Anda di halaman 1dari 26

1.

Menjelaskan sistem grading dan staging neoplasma

A. Penentuan derajat (grading)


Penentuan derajat dibuat berdasarkan derajat diferensiasi dan jumlah mitosis
di dalam tumor. Kanker dipilih menjadi kanker derajat I hingga IV dengan anaplasia
yang terus meningkat. Secara umum, tumor dengan derajat yang tinggi lebih agresif
daripada tumor dengan derajat yang lebih rendah. Penentuan derajat bukan cara yang
sempurna karena:
 Berbagai bagian dari tumor yang sama dapat memperlihatkan berbagai derajat
diferensiasi yang berbeda
 Derajat tumor dapat berubah ketika tumor tersebut tumbuh.
Contoh: Adenocarcinoma grade I / II / III
Squamous cell cancer broders grade I / II / III / IV

B. Penentuan stadium (staging)


Penentuan tadium dibuat berdasarkan luas anatomik tumor. Hal yang relevan
dengan penentuan stadium adalah ukuran tumor primer dan luasnya penyebaran
lokal serta jauh.
Saat ini digunakan dua metode penentuan stadium, yaitu sebagai berikut.
1. Sistem TNM (T, tumor primer; N, keterlibatan kelenjar getah bening regional
(nodus); M, metastasis).
Pada sistem TNM, T1, T2, T3, dan T4 menjelaskan ukuran Iesi primer yang
makin besar; N0, N1, N2, dan N3 menunjukkan keterlibatan progresif kelenjar
getah bening; serta M0 dan M1 menunjukkan ada atau tidaknya metastasis jauh.
2. Sistem AJC (American joint Committee).
Pada metode AJC, kanker dibagi menjadi stadium 0 sampai IV, menggabungkan
ukuran lesi primer dan adanya penyebaran kelenjar dan metastasis jauh.
Dibandingkan dengan penentuan derajat, penentuan stadium terbukti lebih
bermanfaat secara klinis.
2. Pemeriksaan laboratorium pada infeksi bakteri, virus, dan fungi

Tujuan laboratorium mikrobiologi untuk membantu klinisi menentukan diagnosis


dan pengobatan penyakit infeksi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu dilakukan
hal-hal ini:
 Memproses berbagai spesimen klinis yang berkaitan dengan laboratorium
mikrobiologi
 Isolasi patogen dari specimen
 Identifikasi pathogen
 Melakukan tes sensitivitas antimikroba khusus untuk bakteri

Secara umum pemeriksaan spesimen berdasarkan pada hal-hal di bawah ini.


 Melihat spesimen secara makroskopis untuk mengkonfirmasi spesimen sudah cocok
dan memberi label spesimen, mencatat observasi yang terlihat misalnya: kekeruhan,
adanya darah atau adanya mucus
 Memeriksa spesimen secara mikroskopis, melihat adanya mikroogranisme atau
leukosit
 Inokulasi ke media kultur yang cocok untuk isolasi patogen dan menumbuhkan
patogen
Jenis Spesimen Jenis penyakit infeksi yang didiagnosis
dengan menggunakan specimen tersebut
Darah B, F, P, V
Sumsum tulang B
Cairan bronkus dan bronkoalveolar B, F, V
Cairan serebrospinal (CSS) B, F, P, V
Swab vagina dan serviks B, V
Swab atau sekret konjungtiva B, V
Sekret telinga B
Swab rektal dan feses B, P, V
Biopsi gaster dan duodenal B
Pencabutan rambut F
Pencabutan kuku (kuku tangan dan kuku F
kaki)
Swab nasal B
Nanah dari luka atau abses B, F
Preparat “Scocth tape” P
Cairan sinus B
Pengelupasan kulit F
Pengguntingan kulit P
Sputum B, F, P
Cairan synovial (sendi) B
Swab faring B, V
Spesimen jaringan (biopsi dan autopsi) B, F, P, V
Aspirasi transtracheal B
Aspirasi membrane timpani B
Discharge uretra B
Urin B, F, P, V
Sekret urogenital (discharge vagina, sekret B, F, P
prostat)
Aspirasi atau biopsy luka B

A. Pemeriksaan laboratorium bakteri


Karakteristik variasi fenotip untuk identifikasi bakteri:
 Reaksi Gram
 Bentuk sel (cocci, bacilli, kurva, spiral, filamentous, bercabang)
 Susunan morfologi sel (diploid, tetrads, rantai, clusters)
 Kebutuhan oksigen
 Pertumbuhan pada berbagai tipe media
 Morfologi koloni (warna, bentuk umum, elevasi, margin)
 Tipe hemolisis
 Kapsul
 Motilitas
 Jumlah dan lokasi flagela
 Kemampuan membentuk spora
 Lokasi spora (e.g., terminal atau subterminal)
 Ada tidaknya variasi enzim (e.g., katalase, koagulase, oksidase, urease)
 Kemampuan katabolisme karbohidrat maupun asam amino
B. Pemeriksaan laboratorium virus

C. Pemeriksaan Jamur
Diagnosis laboratorium pada penyakit jamur terdiri dari:
 Pemeriksaan mikroskop secara langsung, menggunakan larutan potassium
hydroxide (KOH) 5-20% secara langsung, atau menggunakan pewarnaan
 Kultur menggunakan agar Saboraud
 Tes DNA probe
 Tes serologi
3. Pengenalan alat, pewarnaan bakteri, kultur bakteri dan uji biokimia

A. Pengenalan alat
No. Nama alat Kegunaan
1. untuk membiakkan (kultivasi)
mikroorganisme

Cawan Petri
2. Untuk menampung larutan, bahan
atau cairan. Labu ini juga dapat
digunakan untuk meracik dan
menghomogenkan bahan-bahan,
komposisi media, menampung
aquadest, kultivasi mikroba dalam
kultur cair dan lain-lain

Erlenmeyer
3. Untuk uji-uji biokimiawi dan untuk
menumbuhkan mikroba
4. untuk menimbang media dan juga
sample atau contoh uji saat preparasi.

Timbangan
5. untuk menimbang media dan juga
sample atau contoh uji saat preparasi
(kurang dari 1000 gram)

Timbangan analitik
6. Untuk memindahkan atau mengambil
larutan dengan volume yang
diketahui

Pipet volumetri
7. Untuk menyedot/ memompa cairan
masuk kedalam pipet

Pipetor (pompa pipet)


8. Untuk memindahkan cairan yang
bervolume sangat kecil (kurang dari
1000 µL).

Mikropipet
9. Untuk mengukur volume suatu
cairan, hampir sama dengan labu
erlenmeyer memiliki skala volume

Gelas ukur
10. Untuk preparasi media-media,
menampung aquadest dan lain-lain.

Gelas kimia/ Beaker glass


11. untuk menyebarkan cairan di
permukaan media agar supaya bakteri
yang tersuspensi dalam cairan
tersebut tersebar merata

Spreading bar/ Drigalsky


12. Untuk memindahkan biakan untuk
ditanam/ ditumbuhkan ke media baru

Ose
13. Untuk menumbuk atau
menghancurkan materi cuplikan,
misalnya daging,roti atau tanah
sebelum diproses lanjut

Mortal dan pestle


14. Untuk menciptakan kondisi yang
steril dengan membakar kontaminan
yang berada pada udara

Bunzen Burner
15. Untuk menghomogenkan larutan

Batang pengaduk
16. Untuk mengekstraksi suatu zat dari
bahan tertentu

Desicator
17. Untuk menyimpat/isolasi bakteri
anaerob

Anaerobic Jar
18. Untuk menguapkan suatu campuran
sehingga bisa diambil bagian
padatnya

Evaporating dish
19. untuk menyimpan media agar (yang
digunakan untuk analisa dengan
teknik tuang / pure plate) supaya
media tetap dalam kondisi leleh/cair,
bisanya suhu diatur pada kisaran 40-
45oC

Water Bath
20. Untuk mempermudah perhitungan
koloni yang tumbuh setelah
diinkubasi di dalam cawan karena
adanya kaca pembesar

Colony counter
21. Untuk menghomogenkan suatu
larutan dengan pengadukan

Hot plate
22. Untuk mengamati objek yang sangat
kecil (mikroskopis) yang tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang

Mikroskop cahaya
23. Untuk menginkubasi atau memeram
mikroba pada suhu yang terkontrol

Inkubator
24. untuk bekerja secara aseptis

Laminar air flow cabinet


25. Untuk mensterilkan berbagai macam
alat dan bahan yang digunakan dalam
mikrobiologi menggunakan uap air
panas bertekanan

Autoclave

B. Kultur Bakteri
Kegunaan kultur bakteri adalah untuk mendapatkan stok kultur, identifikasi
bakteri, peremajaan, dan perbanyakan bakteri.
1. Media kultur
Media kultur berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi,
memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah
mikroba. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah media kultur adalah
mengandung semua unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan mikroorganisme, pH yang sesuai, dan steril.
Jenis-jenis media kultur dapat dikelompokkan berdasarkan:
 Bentuk: cair (broth), padat (solid: Plate Count Agar, Potato Dextrose
Agar), dan semi-padat (semi-solid)
 Susunan/komposisi: alami, sintetis, semi-sintetis
 Sifat: media universal (dapat digunakan untuk membiakkan semua jenis
bakteri), media diferensial (digunakan untuk membedakan karakteristik
koloni bakteri), media selektif (hanya dapat digunakan untuk membiakkan
jenis bakteri tertentu yang diinginkan), dan media uji.
Media cair

Madia padat

Media deferensial Escherichia coli

Shigella Pseudomonas
4. Menentukan Pemeriksaan Laboratorium Kanker

Pada umumnya, kanker tidak memiliki tanda dan gejala yang khas dan sudah memiliki
gejala yang khas ketika sudah memasuki stadium lanjut. Pemeriksaan laboratorium kanker
pada umumnya digunakan untuk mendeteksi Tumor Marker atau petanda tumor. Kegunaan
dari petanda tumor untuk skrining kanker. Umumnya pemeriksaan petanda tumor tidak dapat
diperiksa secara tunggal untuk mendeteksi adanya kanker, harus dengan menggunakan
beberapa petanda tumor. Berikut pemeriksaan laboratorium untuk kanker :
-Alpha fetoprotein (AFP)
Adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh kantung telur yang akan menjadi sel hati pada
janin. Ternyata protein ini dapat dijumpai pada 70 – 95% pasien dengan kanker hati primer
dan juga dapat dijumpai pada kanker testis. Pada seminoma yang lanjut, peningkatan AFP
bisasanya disertai dengan human Chorionic Gonadotropin (hCG).
Kadar AFP tidak ada hubungan dengan besarnya tumor, pertumbuhan tumor, dan derajat
keganasan. Kadar AFP sangat tinggi (>1000 IU/mL) pada kasus dengan keganasan hati
primer, sedangkan pada metastasis tumor ganas ke hati (keganasan hati sekunder) kadar
AFP kurang dari 350 – 400 IU/mL. Pemeriksaan AFP ini selain diperiksa di dalam serum,
dapat juga diperiksakan pada cairan ketuban untuk mengetahui adanya spinabifida,
ancephalia, atresia oesophagus atau kehamilan ganda.
-Carcinoembryonic antigen (CEA)
Adalah protein yang dihasilkan oleh epitel saluran cerna janin yang juga dapat diekstraksi
dari tumor saluran cerna orang dewasa. Pemeriksaan CEA ini bertujuan untuk
mengetahu adanya kanker usus besar, khususnya ardenocarcinoma.
Pemeriksaan CEA merupakan uji laboratorium yang tidak spesifik karena hanya 70%
kasus didapatkan peningkatan CEA pada kanker usus besar dan pankreas.
Peningkatan kadar CEA dilaporkan pula pada keganasan oesophagus, lambung,
usus halus, dubur, kanker payudara, kanker serviks, sirosis hati, pneumonia,
pankreatitis akut, gagal ginjal, penyakit inflamasi dan trauma pasca operasi. Yang penting
diketahui bahwa kadar CEA dapat meningkat pada perokok.
-Cancer antigen 72-4 atau dikenal dengan Ca 72-4
Adalah mucine-like, tumor associated glycoprotein TAG 72 di dalam serum. Antibodi ini
meningkat pada keadaan jinak seperti pankreatitis, sirosis hati, penyakit paru, kelainan
ginekologi, kelainan ovarium, kelainan payudara dan saluran cerna. Pada keadaan tersebut
spesifisitas sebesar 98%. Peningkatan Ca 72-4 mempunyai arti diagnostik yang tinggi untuk
kelainan jinak pada organ tersebut. Pada keganasan lambung, ovarium dan kanker usus besar
mempunyai arti diagnostik yang tinggi.
Pada kanker lambung, uji diagnostik Ca 72-4 mempunyai nilai sensitifitas 28 – 80% ;
pada kanker ovarium, sensitifitas 47 – 80% ; sedangkan pada kanker usus besar,
sensitifitas 20 – 41%. Pemeriksaan petanda tumor ini dipakai untuk membantu menegakkan
diagnosis, bila diperlukan harus digunakan lebih dari satu petanda tumor. Selain itu
pemeriksaan Ca 72-4 juga dipakai pada pasca operasi dan pada waktu relapse.
-Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9)
Adalah antigen kanker yang dideteksi untuk membantu menegakkan diagnosis, keganasan
pankreas, saluran hepatobiliar, lambung dan usus besar. Kadar Ca 19-9 meningkat pada 70 –
75% kanker pankreas dan 60 – 65% kanker hepatobiliar. Pada peningkatan ringan, kadar Ca
19-9 dapat dijumpai pada radang seperti pankreatitis, sirosis hati, radang usus besar.
-Cancer antigen 12-5 (Ca 12-5)
Dipakai untuk indikator kanker ovarium epitel non-mucinous. Kadar Ca 12-5
meningkat pada kanker ovarium dan dipakai untuk mengikuti hasil pengobatan 3 minggu
pasca kemoterapi.
-Human chorionic gonadotropin (HCG)
Adalah hormon yang dihasilkan plasenta, didapatkan pada darah dan urin wanita hamil
14 – 26 hari setelah konsepsi. Kadar HCG tertinggi pada minggu ke 8 kehamilan. HCG tidak
didapatkan pada wanita yang tidak hamil, pada kematian janin dalam kandungan dan 3 – 4
hari pasca melahirkan. HCG meningkat pada keganasan seperti mola hidatidosa,
korioepitelioma, koriocarcinoma testis.
-Cancer antigen 15-3 (Ca 15-3)
Dipakai untuk mengidentifikasi kanker payudara dan monitoring hasil pengobatan.
Pemeriksaan petanda tumor ini akan lebih sensitif bila digunakan bersama CEA. Kadar Ca
15-3 meningkat pada keganasan payudara, ovarium, paru, pankreas dan prostat.
-Prostat Spesific Antigen (PSA)
Dipakai untuk diagnosis kanker prostat. Dulu pemeriksaan kanker prostat dilakukan
dengan pemeriksaan aktifitas Prostatic Acid Phosphatase (PAP), diikuti dengan
pemeriksaan colok dubur. Tetapi aktifitas PAP yang tinggi disertai dengan pembesaran
kelenjar prostat selalu sudah terjadi metastasis.
Untuk pemeriksaan dini kanker prostat dipakai pemeriksaan PSA. Kadar PSA dapat
meningkat pada hipertrofi prostat jinak dan lebih tinggi lagi pada kanker prostat. Kadar
PSA meningkat setelah colok dubur atau bedah prostat. Pemeriksaan PSA
disarankan untuk pemeriksaan rutin pada pria usia lebih dari 40 tahun. Total PSA (tPSA)
terdiri dari PSA bebas dan PSA kompleks. Kadar PSA total dipakai untuk mendapatkan
persen (%) PSA bebas.
-Neuron Specific Enolase (NSE)
Dipakai untuk menilai hasil pengobatan dan perjalanan penyakit keganasan small cell
bronchial carcinoma, neuroblastoma, dan seminoma. Kadar NSE tidak mempunyai hubungan
dengan adanya metastasis, tapi memiliki korelasi yang baik terhadap stadium perjalanan
penyakit. Peningkatan ringan kadar NSE dapat dijumpai pada penyakit paru jinak dan
penyakit pada otak.
-Squamous cell carcinoma (SCC)
Antigen diperoleh dari jaringan karsinoma sel skuamosa dari serviks uteri.
Pemeriksaan SCC bertujuan untuk menilai prognosis, kekambuhan dan monitoring
penyakit. Umumnya SCC meningkat pada keganasan sel squamosa seperti faring, laring,
palatum, lidah dan leher.
-Cyfra 21-1
Dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis kelainan paru yang jinak seperti
pneumonia, sarcoidosis, TBC, bronchitis kronik, asma, dan emfisema. Kadarnya juga
meningkat pada kelainan hati dan gagal ginjal. Kadar cyfra 21-1 lebih dari 30 ng/ml
didapatkan pada primary bronchial carcinoma.
5. Mengidentifikasi, Memilih Pemeriksaan Laboratorium yang Sesuai

Ilmu kedokteran mendiagnosa penyakit terutama dengan cara klinis, dan


laboratorium merupakan pelengkap. Sering hasil laboratorium disertai dengan nilai-nilai
normal disebelah nilai yang ditemukan, sehingga sangat sugestif bahwa nilai yang ditemukan
itu di luar batas-batas normal, maka hal itu berarti “abnormal”, dan abnormal
diartikan sakit.
Kriteria pemeriksaan laboratorium yang sesuai :
-Akurat (hasil pemeriksaan valid dan reliabel/konsisten)
-Biaya murah sehingga memungkinkan pasien untuk melakukan pemeriksaan
-Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan gejala klinis pada pasien
-Nyaman bagi pasien (ketidaknyamanan, nyeri, membuat malu, membutuhkan waktu lama,
dan sebagainya, merupakan “cost” bagi pasien, disebut intangible cost
-Pemeriksaan memiliki sensitivitas 100%, spesifisitas 100%, nilai prediktif positif 100%,
nilai prediktif negatif 100%

6. Menjelaskan dan Melakukan Pemeriksaan Laboratorium Dasar

Pemeriksaan laboratorium dasar terdiri dari pemeriksaan Urine, Feses, Darah, Sputum
dan hasil dari Biopsi.
Terdapat 3 faktor yang utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil
laboratorium, yaitu :
1. Faktor Pra Instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan
2. Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan (analisa) sample
3. Faktor Pasca Instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan
Waktu pengambilan sample umumnya dilakukan pada pagi hari terutama pada pasien
rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut didalam urin akan menjadi lebih pekat pada pagi hari
sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada indikasi dan instruksi
khusus atas perintah dokter.
Bahan pemeriksaan spesimen darah, bisa menggunakan darah kapiler maupun darah vena.
Bahan pemeriksaan spesimen urin bisa dilakukan urin tampung dan proses pemeriksaan
urinalisis. Bahan pemeriksaan khusus (feses, sputum) biasanya digunakan pada pemeriksaan
parasit dan mikrobiologi atau pemeriksaan khusus lainnya, yang terpenting adalah pemberian
label harus ditulis lengkap sesuai dengan formulir.
7. Melakukan Pemeriksaan Eritosit, PVC, MCV, MCHC, Hb, Trombosit, Ht, LED,
Hitung Jenis Leukosit, Sediaan Apus Darah Tepi

-Pemeriksaan Eritrosit, Hitung Jenis Leukosit, Trombosit :


Prinsip hitung eritrosit yang manual adalah darah diencerkan dalam larutan yang isotonis
untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan pengencer
yang digunakan adalah :
 Larutan Hayem : Natrium sulfat 2,5 gr, Natrium klorid 0,5 gr, Merkuri klorid 0,25
gr, aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat
dipergunakan karena dapat menyebabkan precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi
 Larutan Gower : Natrium sulfat 12,5 gr, Asam asetat glasial 33,3 ml, aquadest 200 ml.
Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux
 Natrium klorid 0,85%
Bahan pemeriksaan yang dipergunakan adalah darah kapiler, darah EDTA, darah heparin,
atau darah amonium kalium oksalat.
Prosedur :
Darah diencerkan 100x atau 200x menggunakan pipet eritrosit atau tabung. Kocok selama 3
menit supaya homogen. Larutan sampel kemudian dimasukkan/ diteteskan ke dalam
bilik hitung. Sel-sel eritrosit dihitung dibawah mikroskop dengan perbesaran sedang
(40x).
Peralatan :
1. Satu set Hemositometer , yang terdiri dari

· Pipet Thoma leukosit : untuk hitung leukosit


· Pipet Thoma eritrosit : untuk hitung eritrosit dan trombosit
· Bilik Hitung Improved Neubauer.

2. Mikroskop cahaya

Reagens :

1. Untuk hitung leukosit :sebagai larutan pengencer adalah Larutan Turk (encer), yaitu
larutan asam asetat 2% ditambah gentian violet 1% sebanyak 1 ml, sehingga warnanya ungu
muda. Penambahan gentian violet bertujuan memberi warna pada inti dan granula leukosit.
Larutan ini memecah eritrosit dan trombosit, tetapi tidak memecah leukosit dan eritrosit
muda (berinti).
2. Untuk hitung eritrosit : sebagai larutan pengencer digunakan Larutan Hayem (Natrium
Sulfat 2,05 gram + Natrium Chlorida 0,50 gram + Mercuri Chlorida 0,25 gram + akuades 100
ml). Larutan ini bersifat isotonik terhadap eritrosit.
3. Untuk hitung trombosit : larutan pengencer yang dipakai adalah Larutan Ammonium
Oksalat 1%. Larutan ini bersifat melisiskan eritrosit.

Bahan pemeriksaan: - darah kapiler, atau darah vena dengan antikogulan EDTA.

Cara kerja :

A. Membuat pengenceran

Untuk hitung leukosit :


· Dengan mempergunakan Pipet Thoma Leukosit, isap darah sampai tanda 0,5, bersihkan sisa
darah pada bagian pinggir pipet dengan kertas tissue.

· Kemudian isap larutan Turk secara perlahan-lahan sampai tanda 11.


· Lepaskan karet penghisap, dan pegang pipet dengan jari telunjuk dan ibu jari
· Kocok campuran darah-larutan Turk dalam pipet tersebut perlahan-lahan, dengan gerakan
membuat angka delapan, sebanyak 3 kali.
· Pengenceran : jumlah seluruh cairan yang turut mengencerkan darah dibagi jumlah darah
yang dihisap, yaitu : 10: 0,5 = 20 kali

Untuk hitung eritrosit :


· Dengan mempergunakan Pipet Thoma Eritrosit, isap darah sampai tanda 0,5, bersihkan sisa
darah pada bagian pinggir pipet dengan kertas tissue.
· Kemudian isap larutan Hayem secara perlahan-lahan sampai tanda 101.

· Lepaskan karet penghisap, dan pegang pipet dengan jari telunjuk dan ibu jari
· Kocok campuran darah-larutan Hayem dalam pipet tersebut perlahan-lahan, dengan gerakan
membuat angka delapan, sebanyak 3 kali.

· Pengenceran : jumlah seluruh cairan yang turut mengencerkan darah dibagi jumlah darah
yang dihisap, yaitu : 100 : 0,5 = 200 kali
Untuk hitung trombosit
· Dengan mempergunakan Pipet Thoma Eritrosit, isap darah sampai tanda 1,0, bersihkan sisa
darah pada bagian pinggir pipet dengan kertas tissue.
· Kemudian isap larutan Ammonium Oksalat 1% secara perlahan-lahan sampai tanda 101.
· Lepaskan karet penghisap, dan pegang pipet dengan jari tengah dan ibu jari

· Kocok campuran darah-larutan Ammonium Oksalat dalam pipet tersebut perlahan-lahan,


dengan gerakan membuat angka delapan, sebanyak 3 menit
· Pengenceran : jumlah seluruh cairan yang turut mengencerkan darah dibagi jumlah darah
yang dihisap, yaitu : 100 : 1 = 100 kali

B. Mengisi kamar hitung


1. Kamar hitung harus benar-benar dalam keadaan bersih dan kering.
2. Letakkan kaca penutup kamar hitung pada tempatnya
3. Buang 4 tetes pertama.

4. Isi kamar hitung, dengan menyentuhkan ujung pipet ke pinggir kaca penutup, sampai
terlihat cairan menutup seluruh sisi sebelah dalam bilik hitung. Pengisian kamar hitung
harus diulang bila terdapat hal-hal berikut

· terlalu banyak cairan yang masuk, sehingga mengisi parit kamar hitung.
· kamar hitung tidak sepenuhnya terisi
· terdapat gelembung udara di dalam kamar hitung.
5. Untuk hitung leukosit, kamar hitung setelah diisi dibiarkan selama 3 menit,
sedangkan untuk hitung eritrosit kamar hitung dibiarkan selama 2 menit agar eritrosit
mengendap, tetapi tidak lebih lama dari 2 menit, sebab mengeringnya larutan pada tepi
kamar hitung akan menimbulkan arus yang dapat menyebabkan pergerakan eritrosit yang
telah mengendap. Bila penghitungan jumlah sel di dalam kamar hitung ditunda,
sebaiknya kamar hitung dimasukkan ke dalam cawan Petri yang berisi kapas atau kertas
saring basah. Untuk hitung trombosit, kamar hitung yang telah diisi, dimasukkan ke
dalam cawan Petri tertutup yang telah berisi kapas atau kertas saring basah dan dibiarkan
selama 20 menit agar trombosit dalam kamar hitung mengendap.
C.Menghitung jumlah sel
Kamar hitung Improved Neubauer :
Bidang hitungnya berukuran 3 mm X 3 mm, yang terbagi atas 9 Bidang Besar yang
masing-masing berukuran 1 mm X 1 mm. 4 Bidang besar yang berada di sudut-sudut (Bidang
1, 2, 3, 4) masing-masing terbagi lagi atas 16 Bidang Sedang dengan ukuran masing-masing
adalah 0,25 mm X 0,25 mm. Bidang besar yang berada di tengah terbagi atas 25 bidang
dengan ukuran masing-masing 0,2 mm X 0,2 mm (Bidang A, B, C, D dan E), dan bidang ini
masing-masing terbagi lagi atas 16 Bidang kecil, yang masing-masing berukuran 0,05 mm X
0,05 mm.

Kamar hitung improved Neubaur


1. Letakkan kamar hitung dengan hati-hati di bawah mikroskop dalam keadaan rata air.
Turunkan kondensor atau kecilkan diafragma. Gunakanlah pembesaran kecil untuk mencari
daerah yang akan dihitung. Setelah itu penghitungan sel dilakukan dengan menggunakan sel
dilakukan dengan menggunakan lensa objektif 10 X dan lensa okuler 10 X untuk hitung
leukosit. Untuk hitung eritrosit dan trombosit digunakan pembesaran 10 X 40.
2. Untuk hitung leukosit : hitung semua leukosit yang ada pada ke 4 Bidang Besar , yang
masing-masing luasnya 1 mm2, yaitu bidang 1, bidang 2, bidang 3 dan bidang 4, atau 4 X 16
= 64 Bidang sedang. Sehingga volume yang dihitung adalah luas bilik yang dihitung X tinggi
kamar hitung = 4 X 1 mm2 X 0,1 mm = 0,4 mm3 = 0,4 ul.
Untuk hitung eritrosit : hitung semua eritrosit yang ada pada bidang A, B, C, D dan E (sama
dengan 80 bidang kecil). Sehingga volume yang dihitung adalah luas bilik yang dihitung X
tinggi kamar hitung = 5 X 0,2 mm X 0,2 mm X 0,1 mm 0,02 mm3 = 0,02 ul.
3. Untuk hitung trombosit hitung semua trombosit yang ada pada bidang Besar yang di
tengah (sama dengan 25 bidang ukuran 0,2 mm X 0,2 mm. Sehingga volume yang dihitung
adalah luas bilik yang dihitung X tinggi kamar hitung = 1 mm2 X 0,1 mm = 0,01 mm3 = 0,01
ul.

Arah gerakan menghitung harus tetap, misalnya dimulai dari kotak kiri paling atas,
kemudian ke bawah, setelah paling bawah pindah ke sebelah kanan, terus ke atas, sampai
kotak teratas pindah ke kiri. Demikian seterusnya sampai seluruh kotak yang harus dihitung
selesai dihitung. Demikian juga dengan letak sel dalam kotak yang menyinggung garis.Sel
yang menyinggung garis batas sebelah kiri dan atas, harus dihitung, sedangkan sel yang
menyinggung garis batas sebelah bawah dan kanan tidak turut dihitung.
-Pemeriksaan PVC, MCV, MCHC

-MCV, yang diperoleh dengan membagi nilai Ht dengan jumlah eritrosit dikali 100, dan
dinyatakan dalam mikrokubik atau femtoliter (fl). Nilai normal : 27-32 pg

-MCHC , yang dihitung dengan membagi kadar Hb dengan nilai Ht, kemudian dikalikan 100
dan dinyatakan dalam g/dl atau g/L
-Packed Cell Volume (PCV) merupakan salah satu pemeriksaan hematologi untuk
mengetahui volume eritrosit dalam 100 ml darah, yang dinyatakan dalam %.

-Pemeriksaan LED
Laju Endap Darah mengukur kecepatan pengendapan sel darah merah di dalam
plasma.Satuannya adalah mm/Jam. Cara pemeriksaan yang dianjurkan oleh International
Committee for Standardization in Hematology (ICSH) adalah Cara Westergren.
Bahan pemeriksaan : Darah vena

Alat :
1. Pipet Westergren
2. Rak untuk pipet Westergren

Reagens : Natrium Sitrat 1,109 M (antikoagulan)

-Pemeriksaan Hb dan Ht

Hematokrit
Nilai hematokrit ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya anemia, dan digunakan
juga untuk menghitung nilai eritrosit rata-rata. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan
dengan cara makro atau cara mikro.
Pada cara makro, digunakan tabung Wintrobe yang mempunyai diameter dalam 2,5-3
mm, panjang 110 mm, dengan Skala interyal I mm sepanjang 100 mm. Volume tabung ini
adalah 1 ml.

Pada cara mikro digunakan tabung kapiler yang panjangnya 75 mm dan diameter dalam 1
mm. Kapiler ini ada 2 jenis, ada yang dilapisi antikoagulan Na2EDTA- atau heparin di bagian
dalamnya dan ada yang tanpa antikoagulan. Tabung kapiler dengan antikoagulan dipakai
apabila menggunakan darah tanpa antikogulan, misalnya darah kapiler, sedangkan tabung
tanpa antikoagulan digunakan bila darahnya sudah diberi antikoagulan.

Bahan pemeriksaan:
Darah vena dengan antikoagulan EDTA atau heparin.

Hemoglobin
Kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan beberapa cara, yaitu :

1. Metoda Kolorimetri:
· Metoda Tallqvist
· Metoda Sahli

2. Metoda Fotometris (Sianmethemoglobin).

1. Pemeriksaan hemoglobin metoda Tallqvist.

Prinsip : membandingkan warna darah dengan warna standar pada buku skala.
Bahan pemeriksaan : darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan EDTA

2.Pemeriksaan hemoglobin metoda Sahli

Prinsip :
Darah tambah asam (HCI 0,1 N) akan membentuk asam hematin yang berwarna coklat.
Warna coklat yang terbentuk dibandingkan dengan warna standar.
Bahan pemeriksaan :
Darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan EDTA
3. Pemeriksaan hemoglobin metoda Sianmethemoglobin.
Prinsip:
1. Hemoglobin (Fe ++) Akan dioksidasi oleh Kalium feri Sianida (Kalium
HeksaSianoferat)
menjadi methemoglobin (hemoglobin/Fe+++).

2. Hemiglobin dengan Kalium Sianida akan membentuk pigmen warna yang stabil
(Hemiglobin sianida), yang memberikan absorbansi maksimum pada panjang
gelombang 540 nm. Absorbansi ini sebanding dengan kadar hemoglobin yang
diperiksa.

Bahan pemeriksaan:
Darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan EDTA, Oksalat atau Sitrat

-Sediaan Hapus Darah Tepi

Sediaan hapus yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :


1. Tidak melebar sampai tepi kaca objek, panjangnya setengah sampai 2/3 panjang kaca
objek
2. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian itu eritrosit terletak
berdekatan tampa bertumpukan
3. Rata, tidak berlubang-lubang dan tidak bergaris-garis
4. Mempunyai penyebaran leukosit yang baik, tidak bertumpuk pada pnggir-pinggir atau
ujung-ujung sediaan

Anda mungkin juga menyukai