Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH INDIVIDU KELOMPOK

Gangguan Mental Anak Pada Mental Disorder

Dosen mata ajar : Septiana Fathonah, S.Kep., Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH

IA

Anggi Nuvita 2820172997

Dhidan Agyl Rahmanu W 2820173007

Dwi Eka 2820173009

Fita Eki Nur H 2820173014

Navita Cindi K 2820173024

Siti Roviqoh 2820173037

Nadhea Nur H 2720162844

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah


memberi rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Gangguan Mental Anak Pada Menta Disorder. Kemudian
shalawat serta salam marilah kita junjungkan atas kehadirat Nabi
besar Muhammad SAW. Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pengasuh
saya dan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga terselesainya makalah
ini.

Saya harapkan makalah yang penulis susun ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri dan bagi mahasiswa/mahasiswi lainnya yang membaca makalah ini,
sehingga dapat menambah wawasan kita semua. Penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena penulis sangat mengharapkan kritikan
dan saran dari pembaca demi kesempurnaanya.

Wa’llaikumsallam Wr. Wb

Yogyakarta, 1 Juni 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

A. Definisi Mental Disorder.................................................................................... 3

B. Etiologi Mental Disorder.................................................................................... 4

C. Patofisiologi Gangguan Mental Disorder……………………….………….4

D. Ekspresi Mental Disorder ................................................................................... 5

E. Masalah Kebutuhan Manusia dan Mental Disorder ........................................... 5

F. Faktor-faktor mental Disorder............................................................................ 6

G. Bentuk-bentuk Mental Disorder ......................................................................... 6

H. Tanda dan Gejala Mental Disorder pada Anak .................................................. 7

I. Penatalaksanakaan Gangguan Mental Disorder pada Anak.............................. 8

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 11

B. Saran ................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu empat
masalah kesehatan utama di negara-negara maju, tetapi masih kurang
populer dikalangan masyarakat awam. Di masa lalu banyak orang
menganggap gangguan jiwa merupakan penyakit yang tidak dapat diobati
(Hawari, 2010).
Gangguan jiwa merupakan suatu masalah kesehatan yang masih
sangat penting untuk diperhatikan, hal itu dikarenakan penderita tidak
mempunyai kemampuan untuk menilai realitas yang buruk. Gejala dan
tanda yang ditunjukkan oleh penderita gangguan jiwa anatara lain
gangguan kognitif, gangguan proses piker, gangguan kesadarn, gangguan
emosi, kemampuan berpikir, serta tingkah laku aneh (Nasir, 2011).
Kasus gangguan jiwa selalu meningkat dari tahun ketahun. Angka
pravelensi penderita gangguan jiwa menurut World Health Organization
(WHO) (2007),menyatakan ada satu dari empat di dunia mengalami
masalah mental dan diperkirakan ada 450 penderita gangguan jiwa di
dunia.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (Balai Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2013) menunjukan angka prevalensi gangguan
jiwa berat di Indonesia 1.7 permil, artinya ada sekitar 1.7 kasus gangguan
jiwa berat diantara 1000 orang penduduk Indonesia. Prevalensi kategori
gangguan jiwa berat tertinggi terdapat di daerah DIY dan Aceh, dengan
angka 2.7 kasus per 1000 penduduk. Angka ini lebih tinggi 1 permil
daripada prevalensi kasus gangguan jiwa berat nasional. Ada banyak
faktor yang menyebabkan tingginya kasus gangguan jiwa berat, pada

1
daerah DIY mayoritas gangguan jiwa berat di sebabkan oleh faktor
kesulitan ekonomi (Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).
B. Tujuan
1. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat mengetahui gangguan mental disorder pada
anak.
2. Tujuan Umum
a. Untuk Mengetahui Definisi Mental Disorder
b. Untuk Mengetahui Etiologi Mental Disorder
c. Untuk Mengetahui Patofisioogi Mental Disorder
d. Untuk Mengetahui Ekspresi Mental Disorder
e. Untuk Mengetahui Masalah Mental Disorder
f. Untuk Mengetahui Faktor-faktor Mental Disorder
g. Untuk Mengatahui Bentuk-bentuk Mental Disorder
h. Untuk Mengetahui Tanda dan Gejala Mental Disorder
i. Untuk Mengatuhi Penatalaksanaan Gangguan Mental Disorder

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Mental Disorder


Mental Disorder atau kekacauan fungsi mental merupakan bentuk dari
konflik internal dalam sebuah respons psikologis yang merupakan hasil
dari keadaan stres yang dirasakan mengancam diri sehingga individu tidak
mampu mengatasi masalahnya, terutama dengan koping yang biasa
digunakan yang berdampak pada terjadinya ketidakseimbangan sehingga
mengarah pada penyimpangan perilaku yang disebut sebagai perilaku mal
adaptif (Muhith, 2011)
Dengan demikian, bisa diartikan bahwa mental disorder merupakan
bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental (kesehatan mental) yang
biasanya terjadi pada anak yang disebabkan oleh kegagalan dalam
merekasi mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan atau mental
terhadap stimulus eksternal dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul
gangguan fungsi atau gangguan struktur pada satu bagian, satu organ, atau
sistem kejiwaan (Muhith, 2011).
Mental Disorder secara komprehensif diartikan sebagai sebuah
kekacauan fungsi mental akibat krisis mental dari sebuah proses koping
mekanisme yang melampaui standar. Respon psikologis dapat berupa
timbulnya rasa pusing, sesak nafas, demam panas. Sementara itu respon
emosional mempunyai pertanda awal antara lain : cemas, ketakutan,
apatis, cemburu, iri, marah-marah secara eksplosiv dan lain-lain (Muhith,
2011).

3
B. Etiologi Mental Disorder
Secara ringkasan ada tiga faktor yang menyebabkan timbulnya
kekalutan mental yaitu sebagai berikut :
1. Predisposisi struktur biologis/jasmania, serta mental atau
kepribadian yang lemah.
2. Konflik sosial dan kultural yang mempengaruhi diri manusia.
3. Pemasukan batin (internalisasi) dari pengalaman yang keliru, yaitu
pencernaan pengalaman oleh diri yang salah.
C. Patofisiologi Mental Disorder
Mental disorder ini merupakan sindrom atau pola perilaku, atau
psikologik seseorang yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas
berkaitan dengan suatu gejala penderitaan atau gangguan di dalam satu
atau lebih fungsi yang penting dari manusia (Maslim, 2010).
Gejala ini mulai timbul biasanya pada masa anak anak sampai remaja
atau dewasa awal samapi dengan umur pertengahan dengan melaui
beberapa fase antara lain:
1. Fase Predomal
Fase ini berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun. Gangguan
yang dapat ditimbulkan berupa self care, gangguan dalam akademik,
gangguan dalam pekerjaan, gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran
dan perepsi.
2. Fase Aktif
Fase ini berlangsung kurang lebih 1 bulan. Gangguan yang
dapat ditimbulkan berupa gejala psikotik : halusinasi, delusi,
disorganisasi proses berfikir, gangguan berbicara, gangguan perilaku,
disertai kelainan neurokimiawi.
3. Fase Residual
Klien mengalamai minimal 2 gejala yaitu gangguan afek da
gangguan peran, serangan biasanya berulang.

4
D. Ekspresi Mental Disorder
Menurut (Muhith, 2011) bahasa tubuh yang ditampilkan saat terjadi
Mental Disorder biasanya gejala-gejala sebagai berikut :

1. Terjadinya banyak konflik batin, menjadikan seseorang kehilangan


kendali, di mana seseorang tidak mampu melawan arus yang deras dari
proses psikologis dalam dirinya.
2. Persepsi menjadi lebih sempit sehingga seseorang tidak bisa berpikir
rasional hingga akhirnya berakibat pada terjadinya kekacauan mental.
Seperti kehilangan harga diri dan kepercayaan diri.
3. Anak merasa tidak aman dan selalu diburu-buru oleh suatu pikiran
atau perasaan yang tidak jelas.
4. Seorang anak menjadi agresif, suka menyerang, bahkan ada berusaha
membunuh orang lain.
5. Komunikasi sosialnya terputus dan ada yang mengalami disorientasi
sosial.
6. Ada gangguan intelektual dan gangguan emosional yang serius. Anak
mengalami ilusi-ilusi optik, halusinasi berat dan delusi.

E. Masalah Kebutuhan Manusia dan Mental Disorder


Menurut (Keliat, dkk, 2016) pada hakikatnya manusia itu sama yaitu
dinamis dan sering mempunyai kebutuhan manusiawi yang sama. Oleh
karena itu, dalam proses hidup bersama atau berjuang mempertahankan
eksistensi diri, manusia selalu melakukan interaksi sosial dalam mencapai
opttimalisasi hidup. Hal yang patut diingat bahwa gangguan mental oleh
faktor- faktor sosial dan kultural yang eksternal itu sifatnya dapat
dihindari dengan jarak sebagai berikut :
1. Menegakan disiplin diri yang ketat.
2. Selalu memelihara kebersihan jiwa seperti tertib dalam ibadah.
3. Berusaha berfikir dan berbuat wajar.

5
F. Faktor-faktor mental Disorder
Menurut (Burlian, 2016) ada banyak faktor yang menjadi penyebab
terjadinya gangguan mental pada anak. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut :

1. Faktor fisiologis dan biologis, seperti terjadinya kerusakan pada


otak (brain demage), kegagalan perkembangan otak, ataupun cacat
fisik lainnya yang berpengaruh pada kegagalan otak. Faktor faktor
ini biasanya disebut Somatogenik.
2. Faktor psikologis, seperti rasa sepi, stres, kecemasan, dan
sebagainya. Faktor ini biasa disebut dengan Psikogenik.
3. Faktor lingkungan, seperti peperangan, kerusuhan rasial,
kelaparan, kehidupan dipenjara, lingkungan sekolah yang terlalu
kompetitif, dan sebagainya.

G. Bentuk-bentuk Mental Disorder


Menurut (Hendra, 2008) bentuk-bentuk Mental Disorder dapat
dibedakan menjadi :

1. Psikopat
Psikopat adalah bentuk kekalutan mental yang ditandai dengan
tidak adanya pengorganisasian dan pengintegrasian pribadi. Orang
yang tidak pernah bida bertanggungjawab secara moral dan selalu
berkonflik dengan norma-norma sosial dan hukum. Gejala-
gejalanya sebagai berikut :
a. Tingkah laku dan relasi sosialnya selalu asosial, eksentrik dan
kronis patoologis.
b. Bersikap aneh.
c. Pribadinya tidak stabil.
d. Ada disorientasi terhadap lingkungannya.

6
e. Sering berbohong, fasih dan dangkal senang melakukan
pelanggaran.
f. Kurang empati.
g. Impuls (atau dorongan yang didasarkan atau keinginan secara
sadar maupun tidak sadar).
2. Psikoneurosis
Psikoneuresis merupakan sekelompok rekasi psikis yang
ditandai secara khas dengan unsur kecemasan dan secara tidak
sadar ditampilkan dengan penggunaan mekanisme pertahanan diri.
Psikoneurosis merupakan bentuk gangguan atau kekacauan pada
sistem persyarafan, termasuk disintegrasi dari sebagian
kepribadiannya. Gejala yang ditimbulkan sebagai berikut :
a. Tekanan-tekanan sosial dan tekanan kultural yang sangat kuat,
menyebabkan ketakutan kecemasan dan ketegangan dalam
batin sendiri yang bersifat kronis.
b. Individu mengalami frustasi .
c. Individu tidak rasional
3. Psikosis Fungsional
Psikosis Fungsional merupakan gangguan mental secara
fungsional yang non organik yang sifatnya ditandai oleh
kepecahan kepribadian dan sosial yang berat.

H. Tanda dan Gejala Mental Disorder pada Anak


Menurut (Ernawati, 2012) beberapa tanda dan gejala sebagai berikut :
a. Merasa sedih.
b. Mati rasa atau tak acuh.
c. Rasa lelah yang signifikan, energi menurun, atau mengalami masala
d. tidur.
e. Marah berlebihan, dan rentan melakukan kekerasan.

7
f. Merasa tak berdaya atau tanpa harapan.
g. Merasa bingung, pelupa, tersinggung, marah, kesal, khawatir, atau
takut.
h. Memiliki pengalaman perih dan kenangan buruk dan tidak bisa
dilupakan.
i. Delusi, paranoid, atau halusinasi.
j. Kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi.
k. Ketakutan atau kekhawatiran yang berlebihan atau kekhawatiran,
ata
l. perasaan bersalah yang menghantui.
m. Perubahan mood yang drastis.
n. Menarik diri dari teman dan lingkungan sosial.
o. Ketidakmampuan untuk mengatasi stres atau masalah sehari-hari.
p. Tidak mampu memahami situasi dan orang-orang.
q. Berfikir untuk bunuh diri.

I. Penatalaksanakaan Gangguan Mental Disorder pada Anak


Menurut (Kartono, 2007) cara mengatasi gangguan mental pada anak
yaitu :
1. Lengkapi nutrisinya
Gangguan mental disorder tanpa disadari bisa jadi akibat orang
tua yang kurang memperhatikan nutrisi anak. Karena itu pastikan
anak mendapat makanan sehat untuk tumbuh kembang anak.
Misalnya buah dan sayuran. Manfaat buah pada anak tentunya
sangat besar bagi tumbuh kembang anak baik secara fisik dan
mental.
2. Berikan dukungan
Sering kali anak disorder yang mengalami gangguan mental
merasa minder dan tidak percaya diri. Oleh sebab itu ajarkan cara

8
meningkatkan rasa percaya diri anak. Jangan biarkan mereka
ketakutan menghadapi keadaan mereka. Namun sebaliknya,
ketahui cara mengatasi rasa takut pada anak. Sehingga anak dapat
mengatasi gangguan mental mereka dengan baik. Terutama jika
mereka merasa didukung sepenuhnya, maka mental anak akan
berkembang secara maksimal.
3. Temukan diagnosanya
Penanganan yang tepat hanya dapat dilakukan apabila
diketahui diagnosa yang pasti. Ada banyak macam-macam
gangguan pada tumbuh kembang anak. Dapatkan diagnosa yang
spesifik. Jika diketahui secara jelas penyebab masalah mental pada
anak, maka orang tua dapat mengatasi sumbernya secara langsung.
Jika tidak maka segala usaha pengobatan dan terapi tidak akan
tepat pada sasaran.

4. Berikan Hiburan
Anak dengan masalah mental disorder bisa jadi akibat beban
pikiran yang mendalam. Karena tekanan dari sekolah ataupun
teman-temannya. Karena itu, ada baiknya berikan anak hiburan
yang dapat membuat mereka senang. Misalnya dengan berlibur,
tentunya salah satu manfaat liburan untuk anak yaitu dapat
mengurangi beban pikiran anak. Mereka puas bermain, sebab
manfaat bermain untuk anak usia dini termasuk untuk menghindari
kondisi psikologis anak yang kurang baik.
5. Arahkan pada Anak.
Anak yang bermasalah mentalnya membutuhkan arahan dan
pengertian yang lebih detail. Dibandingkan dengan anak yang
sehat dan perkembangan mental yang normal. Apabila mendapat
pengarahan yang baik. Maka sejak dini anak memahami batasan-

9
batasan yang dapat dan tidak dapat mereka lakukan. Misalnya
ajarkan anak untuk taat sejak kecil dengan cara mengajarakan
disiplin pada anak. hal ini akan melatih mental anak untuk patuh
dan taat pada orang tua. Sehingga di kemudian hari anak tidak
menjadi malas ataupun melawan orang tua.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa pemaparan mengenai mental disorder dapat diambil
kesimpulan bahwa penyakit gangguan jiwa (mental disorder) merupakan
salah satu empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, dan
masih kurang populer dikalangan masyarakat sehingga dianggap sebagai
penyakit yang tidak bisa disembuhkan.
Mental Disorder merupakan bentuk gangguan dan kekacauan fungsi
mental (kesehatan mental), disebabkan oleh kegagalan merekasinya
mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan atau mental terhadap
stimulus eksternal dan ketegangan-ketegangan, sehingga muncul
gangguan fungsi atau gangguan struktur pada satu bagian satu organ atau
sistem kejiwaan, gangguan ini biasanya terjadi pada anak-anak.
Mental Disorder disebabkan oleh predisposisi struktur
biologis/jasmani, serta mental atau kepribadian yang lemah, konflik sosial
dan kultural, serta pemasukan batin (internalisasi) dari pengalaman yang
keliru.

B. Saran
1. Bagi Anak-anak
Selalu mengajak anak-anak untuk bertemu dengan orang-orang
disekitar untuk mengasah keberaniannya agar mempunyai mental
yang baik, melengkapi nutrisinya seperti memberikan buah dan
sayur-sayuran, berikan anak pengertian yang detail.
2. Bagi Mahasiswa
Saran bagi mahasiwa untuk selalu berlatih mental agar tidak
canggung dalam berpendapat di tempat umum, berlatih mental bisa

11
dilakukan dengan cara mengikuti organisasi-organisasi di kampus
maupun di lingkungan rumah (karang taruna).
3. Bagi Masyarakat
Saran bagi masyrakat khususnya untuk perangkat desa untuk
mengadakan pelatihan-pelatihan dan juga mengajak anak-anak
muda ikut organisasi karang taruna untuk mengasah mental

12
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, Dadang. 2010. ManajemenStres, Cemas, dan Depresi. Jakarta:


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Nasir, A,Muhith, A. 2011. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.
Sulistyarini, I, Yudi, K. 2016. Komunitas SEHATI (Sehat Jiwa dan Hati)
Sebagai Intervensi Kesehatan Mental Berbasis Masyarakat. Jurnal
Psikologi dan Kesehatan Mental. Vol.1 (2), 112-124.
Hendra,A. 2008. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Mental Disorder.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Keliat, B. 2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa Pada Anak. Jakarta: EGC.
Muslim, A. 2010. Patofisiologi pada Mental Disorder. Jakarta: EGC

13

Anda mungkin juga menyukai