
kkal/ml dengan kecepatan yang sama
3) 16-24 jam kemudian, apabila tidak kembung dan muntah, energi
ditingkatkan menjadi 1 kkal/ml dengan kecepatan 50-75 ml/menit.
Diatas 24 jam bila tidak ada keluhan kecepatan pemberian
makanan dinaikkan sampai dengan 100 ml/menit
4) Apabila ada keluhan kembung dan mual, AAGS dan Makanan Cair
Penuh diberikan dalam keadaan dingin. Apabila muntah,
pemberian makanan dihentikan selama 2 jam
b. Diet Luka Bakar II
Diet Luka Bakar II merupakan perpindahan dari Diet Luka Bakar I,
yaitu diberikan segera setelah pasien mampu menerima cairan AGGS
dan Makanan Cair Penuh dengan nilai energi 1 kkal/ml, serta
sirkulasi cairan tubuh normal.

23
Cara pemberiannya sebagai berikut :

a. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dapat


berbentuk cair, saring, lumat, lunak, atau biasa
b. Cairan AGGS, tidak terbatas
c. Bila diberikan dalam bentuk cair, frekuensi pemberian 8 kali sehari.
Volume setiap kali pemberian disesuaikan dengan kermampuan
pasien, maksimal 300 ml
d. Bila diberikan dalam bentuk saring, frekuensi pemberian 3-4 kali
sehari dan dapat dikombinasikan dengan Makanan Cair Pemh untuk
memenuhi kebutuhan gizi
e. Bila diberikan dalam bentuk lunak atau biasa, frekuensi pemberian
disesuaikan dengan kemampuan pasien sehingga asupan zat gizi
terpenuhi

2.7.6. Posisi Bidai Luka Bakar


1. Aksila (Kontraktur Aduksi)
Sebagian besar kontraktur di aksila melibatkan adduksi dan rotasi
internal. Dengan demikian, posisikan lengan 90 derajat terhadap batang
tubuh melawan adduksi dan naikkan lengan atas untuk mencapai rotasi
eksternal.

2. Siku (Kontraktur Fleksi)


Siku dengan luka bakar cenderung membentuk kontraktur fleksi. Bidai
dalam posisi sedikit fleksi (tetap posisi fungsional baik) atau, bila
mungkin, ekstensi penuh.

24
3. Jari Tangan (Kontraktur Adduksi)
Jari-jari tangan dan ibu jari sering tertarik ke dalam. Balut terpisah dan
pisahkan masing-masing. Sedikit fleksikan ibu jari untuk menggenggam.

4. Tangan (kontraktur eksternal)


Luka bakar di dorsal berakibat kontraktur ekstensi. Bidai pada posisi
netral dengan jari-jari terpisah.

5. Tangan (kontraktur fleksi)


Luka bakar di palmar menyebabkan kontraktur fleksi, mengurangi
kekuatan genggaman. Bida pada posisi netral dengan jari-jari terpisah.

6. Lutut (kontraktur fleksi)


Kontraktur fleksi menggangu lokomotor. Untuk mencegah panjang
tungkai yang berbeda, bidai dalam posisi sedikit fleksi (posisi fungsional
85 derajat) atau bila memungkinkan, ekstensi penuh.

25
7. Pergelangan Kaki (kontraktur fleksi)
Pergelangan kaki sering mengalami kontraktur dorsifleksi. Bidai dalam
posisi netral 90 derajat untuk menjaga lokomotor dan keseimbangan.

26
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1. Biodata Klien
Meliputi nama, jenis kelamnin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, diagnosa, medis.

3.1.2. Keluhan Utama


Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak
napas nyeri dapat disebabkan karena iritasi jenis terbadap syaraf. Dalam
melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, rate pain,
quality, time (p.q.r.s.t). sesak napas yang timbul beberapa jam/hari setelah
klien mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran pembuluh
darah sehingga timbul penyumbatan saluran napas bagian atas, bila edema
paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.

3.1.3. Riwayat Kesehatan


a. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien dengan luka bakar ini sebelumnya bekerja pada
tempat yang mempunyai resiko terjadi luka akar seperti proyek
lapangan pabrik kimia atau petugas lapangan lainnya
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pada klien luka bakar derajat satu yang dirasakan oleh klien
adalah nyeri, sesak nafas serta sensitive untuk disentuh, ditekan,
gerakan udara, dan perubahan suhu luka bakar derajat kedua biasanya
terasa sangat nyeri dan pada luka bakar derajat tiga sudah tidak terasa
nyeri lagi

27
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya keluarga tidak ada menderita penyakit yang sama dengan
klien tetapi perlu di kaji riwayat penyakit keturunan seperti diabetes
melitus dan hipertensi.
3.1.4. Pola - Pola Kesehatan
1. Pola nutrisi
Makan
Smrs : Biasanya pada waktu klien sehat makan 3x1 sehari, tidak ada
pantangan atau alergi makanan.
Mrs : Biasanya pola makan klien saat sakit mengalami perubahan
dikarenakan nyeri yang hebat, dan tergantung lokasi luka bakar, apabila
luka bakar di daerah mulut maka makan klien akan terganggu dan
biasanya klien anoreksia, mual dan muntah
Minum
Smrs: Biasanya saat sehat minum klien cukup kira-kira 6-8 gelas sehari.
Mrs: Biasanya saat klien sakit minum klien terganggu dan kebutuhan
cairan klien tergantung pada luasnya luka bakar, karna pada kasus luka
bakar harus mendapatkan cairan yang banyak untuk mengganti cairan
yang hilang.

2. Eliminasi
Miksi
Biasanya pada klien luka bakar haluaran urine menurun/tak ada fase
darurat, warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin,
mengindikasikan kerusakan otot dalam diuresis (setalah kebocoran
kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi)
Defekasi
Biasanya frekuensi BAB klien dapat terganggu tergantung pada
kedalaman luka bakar

28
3. Pola tidur dan istirahat
Biasanya pada kasus luka bakar derajat 2 dan 3 klien akan kesulitan
untuk tidur kerena nyeri yang dirasakan klien.

4. Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri


Biasanya pada saat klien sehat klien bisa beraktivitas sendiri tanpa
bantuandari orang lain, sedangkan pada saat klien sakit akitivitas dan
perawatan diri klien dibantu oleh keluarga dan perawat

5. Data sosial ekonomi


Biasanya klien luka bakar berasal dari ekonomo menengah kebawah,
karna memiliki pekerjaan yang beresiko luka bakar.

6. Data psikososial
Biasanya pada klien dengan luka bakar akan terganggu psikologinya,
klien akan merasa malu, tidak percaya diri terhadap dirinya sendiri.
7. Data spiritual
Biasanya klien dengan luka bakar lebih meningkatkan spritualnya untuk
meyakinkan dari untuk menerima kenyataan dan motivasi dirinya
sendiri

3.1.5. Pengkajian Fisik


1. Keadaan umum klien
Kesadaran: Biasanya klien dengan luka bakar ringan tingkat
kesadarannya compos mentis dan pada luka bakar berat biasanya
kedaran klien sudah mulai menurun bahkan ada yang sampai koma.
2. Dada/thorak
a. Inspeksi
Biasanya pada luka derajat 1 tampak kering, lepuh tidak ada, pucat
bila ditekan dengan ujung jari berisi kembali bila tekanan dilepas
pada luka derajat 2 , luka tampak lembab, merah, berbentuk lepuh

29
sebagian memucat. Pada derajat 3 luka tampak kering kulit
mengelupas, pembuluh darah seperti arang.
b. Palpasi
Biasanya pada luka derajat 1 fremitus tidak bermasalah dan baru
ditemukan kelainan pada derajat 2 dan 3 fremitus kurang bergetar
karna cairan yaang masuk ke paru
c. Perkusi
Biasanya suara napas normal bunyinya sonor
d. Auskultasi
Biasanya irama ireguler, suara napas tambahan ronchi
3. Jantung
a. Inspeksi
Biasanya iktus kordis tidak terlihat
b. Palpasi
Biasanya ictus kordis tidak teraba
c. Perkusi

Biasanya jantung pada batas normal

d. Auskultasi

Biasanya pada derajat 2 dan 3 adanya bradikardi karena syok


hipovolemik dan penurunan curah jantung

4. Abdomen
a. Inspeksi
Biasanya perut klien bulat tidak ada kelainan tergantung pada luas
dan lokasi luka bakar terjadi
b. Perkusi
Biasanya tidak ada bising usus dan tergantung pada derajat dan
luasnya luka bakar
c. Palpasi
Biasanya keadaan kulit klien baik dan tidak ada pembesaran hepar

30
d. Auskultasi
Biasanya tidak terjadi perubahan bunyi pada abdomen
5. Genitourinaria
Biasanya keadaan genetalia bersih dan klien terpasang kateter
6. Ektremitas
Biasanya ekstremitas simetris, adanya perlukaan, edema, dan adanya
bullae
7. Sistem integument
Biasanya pada derajat 1 kulit tampak kering, warnanya merah muda,
pucat bila ditekan dengan ujung jari dan berisi kembali bila tekanan
dilepas.Pada derajat 2 luka lembab, warna merah, berbentuk lepuh
sebagian memucat. Pada derajat 3 luka akan tampak pucat, kering
disertai kulit mengelupas.

8. Pemeriksaan diagnostic
a. LED : mengaji hemokonsentrasi.
b. Elektrolit serum mendeteki ketidakseimbangan cairan dan
biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat
peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium
dapat menyebabkan henti jantung.
c. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
d. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
e. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen
menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
f. Bronkoskopi membantu memeriksa cedera inhalasi asap.
g. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat
menurun pada luka bakar masif.
h. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi
asap.

31
3.2.Diagnosa
3.2.1 Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya
kerja silia. Luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas
thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.
3.2.2 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan
ketidakcukupan kebutuhan: hypermetabolik, status
pemasukan. Kehilangan perdarahan.
3.2.3 Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera
inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder
terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher
3.2.4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer
tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan
traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb,
penekanan respons inflamasi.
3.2.5 Nyeri berhubungan dengan Kerusakan pembentukan edema.
Manifulasi jaringan cedera contoh kulit/jaringan; debridemen
luka.

3.3.Intervensi
3.3.1. Diagnosa 1:
Risiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obstruksi trakeobronkial; oedema mukosa; kompresi jalan nafas.
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan bersihan
jalan efektif
Kriteria Hasil :
 Bunyi nafas vaskuler
 RR dalam batas normal
 Bebas dispnoe / sianosis.

32
Intervensi:

1. Kaji reflek gangguan menelan

2. Perhatikan pengaliran air liur

3. Ketidak mampuan menelan, serak, batuk, mengi

4. Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan

5. Auskultasi paru, perhatikan stridor, mengi / gemericik,


penurunan bunyi nafas, batuk rejan.

6. Tinggikan kepala tempat tidur

7. Hindari penggunaan bantal dibawah kepala, sesuaikan


indikasi.

8. Awasi 24 jam keseimbangan cairan, perhatikan variasi /


perubahan

9. Lakukan program kolaborasi meliputi :

- Berikan pelembab O2 melalui cara yang tepat, contoh


masker wajah

- Awasi / gambaran seri GDA

- Kaji ulang seri rontgen

- Berikan / bantu fisioterapi dada / spirometri intensif

3.3.2. Diagnosa 2
Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan melalui rute abnormal; peningkatan
kebutuhan : status hipermetabolik, ketidak cukupan pemasukan;
kehilangan darah

33
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan resiko tinggi
kekurangan volume cairan menurun.
Kriteria Hasil :
Tak ada manifestasi dehidrasi, elektrolit serum dalam batas
normal, haluaran urine di atas 30 ml / jam.

Intervensi:
1. Awasi tanda vital, CVP
2. Perhatikan kapiler dan kekuatan nadi perifer
3. Awasi pengeluaran urine dan berat jenisnya. Observasi
warna urine dan hemates sesuai indikasi
4. Resolusi oedema, perkiraan drainase luka dan kehilangan
yang tampak
5. Timbang berat badan setiap hari sesuai indikasi
6. Selidiki perubahan mental
7. Observasi distensi abdomen, hematomesis, feses hitam,
Hemates drainase NG dan feses secara periodik
8. Lakukan program kolaborasi meliputi :
 Pasang / pertahankan kateter urine
 Pasang / pertahankan ukuran kateter IV
 Berikan penggantian cairan IV yang dihitung,
elektrolit, plasma, albumin
 Awasi hasil pemeriksaan laboratorium (Hb, elektrolit,
natrium)
9. Berikan obat sesuai indikasi : diuretika (contoh Manitol,
Kalium, Antasida)

3.3.3. Diagnosa 3
Risiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera
inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder
terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.

34
Tujuan:
Pasien dapat mendemonstrasikan oksigenasi adekuat.
Kriteria Hasil :
RR 12-24 x/menit, warna kulit normal, GDA dalam rentang
normal, bunyi nafas bersih, tak ada kesulitan bernafa

Intervensi:
1. Pantau laporan GDA dan kadar karbon monoksida serum.
2. Beriakan suplemen oksigen pada tingkat yang ditentukan.
3. Pasang atau bantu dengan selang endotrakeal dan tempatkan
pasien pada ventilator mekanis sesuai pesanan bila terjadi
insufisiensi pernafasan(dibuktikan dnegna hipoksia,
hiperkapnia, rales, takipnea dan perubahan sensorium).
4. Anjurkan pernafasan dalam dengan penggunaan spirometri
insentif setiap 2 jam selama tirah baring.
5. Pertahankan posisi semi fowler, bila hipotensi tak ada.
6. Untuk luka bakar sekitar torakal, beritahu dokter bila terjadi
dispnea disertai dengan takipnea. Siapkan pasien untuk
pembedahan eskarotomi sesuai pesanan.

3.3.4. Diagnosa 4
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer
tidak adekuat; kerusakan perlindungan kulit; jaringan traumatic.
Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan
respon inflamasi.
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan resiko infeksi
menurun.
Kriteria Hasil:
- Tak ada demam
- Pembentukan jaringan granulasi bai

35
Intervensi:

1. Pantau:
- Penampilan luka bakar (area luka bakar, sisi donor dan
status balutan si atas sisi tandur bial tandur kulit dilakukan)
setiap 8 jam.
- Suhu setiap 4 jam
- Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap makan
2. Bersihkan area luka bakar setiap hari dan lepaskan jaringan nekrotik
(debridemen) sesuai pesanan
3. berikan mandi kolam sesuai pesanan, implementasikan perawatan yang
ditentukan yntuk sisi donor, yang dapat ditutp dengan balutan vaseine
atau op site.
4. Lepaskan krim lama dari luka sebelum pemberian krim baruberikan
krim secara menyeluruh diatas luka.
5. Beri tahu dokter bila demam drainase purulen atau bau busuk dari area
luka bakar.
6. Tempatkan pasien pada ruangan khusus dan lakuakan kewaspadaan
untuk luka bakar luas.

3.3.5. Diagnosa 5
Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit / jaringan;
pebentukan edema. Manipulasi jaringan cedera contoh
debridement luka.
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri
menurun
Kriteria Hasil:
Menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi
wajah dan postur tubuh rileks.

36
Intervensi:
1. Berikan analgesik narkotik yang diresepkan prn dan
sedikitnya 30 menit sebelum prosedur perawatan luka.
Evaluasi keefektifannya.
2. Anjurkan analgesik IV bila luka bakar luas.
3. Pertahankan pintu kamar tertutup, tingkatkan suhu
ruangan dan berikan selimut ekstra untuk memberikan
kehangatan.
4. Berikan ayunan di atas tempatt tidur bila diperlukan.
5. Bantu dengan pengubahan posisi setiap 2 jam bila
diperlukan. Dapatkan bantuan tambahan sesuai
kebutuhan, khususnya bila pasien tak dapat membantu
membalikkan badan sendiri.
3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan kategori dari perilaku keperawatan, dimana
perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan. Pada tahap pelaksanaan
ini perawat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana dan
prioritasnya namun kadang-kadang ada perubahan sesuai dengan keadaan
klien.
3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langakh terakhir dari proses keperawatan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak

37
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Luka bakar merupakan penyebab umum terjadinya cedera traumatik dan
kondisi kegawatan utama di ruang gawat darurat yang memiliki berbagai
jenis permasalahan, tingkat mortalitas dan morbiditas yang tinggi (Chen,
Chen, Wen, Lee, dan Ma, 2014; Jailani, 2006; Schneider et al., 2012).
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke
tubuh melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik yang mengakibatkan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga air, klorida dan
protein tubuh akan keluar dari dalam sel menuju ruang interstitial dan
menyebabkan edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan
hemokonsentrasi. Pertolongan pertama yangdapat dilakukan natara lain :
menghindari sumber api pada tubuh, menyingkirkan baju, rendam daerah
luka bakar dengan air. Kemudian terdapat penanganan airway dan
breathing, resusitasi cairan, penggantian darah, perawatan luka, bakar,dan
pemenuhan nutrisi.

4.2 Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca dapat mengerti
bagaimana pertolongan pertama pada luka bakar dan cara merawat luka
bakar.

38
DAFTAR PUSTAKA

Hardisman. 2011. Gawat Darurat Medis Praktis. Jakarta : EGC


Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat Plus Contoh Askep Dengan
Pendekatan NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Nuha Medika
Padila. (2012). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta :
Nuha Medika
Kathleen S. Oman, dkk. (2012). Panduan Belajar Keperawatan
Emergensi. Jakarta : EGC
Courtney M. Townsend. (2010). Buku Saku Ilmu bedah Sabitson, Ed 17.
Jakarta : EGC

39

Anda mungkin juga menyukai