Anda di halaman 1dari 12

ANNYEONG >,<

PUNYA DIAN
HAL : 225 - 232

DIAN PUNYA SUHO


SUHO PUNYA DIAN
KAMI SAMA2 PUNYA

SUHONYA DIAN
DIANNYA SUHO

Page | 1
Dinding butir sari terdiri dari dua lapisan utama, yakni intin yang lunak dibagian dalam, dan
eksin yang keras disebelah luar. Eksin terbagi lagi menjadi bagian yang tidak berlekuk di
sebelah dalam, yakni neksin, dan bagian yang menunjukkan pola lekukan khas di sebelah
luar, yakni seksin.

Page | 2
Butir polen sering berperan dalam taksonomi di taraf familia atau bawahnya. Ukuran dan
bentuk polen amat beragam, dan pola lekukannya berbeda – beda, termasuk adanya butiran,
kutil dan duri. Telah ditunjukkan bahwa pada beberapa familia dengan eksin berlekuk –
dalam, seperti Cruciferae, Malvaceae, atau Compositae, lekukan eksin be risi bahan yang
berasal dari tapetum dan berperan dalam pengendalian kecocokkan intraspesies. Ketika polen
dibawa oleh polinator dari kepala sari ke stigma, terjadi dehidrasi sesudah terjadi kontak
dengan udara sehingga eksin mengerut. Di atas permukaan stigma terjadi rehidrasi. Eksin
mengembang dan bahan yang tersimpan dalam eksin dan intin dibebaskan.

Ginesium
Morfologi ginesium serta terminologi mengiringinya masih banyak dipertentangkan. Yang
pertama, apakah suatu ‘Phyllom’ berstruktur aksial atau organ khusus yang tidak
berhubungan dengan bagian lain dari bunga. Kedua, apakah makna dari penyatuan kongenital
(sebelum muncul) dari sejumlah karpel, yang dianggap terjadi jika ginesium tumbuh sebagai
satu kesatuan sewaktu ontogeni. Ketiga, yang manakah karpel dalam bunga yang berbekal
buah tenggelam (inferus).

Karpel
Pada bunga bisa ditemukan satu helai karpel atau lebih. Jika terdapat dua karpel atau lebih,
maka karpel dapat lepas satu dari yang lain (ginesium apokarp, seperti pada bunga mawar)
atau karpel berlekatan dengan cara yang bermacam - macam (ginesium sinkarp, seperti pada
tomat dan pepaya) (gambar 20.4). Ginesium berkarpel tunggal digolongkan jenis apokarp.

Page | 3
Dalam pembentukkannya menjadi ginesium, kakrpel dianggap melingkar sepanjang tepinya
sedemikian rupa sehingga sisi adaksial berada di dalam ruang tertutup, dan tepinya saling
melekat. Dianggap bahwa pelipatan terjadi secara konduplikat dengan tepi tetap pipih
(gambar 20.5). Diperkirakan perubahan dalam evolusi menyebabkan reduksi daerah tepi.
Konsep yang lebih tua mengindikasikan bahwa pelipiatan meliputi involusi, yakni pelipatan
ke dalam sehingga daerah yang tertutup dilapisi dengan muka abaksial.

Pada ginesium sinkarp, ada dua cara perlekatan karpel. Yang pertama, karpel berlekatan
dengan kondisi terlipat dan muka abaksial melekat pada muka abaksial. Disini terbentuk
beruang dua atau beruang banyak (gambar 27 A, C). Yang kedua, perlekatan terjadi dalam
keadaan tak terlipat atau setengah terlipat dan terbentuk ginesium beruang satu (gambar 27 D)
Pada ginesium biasanya dapat dibedakan bagian bawah yang fertil, yakni bakal buah atau
ovarium, bagian tengah yang steril, yakni tangkai putik atau stilus, dan yang paling ujung
adalah kepala putik atau stigma.

Bakal Buah
Pada bakal buah dibedakan dinding bakal buah dan ruang bakal buah. Pada bakal buah
beruang banyak terdapat sekat pemisah. Bakal biji atau ovulum terdapat pada daerah dinding
bakal buah dalam (adaksial), yang disebut plasenta (gambar 20.7). Setiap karpel memiliki dua
plasenta. Pada karpel, plasenta ditemukan di dekat tepi atau tidak jauh darinya, sehingga
dibedakan plasenta marginal (tepi) dan plasenta laminar (agak jauh dari tepi). Plasenta

Page | 4
parietal terjadi pada ginesium yang pelekatan karpelnya terjadi secara marginal dan hanya ada
satu ruang ginesium. Pada ginesium yang karpelnya terjadi secara marginal dan hanya ada
satu ruang ginesium. Pada ginesium yang karpelnya terlipat, bakal buahnya beruang dua atau
banyak, dan plasentanya aksiler. Jika sekat pemisah hilang, maka dari segi filogeni atau
ontogeni, terjadi plasenta di tengah, bebas dari sekat dan dinamakan plasenta sentral bebas
(gambar 20.7)
Oleh karena pada umumnya sehelai karpel memiliki tiga berkas pembuluh, yang juga tempak
setelah terjadi pelipatan kala pembentukkan ginesium, maka berkas median (tengah, dorsal)
dan kedua berkas pembuluh lateral (ventral) dapat diikuti.
Selanjutnya teramati juga bahwa di daun, bagian floem dari berkas pembuluh ada di sisi
abaksial dan xilem di sisi adaksial.

Tangkai dan Kepala Putik


Tangkai putik merupakan bagian karpel yang memanjang ke atas, ke arah distal. Pada
ginesium sinkarp, tangkai putik berasal dari semua karpel, yang dapat bersatu atau tetap
terpisah. Stilus dapat berongga atau padat. Pada kebanyakan Angiospermae, stilusnya padat
dan jaringan tengah terspesialisasi menjadi jaringan transmisi, yang memasok zat hara bagi
tabung sari yang tumbuh melaluinya. Ujung distal tangkai putik termodifikasisehingga
menghasilkan lingkungan yang baik bagi perkecambahan butir sari. Stigma yang siap
menerima butir sari dapat menghasilkan sekret dalam jumlah besar dan disebut stigma basah;
yang tidak atau kurang menghasilkan sekret menghasilkan sekret menjadi stigma kering. Butir
sari berkecambah dan menghasilkan tabung sari, yang kemudian tumbuh melalui tepi rongga

Page | 5
tangkai sari yang dilapisi oleh sel sekresi atau, pada stilus padat, melalui jaringan transmisi.
Jaringan dasar stilus bersifat parenkim dan ditembus oleh berkas pembuluh angkut.

Page | 6
Bakal Biji dan Kantung Embrio
Setiap bakal biji atau ovulum melekat pada dinding ovarium dengan adanya tangkai bakal biji
atau funikulus yang mengandung satu berkas pembuluh (gambar 20.8). Bakal biji terdiri dari
jaringan di tengah atau nuselus, dilingkari oleh integumen dalam dan integumen luar.
Kedua integumen mengelilingi suatu saluran yanng bermuara di pori, disebut mikropil
(gambar 20.8 E). Daerah nuselus, integumen, dan funikulus berhubungan disebut kalaza,
sering terletak berhadapan dengan mikropil. Tabung sari tumbuh melalui mikropil di saat
fertilisasi. Sebagaimana pada tapetum antera, nuselus biasanya sudah tak ada ketika bakal biji
mencapai taraf dewasa, karena telah berdegenerasi.

Pembentukan megasfora melalui peristiwa sel induk megaspora disebut megasforagenesis.


Megasfora yang juga disebut kantung embrio akan berkecambah dengan terjadinya mitosis
pada intinya yang akhirnya memberikan kantung embrio dewasa yang berinti delapan
(gambar 20.8). Di banyak angiospermae, kantung embrio matang berisi 8 inti, masing –
masing sering memiliki dinding sel. Ketiga sel dekat mikropil adalah sel telur dan dua sel
sinergid. Di dekat kalaza terdapat 3 sel antipoda. Dua dua buah inti di tengah disebut inti
polar. Jika keduanya bersatu, jumlah sel dalam kantung embrio menjadi tujuh. Sel antipoda
sering berdegenerasi di awal pertumbuhan. Pada sinergid biasanya terdapat penebalan dinding
yang disebut aparat filiform (seperti benang) yang meluas di bagian sel dekat mikropil.

Page | 7
20.2 Perkembangan
Setelah tumbuhan mencapai stadium perkembangan reproduktifnya, maka beberapa atau
semua meristem apeks pucuk pada ranting berhenti menghasilkan daun dan mulai membentuk
bagian bunga menurut urutan yang khas bagi spesies yang bersangkutan. Berbeda dengan
pembentukkan daun, yang meristem apeknya melebar kembali selama satu plastokron, pada
bunga, luas meristem apeks lambat laun berkurang sewaktubagian bunga dibentuk secara
berurutan. Di kebanyakan bunga, urutan pembentukan daun bunga berlangsung dari luar ke
dalam secara karopetal.namun, ada beberapa taksa yang menunjukkan bahwa beberapabagian
bunga dibentuk dalam arah terbalik, seperti pada stamen beberapa kelompok Palmae.
Peristiwa ini sangat khas bagi spesies yang bersangkutan. Dari pengamatan struktur dewasa,
sering sulit menentukan apakah pembentukan stamen itu sentripetal atau sentripugal. Pada
ginesium sinkarp, karpel dapat menyatu kongential sehingga ginesium dibentuk sebagai
struktur tunggal, atau dibentuk secara terpisah.

Page | 8
Selanjutnya, karpel dapat terpisah kembali setelah pembuahan dan sebelum penyebaran biji.

Mikrosporogenesis dan Megasporagenesis


Pada antera yang sedang berkembang, mikrosporangium terdiri dari sel sporongen yang ada di
dalam rongga kantung polen dan sejumlah lapisan khusus di sebelah luarnya. Jaringan
sporogen juga berasal dari sel parietal primer yang ditemukan pada awal pembentukan
antena. Sel sporogen masih dapat bermitosis menghasilkan lebih banyak sel sposrogen atau
langsung menjadi sel induk mikrospora. Meiosis terjadi

Page | 9
HAL : 264 -265

Page | 10
atasnya. Jika dalam akar tak ada empulur, maka empulur akan tampak di taraf yang lebih
tinggi. Pada tempat yang lebih tinggi lagi, jaringan pembuluh tampak terbagi menjadi dua unit
atau lebih, yakni yang menuju keping biji (jalan – keping biji).

Di samping itu, perubahan lain dalam arah diferensiasi xilem dapat terlihat pada taraf
yangberturut – turut lebih tinggi (gambar 23.5). Unsur protoxilem dalam akar terdapat pada
posisi tepi dalam silinder pembuluh. Unsur metaxilem yang kemudian menjadi dewasa
tampak secara beranagsur mendekati daerah tengah. Jadi, pada penampang melintang, arah
pendewasaan xilem adalah sentripetal, yakni xilem bersifat eksark (gambar 23.5 A). Pada
berkas keping biji (atau dalam beberapa tumbuhan di awal epikotil) arah pendewasaan xilem
berbalik. Unsur protoxilem yang ada paling jauh dari tepi dan unsur metaxilem menjadi
dewasa dalam.

Arah sentrifugal : xilem adalah endark (gambar 23.5 G). Hubungan antara xilem eksark dari
akar dan xilem endark pada batang terjadi pada sebagian sistem vaskular; di sini posisi unsur
xilem awal dan xilem akhir merupakan peralihan antara yang ada di batang dan akar.

Floem selalu berdiferensiasi ke arah sentripetal. Namun, di akar susunannya radial, artinya,
bergantian dengan xilem, sedangkan di batang tersusun dalam berkas pembuluh kolateral.
Hubungan antara kedua macam susunan itu terjadi seiring dengan perubahan dari sifat endark
dengan sifat eksark.

Daerah pada kecambah, tempat sistem akar dan sistem batang saling berhubungan, dan tempat
susunan struktural berubah dari taraf satu ke taraf berikutnya sehubungan dengan perbedaan
di antara kedua sistem itu, dinamakan daerah transisi. Perubahan pola pada beberapa taraf
berturutan di daerah transisi berlangsung secara bertahap. Hal itu mengindikasikan bahwa
pengaruh yang diperoleh secara bertahap dari kutub akar dan kutub batang mengakibatkan
pola perkembangan yang khas. Kecambah yang sedang berkembang menunjukkan adanya
gradien dalam diferensiasi. Keadaan itu merupakan faktor umum dalam morfogenesis
tumbuhan.

Daerah transisi yang dibahas di atas terdapat pada dikotil dengan akar berpola diark sehingga
yang diikuti hanya dua berkas xilem. Kebanyakan dikotil memiliki hubungan akar dan batang
yang lebih rumit. Pada monokotil, ada satu kepimg biji diiringi dengan struktur daerah transisi

Page | 11
yang tidak simetris. Pada Gymnospermae, jumlah keping biji yang lebih dari dua helai
meningkatkan derajat kerumitan struktur daerah transisi.

Page | 12

Anda mungkin juga menyukai