Anda di halaman 1dari 9

1.

Urutan Tindakan Primary Survey


a. Pada tahap airway, evaluasi yang dilakukan yaitu dengan mengobservasi suara napas
tambahan pada pasien, jika tidak ditemukan suara napas tambahan seperti gurgling,
snoring, atau tidak ada suara. Maka kita bisa melanjutkan tahap primary survey yang
selanjutnya yaitu breathing.
b. Pada tahap breathing, evaluasi yang dilakukan yaitu dengan mengobservasi SpO2
pasien menggunakan pulseoximetry, jika SpO2 lebih dari 95%. Maka kita bisa
melanjutkan tahap primary survey yang selanjutnya yaitu circulation.
c. Pada tahap circulation, evaluasi yang dilakukan yaitu dengan mengobservasi tanda-
tanda vital pasien, jika tekanan darah normal, nadi normal, RR normal, dan output
urine normal. Maka kita bisa melanjutkan tahap primary survey yang selanjutnya
yaitu disability.
d. Pada tahap disability, evaluasi yang dilakukan yaitu dengan mengobservasi
kesadaran pasien berdasarkan AVPU, mengecek pupil apakah anisokor atau pin
(pasien keracunan). Biasanya jika pasien mengalami penurunan kesadaran, maka
pasien akan gelisah, sehingga jangan lupa untuk memasang restrain dan pengaman
bed agar pasien tidak jatuh. Dengan demikian kita bisa melanjutkan tahap primary
survey yang selanjutnya yaitu exposure.
e. Pada tahap exposure, evaluasi yang dilakukan yaitu dengan mengobservasi apakah
masih ada perdarahan yang terjadi pada bagian tubuh lain yang belum diketahui,
misalkan tubuh bagian belakang, serta kita harus melakukan fiksasi dengan balut bidai
pada ekstremitas yang mengalami fraktur. Jika kita sudah melakukan semua tahap
primary survey, maka kita bisa melanjutkan ke tahap secondary survey.

2. Tulis hasil cari referensi mengenai


a. Perhitungan oksigen, flow, konsentrasi dan pemilihan alat oksigenasi sesuai dengan
kebutuhan pasien
1) Cara Pemberian Terapi Oksigen
a) Kateter nasal: aliran 1- 6 L/mnt, konsentrasi O2 24% - 44%
b) Kanul nasal: aliran 1 – 6 L/mnt, konsentrasi O2 24% -44%
c) Masker sederhana: aliran 5 -8 L/mnt, konsentrasi o2 40% - 60%
d) Masker rebreathing: aliran 8 -12 L/mnt, konsentrasi O2 60% - 80%
e) Masker non rebreathing: aliran 8 -12 L/mnt, konsentrasi O2 mencapai 99%
Rumus pemberian O2
Keterangan:
MV: Minute Ventilation, udara yang masuk kedalam sistem pernafasan setiap
menit
VT: Voleme Tidal, 6 -8 ml/kg
RR: Respiration Rate
Misalnya:
BB 50 kg, RR 30x/menit
MV = VT x RR
= (50 kg x (6 -8 ml)) x 30
= 9 – 12 L/mnt
2) Pemilihan alat oksigenasi sesuai dengan kebutuhan pasien
a) Nasal kanul dan nasal kateter

Nasal kanul arus rendah mengalirkan oksigen ke nasofaring dengan aliran 1-


6 liter/ menit
b) Sungkup muka tanpa kantong penampung

Alat ini mampu menyediakan fraksi oksigen (O2) (FiO2) sekitar 40-60%
dengan aliran sekitar 5-10 liter/ menit.
c) Sungkup muka dengan kantong penampung

Sungkup muka dengan kantong penampung dapat mengantarkan oksigen


(O2) sebanyak 10-15 liter/ menit

b. Tabel mengenai permasalahan asidosis respiratorik, alkalosis respiratorik, asidosis


metabolik, alkalosis metabolik, penyebab dan tatalaksana nya
c. Perhitungan resusitasi cairan, macam macam syok dan tatalaksanaknya, derajat
perdarahan dan tatalaksananya
1) Resusitasi Cairan
Kehilangan darah dapat diperkirakan besarnya melalui beberapa kriteria klinis
seperti :
Klas I Klas II Klas III Klas IV
Kehilangan Sampai 750 750 – 1500 1500 – 2000 >2000
darah (ml)
Kehilangan Sampai 15% 15 – 30% 30 – 40 % >40%
darah (%EBV)
Denyut nadi <100 >100 >120 >140
Tekanan darah Normal Normal Menurun Menurun
(mmHg)
Tekanan nadi Normal atau Menurun Menurun Menurun
(mmHg) meningkat
Frekuensi 14 – 20 20 – 30 30 – 35 >35
napas
Produksi urine >30 20 – 30 5 – 15 Tidak ada
(ml/jam)
SSP/ status Gelisah ringan Gelisah sedang Gelisah dan Bingung dan
mental bingung letargi
Cairan Kristaloid Kristaloid Kristaloid dan Kristaloid dan
pengganti darah darah
(rumus 3:1)
Jumlah darah dihitung berdasarkan Estimated Blood Volume (EVB)
1. EVB Neonatus : 90 mL/KgBB
2. EVB Bayi : 80 mL/KgBB
3. EVB Anak + Dewasa : 70 mL/KgBB

Maka rumus EVB = KgBB x EVB x Jumlah Perdarahan (%)

2) Macam macam syok dan tatalaksanaknya


a. Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik merupakan syok yang paling sering dijumpai pada anak,
terjadi akibat kehilangan cairan tubuh yang berlebihan. Penyebab tersering
syok hipovolemik pada anak adalah muntah, diare, glikosuria, kebocoran
plasma (misalnya pada demam berdarah dengue), sepsis, trauma, luka
bakar, perdarahan saluran cerna, perdarahan intrakranial.
Tatalaksana:
Pemberian cairan kristaloid 10 ml/kg secara bolus dapat dilakukan sambil
menilai respon tubuh. Pada syok hipovolemik, maka peninkatan volume
intravaskular akan meningkatkan isi sekuncup disertai penurunan frekuensi
jantung. Pada kasus yang berat, pemberian ini dapat diulangi 10 ml/kg
sambil menilai respon tubuh. Pada umumnya anak dengan syok
hipovolemik mempunyai nilai CVP kurang dari 5 mm Hg. Pemberian cairan
harus diteruskan hingga mencapai normovolemik. Kebutuhan cairan untuk
mengisi ruang intravaskular umumnya dapat dikurangi bila digunakan
cairan koloid.
b. Syok KardiogenikSyok kardiogenik terjadi akibat kegagalan pompa jantung,
yang dapat diakibatkan akibat preload, afterloadatau kontraktilitas
miokardium. Curah jantung juga menurun pada disritmia. Gangguan
preload dapat terjadi akibat pneumotoraks, efusi perikardium,
hemoperikardium atau penumoperikardium. Gangguan afterload dapat
terjadi akibat kelainan obstruktif congenital, emboli, peningkatan resistensi
vaskular sistemik (misalnya pada pheochromocytoma). Gangguan
kontraktilitas miokardium dapat diakibatkan infeksi virus, gangguan
metabolik seperti asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia, penyakit kolagen
dll.
Tatalaksana:
Curah jantung merupakan fungsi isi sekuncup dan frekuensi. Bayi
mempunyai ventrikel yang relatif noncompliantdengan kemampuan
meningkatkan isi sekuncup amat terbatas. Karena itu curah jantung bayi amat
bergantung pada frekuensi. Syok kardiogenik pada penyakit jantung bawaan
tidak dibahas di sini.Isi sekuncup dipengaruhi oleh preload, afterloaddan
kontraktilitas miokardium. Sesuai dengan hukum Starling, peningkatan
preloadakan berkorelasi positif terhadap curah jantung hingga tercapai
plateau. Karena itu, sekalipun pada gangguan fungsi jantung,
mempertahankan preloadyang optimal tetap harus dilakukan. Penurunan
curah jantung pasca bolus cairan menunjukan bahwa volume loadingharus
dihentikan. Upaya menurunkan afterloadterindikasi pada keadaan gagal
jantung dengan peningkatan systemic vascular resistanceyang berlebihan.
Untuk tujuan ini dapat digunakan vasodilator. Diuretik digunakan pada kasus
dengan tanda kongestif paru maupun sistemik. Untuk tujuan ini dapat
digunakan loop diuretic, atau kombinasi dengan bumetanide, thiazide atau
metolazone.
Berbagai kondisi yang memperburuk fungsi kontraktilitas miokardium
harus segera diatasi, seperti hipoksemia, hipoglikemia dan asidosis. Untuk
memperbaiki fungsi kontraktilitas ini, selanjutnya, dapat digunakan obat
inotropik (contoh: dopamine, dobutamin, adrenalin, amrinone, milrinone).
Untuk mencapai fungsi kardiovaskular yang optimal, dengan pengaturan
preload, penggunaan obat inotropik dan vasodilator (contoh: sodium
nitropruside, nitrogliserine), dibutuhkan pemantauan tenanan darah, curah
jantung dan systemic vascular resistance.
c. Syok Distributif
Syok distributif terjadi akibat berbagai sebab seperti blok syaraf otonom
pada anesthesia (syok neurogenik), anafilaksis dan sepsis. Penurunan
resistensi vaskular sistemik secara mendadak akan berakibat
penumpukan darah dalam pembuluh darah perifer dan penurunan tekanan
vena sentral. Pada syok septik, keadaan ini diperberat dengan adanya
peningkatan permeabilitas kapiler sehingga volume intravaskular berkurang.
Tatalaksana:
Tatalaksana syok distributif adalah pengisian volume intravaskular
dan mengatasi penyebab primernya. Syok septik merupakan suatu
keadaan khusus dengan patofisiologi yang kompleks. Pada syok septik,
‘warm syok’, suatu syok distributif, terjadi pada fase awal. Penggunaan
stimulator alpha (contoh noradrenalin) dilaporkan tidak banyak
memperbaiki keadaan, malahan menurunkan produksi urine dan
mengakibatkan asidosis laktat. Pada fase lanjut terjadi penurunan curah
jantung dan peningkatan systemic vascular resistanceakibat hipoksemia dan
acidosis. Karena itu tatalaksana syok septik lanjut, mengikuti kaidah
syok kardiogenik. Sekalipun masih kontroversi, steroid terkadang
digunakan pada syok septik yang resisten terhadap katekolamin dengan
risiko insufisiensi adrenal.
3) Derajat perdarahan dan tatalaksananya
a. Perdarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%)
 Tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi minimal.
 Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan frekuensi
pernapasan.
 Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk kehilangan
darah sekitar 10%
b. Perdarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%)
 Gejala klinisnya, takikardi (frekuensi nadi>100 kali permenit), takipnea,
penurunan tekanan nadi, kulit teraba dingin, perlambatan pengisian kapiler,
dan anxietas ringan .
 Penurunan tekanan nadi adalah akibat peningkatan kadar katekolamin, yang
menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan
selanjutnya meningkatkan tekanan darah diastolik. c. Perdarahan derajat III
(kehilangan darah 30-40%)
 Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi, penurunan tekanan
darah sistolik, oligouria, dan perubahan status mental yang signifikan,
seperti kebingungan atau agitasi.
 Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan cairan, 30-40% adalah
jumlah kehilangan darah yang paling kecil yang menyebabkan penurunan
tekanan darah sistolik.
 Sebagian besar pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi keputusan
untuk pemberian darah seharusnya berdasarkan pada respon awal terhadap
cairan. d. Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%)
 Gejala-gejalanya berupa takikardi, penurunan tekanan darah sistolik,
tekanan nadi menyempit (atau tekanan diastolik tidak terukur),
berkurangnya (tidak ada) urine yang keluar, penurunan status mental
(kehilangan kesadaran), dan kulit dingin dan pucat.
Manajemen dan Terapi
Ketika mendapati seseorang yang menunjukan gejala gejela hipovolemia maka
yang pertama harua dilakukan adalah mencari bantuan medis,sembari
menunggu bantuan medis datang Berikan pertolongan pertama pada penderita
hipovolemia, perlu digaris bawahi bahwa penangan pertama yang tepat pada
penderita hipovolemia sangat dibutuhkan karena dapat menghindari kematian
pada penderita. Berikut hal hal atau langkah langkah untuk memberi
pertolongan pertama pada penderita:
a) Jangan memberi cairan apapun pada mulut penderita contoh memberi minum
b) Periksa ABC (airway, breathing, circulation)
c) Buat pasien merasa nyaman dan hangat, hal ini dilakulan agar mencegah
hipotermia pada pasien
d) Bila ditemukan adanya cedera pada kepala, leher atau punggung jangan
memindahkan posisinya
e) Apabila tampak adanya perdarahan eksternal maka segera lakukan
penekanan pada lokasi perdarahan dengan menggunakan kain atau handuk,
hal ini dilakukan untuk meminimalisir volume darah yang terbuang. Jika
dirasa perlu kain atau handuk dapat diikatkan
f) Jika ditemukan benda tajam masih menancap pada tubuh penderita jangan
dicabut hal ini ditakutkan akan menyebabkan perdarahan hebat
g) Beri sanggaan pada kaki 45° atau setinggi 30 cm untuk meningkatkan
peredaran darah. Saat akan dipindahkan ke dalam ambulans usahakan posisi
kaki tetap sama
h) Jika adanya cedera pada kepala atau leher saat akana dinaikan menuju
ambulan berulah penyangga khusus terlebih dahulu.

3. Tulis cek list urutan SBA pada dewasa, SBA pasien hamil/obesitas, SBA pasien tidak
sadar, SBA pada neonatus dan bayi
1. Dewasa
a) Posisikan penolong dibelakang pasien
b) Anjurkan pasien membuka kaki selebar bahu
c) Masukkan kaki yang dominan ke sela-sela kaki pasien
d) Anjurkan pasien sedikit membungkuk
e) Lakukan teknik Hemlick maneuver
f) Ulangi sebanyak 5x
g) Jika benda asing masih belum keluar, ulangi terus – menerus sampai pasien
pingsan
h) Tidurkan pasien jika pingsan
2. Hamil / Obesitas
a) Posisikan penolong dibelakang pasien
b) Anjurkan pasien membuka kaki selebar bahu
c) Masukkan kaki yang dominan ke sela-sela kaki pasien
d) Anjurkan pasien sedikit membungkuk
e) Lakukan teknik Chest Trust
f) Ulangi sebanyak 5x
g) Jika benda asing masih belum keluar, ulangi terus – menerus sampai pasien
pingsan
h) Tidurkan pasien jika pingsan
3. Bayi / Neonatus
a) Posisikan bayi telungkup dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki
b) Tengkurapkan bayi dengan posisi sandwich maneuver lakukan teknik Back Blows
ulangi sampai 5 x
c) Lalu Telungkupkan bayi lakukan teknik chest trush ulangi sampai 5x

Anda mungkin juga menyukai