Anda di halaman 1dari 3

Hidayatullah.

com

Tazkiyatun Nafs
Bersegera Mempersiapkan Kehidupan Lebih Baik di Akhirat
Bersegera Mempersiapkan Kehidupan Lebih Baik di Akhirat
Ilustrasi.
DUNIA adalah tempat manusia hidup sekarang. Di alam ini manusia dilahirkan,
dibesarkan, dan mengisi hidupnya dengan beragam aktivitas. Di alam ini juga akan
diwafatkan. Dunia bersifat fana, tidak abadi. Pada saat yang telah ditentukan itu
tiba, ia akan hancur berkeping-keping. Musnah, tidak berbekas. Inilah yang di sebut
dengan hari kiamat.

Sedangkan yang disebut akhirat adalah tempat kembali manusia setelah kematian
menjemputnya. Di alam ini manusia akan dihidupkan kembali untuk menerima balasan
atas perbuatan selama di dunia. Bahagia atau sengsara tergantung pada perbuatannya
sebelum mati. Karena itu, Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda,
“Al-dunya mazra’atu-l-akhirah (dunia merupakan tempat menanam, yang hasilnya akan
dipetik di akhirat kelak).”

Bagi manusia yang beriman dan beramal saleh akan ditempatkan di dalam surga yang
penuh kenikmatan. Sebaliknya, manusia yang tidak percaya kepada Allah, akan
menghuni neraka yang penuh dengan siksa. Bahagia dan sengsara pada saat itu
merupakan pilihan manusia seutuhnya saat berada di alam dunia.

Kehidupan di alam akhirat ini bersifat abadi, kebahagiaan yang dirasakan penghuni
surga tidak akan pernah berakhir. Mereka selamanya dalam rida Tuhan. Juga
kesengsaraan yang dialami para pengikut iblis dan setan, ingkar kepada Allah,
takkan pernah berujung.

Sang pencipta, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan tentang hakikat dunia ini
melalui Jibril kepada Muhammad:

“Katakanlah, kesengsaraan dunia ini hanya sedikit, sedangkan akhirat lebih baik
bagi orang-orang yang bertakwa, dan kamu sekalian, baik yang bertakwa maupun yang
tidak bertakwa, tidak akan dianiaya sedikit pun.” (QS. An-nisa: 77).

Orientasi hidup seorang muslim seyogyanya diarahkan untuk kehidupan akhirat.


Sebagai implementasi konsep ini, sesibuk apa pun kegiatannya ia akan menyempatkan
dirinya untuk beribadah kepada Allah. Di atas level ini, seorang muslim akan
menjauhkan diri dari suatu pekerjaan atau jabatan tertentu yang akan
memungkinkannya lupa kepada Tuhan dan melanggar larangan-larangannya.

“Dan tidaklah kehidupan di dunia ini melainkan senda gurau dan permainan,
sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sempurna jika mereka mengetahui.” (QS.
Al-Ankabut: 64).

Hiburan dan permainan tak punya pengertian yang abadi, kecuali sebagai persiapan
kita untuk bekerja dengan sungguh-sungguh di dunia ini. Tidak lain hidup ini adalah
masa persiapan untuk hidup yang sesungguhnya, yakni pada Hari Akhirat. Segala
kehampaan dunia ini hendaknya digunakan untuk apa yang kiranya akan memberikan
manfaat, tapi jangan sampai membelokkan pikiran kita dari segala yang kita perlukan
untuk kehidupan kita yang benar-benar penting.

“Sesungguhnya kamu akan mendapatkan manusia yang paling berambisi terhadap


kehidupan di dunia. Bahkan yang berambisi lagi adalah orang-orang musyrik. Masing-
masing mereka mendambakan agar diberi umur seribu tahun. Padahal umur panjang itu
tidak akan dapat menjauhkan dari azab. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 96).
Seperti Minuman Anggur

Dunia mempunyai daya pikat yang luar biasa besarnya. Keindahan dan kemegahan isi
dunia seperti minuman anggur yang memabukkan. Siapa saja yang meminumnya akan
terbuai dan akhirnya lupa akan nasibnya di kehidupan yang abadi.

Manusia yang selalu tenggelam dalam kesenangan duniawi akan merasa hidup ini hanya
sekejap waktu. Karena kondisinya umpama orang mabuk, tiada dirasakannya usia telah
menjelang senja. Akibatnya, ia pun merasa kecewa, belum merasa puas terhadap apa
yang telah dinikmatinya. Kehidupannya masih menggebu, sementara kondisi fisik sudah
tidak kuat lagi. Pada saat inilah mereka tertimpa putus asa dan gelisah hati.
Hatinya belum rela dan belum siap meninggalkan segala kenikmatan dan kemegahan yang
dialaminya saat masa muda dulu.

Mereka pun berharap usianya terus bertambah. Bukan untuk tujuan bertobat, melainkan
agar tetap bisa mencicipi hasil jerih payahnya di tempat-tempat hiburan yang
terlarang.

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang, itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (Surga).” (QS. Ali Imran: 14).

Setiap manusia akan merasa senang jika di sampingnya ada perempuan yang
disayanginya, anak-anak, dan kekayaan hasil usahanya. Perasaan semacam ini kemudian
melahirkan rasa memiliki. Jika mereka meninggalkannya, sedih perasaan hatinya.
Padahal istri, anak, dan harta merupakan titipan (amanat), kita harus menjaga dan
memperlakukan mereka sesuai dengan ajarannya.

Ali bin Abi Thalib berkata, “Dunia berjalan ke belakang, dan akhirat berjalan ke
depan. Keduanya memiliki pengikut. Jadilah pengikut akhirat dan jangan menjadi
pengikut dunia. Sebab, hari ini adalah amal dan bukan hisab, sedangkan besok adalah
hisab dan tidak ada amal.”

Manusia jangan terpancing, terlena, dan tertipu oleh dunia, sehingga melupakan
kehidupan akhirat. Banyak di antara manusia yang percaya kepada akhirat, tetapi
amat sedikit yang beramal dengan amalan akhirat. Di antara amal akhirat ini adalah
shalat, puasa, haji, zakat, infak, sedekah, menjadi orang tua angkat, menjadi orang
tua asuh, dan menberikan bea-siswa.

Jika kebutuhan terhadap dunia terus kita turuti, maka tidak akan pernah selesai.
Manusia yang rakus tidak akan pernah merasa cukup terhadap apa yang sudah
dimilikinya. Tanda kerakusannya itu adalah dengan menumpuk harta sebanyak-
banyaknya, tetapi enggan mengeluarkan zakat dan sedekah kepada sesama. Padahal satu
hal yang pasti bahwa semua harta itu akan ditinggalkannya. Saat menjadi mayat,
tubuhnya hanya dibalut kain kafan putih. Selanjutnya yang akan menemani kita di
alam kubur dan alam akhirat adalah amal kita.

Selagi Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita untuk hidup, gunakanlah untuk
melakukan kebaikan sebagai persiapan kita menghadapnya. Bukankah kehidupan akhirat
itu lebih baik dibandingkan dengan kehidupan dunia?*/Muhammad Zul Arifin (Dari buku
Rindu Kematian, Cara Meraih Kematian yang Indah, penulis Ustadz Muhammad Arifin
Ilham)

Rep: Admin Hidcom

Editor: Syaiful Irwan

Update aplikasi Hidcom untuk Android Sekarang juga !


Sebarkan :
Baca Juga
Tumbuhkanlah Rasa Takut pada Allah
Kamis, 30 Maret 2017 15:55 WIB
Tumbuhkanlah Rasa Takut pada Allah
Membangun Pilar Akhlak Mulia
Senin, 27 Maret 2017 13:19 WIB
Membangun Pilar Akhlak Mulia
Mewaspadai Lima Jebakan Setan
Kamis, 23 Maret 2017 15:33 WIB
Mewaspadai Lima Jebakan Setan
Al-Qur’an Petunjuk Universal Sepanjang Waktu
Rabu, 15 Maret 2017 14:42 WIB
Al-Qur’an Petunjuk Universal Sepanjang Waktu
Shalat Bekal Rohani dan Sarana Pendidikan
Kamis, 9 Maret 2017 16:32 WIB
Shalat Bekal Rohani dan Sarana Pendidikan
Bank Muamalat

Kuliah Turki

Search for:
search
Tentang Kami Informasi Iklan Hidayatullah Kontak Kami
© Hidayatullah.com, 1996-2018

Anda mungkin juga menyukai