Anda di halaman 1dari 44

MODUL PELATIHAN INOVASI

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA


MANUSIA DI LOKASI REGULAR

Direktorat Pelayanan Sosial Dasar


Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa
Tahun 2019
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Daftar Isi

Hal.
Daftar Isi 1
Kata Pengantar..............................….................................................... 3
Kompetensi Peserta………………………………………………………………… 4
Tujuan Pelatihan …………………………..…....…..................................... 4
Peserta Pelatihan ………………………….…....…....................................... 5
Jadwal Kegiatan Pelatihan...………………………..................................... 5
Stunting dan Kegiatan Konvergensi Pencegahan Stunting…................... 7
Peran Desa Dalam Kegiatan Konvergensi Pencegahan Stunting............. 17
Pengorganisasian Pelaku Konvergensi Pencegahan Stunting di Desa 24
Pengenalan Tikar Pertumbuhan dan Pemantauan Layanan
Konvergensi Stunting di Desa................................................................ 30
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut Desa..……………………………..…. 34
Bahan Pendukung Pelatihan ……………………………………………………. 83

2
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Kata Pengantar

Pencegahan dan penanganan stunting telah menjadi agenda nasional,


dimana semua pihak, Kementerian dan Lembaga diminta untuk terlibat.
Berbagai program telah dikembangkan oleh Pemerintah, namun
permasalahan stunting masih terjadi dan cenderung meningkat.
Pencegahan dan penanganan stunting menuntut adanya konvergensi
pengelolaan kegiatan, program, dan layanan.
Layanan masyarakat untuk pencegahan dan penanganan stunting perlu
dipastikan terjadi di Desa agar dapat diakses oleh masyarakat. Kelompok
sasaran pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi prioritas utama
dalam pencegahan dan penanganan stunting. Kelompok prioritas ini perlu
dipastikan dapat mengakses 5 (lima) layanan utama penanganan stunting,
yaitu: (1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA); (2) Konseling Gizi Terpadu; (3)
Sanitasi dan Air Bersih; (4) Jaminan Sosial; dan Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD).
Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
(PPMD), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi melalui Direktorat Pelayanan Sosial Dasar (PSD) dan Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD), mengarahkan dukungannya atas
pencegahan dan penanganan stunting ini, terutama pada lokasi prioritas
dengan pendekatan konvergensi 5 (lima) layanan utama pencegahan
stunting.
Desa perlu mengambil peran besar, sekaligus bertanggungjawab atas
terjadinya konvergensi layanan pencegahan stunting. Untuk mewujudkan
harapan terebut, dipandang perlu dibentuk dan ditugaskan Kader Desa,
yang kemudian disebut Kader Pembangunan Manusia (KPM) sebagai bagian
dari tim KPMD (Kader Pembangunan Masyarakat Desa) yang mendapakan
tugas khusus.
Tugas khusus yang dimaksud adalah mendata sasaran, memantau
layanan, dan mengkomunikasikan masalah lapangan kepada pengambil
keputusan, yaitu Pemerintah Desa dan penyedia layanan dalam wadah
Rumah Desa Sehat (RDS). Untuk menjalankan tugas khusus secara
optimal, perlu dilakukan peningkatan kapasitas, sehingga kegiatan yang
dilaksanakan dapat berjalan efektif sesuai kebutuhan lapangan dan
dinamika yang berkembang di masyarakat.
Pelatihan sebagai salah satu bentuk peningkatan kapasitas memegang
peranan penting dalam menyiapkan pelaku program, terutama Kader Desa,
baik dari sisi pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap terkait pencegahan
stunting. Dengan memiliki kapasitas tersebut, pelaku diharapkan dapat
mendorong kegiatan pencegahan stunting ke dalam perencanaan dan
penganggaran di Desanya masing masing. Untuk itulah, modul pelatihan ini
disusun untuk memenuhi kompetensi dasar Kader Desa.

Bengkalis, Agustus 2019


3
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

1. Kompetensi Peserta

Secara umum, Kader Desa berperan untuk memastikan kelompok sasaran


dapat mengakses layanan dasar dan memastikan pelaksanaan layanan
memenuhi standar minimal. Kader Desa juga melakukan advokasi atas
hasil pengamatannya kepada pihak-pihak terkait seperti Aparat Desa dan
pemberi layanan. Kader Desa perlu memiliki sejumlah kompetensi dasar
agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Kompetensi yang
diperlukan mencakup pengetahuan, ketrampilan, sikap dan talenta.
Kompetensi dasar dari Kader Desa sebagaimana diuraikan dalam tabel
berikut ini.

Pengetahuan Ketrampilan Sikap dan Talenta

1. Fasilitasi penyusunan 1. Memiliki minat dan


1. Definisi stunting
peta sosial Desa perhatian kepada ibu
2. Tanda dan indikasi
2. Pendataan sasaran dan anak
stunting
3. Identifikasi 2. Menjadi pendengar
3. Penyebab terjadinya
kelembagaan Desa yang berempati
stunting
terkait dengan 3. Bersedia dan memiliki
4. Dampak atau akibat
pencegahan stunting waktu untuk kegiatan
stunting
4. Fasilitasi proses sukarela
5. Kondisi stunting di
penggalian gagasan di 4. Memiliki sikap
Indonesia
dusun dan kelompok komunikasi
6. Pencegahan stunting
sasaran interpersonal yang
7. Penanganan stunting
5. Memantau baik
8. Lima paket utama
pelaksanaan 5 (lima) 5. Memiliki ketertarikan
layanan pencegahan
paket utama layanan dengan kegiatan
stunting di Desa
pencegahan stunting pengamatan dan
9. Konvergensi
6. Mendemontrasikan tertib administrasi
pencegahan stunting
penggunaan matras pelaporan
10. Peran Desa dalam
pengukur panjang bayi 6. Minat bekerja dalam
pencegahan stunting
7. Melakukan konseling tim dan membangun
11. Mekanisme
atas hasil pengukuran kerjasama dengan
perencanaan Desa
panjang bayi berbagai pihak
12. Deteksi dini stunting
8. Presentasi data dan
gagasan konvergensi
pencegahan stunting

2. Tujuan Pelatihan

Pelatihan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan Aparat Desa dan Kader


Desa dapat memfasilitasi kegiatan konvergensi pencegahan Stunting di
Desa. Secara rinci tujuan pelatihan:
1. Aparat Desa dan Kader Desa memahami stunting dan kegiatan
konvergensi pencegahan stunting di Desa;
4
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

2. Aparat Desa dan Kader mampu menyusun rencana kegiatan konvergensi


pencegahan stunting.
3. Kader Desa dapat menguraikan tugas-tugasnya dalam memfasilitasi
Rumah Desa Sehat.
4. Kader Desa mampu mensimulasikan proses monitoring layanan
konvergensi stunting.
5. Tersusunnya rencana tindaklanjut bagi setiap Desa untuk memulai
kegiatan konvergensi pencegahan di tahun 2019.

3. Peserta Pelatihan

Peserta pelatihan ini meliputi Aparat Pemerintahan Desa dan Kader Desa,
yang mendapat tugas khusus memfasilitasi kegiatan konvergensi
pencegahan stunting.

4. Jadwal Kegiatan Pelatihan

Pelatihan berlangsung selama 1 hari, dan dilakukan di kecamatan atau


antar kecamatan. Susunan jadwal pelatihan dapat dilihat pada table di
bawah ini.

Waktu Hari 1

08.00 - 09.00 Registrasi dan Pembukaan

Kegiatan Konvergensi Pencegahan Stunting dan Strategi


09.00 - 10.30
Peningkatan Status Gizi Masyarakat di Desa
10.30 - 10.45 Rehat Pagi
10.45 - 12.15 Peran Desa Dalam Kegiatan Konvergensi Pencegahan Stunting
12.15 - 13.15 Ishoma
Pengorganisasian Pelaku Konvergensi Pencegahan Stunting di
13.15 - 14.45
Desa

Pengenalan Tikar Pertumbuhan dan Pemantauan Layanan


14.45 - 16.15
Konvergensi Stunting di Desa

16.15 - 16.30 Rehat Sore

16.30 - 17.00 Penyusunan Rencana Tindaklanjut Desa

5
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Pokok Bahasan 1

Stunting dan Kegiatan Konvergensi


Pencegahan Stunting

6
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Stunting dan Kegiatan Konvergensi Pencegahan Stunting

Berdasarkan Riskesdas Tahun 2013, kasus stunting 37.3%, dengan


provinsi terendah adalah Kepri (26.3%) dan tertinggi Nusa Tenggara Timur
(51.7%). Sedangkan pada Riskesdas Tahun 2018, kasus stunting 30.8%
Provinsi terendah adalah DKI Jakarta 17.7 dan tertinggi, masih Nusa
Tenggara Timur meski turun kasusnya menjadi (42.6).

Kasus ini memperlihatkan bahwa 1 dari 3 anak Indonesia menderita


stunting. Jika kita tidak melakukan upaya dengan sungguh-sungguh, maka
kualitas sumberdaya manusia Indonesia akan tertinggal dibanding negara-
negara di Asia Tenggara, bahkan dengan negara salah satu negara di Afrika
sekalipun. Hal ini dapat dilihat pada slide tersebut.

7
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Stunting merupakan salah satu kondisi kekurangan gizi. Dikatakan


kronis karena terjadi pada waktu yang cukup lama. Anak stunting
ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dari teman sebayanya.
Hal ini dikarenakan anak stunting mengalami gangguan pertumbuhan.
Jadi, kasus stunting tidak muncul seketika, melainkan memerlukan
proses waktu yang cukup lama.
Namun tidak semua anak yang bertumbuh pendek dikatakan stunting.
Sebagai contoh anak cebol, tidak dapat dikategorikan sebagai anak
stunting karena anak cebol lebih disebabkan adanya kelainan genetik,
bukan karena kekurangan gizi.
Ibu hamil yang mengalami anemia atau kurus (kurang energy kronis
disingkat KEK), jika tidak segera diatasi dapat menyebabkan bayi yang
dilahirkan mengalami BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) atau lahir dengan
berat badan di bawah 2,5 kg. Jika bayi yang dilahirkan dalam jangka
lama juga mengalami kekurangan gizi, maka bayi ini berisiko akan
menjadi stunting ketika masa anak-anak dan dewasa.

8
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Pada gambar, anak Rasyid yang umurnya lebih muda terlihat lebih tinggi
daripada Opik, karena Opik ketika lahir mengalami BBLR, sehingga
mengalami ganggungan pertumbuhan. Opik dapat dikategorikan anak yang
mengalami stunting.
Mengapa Opik menjadi stunting? Hal ini mungkin dikarenakan kurang gizi
atau mengalami sakit, atau mengalami keduanya. Kekurangan gizi dapat
disebabkan oleh beberapa penyebab, seperti keluarga tidak mampu
membeli atau menyediakan bahan makanan, dan pengolahan makanan
yang tidak tepat.
Jatuh sakit, disebabkan karena mengalami infeksi oleh bakteri, virus,
jamur, atau oleh sebab lainya. Ketika jumlah bakteri dalam jumlah banyak
ada di sekitar kita dapat menyerang tubuh manusia sehingga daya tahan
tubuh kalah. Bakteri dapat berkembang biak dengan cepat di tempat-
tempat yang kotor, lembab, dan becek/basah.
Sumber penyakit biasanya ditularkan melalui air minum, makanan, dan
serangga (lalat, kecoa). Ketika kita sakit, dan tidak mendapatkan pelayanan
yang tepat dan cepat, maka sakit akan berkelanjutan. Kondisi ini dapat
mengarah pada stunting karena selama sakit, akan mengalami gangguan
pertumbuhan.

9
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Masyarakat sering mempertanyakan, kenapa tinggi dan pendek


dipersoalkan, bukanya ini hal yang biasa kita lihat sehari-hari? Pada
masyarakat agraris di perDesaan, cenderung tidak mempersoalkan tinggi
atau pendek badan, yang penting badannya kuat untuk bekerja di sawah,
ladang, peternakan, dan perkebunan. Ini merupakan tantangan ketika
mengajak masyarakat untuk peduli pada persoalan stunting.
Akibat dari stunting tidak hanya pada persoalan berbadan pendek saja,
namun ada hal yang lebih penting dari hal tersebut, yaitu adanya tingkat
kecerdasan yang lebih rendah sehingga dapat menimbulkan beberapa
permasalahan.
Pada jangka pendek stunting dapat mengakibatkan:
• Terjadinya ganggunan pada perkembangan otak/kecerdasan
• Gangguan pertumbuhan fisik
• Gangguan perkembangan motorik pada bayi, seperti kemampuan
tengkurap, duduk, merangkak, memegang benda, menoleh, menirukan
suara, dll.
Pada jangka panjang stunting dapat mengakibatkan:
• Tingkat kecerdasan rendah
• Prestasi belajar juga rendah
• Rendahnya produktivitas (prestasi kerja)
• Kalah bersaing dalam mencari kerja
• Cenderung gemuk di usia tua sehingga berisiko menderita penyakit
degeneratif (hipertensi, jantung, diabetes, dll).

10
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Yang terbaik dalam mengatasi masalah Stunting adalah dengan


pencegahan, karena jika sudah terjadi penanganannya lebih sulit dan
hasilnya tidak dapat kembali sempurna atau optimal. Contoh anak yang
sudah stunting kemudian diberikan gizi, perawatan, dan pengobatan
hasilnya anak sehat tapi tingkat kecerdasannya tidak optimal dan
kemungkinannya masih akan tetap berbadan pendek.
Intervensi stunting dapat dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu intervensi
spesifik dan intervensi sensitive. Prinsipnya intervensi spesifik lebih banyak
dilakukan oleh tenaga-tenaga kesehatan dan untuk mengatasi masalah
jangka pendek seperti sakit dan kurang gizi.
Intervensi sensitive dilakukan oleh non kesehatan, lebih untuk mengatasi
penyebab tidak langsung seperti membantu peningkatan ekonomi keluarga
supaya dapat membeli bahan makanan, memberikan penyuluhan
pengaturan menu makanan, dll

11
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

1000 HPK (seribu hari pertama kehidupan) itu adalah masa kehamilan
hingga bayi berumur 2 tahun. Masa kehamilan 270 hari, bayi 0-6 bulan
selama 180 hari dan bayi 6-24 bulan itu selama 550 hari.
Mengapa 1000 HPK itu menjadi sasaran utama pencegahan stunting? Pada
masa kehamilan adalah masa pembentukan janin hingga terbentuk bayi.
Masa kehamilan ini seluruh organ dibentuk termasuk otak. Ketika masa
kehamilan mengalami kekurang gizi dapat mengakibatan proses
pembentukan janin dna organ tubuh terganggu yang memungkinkan dapat
terjadi pembentukan organ yang tidak sempurna.
Sesudah bayi lahir proses pertumbuhan terus berlangsung termasuk
perkembangan otak juga terus terjadi. Organ-organ tubuh mengalami
penambahan volume sehingga bayi tumbuh besar. Perkembangan
kecerdasan dan motorik seperti tengkurap, duduk, berdiri, berbicara terjadi
sangat cepat. Jika pada masa bayi 0-2 tahun mengalami kekurangan gizi
dan sering sakit dapat menganggu pertumbuhannya. Apalagi terjadi dalam
waktu lama atau berbulan-bulan dapat mengakibatkan bayi menjadi
stunting.
Setelah umur 2 tahun perkembangan bayi mulai melambat, ketika bayi
ketika umur 0-2 tahun mengalami stunting, maka kondisi ini dapat
berlanjut pada umur selanjutnya setelah 2.

12
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Paket konvergensi untuk 1000 HPK meliputi kesehatan ibu anak (KIA),
konseling gizi terpadu, perlindungan sosial, air bersih dan sanitasi, serta
PAUD. Untuk ibu hamil tentunya tidak mendapatkan layanan PAUD.
Kelima paket layanan ini wajib tersedia di Desa dan perlu dipastikan semua
ibu hamil dan bayi (0-24 bulan) mendapatkan semua layanan. Kelima paket
layanan ini disediakan dengan maksud untuk mengatasi penyebab stunting:
kekurangan gizi dan penyakit. Kelima paket layanan ini dilaksanakan oleh
banyak pihak seperti bidan, Posyandu, PAUD, dan Pemerintahan Desa.
Layanan KIA, hampir seluruh layanannya dilakukan oleh tenaga kesehatan
(bidan), dibantu oleh kader Posyandu. Konseling gizi terpadu perlu
diberikan kepada keluarga yang memiliki ibu hamil dan bayi, sedangkan
konseling gizi terpadu wajib untuk ibu hamil dan bayi yang mengalami
masalah gizi. Hal ini melibatkan tenaga kesehatan, kader Posyandu, aparat
Desa, UPTD Kesehatan (Puskesmas) dan OPD (organisasi perangkat daerah)
lainnya, seperti Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, dll.
Perlindungan sosial yang utama adalah bayi memiliki Akte Kelahiran. Akte
ini merupakan dokumen dasar untuk mendapatkan berbagai layanan
selanjutnya, bantuan sosial, pendidikan, kesehatan, seperti PKH, Kartu
Sehat, Kartu Pintar, Raskin/Rastra, dan lain lain mensyaratkan adanya
akte kelahiran dan Kartu Keluarga/KTP. Berbagai bantuan ini penting
untuk memastikan ibu hamil dan bayi pada keluarga miskin mendapatkan
fasilitas atau bantuan yang semestinya.
Sanitasi dan air bersih yang meliputi air minum, jamban, WC, pengolahan
sampah, pengolahan limbah keluarga, dan kebersihan rumah sehat.
Idealnya, setiap keluarga dapat mengakses air bersih dan sanitasi ini untuk
mencegah supaya tidak jatuh sakit. Keluarga dan tetangga dalam lingkup
dusun perlu bekerjasama untuk menyediakan fasilitas ini dengan
dukungan Desa.
Pada PAUD, perlu dipastikan terjadi kegiatan parenting (pembelajaran pola
pengasuhan anak) untuk anak usia 06 – 24 bulan. Dalam kegiatan sehari-
hari, PAUD melakukan kegiatan stimulasi tumbuh kembang anak seperti
13
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

bermain, bersosialisasi, dan mengenal alam sekitar. Pada kegiatan ini,


bayi/anak dan orang tua terlibat di dalamnya. Sedangkan untuk anak di
atas 2 – 6 tahun, anak mengikuti kegiatan pada pendidikan anak usia dini
alias PAUD, yang kurikulumnya disesuaikan dengan tingkat usia dan
perkembangan anak.

14
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Kedua slide ini memberikan contoh-contoh kegiatan pencegahan stunting


dari 5 (lima) paket layanan konvergensi stunting yang dipilah berdasarkan
intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Ingat intervensi spesifik oleh
tenaga/lembaga kesehatan, dan intervensi sensitive oleh tenaga/lembaga
non-kesehatan.

15
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Pokok Bahasan 2

Peran Desa Dalam Kegiatan


Konvergensi Pencegahan Stunting

16
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Pokok Bahasan 2

Peran Desa Dalam Kegiatan Konvergensi


Pencegahan Stunting

Pada gambar, anak Rasyid yang umurnya lebih muda terlihat lebih tinggi
daripada Opik, karena Opik ketika lahir mengalami BBLR, sehingga
mengalami ganggungan pertumbuhan. Opik dapat dikategorikan anak yang
mengalami stunting.
Mengapa Opik menjadi stunting? Hal ini mungkin dikarenakan kurang gizi
atau mengalami sakit, atau mengalami keduanya. Kekurangan gizi dapat
disebabkan oleh beberapa penyebab, seperti keluarga tidak mampu
membeli atau menyediakan bahan makanan, dan pengolahan makanan
yang tidak tepat.
 Jika Opik ini adalah anak Bapak dan Ibu, apa perasaan anda?
 Jika di desa Bapak dan ibu banyak anakn seperti Opik ini, apa
perasaan anda selaku Aparat Pemerintahan Desa?

17
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Lembar Survei Mawas Diri Desa

Nama Desa :

No Kejadian ada tidak ada tidak tahu


1 Apakah di desa saat ini ada kondisi ibu hamil yang kurus sebagai tanda
kekurangan gizi atau KEK (kekurangan energi kronis)
Apakah di desa anda saat ini ada bayi lahir rendah/BBLR (lahir berat kurang
2 dari 2,5 kg)
3 Apakah di desa anda saat ini ada balita yang berat badannya di bawah garis
titik dan di bawah garis merah
4 Apakah di desa anda saat ini juga ditemukan remaja putri yang menalami
anemia (kurang darah)
5 Apakah di desa anda saat ini ada ibu hamil resiko tinggi/resti (hamil usia
muda, hamil usia tua, jarak kelahiran terlalu rapat, menderita gangguan
kehamilan)
6 Adakah di desa anda ada ibu hamil yang tidak memeriksakan diri kepada
petugas kesehatan?
7 Adakah di desa anda ada ibu hamil yang melahirkan dengan dukun bayi?
8 Adakah keluarga yang tidak memiliki sumber air bersih?
9 Adakah keluarga yang tidak memiliki jamban sehat?
10 Adakah keluarga miskin yang tidak memiliki kartu jaminan sosial (PKH, kartu
sehat, kartu pintar, BPJS subsidi?)
11 Adakah balita yang tidak pernah datang ke posyandu?
12 Adakah balita yang tidak ikut PAUD?
13 Adakah ibu hamil yang tidak mau minum pil Fe yang diberikan oleh Bidan?
14 Adakah keluarga yang belum memiliki KTP, KK, dan akte kelahiran.

Lembar “Survey Mawas Diri” Desa ini merupakan alat bantu untuk melihat,
apakah di suatu desa memiliki kemungkinan atau potensi kasus stunting
atau tidak?
Ketika di suatu Desa dijawab ada atau ditemukan kasus dari sekian
pertanyaan yang diberikan, maka hal tersebut mengindikasikan adanya
potensi masalah stunting. Sehingga Desa tersebut perlu mulai
merencanakan program kegiatan pencegahan stunting. Sebaliknya, jika di
suatu Desa dijawab tidak ada atau tidak ditemukan kasus dari sekian
pertanyaan yang diberikan, maka hal tersebut mengindikasikan tidak
adanya potensi masalah stunting.
Halnya di suatu Desa dijawab tidak tahu atas pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan, maka Desa perlu melakukan pendataan lebih mendalam untuk
memperoleh potret sesungguhnya dari desa tersebut.

18
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Kader Desa terpilih sebagai KPM diwajibkan untuk mengikuti pelatihan.


Didalam pelatihan akan belajar mempraktikan penggunaan tikar
pertumbuhan, menyusun rencana kegiatan konvergensi stunting,
mempraktikan pengisian formulir Pendataan dan pemantauan, serta
memfasilitasi pramusrenbang Desa (rembuk stunting).
Kegiatan Pendataan dilakukan dengan mengisi formulir Pendataan 1000
HPK (ibu hamil dan bayi 0-2 tahun). Sumber data dapat berasal dari
Posyandu, bidan/pustu, PAUD, dan juga Pendataan langsung kepada
keluarga. Prinsip utama Pendataan adalah mendata semua ibu hamil dan
bayi jangan sampai ada yang tidak terdata.
Pra-musyawarah Desa (rembuk stunting), merupakan langkah terakhir dari
tahapan kegiatan perencanaan konvergensi stunting. Outputnya adalah
kesepakatan kegiatan konvergensi stunting yang akan diajukan kepada
Desa. Musyawarah ini sebaiknya difasilitasi oleh pengurus forum RDS
(rumah Desa sehat) dengan agenda utama membahas rancangan usulan
kegiatan konvergensi stunting. Untuk itu perlu dipastikan pada rembuk ini
hadir seluruh anggota RDS dan OPD tingkat kecamatan.

19
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

20
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Format Bantu Rancangan Usulan Konvergensi Stunting Desa


Paket Layanan Masalah Usulan
No. Tempat Layanan Potensi
Konvergensi Duk. Kegiatan
Sasaran Layanan
Kebijakan
1  Posyandu  KIA
 Konseling Gizi
Terpadu

2  PAUD  Parenting

3  Komunitas/Keluarga  Air Bersih


 Sanitasi/Jamban
 Jaminan Sosial
 Intervensi
Sensitif

21
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

22
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Pokok Bahasan 3

Pengorganisasian Pelaku Konvergensi


Pencegahan Stunting di Desa

23
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Pokok Bahasan 3

Pengorganisasian Pelaku Konvergensi


Pencegahan Stunting di Desa

Ada dua kegiatan utama dalam memfasilitasi terjadi konvergensi


pencegahan stunting di Desa yaitu (1) mengangkat kader Desa sebagai KPM
(Kader Pembangunan Manusia) yang mendapatkan tugas khusus
memfasiltasi kegiatan konvergensi stunting Desa dan (2) membentuk RDS
(Rumah Desa Sehat).
Ada tiga tugas utama KPM yaitu pemetaan sosial, diagnostic dan
monitoring. Hasil kerja KPM menjadi bahan untuk pembahasan di RDS.
Berangkat dari data dan informasi dari KPM; RDS menyelenggarakan pra
musdes (rembuk stunting) dan evaluasi kegiatan konvergensi. Hasil
kesepakatan dalam rembuk stunting Desa akan dikawal oleh forum RDS
pada Musyawarah Desa, supaya menjadi bagian dari kegiatan perencanaan
pembangunan Desa.
Dengan kata lain bahwa KPM berperan untuk mendukung RDS supaya
terjadi kegiatan konvergensi stunting di Desa. Dari siklus ini, diharapkan
kegiatan konvergensi di Desa akan menghasilkan:
 Program kerja kegiatan konvergensi pencegahan stunting
 Terjadinya koordinasi dan kerjasama antar layanan
 Terjadinya perubahan perilaku sehat pada masyarakat

24
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Kader Desa (KPM) mengawali tugasnya dengan melakukan pemetaan sosial.


Kegiatan ini pada intinya mengumpulkan beberapa data, yaitu data sasaran
dan data layanan. Data-data tersebut seperti:
 Data ibu hamil
 Data bayi
 Kondisi layanan (Posyandu, PAUD, Poskesdes)
 Potensi Desa
 Kebiasaan perilaku sehat masyarakat.
Data ini dapat dikumpulkan dengan melihat data yang ada di Posyandu,
PAUD dan Poskesdes serta mengamati kondisi keluarga atau dusun-dusun.
Ketika Pendataan KPM dibantu dengan formulir Pendataan. Untuk itu KPM
perlu datang ke Posyandu, PAUD dan poskesdes untuk meminta data dan
melakukan wawancara kepada keluarga atau masyarakat di dusun-dusun.

25
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Setelah Pendataan, akan terkumpul sejumlah informasi. Data-data ini perlu


dikelompokan dan diidentifikasi ada masalah apa di Desa. Seperti data
tentang kondisi ibu hamil dan bayi akan diperoleh informasi tentang
beberapa hal, seperti: Pemenuhan layanan kepada ibu hami dan bayi biasa
disebut layanan KIA (kesehatan ibu dan anak). Informasi ada ibu hamil
yang tidak periksa kehamilan, tidak mendapatkan pil tambah darah, bayi
tidak mendapatkan imunisasi, ada bayi kurus, dll.
Data-data terkait perubahan perilaku sehat akan diperoleh sejumlah
permasalahan seperti pola makan dengan gizi tidak seimbang, atau ada
keluarga yang kurang makan karena tidak bisa membeli makanan. Bayi
diasuh oleh neneknya atau kakaknya, sementara orang tua pergi bekerja
sehingga bayi tidak terpelihara dengan baik.
Data-data kondisi sanitasi rumah tangga akan kita peroleh kondisi dimana
tidak memiliki jamban, air bersih sulit ketika musim kemarau, dan
mungkin juga kondisi sekitar rumah yang kotor dan becek karena limbah
rumah tangga yang tidak disalurkan dengan baik.
Data terkait dengan jaminan sosial, kemungkinan akan didapati anak tidak
memiliki akte kelahiran karena berbagai alasan. Dapat ditemukan juga ada
keluarga miskin yang tidak mendapatkan jaminan sosial seperti PKH, beras
miskin, kartu sehat, sehingga keluarga miskin ini semakin rentan, sehingga
ketika bayi sakit tidak bisa berobat.
Dimungkinkan juga akan ketemu kondisi dimana tenaga kesehatan seperti
bidan tidak ada di Desa, tempat layanan kesehatan jauh dan jalan sulit.
Semua ini menjadi masalah yang perlu dibahas untuk dicarikan langkah
penyelesaianya.

26
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Hasil kerja kader (KPM) baik berupa data, hasil diagnostic, dan gagasan
kegiatan diajukan ke forum RDS. Selanjutnya RDS akan menyelenggarakan
rembuk stunting, yang harus dilakukan sebagai pra-musyawarah Desa.
Pada kegiatan rembuk seluruh anggota RDS bersama UPTD kecamatan
membahas dan menyepakati usulan kegiatan konvergensi pencegahan
stunting. Usulan ini akan diajukan pada musyawarah Desa untuk menjadi
bagian dari kegiatan pembangunan Desa dan memperoleh pembiayaan dari
Desa.

27
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Pemantauan menjadi tugas rutin kader (KPM), ketika Desa sudah


mengerjakan kegiatan konvergensi. Secara rutin setiap bulan dilakukan
pemantauan layanan dengan mencatat pada formulir pemantauan.
Kemudian setiap 3 bulan dilakukan analisa seberapa besar tingkat capaian
konvergensi Desa. Pada akhir tahun dapat dilakukan evaluasi keberhasilan
Desa melakuka kegiatan konvergensi.

Kader Desa (KPM) tidak dapat bekerja sendiri. Kader perlu bekerjasama
dengan pelaksana layanan lainnya seperti kader Posyandu, guru PAUD,
bidan, tokok setempat, dan Aparat Desa.
Forum RDS menjadi tempat untuk berkoordinasi dan belajar bersama. Pada
forum ini jangan dibangun pola hubungan yang formal, supaya terjadi
kebebasan untuk berdialog dan berkomunikasi.

28
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Pokok Bahasan 4

Pengenalan Tikar Pertumbuhan dan


Pemantauan Layanan Konvergensi
Pencegahan Stunting

29
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Pokok Bahasan 4
Pengenalan Tikar Pertumbuhan dan
Pemantauan Layanan Konvergensi
Pencegahan Stunting

Target capaian layanan konvergensi adalah 100% artinya semua sasaran


1000 HPK mendapatkan layanan secara penuh. Ketika ibu hamil akan
mendapatkan seluruh layanan selama kehamilan, ketika masalah bayi 0-2
tahun juga menerima seluruh layanan. Untuk itu perlu dibangun komitmen
yang kuat antara keluarga dan pemberi layanan supaya layanan dapat
diberikan secara lengkap.

PMK Nomor 193/PMK.07/2018 adalah tentang Pengelolaan Keuangan Desa


mewajibkan desa dan kabupaten melaporkan konvergensi pencegahan
30
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

stunting tingkat desa dan kabupaten/kota tahun sebelumnya sebagai


prasyarat pengajuan pencairan tahap ketiga.
Laporan konvergensi stunting Desa tahun 2019 menjadi prasyarat
pencairan dana Desa tahun 2020 untuk kabupaten prioritas (159
Kabupaten). Sedangkan laporan konvergensi stunting Desa tahun 2020
menjadi prasyarat pencairan dana Desa tahun 2021 untuk seluruh
kabupaten di Indonesia

Indikator capaian ditujukan kepada masing-masing kelompok sasaran,


yaitu Ibu Hamil; Bayi/Anak usia 0-23 bulan; Anak usia 2 – 6 tahun terkait
dengan keikutsertaan dalam PAUD

Pastikan sebelumnya seluruh peserta telah mendapatkan dan membaca


panduan pemakaian tikar pertumbuhan

31
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Pemantauan dilakukan pada seluruh sasaran, untuk itu menjadi penting


adanya pendataan sasaran secara lengkap. Pemantauan akan dilakukan
setiap bulan dan setiap 3 bulan, serta akan dievaluasi capaian
konvergensinya. Capaian konvergensi ini perlu dilaporkan kepada Desa
untuk menjadi bahan laporan Desa, dan disampaikan kepada forum RDS
sebagai bahan pembahasan untuk menyempurnaan rencana kegiatan
konvergensi selanjutnya.

32
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Pokok Bahasan 5

PENYUSUNAN RENCANA TINDAK


LANJUT DESA

33
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Pokok Bahasan 5

Penyusunan Rencana Tindaklanjut Desa


Rencana Kerja Tindaklanjut Desa
Kegiatan konvergensi pencegahan Stunting
Tahun Anggaran 2019

Desa :
Kecamatan :
Kabupaten :
Provinsi :

No Kegiatan Pelaksana Mulai Selesai

1 Pendataan sasaran 1000 HPK

2 Pembentukan RDS (Rumah Desa Sehat)

3 Rapat pembahasan draft RKP Des kegiatan


konvergensi stunting

4 Pra-musdes (rembuk stunting)

5 Pemantauan bulanan

6 Pemantauan 3 bulanan

7 Rapat rutin RDS

8 Evaluasi tahunan

………,……………………., 2019
Mengetahui Penyusun

(_______________________________) (______________________________)
Kepala Desa RDS/KPM

34
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

Bahan Pendukung Pelatihan:

1. Buku Saku Kader Pembangunan Manusia, termasuk formulir:


 Formulir 1. Pendataan Kondisi Layanan dan Rekapitulasi Status
Sasaran
 Formulir 2A. Pemantauan Bulanan Ibu Hamil
 Formulir 2B. Pemantauan Bulanan Anak 0-2 Tahun (termasuk Tikar
Pertumbuhan)
 Formulir 2C. Pemantauan Layanan dan Sasaran PAUD Usia >2 – 6
Tahun
 Formulir 3A. Rekapitulasi Hasil Pemantauan 3 (tiga) Bulanan Bagi
Ibu Hamil
 Formulir 3B. Rekapitulasi Hasil Pemantauan 3 (tiga) Bulanan Bagi
Anak Usia 0-2 Tahun
 Formulir 4 (Scorecard Konvergensi Desa) Laporan Konvergensi
Pencegahan Stunting Tingkat Desa Terhadap Sasaran Rumah Tangga
1.000 HPK
2. Tikar Pertumbuhan sebagai Alat Deteksi Dini Stunting, Buku Panduan
Penggunaannya, Buku Panduan Konseling Pasca Pengukuran Panjang
Badan
3. Buku Panduan Pemantauan
4. Buku Kesehatan Ibu dan Anak
5. Film Infografis Stunting
6. Film Dokumenter “Penanganan Stunting di Desa Pandes, Kabupaten
Klaten
7. Film pemanfaatan tikar pertumbuhan
8. Film pengenalan formulir pemantauan konvergensi stunting

35
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

36
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

37
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

38
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

39
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

40
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

41
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

42
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

43
Pelatihan Inovasi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2019

44

Anda mungkin juga menyukai