Anda di halaman 1dari 150

11

LAPORAN ILMIAH AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SOFT TISSUE


SARCOMA POST WIDE EXICISION DENGAN APLIKASI
TERAPI ZIKIR UNTUK NYERI SERTA OPTIMALISASI
PEMASANGAN INFUS DI RUANGAN BEDAH
WANITA RSUP DR M DJAMIL PADANG

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

DARMAYANTI YUSRA, S.Kep


1541312068

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2016
12

LAPORAN ILMIAH AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SOFT TISSUE


SARCOMA POST WIDE EXICISION DENGAN APLIKASI
TERAPI ZIKIR UNTUK NYERI SERTA OPTIMALISASI
PEMASANGAN INFUS DI RUANGAN BEDAH WANITA
RSUP DR M DJAMIL PADANG

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Unutuk memperoleh gelar NERS (Ns)


Praktek Profesi Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

DARMAYANTI YUSRA, S.Kep


1541312068

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2016
13
14
15

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta petunjuk sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul ” Asuhan Keperawatan Pada Pasien Soft

Tissue Sarcoma Post Wide Excision dengan Aplikasi Terapi Zikir untuk Nyeri

Serta Optimalisasi Pemasangan Infus di Ruangan Bedah Wanita RSUP Dr.

M. Djamil Padang ”.

Terimakasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ibu Rika

Fatmadona, M.Kep., Sp.Kep.MB dan Ns. Leni Merdawati, M.Kep sebagai

pembimbing yang telah dengan telaten dan penuh kesabaran membimbing penulis

dalam menyusun karya tulis ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rizanda Machmud, M.Kes selaku Dekan Fakultas

Keperawatan Universitas Andalas Padang serta seluruh Wakil Dekan

Fakultas Keperawatan
2. Ibu Rika Fatmadona, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku Koordinator Program

Studi Ilmu Keperawatan Universitas Andalas


3. Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang telah memberikan

ilmu yang bermanfaat serta motivasi selama profesi hingga penyusunan

karya tulis ilmiah ini.


4. Biro Akademik Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
5. Keluarga tercinta (mama, papa, dan adek-adek) yang selalu mengiringi

langkah saya dengan doa, dorongan, kesabaran dan pengertian untuk


16

menjalani dan melalui semua tahapan dalam perkuliahan dan penyusunan

karya tulis ilmiah ini.


6. Teman-teman angkatan 2011 yang telah memberikan semangat dan

dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.


7. Terimakasih untuk ourworld, yang kenanganya tak kan terlupakan.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini.


Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan

karena keterbatasan penulis, oleh karena itu penulis perlu masukan dan

bimbingan, kritikan serta saran demi sempurnanya karya tulis ilmiah ini. Akhir

kata kepada-Nya jugalah kita berserah diri, semoga karya tulis ilmiah ini

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Padang, November 2016

Penulis

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS


LAPORAN ILMIAH AKHIR NERS, November 2016

Nama : Darmayanti Yusra, S.Kep


No BP : 1541312068
17

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Soft Tissue Sarcoma Post Wide Excision
Dengan Aplikasi Terapi Zikir Untuk Nyeri Serta Optimalisasi Pemasangan
Infus di Ruangan Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang
ABSTRAK
Wide Excision adalah terapi untuk sarkoma ektremitas dengan cara
mereksesi tumor dengan batas 2 cm di sekitar jaringan lunak normal sekitar.
Masalah yang sering timbul pada pasien paska pembedahan adalah nyeri akut.
Terapi zikir dapat menurunkan nyeri bedasarkan evidence based nursing (EBN).
Terapi zikir merupakan terapi mengucapkan kalimat-kalimat Allah yang dapat
membuat pasien menjadi tenang dan santai sehingga dapat menghambat impuls
nyeri sampai ke otak. Resiko infeksi adalah peningkatan resiko masuknya
organisme pantogen yang dapat memperluas peradangan. Salah satu penyebabnya
karena prosedur invansif dan pemasangan infus masuk kedalamnya. Tujuan dari
penulisan ini adalah untuk memaparkan aplikasi asuhan keperawatan pada pasien
post pembedahan wide excision dengan terapi zikir untuk mengurangi nyeri serta
optimalisasi pemasangan infus di ruang rawat bedah wanita RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Prosedur pelaksanaan dengan melakukan asuhan keperawatan untuk
pasien post pembedahan wide excision, pemberian terapi zikir, dan melakukan
penyegaran kepada perawat mengenai pemasangan infus sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) rumah sakit. Hasil setelah dilakukanya implementasi
terapi zikir didapatkan penurunan skala nyeri dari 6 menjadi 1. Sedangkan hasil
penyegaran didapatkan peningkatan dalam pelaksanaan pemasangan infus sesuai
dengan SOP. Disarankan kepada perawat agar menjadikan terapi zikir sebagai
salah satu intervensi untuk mengurangi nyeri post pembedahan dan pemasangan
infus sesuai SOP dapat berjalan optimal diruang rawat bedah wanita RSUP Dr. M.
Djamil Padang.

Kata Kunci : Pembedahan, wide excision, nyeri, terapi zikir, Pemasangan infus
Daftar Pustaka : 35 (2005 -2016)

FACULTY OF NURSING ANDALAS UNIVERSITY


FINAL SCIENTIFIC REPORT, November 2016

Name: Darmayanti Yusra, S.Kep


18

BP : 1541312068

Nursing care of Patients with Soft Tissue Sarcoma Post Wide Excision by
Applicating Dhikr Therapy For Pain And Optimizing Recitation Installation
Infusion at Women's Surgery room RSUP Dr. M. Djamil Padang Hospital

ABSTRACT

Wide excision is the treatment for extremity sarcomas by way elevate


tumor with a limit of 2 cm around the soft tissue surrounding normal. The
problem that often arises in patients post-surgery is acute pain. Dhikr therapy can
reduce pain base on evidence based nursing (EBN). Dhikr therapy is the
treatment say the sentences of Allah that can make the patient calm and relaxed
so it can inhibit pain impulses to the brain. The risk of infection is increased risk
of the organism pantogen to expand inflammation. One reason for invasive
procedures and infusion entrance into it. The purpose of this paper is to describe
the application of nursing care in patients with post-surgical wide excision of
remembrance dhikr therapy to reduce pain and to optimize infusion in female
surgical wards Dr. M. Djamil Hospital Padang. Implementation procedures to
perform nursing care for patients with post-surgical wide excision, therapy
remembrance, and to refresh the nurse regarding infusion in accordance with
Standard Operating Procedures (SOP) of the hospital. The results after the
execution of the implementation of remembrance therapy obtained decrease pain
scale of 6 to 1. While the results obtained refresher improvement in the
implementation of infusion in accordance with the SOP. Suggested to the nurse to
make dhikr therapy as one of the interventions to reduce post-surgical pain and
infusion according to the SOP can run optimally at female surgical patient Dr. M.
Djamil Padang Hospital.

Keywords: Surgery, wide excision, pain,Dhikr therapy, Installation infusion.


Bibliography: 35 (2005 -2016)

DAFTAR ISI
19

HALAMAN SAMPUL DALAM....................................................................... ...............


i

HALAMAN PERSYARATAN GELAR.................................................................................


ii..................................................................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................................


iii

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI.......................................................................


iv

UCAPAN TERIMA KASIH...............................................................................................


v

ABSTRAK.....................................................................................................................
vii

ABSTRACT....................................................................................................................
viii

DAFTAR ISI...................................................................................................................
ix

DAFTAR TABEL.............................................................................................................
xii

DAFTAR DIAGRAM.......................................................................................................
xiii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................
1
B. Tujuan Penelitian............................................................................................
9
20

1. Tujuan Umum ..........................................................................................


9
2. Tujuan Khusus...........................................................................................
9
C. Manfaat Penelitian.........................................................................................

10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Asuhan Keperawatan ...............................................................


11
B. Evidence Based Nursing (EBN)...........................................................................
44

C. Manajemen Pelayanan Keperawatan................................................................


49

BAB III. TINJAUAN KASUS

A. Manajemen Asuhan Keperawatan..................................................................


55
B. Evidence Based Nursing: pemberian terapi zikir untukmengurangi nyeri
post operasi wide excixion........................................................................
70
C. Manajemen Pelayanan Keperawatan.............................................................

71

BAB IV. PEMBAHASAN

A. Manajemen Asuhan Keperawatan..................................................................


81
B. Evidence Based Nursing (EBN)........................................................................
90
21

C. Manajemen Pelayanan Keperawatan.............................................................


94

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................
97
B. Saran...............................................................................................................
99
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
100

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Asuhan Keperawatan Kasus............................................................


103

Lampiran 2 Catatan Perkembangan.................................................................................


113

Lampiran 3 WOC Teoritis.................................................................................................


138

Lampiran 4 WOC Kasus....................................................................................................


139

Lampiran 5 Hasil Dokumentasi EBN & Manajemen Pelayanan .......................................


140

Lampiran 6 Numerical Rating Scale (NRS)........................................................................


136

Lampiran 7 Tabel Skala Nyeri ..........................................................................................


137
22

Lampiran 8 Grafik Skala Nyeri..........................................................................................


138

Lampiran 9 Lembar Konsul..............................................................................................


139

Lampiran 10 Journal Evidence Based Nursing .................................................................


142

Lampiran 11 lembar Observasi Pemasangan Infus...........................................................


147

Lampiran 12 SOP Pemasangan Infus RSUP Dr. M. Djamil Padang ....................................


148

Lampiran 13 Curiculum Vitae...........................................................................................


150

DAFTAR TABEL

a. Tabel 2.1 Rencana Asuhan Keperawatan.............................................................


31
b. Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Fisik Nn. R..............................................................
61
c. Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Labor Nn. R Tanggal 17 Oktober 2016....................
62
d. Tabel 3.3 Analisa data kasus Nn. R......................................................................
63
e. Tabel 3.4 Rumusan Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan....................
73
f. Tabel 3.5 Validasi Data........................................................................................
74
23

g. Tabel 3.6 Analisa SWOT.......................................................................................


76
h. Tabel 3.7 Planning of Action (POA).....................................................................

DAFTAR DIAGRAM

a. Bagan. 3.1 Observasi Pemasangan Infus sesuai SOP oleh Perawat.....................


74
b. Bagan 3.2 Observasi Pemasangan Infus ke Pasien..............................................
75
c. Bagan 3.3 Observasi evaluasi Pemasangan Infus sesuai SOP.............................
80
24

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sarkoma adalah kelompok tumor yang berasal terutama dari

mesodrem, tetapi dapat berasal dari ektrodrem yaitu tumor sistem saraf

perifer. Sarkoma merupakan tumor yang jarang, terhitung kurang dari 1%

seluruh kanker pada dewasa,dan 7% kanker pada anak-anak. (Pradesstama,

2014).
Soft tissue (jaringan lunak) adalah bagian dari tubuh yang terletak

antara kulit, dan tulang serta organ tubuh bagian dalam (otot, tendon,

jaringan ikat, lemak, dan jaringan synovial/jaringan disekitar persendian).

Soft tissue tumor dapat terjadi diseluruh bagian tubuh mulai dari ujung

kepala sampai ujung kaki. Soft tissue tumor ada yang jinak dan ganas.

Tumor ganas atau kanker jaringan lunak dikenal dengan sarcoma jaringkan

lunak atau Soft Tissue Sarkoma/STS (Al-Azhar, 2013). Soft Tissue


25

Sarkoma tergolong keganasan yang relatif jarang ditemukan. Di Amerika

Serikat angka kejadian 7800 kasus pertahun dan hampi 50% meninggal

akibat penyakitnya. Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada

anggota gerak bawah yaitu sebesar 46% dimana 75% ada diatas lutut

terutama didaerah paha. Di anggota gerak atas mulai dari lengan atas,

lengan bawah hingga telapak tangan sekitar 13%. Dan ditubuh bagian

maupun dalam, seperti pada dinding perut, dan juga pada jaringan lunak

dalam perut sebesar 30%, pada daerah kepala 9% dan pada bagian dada

1% (WHO, 2014). Di Indonesia sendiri data estimasi jumlah kasus baru

dan jumlah kematian akibat kanker di RS Dharmais Jakarta Tahun 2012-

2013, kanker jaringan lunak termasuk 10 kasus kanker terbanyak, dalam

penelitianya juga jumlah kasus keganasan jaringan lunak sebanyak 195

kasus pada tahun 2009-2013 di RS pekan Baru (Arfiana, 2016).


Perkiraan American Cancer Society untuk sarkoma jaringan lunak

di Amerika Serikat pada tahun 2016 yaitu sekitar 12.310 terdiagnosis

sarkoma jaringan lunak ( 6980 pada laki-laki dan 5.330 kasus pada wanita.

Sekitar 4990 orang Amerika meninggal diakibatkan oleh sarkoma jaringan

lunak. Penyebab utama dari Soft Tissue Sarcoma tidak diketahui dengan

pasti, namun para ilmuwan menemukan beberapa faktor resikoyang

membuat seseorang terkena Soft Tissue Sarcoma yaitu radiasi, keluarga

yang menderita penyakit yang sama, sistem kelenjar getah bening yang

rusak, dan paparan bahan kimia tertentu. (American Cancer Society,

2016).
26

Lebih dari setengah dari sarkoma dimulai pada kaki atau lengan.

Kebanyakan dari penderita Sarcoma hanya melihat benjolan yang telah

berkembang. Dalam beberapa kasus benjolan ini akan menyakitkan dan

apabila terjadi di perut memungkinkan untuk menyebabkan penyumbatan

atau pendarahan pada lambung atau usus (American Cancer, 2016). Selain

itu gelaja lain yang ditimbulkan yaitu nyeri sendi, nyeri pada malam hari,

demam, malaise, dan penurunan berat badan. Pembedahan adalah

penngobatan paling umum untuk mengatasi Sarkoma. Wide excision atau

pembedahan luas adalah terapi utama untuk sarkoma ektremitas. Tujuan

dari terapi ini adalah untuk mereksesi tumor dengan batas 2 cm disekitar

jaringan lunak normal sekitar (Pradessatama, 2014).


Pembedahan merupakan peristiwa komplek yang menegangkan,

dilakukan di ruang operasi rumah sakit, terutama pembedahan mayor

dilakukan dengan persiapan, prosedur dan perawatan paska pembedahan

yang membutuhkan waktu lebih lama serta pemantauan yang intensif

(Smeltzer & Bare, 2010). Setiap pembedahan dapat menyebabkan

ketidaknyamanan dan trauma bagi pasien. Salah satu yang sering

dikeluhkan pasien adalah nyeri. Nyeri yang ditimbulkan oleh operasi

biasanya membuat pasien merasa sangkat kesakitan (Christine, 2008

dalam Rahmi, 2015).


Nyeri merupakan suatu kondisi yang tidak menyenangkan yang

dirasakan baik secara sensorik maupun emosional yang dihadapi oleh

pasien setelah dlakukan operasi. Manajemen nyeri yang tidak adekuat

akan menyebabkan kecemasan dan sebagai hasilnya akan meningkatkan


27

intensitas nyeri. Jika rasa sakit dan kecemasan tidak diobati maka pasien

akan berada dalam kondisi keputusasaan, penderitaan, dan perubahan

psikologis seperti agitasi dan delirium (Haryani, 2015). Nyeri akan

membuat pasien menjadi ragu-ragu untuk melakukan batuk, mengganti

posisi, ambulansi, atau melakukan latihan yang diperlukan (Potter & Perry,

2009). Menurut Strongh (2009) Efek lain dari rasa nyeri yang dirasakan

oleh pasien juga akan menimbulkan perubahan-perubahan fisiologik

seperti naiknya tekanan darah, naiknya laju denyut jantung, vasokontriksi

pembuluh darah akibat terganggunya aliran darah ke organ-organ tubuh,

meningkatnya aktifitas pernafasan, kehilangan banyak air dan kelelahan.


Efektivitas dari pereda nyeri paska operasi sangat penting untuk

menjadi pertimbangan tenaga kesehatan dalam perawatan pasien yang

menjalani operasi. Sehingga peranan tim kesehatan sangat diharapkan dan

penting untuk meminimalkan efek-efek samping dari nyeri paska operasi.

Dengan adanya manajemen nyeri paska operasi yang baik, maka keadaan

fisiologis pasien pun akan menjadi lebih baik. Manajemen nyeri yang baik

tidak hanya membenatu penyembuhan paska operasi secara signifikant,

sehingga pasien dapat pulang dengan cepat tetapi juga dapat mengurangi

terjadinya chronic pain syndrom (Rahmi, 2015).


Manajemen nyeri merupakan salah satu cara yang digunakan

dibidang kesehatan untuk mengatasi nyeri yang dialami pasien.

Manajemen nyeri yang tepat haruslah mencakup penanganan secara

keseluruhan, tidak hanya berbatas pada pendekatan farmakologi saja,

karena nyeri dipengaruhi oleh emosi dan tanggapan individu terhadap


28

dirinya. Secara garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri

yaitu manajemen farmakologi dan menajemen non farmakologi (Smeltzer

& Bare, 2010).


Teknik farmakologi merupakan tindakan kolaborasi antara perawat

dan dokter yang menekankan pada pemberian obat yang efektif untuk

menghilangkan nyeri, namun pemakaian yang berlebihan dapat

memberikan efek samping kecanduan dan dapat membahayakan

pemakainya bila over dosis (Kemp, 2010). Sedangkan teknik non-

farmakologi merupakan tindakan mandiri keperawatan untuk mengurangi

nyeri sampai pada tingkat yang dapat ditoleransi oleh pasien (Potter &

Perry, 2010).
Ketika seseorang individu mengalami sters, penyakit, nyeri

penyembuhan, kehilangan, akan berbalik kecara lama dalam merespon

dan menyesuaikan dengan kondisi, lalu sering kali gaya koping ini

terdapat dalam keyakinan yang berakar dalam spiritualitas atau nilai dasar

orang tersebut (Potter & Perri, 2009). Terdapat hubungan antara emosi dan

spiritual, yaitu emosi positif dapat meningkatkan spiritualitas seseorang,

dan praktek-praktek spiritual seperti teknik zikir dapat meningkatkan

emosi yang positif, dan meningkatkan koping saat sakit (Haryani, 2015).
Setiap agama mempunyai berbagai ritual yang ditetapkan dengan

aturan-aturan tertentu, pengobatan spiritual dalam agama islam mengacu

kepaad kepercayaan spiritual atau etnik untuk pengobatan penyakit

psikologis, fisik, maupun penyakit rohani. Zikir adalah salah satu ritual

yang biasa dilakukan oleh umat islam yang dapat menimbulkan respon

relaksasi dan memberikan efek terhadap kesehatan jangka panjang dan


29

perasaan bahagia. Secara psikologi zikir memberikan perasaan nyaman

dan secara spiritualitas menimbulkan perasaan lebih dekat dengan Allah

SWT. (Ibrahim, 2009).


Bedasarkan EBN oleh Anis Haryani dengan judul “ Prayer and

Zhikr as Spiritual-Related Intervention for Reducing Post Surgery

PainIntensity in Moslem`s Patiens” sudah teruji pada pasien post operasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa intervensi doa dan zikir mampu

mengurangi rasa sakit, tidak hanya untuk nyeri kronis tetapi untuk nyeri

pasca operasi. Penelitian yang dilakukan oleh Haryani ini menyatakan

bahwa tingkat spiritual seseorang akan mempengaruhi intensitas nyeri

yang dirasakan. Semakin tinggi spiritualitas mempengaruhi pada rasa

sakit yang dirasakan. Dan dalam penelitian yang dilakukan oleh

Surmayani & Sitepu ( 2009) pada pasien bedah abdomen membuktikan

bahwa zikir berpengaruh dalam mengurangi tingkat nyeri dengan tingkat

penurunan 1 skala untuk satu kali intervensi.


Sebagai calon perawat profesional level S1, mahasiswa dituntut

mampu dalam memanajemen ruangan. Manajemen pelayanan sangat

penting menentukan mutu dari ruangan. Sehingga mahasiswa melakukan

sebuah perubahan dalam memanajemen ruangan guna meningkatkan lagi

mutu pelayanan yang sudah baik diruangan tersebut.


Perawat sebagai kunci dalam pengembangan mutu melalui

keselamatan pasien untuk mencegah kejadian yang tidak diharapkan.

Beberapa tugas didalamnya adalah mengukur risiko, identifikasi, dan

pengelolaan risiko terhadap pasien, pelaporan, dan analisis insiden,

kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden serta merupakan


30

solusi untuk mencegah, mengurangi, serta meminimalkan risiko. Kejadian

resiko yang mengakibatkan pasien tidak aman (patient not safety) tersebut

sebagian besar masih dapat dicegah (preventable adverse event)

diminimalisasi dengan beberapa cara, antara lain petugas pelayanan

kesehatan selalu meningkatkan kompetensi melakukan kewaspadaan dini

melalui identifikasi yang tepat, serta komunikasi aktif dengan pasien

( Kemenkes RI, 2011).


Salah satu sasaran dari patient safety adalah resiko infeksi. Infeksi

masi merupakan salah satu penyebab perpanjangan masa rawat bagi

pasien. Sedangkan resiko infeksi adalah peningkatan resiko masuknya

organisme patogen yang dapat memperluas peradangan (Kemenkes 2011).

Faktor terjadinya resiko infeksi salah satunya adalah adanya prosedur

invasif. Pemasangan infus merupakan prosedur invasif yang sangat

beresiko terjadi infeksi sehingga diperlukan suatu standar yang baku

dalam pemasangan infus yang harus dilaksanakan oleh tenaga kesehatan

terutama perawat diruangan.


Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang merupakan salah satu rumah

sakit terbesar di Sumatera Barat dengan status rumah sakit Paripurna dan

rumah sakit pendidikan, serta sebagai pusat rujukan untuk wilayah

Sumatera bagian tengah. Visi rumah sakit ini adalah menjadi “Rumah

Sakit Pendidikan dan Rujukan Nasional yang Terkemuka di Indonesia

tahun 2019”. Rumah sakit ini memiliki misi untuk menyelenggarakan

pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bertaraf internasional,

berdaya saing, dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat serta


31

menyelengarakan pendidikan yang profesional dan penelitian yang

berbasis bukti di bidang kesehatan untuk meningkatkan derjat kesehatan

masyarakat (RSUP Dr.M Djamil, 2016)

Hasil observasi yang telah dilakukan oleh mahasiswa dari tanggal

03 Oktober – 13 Oktober 2016, pada pemasangan infus yang sesuai

dengan standar operasional prosedur (SOP) didapatkan terdapat 7 orang

perawat yang tidak melakukan penutupan area pemasangan infus dengan

kasa steril, terdapat 7 orang perawat yang tidak melakukan penulisan

tanggal pemasangan pada area pemasangan infus dan 7 orang perawat

yang tidak melakukan pendokumentasian tindakan dan jumlah tetesan baik

di kartu balance cairan maupun di botol infus pasien.

Fenomena ini menunjukkan kurangnya budaya dan disiplin untuk

menerapkan penurunan angka resiko infeksi sehingga terlihat dalam

kegiatan yang hampir setiap hari dilaksanakan yakni pemasangan infus

terdapat item-item didalam SOP yang tertinggal atau tidak dilaksanakan.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka manajemen ini bermaksud untuk

meningkatkan manajemen pelayanan di ruang bedah wanita

RSUP.DR.M.Djamil Padang terutama mengenai optimalisasi pemasangan

infus sesuai dengan standar operasional prosedur.


Selain itu, bedasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan

ketua tim di ruang rawat cirugis wanita, didapatkan hasil bahwa di ruang

rawat tersebut belum pernah dilakukan intervensi terapi zikir untuk


32

mengurangi nyeri post operasi wide excision pada pasien Soft Tissue

karsinoma.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Memaparkan asuhan keperawatan pada pasien soft Tissue karsioma

post operasi wide exicision dengan aplikasi terapi zikir dan doa serta

optimalisasi pemasangan infus sesuai dengan Standar Operasional

Posedur (SOP).
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari tulisan ilmiah ini adalah :
a. Manajemen asuhan keperawatan
1) Melaksanakan pengkajian yang komprehensif pada pasien post

operasi
2) Menegakan diagnosa keperawatan pada pasien post operasi
3) Membuat perencanaan keperawatan pada pasien post operasi
4) Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien post

operasi
5) Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien post operasi
b. Evidence Based Nursing (EBN)
Menerapkan EBN teknik terapi zikir dan doa pada pasien post

operasi
c. Manajemen Layanan Keperawatan
1) Mengindentifikasi pelaksanaan pemasangan infus sesuai SOP
2) Membuat perencanaan pelaksanaan pemasangan infus sesuai

SOP
3) Melaksanakan implementasi pelaksanaan pemasangan infus

sesuai SOP
4) Melakukan evaluasi pelaksanaan pemasangan infus sesuai SOP

C. Manfaat Penelitian
1. Bagi profesi keperawatan
Laporan ilmiah akhir ini dapat menjadi gambaran pelaksanaan

asuhan keperawatan pada pasien post operasi dengan metode aplikasi


33

teknik terapi zikir dan doa serta optimalisasi pemasangan infus sesuai

SOP.
2. Bagi institusi rumah sakit
Laporan akhir ilmiah ini dapat menjadi alternatif pemberian asuhan

keperawatan pada pasien post operasi dengan aplikasi teknik terapi

zikir dan doa optimalisasi pemasangan infus sesuai SOP.


3. Bagi institusi pendidikan
Laporan ilmiah akhir ini dapat menjadi referensi dan sebagai

masukan tentang asuhan keperawatan pada pasien post operasi dengan

aplikasi teknik terapi zikir dan doa serta optimalisasi pemasangan infus

sesuai SOP.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Asuhan Keperawatan


1. Konsep
a. Defenisi
Tumor adalah suatu jaringan yang terbentuk ketika sel-sel

tubuh membelah dan tumbuh secara berlebihan didalam tubuh.

Normalnya pertumbuhan dan pembelahan sel sangat teratur,

dimana sel-sel baru akan diciptakan untuk mengantikan sel yang

sudah tua untuk memberikan ruang kosong bagi sel pengganti baru

yang sehat. Jika keseimbangan pertumbuhan sel dan kematian

terganggu, tumor bisa terbentuk (Fitri, 2014)


Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak

antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam, yang

tergolong jaringan lunak antara lain otot, tendon, jaringan ikat, dan
34

jaringan lemak. Sarkoma adalah jenis kanker yang berkembang

dari jaringan tertentu, seperti tulang atau otot. Soft Tissue Sarcoma

adalah suatu tipe tumor ganas yang jarang terjadi dimana penyakit

ini berkembang pada struktur pendukung tubuh. Ada 2 jenis dari

sarcoma, yaitu sarcoma pada tulang panjang seperti pelvis, femur,

humerus dan tulang rusuk, serta pada jaringan lunak dapat

berkembang pada otot, lemak, pembuluh darah ataupun pada

jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi, dan melindungi

organ tubuh (American Cancer Society, 2016)


b. Etiologi
Para ahli mengatakan masih tidak tahu persis yang

menyebabkan kasus soft tissue sarkoma tetapi ada beberapa faktor

risiko, yaitu :
 Radiasi
Sarkoma sering dimulai pada daerah tubuh yang

pernah dilakukan radiasi. Rata-rata waktu antara

pengobatan radiasi dengan pengobatan radiasi dan

diagnosis dari sarkoma adalah 10 tahun. Paparan

radiasi menyumbangkan kurang dari 5% sarkoma.


 Keluarga yang menderita kanker
Gangguan yang disebabkan oleh cacat gen (mutasi)

bahwa orang-orang dengan mewariskannya dari

orang tua yang terkait dengan resiko tinggi

mendapatkan terkena kanker.


 Kerusakan sistem kelenjar getah bening
Getah bening adalah cairan bening yang

mengandung sel-sel sistem kekebalan tubuh yang


35

dilakukan seluruh tubuh dengan serangkaian

pembuluh getah bening. Ketika getah bening telah

tidak ada oleh operasi atau rusak oleh terapi radiasi,

cairan getah bening dapat membangun dan

menyebabkan pembengkakan (lymphedema).


 Karena trauma
Riwayat trauma juga sering dilaporkan oleh pasien,

trauma minor pada tumor yang telah ada

(preexsiting tumor) yang disebabkan oleh edema

atau hematoma. Cedera bukan merupakan penyebab

sarkoma. Daerah yang terluka mungkin akan

membengkak, pembengkakan yang bisa menyerupai

tumor tapi bukan merupakan tumor sejati.


 Bahan kimia
Paparan vinil klorida (zat kimia yang digunakan

dalam pembuatan plastik) merupakan faktor resiko

untuk mengembangkan sarkoma hati.


(American Cancer Society, 2016)
c. Klasifikasi
 Fibrosarcomas : Sarkoma ini mulai di sel yang disebut

fibrocytes, yang membentuk jaringan fibrosa yang

bergabung bersama struktur bagian dalam tubuh:

misalnya, otot ke tulang. Mereka yang paling sering

ditemukan di lengan, kaki, tetapi dapat terjadi lebih dalam

tubuh. Kebanyakan orang pertama yang melihat mereka

sebagai benjolan
36

 Liposarcomas : Sarkoma ini mulai pada sel-sel lemak

tubuh. Mereka bisa tumbuh di mana saja di tubuh dan

yang paling sering mempengaruhi orang-orang setengah

baya. Beberapa tumbuh sangat lambat (mengambil

bertahun-tahun untuk mengembangkan) dan lain-lain lebih

cepat.
 Sinovial sarkoma : Sarkoma sinovial biasanya mulai dekat

sendi, seperti lutut atau siku, tetapi dapat terjadi di bagian

manapun dari tubuh. Mereka biasanya muncul sebagai

benjolan keras dan lebih umum pada orang dewasa muda.


 Rhabdomyosarcomas : sarkoma ini tumbuh di otot aktif

dari tubuh yang kita dapat mengontrol. Otot-otot ini

dikenal sebagai otot rangka atau otot lurik.

Rhabdomyosarcomas terjadi terutama di kepala, leher dan

panggul, tetapi dapat terjadi di lengan atau kaki. Ada tiga

sub-jenis rhabdomiosarkoma: embrional, alveolar dan

pleomorphic.
Menurut American joint committe on cancer (2016)

pembagian stadiun soft tissue sarcoma, yaitu :


 Tumor (T)
o T1 : ukuran sarcoma < 5 cm (T1a : tumor dekat

permukaan tubuh, T1b : tumor jauh dalam

tungkai atau perut)


o T2 : ukuran sarcoma > 5 cm (T2a : tumor dekat

permukaan tubuh, T2b : tumor jauh dalam

dalam tungkai atau perut).


 Lymph nodes (N)
37

o N0: sarkoma belum menyebar ke kelenjar

getah bening
o N1 : sarkoma telah menjalar ke kelenjar getah

bening
 Metastasis (M)
o M0 : tidak ada metastase
o M1 : sarkoma telah menyebar ke organ lain

(seperti paru-paru)
Dalam sarkoma jaringan lunak, terdapat faktor

tambahan yaitu di sebut Grade (G), grade ini

didasarkan bagaimana sel sarcoma terlihat dibawah

mikroskop.
o Diferensiasi : sel-sel kanker diberi skor 1

sampai 3, 1 jika sel terlihat seperti sel

normal, 3 jika sel terlihat sangat abnormal.


o Mitosis : untuk melihat berapa banyak sel

kanker membelah di bawah mikroskop,

diberikan skor 1-3 (skor yang lebih rendah

berarti sel-sel terlihat sedikit membelah)


o Tumor nekrosis : berapa banyak tumor

terdiri dari jaringan mati. Diberi skor 0-2

(skor yang lebih rendah berarti jumlah

jaringan mati sedikit)


 Grade (G)
o GX : grade tidak dapat dinilai (karena

informasi kurang lengkap)


o G1 : Jumlah skor 2 atau 3
o G2 : Jumlah skor 4 atau 5
o G3 : Jumlah skor >6
Pembagian Stadium soft Tissue sarcoma :
38

 Stadium IA : T1, N0, M0, atau GX


 Stadium IB : T2, N0, M0, atau GX
 Stadium IIA : T1, N0, M0, G2 atau G3
 Stadium IIB : T2, N0, M0, G2
 Stadium III : T2, N0, M0, G3 ATAU setiap T, N1, M0,

setiap G
 Stadium IV : setiap T, setiap N, M1, setiap G
d. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda tumor jaringan lunak tidak spesifik,

tergantung pada lokasi di mana tumor berada, umumnya gejalanya

berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit.

Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi

akibat pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena

adanya penekanan pada saraf-saraf tepi. Tumor jinak jaringan

lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila diraba

terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah

digerakan dari jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke

tempat jauh. Umumnya pertumbuhan kanker jaringan lunak relatif

cepat membesar, berkembang menjadi benjolan yang keras, dan

bila digerakkan agak sukar dan dapat menyebar ke tempat jauh ke

paru- paru, liver maupun tulang. Kalau ukuran kanker sudah begitu

besar, dapat menyebabkan borok dan perdarahan pada kulit

diatasnya.
Sarkoma jaringan lunak paling sering datang pada massa

assimptomatik. Biasanya terletak pada ektremitas distal,

sedangkan pada ektremitas pada ektremitas proximal dan

retroperitonium dapat tumbuh cukup besar sebelum disadari


39

pasien. Sering kali massa pada ektremitas pada lokasi sama pada

kejadian traumatik. Sarkoma jaringan lunak sering kali tumbuh

tumbuh dengan pola sentrifugal dan menekan jaringan sekitar.

Jarang penekanan pada tulang atau berkas neurovaskular

menimbulkan nyeri, edema, atau pembengkakan (Pradessatama,

2014).

e. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft

Tissue Sarcoma (STC) adalah proliferasi jaringan mesenkimal yang

terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul

di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di

ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas,

10% di kepala dan leher, dan 30% di badan. Tumor jaringan lunak

tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak, seperti

serabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari

tempatnya, maka tumor membesar melewati batas sampai ke

struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi

seperti lekukan-lekukan tubuh.


Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase

yaitu :
1) Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai

transformasi.
2) Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3) Invasi lokal.
4) Metastasis jauh.
f. Komplikasi
40

Pertumbuhan Soft tissue sakoma sangat pesat, ukuranya,

besar, dan dapat menghancurkan jaringan normal sekitarnya.

Tumor itu sendiri mungkin mengalami nekrosis, pendarahan, dan

infeksi sekunder, dan sering melalui penyebaran hematogen atau

dengan metastasis ke paru-paru, tulang, kulit, otak, pankreas,

adrenal dan organ lainya. Dan karena terjadinya pendarahan parah

dan metastasis pasien sering mengalami kematian

(www.asiancanser, 2016).
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaa medis
 Pembedahan
o Wide excision
Wide excision atau eksisi luas adalah terapi untuk

sarkoma ektremitas. Tujuan dari terapi lokal ini

adalah untuk mereksesi tumor dengan batas 2 cm di

sekitar jaringan lunak normal sekitar.


o Isolated regional perfusion
Isolated regional perfusion adalah pendekatan

investigasi untuk tatalaksana sarkoma ektremitas,

yaitu sebagaialternatif limb-sparing untuk pasien

yang pertumbuhan lokal cepat (locally advance)

atau sebagai tatalaksana paliatif untuk kontrol

lokalpada pasien yang telah metastasis jauh.


 Terpi radiasi dan sistemik
Hingga saat ini,panduan tata laksana standar

pemberian radioterapi sebagai tambahan tatalaksana

pembedahan diberikan pada pasien dengan tumor agresif

sedang atau tinggi, ukuran beberapa pun. Namun secara


41

umum tumor kecil (≤ 5 cm) tidak berhubungan dengan

rekurensi lokal, dan terapi radiasi tidak diberikan.


Terapi sistemik secara umum hanya diberikan pada

pasien dengan metasis, yaitu sarkoma sel kecil (small-cell

sarcoma) ukuran berapa pun, atau pada tumor besar (≥5

cm, atau tumor derjat sedang yang >10 cm (Pradessatama,

2014).
Penatalaksanaan keperawatan
 Fase awal pasca operasi ketika pasien berada di ruang

recovery room Asuhan Keperawatan (ASKEP) yang di

fokuskan pada penilaian dan pemeliharaan status

kardiopulmonal dan neurologi, tingkat kenyamanan dan

keadaan metabolik (Roberts and Fenech, 2010)


 Fase kedua ketika pasien pindah keruangan perawatan.

Perawat harus bisa menyadari komplikasi yang terjadi

termasuk pendarahan, resiko infeksi pada luka, cedera

syaraf, dan hipoparatiroidisme sekunder.


 Pasca operasi dengan mengobservasi dressing luka

(drainase, konsistensi, warna dan fungsional drainase)

(Morrisey, 2008).

2. Asuhan Keperawatan Teoritis


a. Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian

merupakan dasar utama dan hal yang penting dilakukan baik saat

pasien pertama masuk rumah sakitmaupun selama pasien dirawat

di rumah sakit.
1) Biodata
42

Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, status

perkawinan, agama/suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat,

dan nomor MR.


2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Pada klien pre operasi mengeluh terdapat pembesaran pada

jaringan lunak yang terdapat pada tubuh (Terutama pada

ektremitas), ketika tumbuh di perut, pasien akan mengeluhkan

nyeri diperut semakin parah, darah pada tinja dan muntah. Pada

post operasi keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah

nyeri akibat luka operasi.


b) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran pada bagian

manapun di tubuh, pembesaran bisa disertai oleh rasa nyeri

atau tidak, sehingga perlu dilakukan operasi.

c) Riwayat kesehatan dahulu


Pada pengkajian ini ada kemungkinan ditemukan penyebab soft

tissue sarkoma. Biasanya pasien yang pernah melakukan terapi

radiasi, pasien yang kelenjar getah beningna sudah rusak, dan

biasanya pasien yang pernah mengalami trauma.


d) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengat penyakit tumor

dan kanker merupakan salah satu faktor presdiposisi terjadinya

soft tissue sarkoma.


3) Pengkajian Fungsional Gordon
a) Pola presepsi dan penanganan kesehatan
Adanya tindakan medis serta perawatan di rumah sakit akan

mempengaruhi persepsi pasien tentang kebiasaan merawat diri,

yang dikarenakan tidak semua pasien mengerti benar


43

perjalanan penyakitnya. Sehingga menimbulkan salah persepsi

dalam pemeliharaan kesehatan. Dan juga kemungkinan

terdapatnya riwayat tentang keadaan perumahan, gizi dan

tingkat ekonomi pasien yang mempengaruhi keadaan kesehatan

pasien. Lalu biasanya pasien akan timbuk ketakutan apabila

tumor akan tumbuh kembali setelah operasi.


b) Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya pasien akan mengalami penurunan berat badan dan

tidak nafsumakan, evaluasi terhadap pola nutrisi bisa

membantu pasien untuk mendapatkan nutrisi yang adekuat

supaya menghindari komplikasi dari nutri yang tidak adekuat.


c) Pola eliminasi
Untuk kasus sarkoma yang berada pada ektremitas tidak ada

gangguan pada elliminasi, namun pada sarkoma yang berada

pada retroperinium pasien biasanya akan mengeluhkan BAB

berdarah dan terkadang BAB akan bewarna hitam. Yang perlu

dikaji pada BAB adalah fruekuensi, konsistensi, warna serta

bau feses pada saat eliminasi, sedangkan pada urin yang perlu

dikaji kepekatan, warna, bau, dan jumlah. Dan pada keduanya

dikaji apakah mengalami kesulitan atau tidak.


d) Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pasien akan mngeluhkan nyeri, terkadang akan

mengeluhkan keterbatasan gerak, apabila setelah post operasi

maka kegiatan pasien menjadi berkurang, dan kebutuhan pasien

perlu banyak bantuan dari orang lain. Hal lain yang perlu dikaji

adalah bentuk aktifitas pasien terutama pekerjaan pasien.


e) Pola istirahat dan tidur
44

Biasanya pasien akan merasakan nyeri oleh karena itu dapat

menyebabkan gangguan pada pola tidur pasien. Selain itu

pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana

lingkungan, kebiasaan tidur, kesulitan tidur serta penggunaan

obat tidur.
f) Pola kognitif dan sensori
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam masalah

penglihatan, pendengaran, dan pembauan, pasien post

pemdahan biasanya mengeluhkan nyeri pada luka insisi,nyeri

biasanya akan menganggu aktivitas pasien. Menjelaskan

presepsi sensori dan kognitif. Pola presepsi sensori meliputi

pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan,

pembauan, dan kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola

kognitif didalamnya mengandung kemampuan daya ingat

pasien terhadap peristiwa yang telah lama terjadi atau baru

terjadi dan kemampuan pasien terhadap orientasi tempat,

waktu, nama (orang atau benda yang lain), tingkat pendidikan,

presepsi nyeri, dan penanganan nyeri, kemampuan untuk

mengikuti, menilai nyeri skal 1-10, adakah gangguan

penglihatan, pendengaran, presepsi sensori (nyeri).


g) Pola presepsi dan konsep diri
Dampak yang tibmulpada pasien yang mengalami sarkoma

adalah ketakutan dan kecemasan. Rasa cemas karena tumor

akan tubuh lagi setelah operasi. Pola presepsi diri

mengambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap


45

kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain gambaran

diri sendiri. Manusia sebagai sistem terbuka dimana

keseluruhan bagian manusia akan berinteraksi dengan

lingkungany. Disamping dengan sistem terbuka manusia juga

makluh bio-psiko-sosio-kultural spiritual dan dalam pandangan

secara holistik. Adanya kecemasan, ketakutan, atau penilaian

terhadap diri, dampak sakit terhadap diri,kontak mata asertif

atau passive, isyarat non verbal, merasa tak berdaya, gugup

atau relaks.
h) Pola hubungan dan peran
Biasanya pasien akan mengalami kehilangan peran dalam

keluarga dan pekerjaan, karena pasien harus menjalani

serangkaian pengobatan setelah operasi seperti kemoterapi dan

radiasi. Pola peran dan hubungan mengambarkan dan

mengetahui hubungan dan peran pasien terhadap anggota

keluarga, dan masyarakat tempat tinggal. Pekerjaan, tempat

tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku yang agresif dan pasif

terhadap orang lain, masalah keuangan dan lain-lain.


i) Pola seksualitas dan reproduksi
Perlu dikaji status perkawinan pasien, jumlah anak, dan lama

perkawinan. Bagi pasien yang sudah menikah hubungan

seksual akan terganggu.


j) Pola koping dan toleransi stres
Biasanya pada pasien sarkoma akan timbul perasaan cemas

terhadap kondisi kesehatannya, cemas akan timbuk kecacatan

akan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping biasanya bisa tidak


46

efektif. Pola koping yang harus dikaji kemampuan untuk

menangani sters, dan penggunaan sistem pendukung.

Penggunann obat untuk mengatasi stress, interaksi dengan

orang terdekat, menagis, metode koping yang biasa digunakan,

dan efek penyakit terhadap tingkat stress.


k) Pola tata nilai dan keyakinan
Biasanya pada pasien sarkoma tidak bisa melaksanakan ibadah

secara sempurna, terutama konsentrasi. Hal yang perlu dikaji

pola nilai, keyakinan termasuk spiritual. Menerangkan sikap

dan keyakinan pasien, dalam melaksanakan agama yang

dipeluk dan konsekuensinya.


4) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Periksa keadaan umum pasien meliputi kesadaran, tanda-

tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan).


b) Kepala
Biasanya tidak ada gangguan, bentuk kepala simetris, bersih,

tidak mudah rontok, dan mungkin ada pembengkakan karena

tumor.
c) Mata
Mata biasanya simetris, sklera biasanya tidak ikterik, palpebra

tidak udem, konjungtiva anemis apabila terjadi pendarahan.

d) Hidung
Hidung biasanya simetris, biasa tidak terdapat kotoran, dan

tidak ada sumbatan jalan nafas.


e) Mulut
Mukosa bibir kering, biasanya tidak pucat .
f) Telinga
Telinga biasanya simetris, bersih tidak ada serumen, dan

pendengaran baik.
g) Leher
47

Biasanya bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening,

thiroid tidak membesar.


h) Thorak
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : fremitus kiri dan kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi :suara nafas normal,wheezing (-), ronchi (-)
i) Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba 2 jari midklavikula RIC V
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : irama teratur
j) Abdomen
Inspeksi : bisa terdapat pembemkakan akibat tumor
Auskultasi : hepar tidak teraba
Palpasi : pekak karena ada masa
Perkusi : bising usus (+)
k) Ekstremitas
Daerah paling banyak dan sering terdapatnya lokasi soft tissue

karsinoma, terutama pada lengan dan paha.


l) Genitalia
Kaji adanya pemasangan kateter.
5) Pemeriksaan Penunjang
a) Plain x-ray : untuk melihat apakah sarkoma telah menyebar

keparu-paru
b) Computed tomography scan : untuk melihat penampang tubuh

secara rinci sehingga keberadaan sarkoma terlihat dengan jelas.


c) MRI : untuk mengambil gambar dari tubuh terutama

memeriksa otak dan sumsum tulang belakang.


d) USG : biasanya dilakukan sebelum biopsi untuk melihat

apakah benjolan tersebut adalah kista artinya jika memiliki

cairan dan kemungkinan jinak, atau jika itu padat lebih

mungkin adalah tumor.


e) Biopsi : prosedur pengambilan sampel dari jaringan tumor

untuk mengetahui apak tumor jinak atau ganas.


48

6) Terapi
Dokumentasikan obat-obat yang diterima oleh pasien

bedasarkan nama, dosis, dan rute pemberian. Biasanya pasien akan

mendapatkan analgetik dan antibiotik.


7) Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3) Kerusakan integritas jaringan
4) Kerusakan mobilitas fisik
5) Resiko infeksi
6) Cemas
8) Intervensi Keperawatan
Merupakan tahap untuk membuat perencanaan atas

diagnosa keperawatan yang telah ditegakan.


9) Implementasi Keperawatan
Merupakan tahap untuk melaksanakan intervensi yang

telah direncanakan sesuai diagnosa keperawatan yang ditegakan.


10) Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap unntuk mengevaluasi atau memberi

penilaian terhadap implementasi yang telah dilakukan. Sehingga

nantinya dapat ditentukan intervensi apa yang akan dilanjutkan

ataudirubah
49

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Tabel 2. 1. Rencana Asuhan Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Nyeri akut a. Control Nyeri a. MANAGEMEN NYERI
 Menilai factor penyebab Intervensi:
 Recognize lamanya Nyeri  Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif dimulai dari lokasi,
 Penggunaan mengurangi nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan penyebab.
dengan non analgesic  Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal, terutama untuk pasien yang tidak
 Penggunaan analgesic yang bisa mengkomunikasikannya secara efektif
tepat  Pastikan pasien mendapatkan perawatan dengan analgesic
 Laporkan tanda / gejala nyeri  Gunakan komunikasi yang terapeutik agar pasien dapat menyatakan
pada tenaga kesehatan pengalamannya terhadap nyeri serta dukungan dalam merespon nyeri
 Menilai gejala dari nyeri  Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Laporkan bila nyeri terkontrol  Tentukan dampak nyeri terhadap kehidupan sehari-hari (tidur, nafsu makan,
aktivitas, kesadaran, mood, hubungan sosial, performance kerja dan
b. Tingkatan Nyeri melakukan tanggung jawab sehari-hari)
 Melaporkan Nyeri  Evaluasi bersama pasien dan tenaga kesehatan lainnya dalam menilai
 Frekuensi nyeri efektifitas pengontrolan nyeri yang pernah dilakukan
 Panjangnya episode nyeri  Tentukan tingkat kebutuhan pasien yang dapat memberikan kenyamanan
 Ekspresi nyeri lisan pada pasien dan rencana keperawatan
 Ekspresi wajah saat nyeri  Menyediakan informasi tentang nyeri, contohnya penyebab nyeri,
 Melindungi bagian tubuh bagaimana kejadiannya, mengantisipasi ketidaknyamanan terhadap prosedur
yang nyeri  Kontrol faktor lingkungan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada
 Kegelisahan pasien (suhu ruangan, pencahayaan, keributan)
 perubahan frekuensi nadi  Mempertimbangkan kesediaan pasien dalam berpartisipasi, kemampuannya
 Perubahan Tekanan darah dalam berpartisipasi, pilihan yang digunakan, dukungan lain dalam metoda,
 Berkeringat dan kontraindikasi dalam pemilihan strategi mengurangi nyeri
 hilang nafsu makan  Pilihlah variasi dari ukuran pengobatan (farmakologis, nonfarmakologis,
dan hubungan atar pribadi) untuk mengurangi nyeri
 Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika memilih metoda mengurangi
nyeri
 Mendorong pasien dalam memonitor nyerinya sendiri
 Ajari untuk menggunakan tehnik non-farmakologi (spt: biofeddback, TENS,
hypnosis, relaksasi, terapi musik, distraksi, terapi bermain, acupressure,
apikasi hangat/dingin, dan pijatan ) sebelum, sesudah dan jika
memungkinkan, selama puncak nyeri , sebelum nyeri terjadi atau
50

meningkat, dan sepanjang nyeri itu masih terukur.


 Kolaborasikan dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya untuk memilih
dan mengimplementasikan metoda dalam mengatasi nyeri secara non-
farmakologi.
 Menyediakan analgesic yang dibutuhkan dalam mengatasi nyeri
 Menggunakan Patient-Controlled Analgesia (PCA)
 Gunakan cara mengontrol nyeri sebelum menjadi menyakitkan (puncak
nyeri)
 Pengobatan sebelum beraktivitas untuk meningkatkan partisipasi , tapi
evaluasi resiko pemberian obat penenang
 Pastikan pretreatmen strategi analgesi dan/ non-farmakologi sebelum
prosedur nyeri hebat
 Kaji tingkat ketidaknyamanan bersama pasien, catat perubahan dalam
catatan medis dan informasikan kepada tenaga kesehatan yang lain
 Evaluasi efektifitas metoda yang digunakan dalam mengontrol nyeri secara
berkelanjutan
 Modifikasi metode kontrol nyeri sesuai dengan respon pasien
 Anjurkan untuk istirahat/tidur yang adekuat untuk mengurangi nyeri
 Dorong pasien untuk mendiskusikan pengalamannya terhadap nyeri
 Beritahu dokter jika metoda yang digunakan tidak berhasil atau jika ada
komplain dari pasien mengenai metoda yang diberikan
 Informasikan kepada tenaga kesehatan yang lain/anggota keluarga tentang
penggunaan terapi non-farmakologi yang akan digunakan oleh pasien
 Gunakan pendekatan dari berbagai disiplin ilmu dalam manajemen nyeri
 Mempertimbangkan pasien, keluarga, dan hal lain yang mendukung dalam
proses manajemen nyeri
 Menyediakan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan
keluarga terhadap respon nyeri
 Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri ynag diberikan dalam
interval yang ditetapkan

b. PEMBERIAN ANALGETIK
Intervensi :
 Menentukan lokasi , karakteristik, mutu, dan intensitas nyeri sebelum
mengobati pasien
 Periksa order/pesanan medis untuk obat, dosis, dan frekuensi yang
ditentukan analgesik
51

 Cek riwayat alergi obat


 Mengevaluasi kemampuan pasien dalam pemilihan obat penghilang sakit,
rute, dan dosis, serta melibatkan pasien dalam pemilihan tersebut
 Tentukan jenis analgesik yang digunakan (narkotik, non narkotik atau
NSAID) berdasarkan tipe dan tingkat nyeri.
 Tentukan analgesik yang cocok, rute pemberian dan dosis optimal.
 Utamakan pemberian secara IV dibanding IM sebagai lokasi penyuntikan,
jika mungkin
 Hindari pemberian narkotik dan obat terlarang lainnya, menurut agen
protokol
 Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian obat narkotik dengan dosis
pertama atau jika ada catatan luar biasa.
 Memberikan perawatan yang dibutuhkan dan aktifitas lain yang
memberikan efek relaksasi sebagai respon dari analgesik
 Cek pemberian analgesik selama 24 jam untuk mencegah terjadinya puncak
nyeri tanpa rasa sakit, terutama dengan nyeri yang menjengkelkan

c. PEMANTAUAN TANDA-TANDA VITAL


 Ukur tekanan darah, denyut nadi, temperature, dan status pernafasan, jika
diperlukan
 Catat gejala dan turun naiknya tekanan darah
 Ukur tekanan darah ketika pasien berbaring, duduk, dan berdiri, jika
diperlukan
 Auskultasi tekanan darah pada kedua lengan dan bandingkan, jika
diperlukan
 Ukur tekanan darah, nadi, dan pernafasan sebelum, selama, dan setelah
beraktivitas, jika diperlukan

2 Ketidakseimbangan a. Status Nutrisi


nutrisi : nutrisi kurang a. MONITORING NUTRISI
dari kebutuhan tubuh Indikator : Intervensi :
 Berat badan pasien
 Asupan gizi  Monitor pertumbuhan dan perkembangan
 Asupan makanan  Mendapatkan ukuran antropometri dari komposisi tubuh (seperti : BMI,
 Asupan cairan ukuran pinggang)
 Energy  Monitor kecenderungan naik dan turun berat badan
 Perbandingan berat / tinggi  Identifikasi perubahan dalam berat badan
52

 Hidrasi  Monitor turgor kulit dan mobilitas


 Identifikasi abnormalitas pada kulit (seperti banyak memar, penyembuhan
b. pengontrolan berat badan luka yang tidak baik, dan perdarahan)
Indikator :  Identifikasi abnormalitas pada rambut (seperti kering, tipis, rambut kasar,
 Mempertahankan intake dan mudah patah)
kalorioptimal harian  Monitor mual dan muntah
 Mengontrol berat badan  Identifikasi abnormalitas pada eliminasi (seperti diare, darah, mukus, dan
 Memilih nutrisi makanan nyeri dan ketidakteraturan eliminasi)
dan snack  Monitor intake diet dan kalori
 Menggunakan suplemen  Identifikasi perubahan terbru nafsu makan dan aktifitas
nutrisi jika diperlukan  Monitor tipe dan banyaknya latihan biasa
 Mempertahankan pola  Menentukan pola makan (seperti makanan yang disukai dan tidak, terlalu
makan yang dianjurkan banyak mengkonsumsi makanan siap saji, makan yang terabaikan, makan
 Mempertahankan cepat, interaksi orang tua-anak selama menyuapi makan, dan frekuensi dan
keseimbanagan cairan lama menyuapi makan bayi)
 Menggunakan system  Monitor pucat, kemerahan, dan jaringan konjungtiva yang kering
dukungan seseorang untuk  Identifikasi abnormalitas pada sistem muskuloskeletal (seperti penggunaan
membantu perubahan pola otot yang berlebihan, nyeri sendi, fraktur tulang, postur yg tidak baik)
makan  Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi intake nutrisi (seperti
pengetahuan, ketersediaan, adanya akses dari kualitas produk makanan
dalam semua kategori makanan, pengaruh agama dan budaya, jenis kelamin,
kemampuan untuk menyiapkan makanan, isolasi sosial, hospitalisasi,

b. MANAJEMEN NUTRISI
Intervensi :
 Mengontrol penyerapan makanan/cairan dan menghitung intake kalori
harian, jika diperlukan
 Menentukan jumlah kalori dan jenis zat makanan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi, ketika berkolaborasi dengan ahli makanan,
jika diperlukan
 Menetukan makanan pilihan dengan mempertimbangkan budaya dan agama
 Anjurkan pasien untuk memilih makanan ringan, jika kekurangan air liur
mengganggu proses menelan
 Anjurkan intake makanan yang tinggi kalsium, jika diperlukan
 Anjurkan intake makanan dan cairan yang tinggi kalium, jika diperlukan
 Memastikan bahwa makanan berupa makanan yang tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
53

 Memberi pasien makanan dan minuman tinggi protein, tinggi kalori, dan
bernutrisi yang siap dikonsumsi, jika diperlukan
 Membantu pasien untuk memilih makanan lembut, lunak dan tidak asam,
jika diperlukan
 Mengatur pemasukan makanan, jika diperlukan
 Mengontrol cairan pencernaan, jika diperlukan
 Memberi makanan yang punya daya tarik, dengan cara yang menyenangkan,
member penambahan warna, tekstur, dan variasi
 Membantu pasien membentuk posisi duduk yang benar sebelum makan
 Mengajarkan pasien dan kelurga tentang memilih makanan

c. Terapi Nutrisi
Intervensi :
 Kontrol penyerapan makanan/cairan dan menghitung intake kalori
harian, jika diperlukan
 Pantau ketepatan urutan makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
harian
 Tentukan jimlah kalori dan jenis zat makanan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi, ketika berkolaborasi dengan ahli
makanan, jika diperlukan
 Tentukan makanan pilihan dengan mempertimbangkan budaya dan
agama
 Tentukan kebutuhan makanan saluran nasogastric
 Pilih makanan gandum, minuman kocok, dan es krim sebagai suplemen
nutrisi
 Anjurkan pasien untuk memilih makanan ringan, jika kekurangan air
liur mengganggu proses menelan
 Anjurkan intake makanan yang tinggi kalsium, jika diperlukan
 Anjurkan intake makanan dan cairan yang tinggi kalium, jika
diperlukan
 Pastikan bahwa makanan berupa makanan yang tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Memberi pasien makanan dan minuman tinggi protein, tinggi kalori,
dan bernutrisi yang siap dikonsumsi, jika diperlukan
 Membantu pasien untuk memilih makanan lembut, lunak dan tidak
asam, jika diperlukan
 Mengatur pemasukan makanan, jika diperlukan
54

 Hentikan penggunaan saluran makanan, jika intake oral dapat


dimaklumi
 Kontrol cairan pencernaan, jika diperlukan
 Pastikan keadaan terapeutik terhadap kemajuan makanan
 Memberi pemeliharaan yang diperlukan dalam batas makanan yang
ditentukan
 Anjurkan membawa masakan rumah ke tempat bekerja, jika diperlukan
 Menyarankan pemeriksaan eliminasi makanan yang mengandung
laktosa, jika diperlukan
 Tawarkan tanaman herbal dan rempah-rempah sebagai pengganti garam
 Kontrol keadaan lingkungan untuk membuat udara teras menyenangkan
dan relaks
 Memberi makanan yang punya daya tarik, dengan cara yang
menyenangkan, member penambahan warna, tekstur, dan variasi
 Melakukan perawatan mulut sebelum makan, jika diperlukan
 Bantu pasien membentuk posisi duduk yang benar sebelum makan
 Ajarkan pasien dan kelurga tentang memilih makanan
 Ajarkan dan merencanakan makan, jika dipelukan
 Memberi pasien dan keluarga contoh tertulis makanan pilihan
3 Kerusakan integritas a. Penyembuhan Luka a. PERAWATAN LUKA INSISI
jaringan berhubungan Indikator : Intervensi :
dengan faktor mekanik  Granulasi  Jelaskan prosedur kepada pasien , menggunakan persiapan sensorik
(prosedur pembedahan)  Epitelisasi  Periksa kondisi luka untuk kemerahan, pembengkakan , atau tanda-
 Pengeringan purulensi tanda dehiscence atau pengeluaran isi
 Pengeringan serosa  Catat setiap karakteristik drainase
 Pengurangan drainase  Pantau proses penyembuhan dari luka
 Pengeringan Seroanginosa  Bersihkan daerah sekitar insisi dengan larutan pembersih yang tepat
 Pengurangan area kuit  Swab dari area bersih menuju daerah yang kurang bersih
kemerahan  Monitor tanda & gejala infeksi luka
 Edema  Gunakan kapas - tip aplikator steril untuk membersihkan secara efisien
 Pengurangan area kulit yang kawat jahitan dengan tepat , luka yang dalam dan sempit , atau luka dengan
abnormal cekungan
 Pelepuhan kulit  Bersihkan daerah sekitar luka, lalu menguras atau tabung drainase
 Maserasi kulit  Pertahankan posisi dari setiap tabung drainase
 Nekrosis  Terapkan strip penutupan , dengan benar
 Pengelupasan  Oleskan salep antiseptik , seperti yang diperintahkan
55

 Bau Luka  Buka jahitan , staples , atau klip , seperti ditunjukkan


 Ukuran Luka  Ubah berpakaian pada interval yang tepat
 Terapkan cara ganti yang tepat untuk melindungi sayatan
b. Status Infeksi  Mudahkan pasien melihat luka
Indikator :  Instruksikan pasien tentang cara merawat luka selama mandi atau
 Ruam sedang mandi
 Keluarnya bau busuk  Ajarkan pasien bagaimana untuk meminimalkan stres di daerah luka
 Demam  Ajarkan pasien dan / atau keluarga cara merawat luka, termasuk tanda-
 nyeri tanda dan gejala infeksi
 Gejala pada pencernaan
 Lemah
 Kedinginan b. PROTEKSI INFEKSI
 Kolonisasi feses Intervensi :
 Monitor tanda-tanda dan gejala sistemik dan local dari infeksi.
 Monitor daerah yang mudah terinfeksi.
 Batasi pengunjung.
 Lindungi semua pengunjung dari penyakit menular.
 Pertahankan teknik asepsis untuk pasien yang berisiko.
 Inspeksi kulit dan membran mukosa yang memerah, panas, atau kering.
 Inspeksi kondisi dari luka operasi
 Tingkatkan intake nutrisi yang cukup.
 Anjurkan intake cairan.
 Anjurkan istirahat.
 Anjurkan peningkatan mobilitas dan latihan.
 Instruksi pasien untuk mendapatkan antibiotik sesuai resep.
 Ajari pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala dari infeksi dan kapan
mereka dapat melaporkan untuk mendapatkan perawatan kesehatan.
 Ajari pasien dan anggota keluarga bagaimana menghindari infeksi.
 Berikan ruangan privasi jika dibutuhkan.
 Laporkan kemungkinan adanya infeksi dalam upaya pengendalian infeksi.

4 Kerusakan mobilitas fisik a. Ambulansi a. PROMOSI LATIHAN


berhubungan dengan Indikator : Intervensi :
kerusakan sistem  Berat badan  Menilai keyakinan kesehatan individu tentang latihan fisik
muskoletal (akibat postop)  Mengeksplorasi pengalaman periode latihan
 Berjalan secara  Menentukan motivasi individu untuk memulai / melanjutkan program
56

efektif/normal latihan
 Mengeksplorasi hambatan untuk latihan
 Berjalan dengan lambat  Mendorong individu untuk memulai atau melanjutkan latihan
 Membantu dalam mengidentifikasi model peran yang postive untuk
 Berjalan sesuai yang
dianjurkan menjaga program latihan
 Membantu individu untuk mengembangkan suatu program latihan yang
 Berjalan cepat tepat untuk memenuhi kebutuhan
 Membantu individu untuk menetapkan tujuan jangka pendek dan jangka
 Berjalan sampai tujuan panjang untuk program latihan
 Berjalan menyusuri jalan  Melakukan kegiatan olahraga yang sesuai dengan individu
 Termasuk keluarga / pengasuh merencanakan dan mempertahankan program
 Berjalan dengan pandangan latihan
kedepan  Menginformasikan individu tentang manfaat kesehatan dan efek fisiologis
 Menginstruksikan individu tentang jenis latihan yang sesuai untuk tingkat
 Berjalan dengan kesehatan , bekerja sama dengan dokter dan / atau ahli fisiologi.
 pandangan kebawah  Menginstruksikan individu tentang frekuensi yang diinginkan , durasi , dan
intensitas program latihan
 Berjalan jarak pendek (<1  Memantau kepatuhan individu untuk melaksanakan program / kegiatan
blok  Membantu individu untuk mempersiapkan dan mempertahankan kemajuan
grafik / tabel untuk memotivasi kepatuhan dengan program latihan
 Berjalan dengan jarak >1  Menginstruksikan individu tentang kondisi yang menunjukkan penghentian
blok < 5 blocks) atau perubahan dalam program latihan
 Berjalan jarak jauh ( 5 blok  Menginstruksikan individu pada pemanasan yang tepat dalam latihan
or >)  Menginstruksikan individu dalam teknik pernapasan yang tepat untuk
pengambilan oksigen selama latihan fisik
 Berjalan disekitar ruangan  Memberikan jadwal untuk penguatan motivasi, membantu menyelesaikan
masalah, dan memonitor perkembangan
 Berjalan disekitar tempat  Memantau respon individu untuk melaksanakan program
tinggal  Memberikan umpan balik positif bagi upaya yang dilakukan individu
 Sesuaikan dengan tekstur
b. BANTUAN PERAWATAN DIRI
permukaan yang berbeda
Intervensi :
 Berjalan dengan adanya  Pertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan
rintangan/hambatan diri
 Pertimbangkan usia pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri
57

Pantau kemampuan pasien untuk perawatan diri independen


b. Mobilitas  Memantau kebutuhan pasien untuk perangkat adaptif untuk kebersihan
Indikator : pribadi, berpakaian , dandan , toilet , dan makan
 Tampilan Posisi Tubuh  Menyediakan lingkungan terapeutik dengan memastikan hangat , santai ,
swasta, dan pengalaman pribadi
 Keseimbangan  Menyediakan artikel yang diinginkan pribadi (misalnya , deodoran , sikat
gigi , dan sabun yang buruk )
 Koordinasi
 Memberikan bantuan sampai pasien sepenuhnya dapat mengasumsikan
 Cara Berjalan perawatan diri.
 Membantu pasien dalam menerima kebutuhan ketergantungan
 Gerakan Otot  Gunakan pengulangan konsisten rutinitas kesehatan sebagai cara
menetapkan mereka
 Gerakan Sendi  Dorong pasien untuk melakukan aktivitas normal sehari-hari dengan tingkat
kemampuan
 Kemampuan Untuk  Mendorong kemandirian , namun campur tangan ketika pasien tidak dapat
Berpindah Posisi melakukan
 Ajarkan orang tua / keluarga untuk mendorong kemandirian , untuk campur
 Berlari
tangan hanya ketika pasien tidak dapat melakukan.
 Melompat  Menetapkan rutin untuk aktivitas perawatan diri.

 Merayap
c. PENGELOLAAN LINGKUNGAN
 Berjalan Intervensi :
 Ciptakan lingkungan yang nyaman
 Leluasa Bergerak  Kenali kebutuhan keselamatan pasien berdasarkan pada keadaan fisik dan
fungsi kognitif dan kebiasaan masa lampau
 Hindari lingkungan yang beresiko (contohnya : karpet yang longgar dan
kecil, peralatan yang mudah berpindah)
 Pindahkan benda yang berbahaya dari lingkungan
 Temani pasien dalam beraktivitas di ruangan, jika diperlukan
 Izinkan keluarga/ seseorang yang penting untuk menemani pasien
 Didik pasien dan pengunjung mengenai perubahan sehingga tidak
mengganggu lingkungan
 Sediakan informasi kepada keluarga tentang membuat lingkungan rumah
yang aman untuk pasien
5 Resiko infeksi a. Keparahan infeksi : a. Perawatan luka:
58

berhubungan dengan Indikator : Intervensi :


pertahan tubuh primer dan  Ruam  Membuang balutan dan pita perekat
sekunder tidak adekuat  Berbau  Memantau karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran dan bau
 Drainase purelen  Mengukur dasar luka, yang sesuai
 Demam  Membuang materi tertanam (misalnya, kutu, kaca, kerikil, logam),
 Hiponatremia sesuai kebutuhan
 Gejala gastrointestinal  Bersihkan dengan saline normal atau pembersih tidak beracun, yang
 Rasa tidak enak sesuai
 Kelesian  Gunakan salep yang sesuai dengan kulit / lesi, yang sesuai
 Kehilangna nafsu makan  Gunakan balutan, yang cocok untuk jenis luka
 Memperkuat balutan, sesuai kebutuhan
 Menjaga teknik pembalutan steril ketika melakukan perawatan luka,
yang sesuai
 Ganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat dan drainase
 Periksa luka setiap mengganti balutan
 Teratur membandingkan dan mencatat setiap perubahan luka
 Posisikan untuk menghindari menempatkan ketegangan pada luka, yang
sesuai
 Posisikan kembali pasien setidaknya setiap 2 jam, yang sesuai
 Anjurkan cairan, yang sesuai
 Perlihatkan pada tim medis luka ostonomy, yang sesuai
 Perlihatkan pada ahli diet, yang sesuai
 Terapkan TENS (stimulasi listrik saraf transkutan) Unit untuk
peningkatan penyembuhan luka, yang sesuai
 Tempatkan perangkat tekanan-pembebasan (yaitu, rendah-udara-loss,
busa, atau kasur gel, tumit atau siku bantalan, kursi cush-ion), yang
sesuai
 Membantu pasien dan keluarga untuk mendapatkan persediaan
 Anjurkan pasien dan keluarga pada penyimpanan dan pembuangan dari
balutan dan perbekalan
 Instruksikan pasien atau anggota keluarga prosedur perawatan luka
 Instruksikan pasien dan keluarga untuk mengetahui tanda dan gejala
infeksi
 Dokumenkan lokasi luka, ukuran, dan penampilan

b. Pengendalian infeksi
59

Intervensi :
 Bersihkan lingkungan tepat setelah setiap kali penggunaan pasien
 Ubah peralatan perawatan pasien , per protokol lembaga
 Isolasi orang yang terkena penyakit menular
 Tempatkan pada tempat isolasi tindakan pencegahan , yang sesuai
 Menjaga teknik isolasi , sesuai
 Batasi jumlah pengunjung , yang sesuai
 Ajarkan peningkatan cuci tangan untuk petugas kesehatan
 Instruksikan pasien untuk teknik mencuci tangan yang tepat
 Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat memasuki dan
meninggalkan ruangan pasien
 Gunakan sabun antimikroba untuk mencuci tangan , yang sesuai
 Cuci tangan sebelum dan sesudah setiap kegiatan perawatan pasien
 Institusi kewaspadaan universal
 Gunakan sarung tangan sebagaimana diamanatkan oleh kebijakan
pencegahan yang universal
 Kenakan pakaian atau gaun scrub saat menangani bahan infeksius
 Pakailah sarung tangan steril , yang sesuai
 Gosok kulit pasien dengan agen antibakteri ,yang sesuai
 Menjaga lingkungan aseptik
 Pastikan teknik perawatan luka yang tepat\
 Tingkatkan asupan nutrisi yang tepat
 Mendorong asupan cairan , yang sesuai
 Berikan terapi antibiotik , yang sesuai
 Berikan agen imunisasi , yang sesuai
 Anjurkan pasien untuk minum antibiotik , seperti yang ditentukan
 Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala infeksi dan
kapan harus melaporkannya kepada penyedia layanan kesehatan
 Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana menghindari infeksi
6 Cemas berhubungan Kontrol kecemasan PENURUNAN KECEMASAN
dengan kurang Indikator :
pengetahuan  klien mampu  Gunakan pendekatan yang menenangkan
mengidentifikasi dan  Dengan jelas menyatakan harapan untuk perilaku pasien
mengungkapkan gejala  Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang akan dirasakan selama
cemas prosedur
 mengidentifikasi,  Temani pasien untuk mengurangi ketakutan dan meningkatkan
60

mengungkapkan dan keamanan


menunjukan teknik untuk  Berikan pijatan punggung atau pijatan leher
mengontrol cemas  Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
 vital sign dalam batas normal  Beri ketenangan, yang bisa menentramkan hati
 postur tubuh, ekpresi wajah,  Jelaskan semua prosedur termasuk apa yang akan dirasakan pasien
bahasa tubuh dan tingkat seperti pengalaman yang akan dirasakan selama prosedur
aktivitas menunjukan  Cari tau pengertian pasien terhadap perspektifnya terhadap situasi yang
berkurangnya cemas. membuat stress
 Tetap bersama pasien untuk meningkatkan rasa aman dan ketakutan
pasien berkurang
 Dorong pasien untuk tetap bersama anaknya
 Mendengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian
 Ciptakan hubungan yang saling percaya
 Identifikasi perubahan tingkat kecemasan pasien
 Bantu paseien untuk mengidentifikasi situasi yang bisa mencetuskan
kecemasan
 Dukung untuk menggunakan mekanisme pertahanan
 Berikan obat anti ansietas jika diperlukan
B. Evidence Based Nursing (EBN)
1. Latar Belakang
Istilah evidence based nursing (EBN) menjadi suatu standar

penting dalam melakukan suatu intervensi. EBN adalah penggunan

teori dan informasi yang diperoleh bedasarkan hasil penelitian secara

teliti, jelas dan bijaksana dalam pembuatan keputusan tentang

pemberian asuhan keperawatan pada individu atau sekelompok pasien

dan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan pilihan dari pasien

tersebut (Ingersoll, 2009).


Tantangan yang dihadapi perawat dewasa ini adalah tentang

bagaimana menggunakan metode penelitian yang dapat menerangkan

secara jelas tentang sifat penting , makna, dan komponen keperawatan

sehingga perawat dapat menggunakan pengetahuan ini dengan cara

yang bermakna. Pasien yang menerima asuhan keperawatan yang

bedasarkann hasil penelitian menunjukan hasil yang lebih baik jika

dibandingkan dengan pasien yang menerima asuhan keperawatan

bedasarkan tradisi (Heater, 1988 dalam Huda, 2015). Tindakan yang

mempunyai dasar /rasional yang kuat telah melalui proses penelitian

didapatkan dari evidence based nursing (EBN).


Pemberian asuhan keperawatan berbasis EBN pada kasus ini

adalah pemberian terapi zikir untuk pengurangan nyeri pada pasien

soft tissue sarcoma post operasi wide excision


2. Identifikasi Masalah
Untuk mengindentifikai masalah suatu evidance based, maka

diidentifikasi melalui analisa PICO (population, intervention,

comparative, and outcame) :

54
55

a. population adalah pasien post operasi wide excision yang dirawat

diruangan bedah wanita RSUP Dr.M Djamil Padang tahun 2016.


b. intervention adalah pemberian terapi zikir pada pasien post operasi

wide excision.
c. comparative adalah tidak dilakukan intervensi perbandingan
d. Outcame adalah mengurangi nyeri pada pada pasien post operasi

wide excision.
Setelah dilakukanya perumusan PICO, penulis melanjutkan

pencarian EBN (evidance based nursing) dengan menggunakan

kata kunci post Operasi, terapi zikir, dan nyeri post operasi.

Kemudian dari beberapa search engine seperti google, google

scholar, science direct, dan proquest. Penulis mendapatkan jurnal

“Prayer and Zhikr as Spiritual-Related Intervention for Reducing

Post Surgery PainIntensity in Moslem`s Patiens”.


3. Critical Appraisal Topic
Critical Appraisal adalah suatu proses yang secara teliti dan

sistematis mengevaluasi penelitian unntuk memutuskan tingkat

kepercayaan, nilai serta relevansinya dalam suatu konteks tertentu.

Dengan kata lain critical appraisal menginterpetasikan suatu evidence

based secara sistematis dengan mempertimbangkan validitas, hasil dan

relevansinya (Huda, 2015).


Penelitian Haryani (2015) metode penelitian yang digunakan

adalah quasy eksperimen dengan non-equivalent kontrol group dan

instrumen yang dipakai untuk mengukur skala nyeri adalah numerical

rating scale (NRS). NRS merupakan skla ukur yang sudah valid dan

direkomendasikan untuk penilaian skala nyeri post operasi pada psien

berusia diatas 9 tahun (Brunelli, 2010). Dalam penelitian ini populasi


56

yang digunakan adalah seluruh pasien muslim yang menjalani operasi.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan 50 sampel yang dibagi

menjadi dua kelompok 25 untuk kelompok intervensi dan 25 untuk

kelompok kontrol. Setelah dilakukakan intervensi didapatkan hasil

kelompok intervensi melaporkan nyeri berkurang dari waktu ke

waktudengan p values < 0,05.


4. Prosedur
Sebelum dilakuakn intervensi, peneliti menyampaikan rancangan

intervensi pada pembimbing dan perawat rumah sakit serta meminta

masukan. Setelah disepakati dan mendapatkan izin , peneliti

melakukan pemilihan responden. Pelaksanaan intervensi diberikan

selama 2 hari dan dilakukan selama 25 menit dalam 1x intervensi.

Skala nyeri diukur sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.


Langkah-langkah seperti terdapat dalam daftar pustaka pada

penelitian bedasarkan EBN. Prosedur atau langkah –langkah terai zikir

menurut Misnawati dan Haryani (2015), Robyanto (2015), dan Sitepu

(2009) adalah :
a. Sebelum melaksanakan terapi zikir
1) Siapkan pasien dalam keadaan bersih
2) Instruksikan pasien untuk menenangkan pikiran
3) Instruksikan pasien untuk mengambil posisi yang nyaman
4) Instruksikan pasien untuk menutup mata
5) Berikan lingkungan yang tenang agar pasien merasa

nyaman dan rileks


6) Pakaikan pasien penutup kepala (hijab)
7) Instruksikan kepada pasien untuk mempercayai bahwa

dengan zikir dapat membuat pikiran menjadi tenang

sehingga dapat menurunkan nyeri setelah operasi.


57

8) Instruksikan pasien untuk menarik nafas dalam setelah

mempraktekan zikir
b. Tahap Persiapan
1) Instruksikan pasien untuk memfokuskan pikiran kepada

Allah SWT dan tidak memikirkan hal lain


2) Langkah 1
a. Instruksikan pasien berada dalam posisi santai
b. Instruksikan pasien untuk melakukan tarik nafas dalam

dengan cara menarik nafas dari hidung secara perlahan,

lalu ditahan semampu pasien, dan dihembuskan melalui

mulut secara perlahan.minnta pasien untuk melakukan

nafas dalam sebanyak 3 kali.


c. Tarik nafas dalam adlah hal yang sederhana namun

sangat efektif. Tarik nafas dalam merupakan komponen

utama untuk merelaksasikan pikiran seorang individu

dalam melakukan terapi zikir. Tarik nafas dalam sangat

penting untuk pengembangan spiritual, hal ini bisa

meningkatkan vitalitas dan relaksasi.


3) Langkah 2
a. Instruksikan kepada pasien untuk mulai dengan

mengucapkan bismillah
b. Instruksikan pasien untuk memulai dengan kalimat

Tasbih (Subhanallah), Tahmid (Alhamdulillah), Takbir

(Allahuakbar), Tahlil (Laa illaha ilallah), Alhauqalah

(La haula walaquawwata illa billah) sebanyak 33 kali,

dilanjutkan membaca al fatiha dan diakiri dengan

membaca doa agar diberi kesembuhan dan kesemuanya

akan memakan waktu 20-25 menit.


58

c. Saat berzikir pasien bisa menggunakan tasbih atau jari

tangan
4) Langkah 3
a. Instruksikan pasien untuk membuka mata secara

perlahan, dan melihat kesekeliling lingkunagn pasien.


C. Manajemen Pelayanan Keperawatan
1. Deskripsi Umun Manajemen Keperawatan
Manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui

kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk

mencapai tujuan bersama (Alamsyah, 2011). Sedangkan manajemen

keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staff

keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara

profesional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan,

menggorganisasikan, memimpin, dan mengevaluasi, sarana dan

prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan

yang efektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga dan

masyarakat (Nursalam,2012)
Tercapai suatu sasaran keselamatan pasien, manajemen ruangan

harus menjalankan fungsi manajerial untuk patient safety dengan

optimal.
Point kelima dari pasien safety adalah pengurangan resiko infeksi.

Salah satu sasaran dari patient safety adalah resiko infeksi. Infeksi

adalah suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai

gejala klinis baik lokal maupun sistemik (Utama, 2006). Sedangkan

resiko infeksi adalah peningkatan resiko masuknya organisme patogen

yang dapat memperluas peradangan. Faktor terjadinya resiko infeksi

salah satunya adalah adanya prosedur infasif. Pemasangan infus


59

merupakan prosedur infasif yang sangat beresiko infeksi sehingga

diperlukan suatu standar yang baku dalam pemasangan infus yang

harus dilaksanakan oleh tenaga kesehatan terutama perawat diruangan.


2. Konsep dasar Pemasangan Infus
a. Pengertian pemasangan infus
Pemasangan Infus merupakan suatu tindakan memasukan cairan ,

elektrolit, obat, atau nutrisi ke dalam pebuluh darah vena dalam

jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan set infus

(Hidayati, 2014)
b. Tujuan pemasangan infus
 Mempertahankan dan mengganti cairan tubuh yg didalamnya

mengandung air, vitamin, elektrolit, lemak, protein ,& kalori

yang tidak mampu untuk dapat dipertahankan secara adekuat

melalui oral
 Agar dapat memperbaiki keseimbangan asam basa
 Memperbaiki volume komponen-komponen darah Memberikan

jalan/jalur masuk dalam pemberian obat-obatan kedalam tubuh


 Memonitor tekanan darah Intra Vena Central (CVP)
 Memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan untuk di

istirahatkan (Askep33, 2016).


c. Prosedur pemasangan infus
Prosedur pemasangan infus di RSUP DR.M.Djamil adalah sebagai

berikut :
1) Persiapan petugas
a) Pastikan dan identifikasi kebutuhan pasien yang akan

dilakukan tindakan
b) Cuci tangan sesuai SOP
c) Gunakan alat pelindung diri (APD) sesuai kebutuhan
2) Persiapan pasien
a) Identifikasi pasien sesuai dengan SOP identifikasi
b) Jaga privacy dan siapkan lingkungan aman dan

nyaman
60

c) Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan

dilakukan
3) Persiapan alat
a) Standar infus
b) Set infus
c) IV Kateter sesuai dengan kebutuhan
d) Plester
e) Cairan sesuai rekomendasi
f) Pengalas
g) Tourniquet
h) Kapas alkohol dalam wadah tertutup
i) Cairan antiseptik sesuai rekomendasi
j) Gunting
k) Kassa steril
l) Sarung tangan bersih
m) Bengkok
n) Pelaksanaaan
4) Cuci tangan dan pasang APD sesuai kebutuhan
5) Dekatkan alat, tempatkan tiang infus disisi ekstremitas

(lokasi insersi dengan tinggi 90 cm) dari tempat tidur


6) Gantungkan cairan pada tiang infus
7) Buka infus set, periksa kelengkapan dan fungsi bagian

bagiannya, letakkan klem 1/3 atas dalam posisi terkunci

dan tutup ujung klem dengan jarum yang tersedia


8) Hubungkan infus ke botol caran, isi tabung ½ bagian,

keluarkan udara dari selang dengan mengalirkan cairan dan

kunci kembali.
9) Tutup ujung slang infus dengan jarum penutup, letakkan

slang pada standar infuse


10) Pilih vena yang akan diinsersi dan letakkan pengalas di

bawah daerah yang akan ditusuk


11) Lakukan pembendungan dengan tourniquet 10-12 cm

diatas tempat penusukan dan anjurkan pasien untuk

menggenggam
61

12) Pasang sarung tangan , desinfektan daerah yang akan

ditusuk dengan kapas alkohol secara melingkar dari dalam

ke luar dengan diameter 5cm satu kapas satu kali usap.

Buang kapas ke dalam bengkok


13) Buka intraket lalu tusukkan ke vena dengan posisi jarum

mengarah ke atas dengan sudut 20 – 30 cm


14) Pastikan darah terlihat pada IV cath, tarik jarum hingga

berada dalam sarung IV cath. Dorong perlahan hinggga

masuk ke dalam vena


15) Sambungkan ujung giving pada pangkal IV cath slang

infus
16) Buka tourniquet dan genggaman pasien
17) Alirkan/ atur tetesan infus sesuai dengan program terapi
18) Observasi bila ada oedema pada ujung jarum yang sudah

masuk pembuluh darah


19) Buka sarung tangan, fiksasi pangkal jarum dengan plester

secara menyilang tanpa mengenai daerah penusukan, tutup

tempat penusukan dengan kassa steril yang telah diberi

antiseptik, pasang melintang


20) Untuk pasien anak anak dan gelisah, fiksasi disesuaikan
21) Lepaskan APD , dan cuci tangan
22) Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan
23) Dokumentasikan tindakan, jenis dan tetesan cairan yang

diberikan

BAB III
TINJAUAN KASUS
62

A. Manajemen Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Data Klinis
Nama : Nn. RY
Jenis Kelamin : Perempuan
No. MR : 956851
Usia : 26 tahun
Alamat : Pauh Kamba
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Status Perkawinan : Belum Kawin
TB/BB : 150 cm/36 kg
Tanggal Masuk :10 Oktober 2016
Tanggal Pengkajian :18 Okrober 2016
Diagnosa Medis : Soft Tissue Tumor
b. Keluhan Utama (Alasan Dirawat di Rumah Sakit)
Ny. R (26 tahun) Masuk RSUP M Djamil pada melalui

poliklinik tanggal 10 Okrober 2016 dengan adanya massa pada

regio femur sinistra. Massa membesar semenjak kurang sebih satu

tahun sebelum masuk rumah sakit.

c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat dilakukan pengkajian tanggal 18 Oktober 2016, pasien

telah selesai dilakukan operasi Wide Excision atas indikasi soft

tissue sarcoma pada regio femur sinistra. Pasien mengatakan

nyeri pada bagian kaki setelah operasi, dengan skala nyeri 6,

nyeri hilang timbul, seperti ditusuk-tusuk. Apabila nyeri timbul

nyeri terasa selama 1-2 menit. Pasien mengatakan badan terasa

lemah. Pasien tampak meringgis kesakitan, pasien tampak

bergerak secara hati-hati. Pasien mengatakan kurang nafsu

makan, makanan hanya habis 3 sampai 5 sendok. Pasien

mengatakan juga susah tidur pada malam hari, pasien sering


63

terbangun, dan pada pagi hari tampak tidak segar dan kepala

merasa pusing. Pasien terpasang tensocrep pada paha sebelah

kiri. Pasien tampak lemah . terdapat luka sepanjang 18 cm pada

paha kiri. Luka tertutup perban, perban kering, dan terdapat

drain.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien sebelumya belum pernah dirawat di rumah sakit.

Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit maag

semenjak berumur 20 tahun. Pasien suka membeli makanan

diluar karena tidak ada waktu untuk masak.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang

menderita penyakit seperti , hipertensi, DM, Jantung, ataupun

Stroke. Pasien mengatakan ada anggota keluarga menderita

penyakit kanker getah bening, yakni pamanya (adik dari ayah

pasien.
Genogram
64

Keterangan :
: Perempuan : identifikasi klien

: laki-laki : Tinggal serumah

: Perempuan meninggal : hubungan perkawinan

: Laki-laki meninggal : meninggal akibat kanker


getah bening

d. Pengkajian Fungsional Gordon


1) Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Pasien mengatakan sebelumnya dia merasa khawatir

dengan penyakitnya. Pasien mengatakan menyerahkan

sepenuhnya pengobatan dan perawatan pada rumah sakit.

pasien mematuhi semua program pengobatan . pasien

mengatakan bila ia sakit maka biasanya akan membeli obat

yang ada di warung, bila tidak sembuh baru di bawa ke klinik

yang dekat dengan tempat tinggalnya.


 Rokok : pasien mengatakan tidak pernah

mengkonsumsi rokok
 Alkohol : pasien mengatakan tidak pernah

mengkonsumsi alkohol
 Obat bebas : obat-obatan di Warung ( Panadol,

Bodrex, dll)
 Alergi penggunaan obat-obatan, makanan, plester,

zat warna : Ranitidin (biasanya setelah

mengonsumsi ranitidin klien akan sakit kepala, dan

merasa mual)
2) Pola nutrisi/metabolisme
65

Pasien mengatakan sebelum sakit nafsu makan nya

baik.pasien makan 2-3 kali sehari dengan komposisi nasi+lauk

pauk+terkadang menggunakan sayur, dan minum air putih 6-8

gelas per hari. Pasien mengatakan pada saaat sakit mengalami

penurunan nafsu makan. Makan hanya 3-5 sendok dan

makanan yang disediakan di rumah sakit tidak pernah habis .


3) Pola eliminasi
Sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan BAB

lancar setiap hari, konsistensi biasa, BAK 4-5 kali sehari warna

bening. Setelah dirawat di rumah sakit klien BAB

menggunakan pempers, pasien terpasang alat bantu kateter.

Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan berkemih.


4) Pola aktivitas dan latihan
Pasien mengatakan sebelum sakit mampu melaksanakan

seluruh aktivitas perawatan diri sendiri ( seperti :makan,

minum, mandi, berpakaian, berdandan, BAB/BAK). Namun

semenjak selesai operasi aktivitas pasien terganggu karena

merasakan nyeri pada kaki dan terpasang drain pada paha.


5) Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan sebelum sakit, tidak memiliki masalah

dengan tidur.pasienn tidur malam lebih kurang 6-8 jam. Saat

pengakajian pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyaman

karena merasakan nyeri pada daerah post operasi.


6) Pola kognitif-sensori
Saat pengkajian pasien mengatakan nyeri pada paha yang

dioperasi,nyeri yang dirasakan pasien sepeti nyeri ditusuk-


66

tusuk, skala nyeri 5, nyeri terasa hilang timbul dan apabila

nyeritimbul terasa kurang lebih 1-2 menit.


7) Pola persepsi dan konsep diri
Pasien mengatakan cems dengan penyakitnya, akan tetapi

pasien mencoba tabah dan percaya bisa sembuh seperti

sediakala.
8) Pola peran dan hubungan
Pasien adalah seorang karyawan swasta. Pasien

mengatakan hubungan denagn keluarga sangat baik. Pasien

mengatakan pearan keluaraga sangat berarti selama pasien

sakit, selama sakit pasien ditunggui oleh abang dan adiknya

secara bergantian.
9) Pola koping dan toleransi stres
Pasien mengatakan bahwa kondisinya saat ini memberikan

kecemasan tersendiri bagi dirinya. Pasien membutuhkan

keluarga sebagai sistem pendukung saat dirawat di rumah

sakit.
10) Pola seksualitas
Pasien belum menikah
11) Pola keyakinan dan nilai
Pasien beragama islam. Pasien mengatakan tidak ada

pantangan dalam beribadah. Pasien percaya bahwa atas

kehendak Allah SWT dirinya bisa sembuh.


e. Pemeriksaan Fisik

Tabel 3.1. Hasil pemeriksaan fisik Nn. R


Tanda vital TD : 100/60 mmHg
N : 103 x/menit
P : 22x/menit
S : 36,8 oc

Kepala Inspeksi : kepala tampak simetris, bersih, ketombe tidak ada, dan
rambut bewarna hitam.
Palpasi : tidak teraba pembengkakan di kepala pasien, dan rambut tidak
mudah rontok.
67

Mata Inspeksi : mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva sub anemis, sklera
tidak ikterik, mata bersih tidak ada sekret.
Palpasi : tidak teraba edema dibagian palpebra mata.

Hidung Inspeksi : hidung tamoak simetris kiri dan kanan, tidak ada tampak
kotoran di bagian hidung.
Palpasi : tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada benjolan/massa di
hidung.

Telinga Inpeksi : telinga simetris kiri dan kanan, tidak tampak ada serumen di
bagian telinga.
Palpasi : tidak teraba pembengkakan massa/tumor dibagian telinga.
Perkusi : fungsi pendengaran baik.

Mulut Inspeksi : mukosa bibir tampak kering dan pucat, tampak ada gii
berlubang.

Leher Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah
bening.

Dada Pergerakan dadasimetris kiri dan kanan


Jantung Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis terba 2 jari LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : irama teratur

Paru Inspeksi : pergerakan paru simetris


Palpasi : fremitus kiri dan kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler

Abdomen Inspeksi : simetris kiri dan kanan, acites tidak ada


Palpasi : distensi tidak ada, nyeri tekan tidak ada
Perkusi : thympani
Auskultasi : bising usus ada

Ektremitas
Atas Tangan kanan terpasang infus IVFD RL 20 tts/menit, akral teraba
hangat, CRT < 2 detik
Bawah Paha kiri tedapat luka post op sepanjang 18 cm, dan drain. Pada hari ke
5 post op bengkak (-), kemerahan (+), panas (-), drain sudah dibuka.
68

Udem (-), akral teraba hangat, CRT < 2 detik.


Kekuatan otot : 555 555
432 555

Genitalia Pasien terpasang kateter urin

f. Pemeriksaan penunjang
1) Rongent
Thorax : cor pulmo dalam batas normal, tidak tampak

gambaran pulmoner mestastase


Ct Scan : soft tissue sarkoma di daerah musculus vastus medius

kiri

2) Laboratorium

Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ny.R Tanggal 17


Oktober 2016
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
Hb 10,1 g/dl 12-16 Menurun
Leukosit 9760 /mm3 5000 – 10.000 Normal
Trombosit 169.000 /mm3 150.000 – 400.000 Normal
Hematokrit 30 % 37 – 43 Menurun

3) Terapi
 Inj ceftriaxone 2 x 1 gr (IV)
 Inj ranitidin 2 x 1 amp (IV)
 Inj keterolak 3 x 1 amp (IV)

2. Analisa Data
69

Tabel 3.3. Analisa data kasus Nn. R

No Data Fokus Etiologi Masalah


1. DS : Agen cedera Nyeri akut
 Pasien mengatakan nyeri pada pada luka post
kaki yang dioperasi operasi wide
 Pasien mengatakan nyeri skala 5, excision
nyeri dirasa seperti ditusuk-
tusuk, fruekuensi hilang timbul,
dan durasi nyeri saat timbul
kurang lebih 1-2 menit
 Pasien mengatakan tidak nafsu
makan selama sakit karena nyeri,
makanan hanya habis 3-5
sendok, makanan di rumah sakit
tidak pernah habis.
 Pasien mengatakan tidur malam
sering terbangun karena merasa
nyeri

DO :
 Pasien post operasi wide excision
hari pertama
 Pasien bertingkah laku berhati-
hati (melindungi are tubuh ynag
sakit)
 TD : 100/60 mmHg, N : 103
x/Menit, P : 22 x/Menit

2. DS : Penurunan nafsu Nutrisi kurang dari


 Pasien mengeluhkan mual dan makan dan mual kebutuhan tubuh
muntah muntah
 Pasien mengatakan perut terasa
tidak enak
 Pasien mengatakan muntah 3 kali
sehari (1 kali muntah ±150 cc)
 Pasien mengatakan sejak dirawat
dirumah sakit, klien tidak pernah
menghabiskan diit
 Pasien mengatakan setelah
operasi hanya makan 3-5 sendok
saja
 Pasien mengatakan kepala pusing

DO :
 Konjungtiva sub anemis
 Mukosa bibir kering
 Pasien tampak letih,lemah
70

 Hb : 10.1 g/dl
 BB 36 kg
 TB 150 cm
 IMT 16,4 (underweight)

3 DS : Kerusakan Kerusakan
 Pasien mengatakan susah untuk sistem mobilitas fisik
bergerak dan berbalik muskoletal
 Pasien mengatakan aktifitas karenat post op
dibantu oleh keluarga dan wide excision
perawat pada regio femur
 Pasien mengatakan susah untuk sinistra
mengerakan kaki sebelah kiri

DO :
 Kekuatan otot 555 555
432 555
 Pasien pos op wide excision hari
pertama
 Pasien terpasang tensocrep dari
paha kiri atas sampai lutut
 Aktivitas klien tampak dibantu
oleh keluarga dan perawat
4. DS: Pertahan tubuh Resiko Infeksi
 Pasien mengatakan terdapat luka primer dan
post operasi pada paha kiri sekunder tidak
adekuat
DO :

Terdapat luka post op pada paha
kiri sepanjang 18 cm

Terpasang drain dengan produksi
(150 cc) warna merah segar

Luka post op tertutup kassa dan
tensocrep, kassa kering dan tidak
terdapat rembesan luka

Hb 10,1 gr/dl

Leukosit 9760/mm3

S : 36,8 oC

Terpasang IVFD RL 8 jam/kholf

Pada hari kelima post operasi,
tidak ada kemerahan,
pembengkakan (-), panas
disekitak luka (-)
71

5. DS: Kurang Cemas


 Pasien mengatakan cemas pengetahuan
tentang penyakitnya tentang proses
 Pasien mengatakan takut penyakit
penyakitnya akan kembali lagi
 Pasien mengatakan takut luka
operasinya lama sembuh
 Pasien mengatakan belum
mengetahui tentang penyakitnya
saat ini, dan tidak tahu tentang
perawatan pasca operasi

DO:
 Klien sering menanyakan tentang
kodisi yang dialaminya

 Klien terlihat tidak nyaman


 Ekpresi waja tegang
 Nadi 103 x/Menit

3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (luka insisi bedah)
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

penurunan nafsu makan dan mual muntah


c. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sistem

muskoletal (akibat post op)


d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahan primer dan sekunder

tubuh tidak adekuat


72

e. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses

penyakit
4. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dirumuskan bedasarkan Nursing

Intervention Classification (NIC), pada kasus ini intervensi

keperawatan bedasarkan diagnosa yang telah dirumuskan adalah :


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (luka insisi bedah)
1) Manajemen nyeri
2) Terapi relaksasi
3) Administrasi pengobatan (pemberian analgetik)
4) Monitor tanda-tanda vital

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

penurunan nafsu makan dan mual muntah


1) Monitoring nutrisi
2) Manajemen nutrisi
3) Terapi nutrisi
c. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sistem

muskoletal (akibat post op)


1) Promosi latihan
2) Bantuan perawatan diri
3) Pengelolaan lingkungan
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer dan

sekunder tubuh tidak adekuat


1) Perawatan luka insisi
2) Proteksi infeksi
e. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses

penyakit
1) Pengurangan kecemasan
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dimulai pada hari Selasa tanggal 18

Oktober 2016 didapatkan 5 diagnosa keperawatan pada pasien.

Diagnosa keperawatan pertama adalah nyeri akut dengan kriteria hasil

kontrol nyeri. Implementasi keperawatan yang diberikan adalah


73

memberikan posisi yang nyaman, memberikan obat analgetik, terapi

zikir, dan pemantauan tanda-tanda vital.


Diagnosa yang kedua yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

dengan kriteria hasil status nutrisi dan pengontrolan berat badan.

implementasi keperawatan yang diberikan yaitu monitoring nutrisi,

manajemen nutrisi, dan terapi nutrisi denga kolaborasi dengan ahli gizi

untuk menentukan jumlah kalori dan jenis gizi yang dibutuhkan untuk

memenuhi kebutuhan gizi pasien, membantu pasien untuk

mendapatkan makanan penganti makanan yang sesuai dengan

kebutuhan nutrisi, mempertahankan intake parenteral yang dibutuhkan.


Diagnosa yang ketiga yaitu kerusakan mobilitas fisik dengan

kriteria hasil mobilitas. Implementasi keperawatan yang dilakukan

yaitu membantu semua aktivitas pasien bersama dengan keluarga

pasien, dan memonitor sirkulasi, gerakan, dan sensasi anggota gerak

yang dilakukan operasi, dan melakukan latihan sesuai dengan tingkat

kemampuan (bekerja sama dengan dokter).


Diagnosa yang ketempat yaitu resiko infeksi dengan kriteria hasil

status imun dan kontrol infeksi. Implementasi keperawatan yang

diberikan mencatat karakteristik luka, mengganti dan mencatat

haluaran drain, melakukan teknik perawatan luka dengan teknik steril,

membersihkan luka dengan larutan luka normal salin, memberikan anti

biotik sesuai order dan memantai tanda gejala infeksi. Kolaborasi

pemberian antibiotik cefoperazone 2x1 gr.


Diagnosa yang kelima yaitu kecemasan dengan indikator hasil

pengurangan kecemasan. Implementasi keperawatan yang dilakukan


74

yaitu menjelaskan semua prosedur yang akan dilakukan, dan

menemani pasien untuk membeikan keamanan dan mengurangi rasa

takut.
6. Evaluasi
Pada diagnosa pertama, yaitu nyeri akut, dari hasil intervensi

pengkajian nyeri, didapatkan nyeri akut turun dari skala 6 sampai skala

1 pada hari terakhir intervensi yaitu pada tanggal 24 Oktober 2016.

Pasien telah diajarkan manajemen nyeri non farmakologis dengan

terapi zikir yang dilakukan hari pertama dan hari ke tujuh post

operasi. Masalah nyeri akut teratasi dan pasien diperbolehkan pulang

tanggal 24 Oktober 2016.


Pada diagnosa kedua yaitu kekurangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh, pada saat pengkajian pasien mendapatkan diet

makanan biasa, lalu klien hanya menghabiskan 3-5 sendok saja, klien

terlihat pucat, konjungtiva sub-anemis, mukosa bibir kering, Hb 10,1,

pasien terlihat lemah. Pasien mengatakan setelah disuntikan ranitidin

pasien menjadi pusing dan merasa mual. Setelah diit klien digant

dengan bubur dan pemberian ranitidin dihentikan, pasien sudah mau

makan. pada tanggal 24 okteber pasien sudah nafsu maka, mual dan

muntah tidak ada, mukosa bibir lembab, dan konjungtiva tidak anemis.
Pada diagnosa ketiga kerusakan mobilitas fisik, sampai hari

terakhir intervensi pada taggal 24 Oktober 2016 , klien sudah bisa

melakukan aktivitas sendiri namun masih diawasi oleh keluarga.

Pasien sudah bisa berjalan dengan pelan-pelan. Pasien dianjurkan

untuk kontrol seminggu kemudian untuk pemantauan luka post op


75

wide excision , sekaligus konsultasi peningkatan latihan tungkai

dirumah.
Pada diagnosa keempat yaitu resiko infeksi pada tanggal luka pos

op wide excision terdapat luka post op pada paha kiri sepanjang 18 cm,

luka post op kering, kemerahan (-), pembengkakan (-), produksi drain

(70cc), pada tanggal 22 Oktober 2016 luka operasi kering,

pengeluaran isi (-), pengeluaran drain (20 cc) lalu drain sudah dibuka

dan pada hari terakhir rawatan tanggal 24 Oktober 2016 luka post op

kering, kemerahan (-), dan pembengkakan (-).


Pada diagnosa kelima kecemasan pasien mengatakan cemas

tentang penyakitnya, cemas penyakit akan kambuh kembali, pasien

banyak bertanya bagaimana perawatan pasca operasi. Setelah

diberikan perawatan dengan pendekatan teraupeti,menjelaskan setiap

prosedur sebelum melakukan perawatan, pasien merasa lebih tenang

dan kecemasan berkurang.

B. Evidence Based Nursing : Pemberian Terapi Zikir Untuk Mengurangi

Nyeri Post Operasi Wide Excision


1. Persiapan
Persiapan penerepan EBN dilakukan dengan melakukan diskusi

pemberian EBN yaitu terapi zikir untuk mengatasi nyeri post operasi

kepadakepala ruangan dan ketua tim di Ruangan Bedah Wanita RSUP

Dr. M. Djamil Padang. Pasien dipersiapkan dengan memilih pasien

yang selesai melakukan operasi.


2. Pelaksanaan
76

Penerapan EBN dilakukan selama enam hari pada tanggal 18-24

Oktober 2016 kemudian dilakukan evaluasi dan selanjutnya

menganjurkan pasien untuk melanjutkan terapi zikir sebagai terapi

untuk mengatasi nyeri pasca operasi pada hari-hari berikutnya.

Penerapan terapi zikir dilakukan dengan cara mengatur posisi pasien

senyaman mungkin, lalu pasien diminta untuk menutup mata, menarik

nafas dalam, setelah itu pasien diminta untuk membacakan zikir dalam

hati. Zikir yang diucapkan adalah kalimat berupa Tasbih

(Subhanallah), Tahmid (Alhamdulillah), Takbir (Allahuakbar), Tahlil

(Laa illaha ilallah), Alhauqalah (La haula walaquawwata illa billah)

sebanyak 33 kali untuk masing-masing kalimat.


3. Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi selama enam hari kepada pasien

didapatkan bahwa skala nyeri menurun dari skala 6 menjadi skala 1.

Pasien mengatakan merasa rileks, nyaman, dan merasa sangat dekat

dengan Allah SWT ketika melaksanakan terapi zikir. Pasien

mengatakan nyeri pada paha bekas post opersi wide excision sudah

tidak terasa, walaupun nyeri masih timbul terutama jika berjalan. Akan

tetapi pasien mengatakan nyeri sudah tidak terlalu menganggu. Pasien

mengatakan setelah dilakukan terapi zikir, intensitas nyeri yang

dirasakan pada skala ringan. Ada evaluasi akhir tanggal 24 Oktober

2016, pasien mengatakan intensitas nyeri sudah sangat berkurang dan

berada pada skala nyeri ringan.

C. Manajemen Pelayanan Keperawatan


1. Windshield Survey
77

Ruang rawat bedah wanita memiliki 6 ruang rawat yang terdiri

dari 4 ruang rawat biasa dan 2 ruang isolasi dengan 39 kapasitas

tempat tidur. Rawat Inap Bedah Wanita RSUP.DR.M.Djamil

Padang dipimpin oleh satu orang karu dengan background

pendidikan Ners/S1 di bantu oleh 1 orang Katim dan 14 perawat

pelaksana dengan latar belakang pendidikan D3/ Diploma.


Hasil Observasi yang dilakukan selama 7 hari dari tanggal 03

Oktober – 10 Oktober 2016 pada saat shift pagi, mengenai

penerapan SOP pemasangan infus didapatkan penerapan SOP

dalam pemasangan infus sudah baik namun beberapa item di SOP

tidak dilaksanakan. Hasil yang didapatkan antara lain terdapat 7

orang perawat yang dinas pagi dan siang tidak melakukan

penutupan area pemasangan infus dengan kasa steril, 7 orang

perawat yang tidak melakukan penulisan tanggal pemasangan pada

area pemasangan infus dan 7 orang perawat yang tidak melakukan

pendokumentasian tindakan dan jumlah tetesan baik di kartu

balance cairan maupun di botol infus pasien.


Hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala ruangan,

dikemukakan pendapat bahwa dalam pemasangan infus diruangan

dilaksanakan sesuai dengan SOP memang belum optimal

dikarenakan perawat yang berdinas jumlahnya hanya sedikit dan

dikarenakan beban kerja perawat yang tinggi sehingga terdapat

beberapa item yang terlupakan dilaksanakan oleh perawat.


78

Selain itu kepala ruangan juga mengatakan bahwa dengan

beban kerja yang tinggi, perawat bekerja dengan sesuai SOP dan

meminimalisasikan waktu dalam sebuah tindakan, mengingat

banyaknya tindakan yang dilaksanakan terutama pada shift pagi.

Namun kepala ruangan juga tidak menutup kemungkinan bahwa

ada perawat yang memang melaksanakan tindakan namun tidak

mempertimbangkan item item sesuai dengan SOP, dan juga

ketersedian dari bahan yang terdapat di SOP minim diterima oleh

pihak ruangan. Sehingga terdapatlah item yang memang tertinggal

atau tidak dilaksanakan.


Dari hasil wawancara dengan dengan Kepala Ruangan dan tiga

orang perawat ruangan bedah wanita, perawat mengatakan bahwa

perawat mengetahui mengingat item yang sering tertinggal di SOP

namun karena keterbatasan waktu dengan beban kerja dan bahan

atau alat yang tidak tersedia diruangan sehingga perawat tidak

melaksanakan item tersebut.


Rumusan Masalah: Belum optimalnya penerapan pelaksanaan

pemasangan infus sesuai dengan SOP di ruang rawat bedah wanita

RSUP DR.M.Djamil Padang.

Tabel 3. 4. Rumusan masalah manajemen pelayanan keperawatan

Data Masalah
a. Dari tinjauan lapangan Belum optimalnya pemasangan
selama satu minggu infus sesuai dengan standar
hampir seluruh pasien operasional prosedur (SOP) di
yang tepasang infus tidak IRNA bedah wanita
tercantum tanggal dan RSUP.DR.M.Djamil Padang
waktu pemasangan
79

b. Hampir seluruh pasien


terpasang infus tampak
tidak menggunakan kasa
steril pada pemasangan
infus.

2. Validasi data

Pada tabel validasi data berikut, penulis tampilkan beberapa

sumber validasi data yang dipakai yaitu dari petugas di ruangan dan

instrumen yang telah digunakan untuk merumuskan masalah

manajemen pelayanan keperawatan di ruang Bedah Wanita RSUP

DR. M. Djamil Padang.


Tabel 3.5 Validasi Data

Observasi Wawancara
Dokumen
Masalah Ka- Ka- P
PA Pasien tasi
ru tim A
Belum optimalnya
pemasangan infus
sesuai dengan SOP
√ √ √ √ √ √
di IRNA bedah
wanita RSUP. DR.
M.Djamil Padang

Diagram 3.1. Observasi ke Perawat mengenai penerapan SOP


pemasangan infus
80

Berdasarkan observasi ke perawat mengenai penerapan SOP


pemasangan infus didapatkan 7 orang perawat yang tidak melakukan
penutupan area pemasangan infus dengan kasa steril, 7 orang perawat yang
tidak melakukan penulisan tanggal pemasangan pada area pemasangan
infus dan 7 orang perawat yang tidak melakukan pendokumentasian
tindakan dan jumlah tetesan.

Diagram 3.2. Observasi ke pasien mengenai penerapan SOP pemasangan


infus

Berdasarkan observasi ke pasien mengenai penerapan SOP


pemasangan infus pada 12 orang pasien didapatkan tidak ada pasien yang
tertulis tanggal pemasangan infus, pemakaian kassa steril pada area
pemasangan infus dan pendokumentasian tanggal dan jumlah tetesan di
botolinfus.
81

3. Analisa SWOT
82
83

3.6. Tabel Analisa SWOT


No Masalah S W O T
Keperawatan
KEKUATAN KELEMAHAN PELUANG ANCAMAN
1 Pemasangan infus - Perawat yang - Kurangnya disiplin - Adanya mahasiswa - Sebagai bukti
yang masih belum memiliki perawat dalam F.KEP yang sedang pelayanan pada pasien
menerapkan semua pengetahuan tentang pemasangan infus praktek profesi menjadi tidak optimal
item dari Standar teknik pemasangan peminatan
Operasional Prosedur infus sesuai dengan - Perawat ruangan keperawatan medikal - Tuntutan masyarakat
(SOP) SOP dalam bekerja kurang bedah yang lebih tinggi
sesuai dengan SOP untuk mendapatkan
- Adanya panduan - Adanya keinginan pelayanan yang
tertulis mengenai dari perawat untuk optimal
standar operasional peningkatan kualitas
prosedur di ruangan dalam pelaksanaan
tindakan - Tidak terjaminnya
keperawatan perlindungan hukum
pada perawat, jika
terjadi kejadian yang
tidak diinginkan

4. Alternatif Pemecahan Masalah (Fish Bone)


84

5. POA (Planning of Action)

Masalah Rencana Tujuan Sasaran Waktu Tempat Penanggung


Manajemen Kegiatan Jawab
Belum a. Membuat Memudahkan perawat untuk Katim dan 21-24 Irna Mahasiswa
optimalnya rancangan menerapkan pelaksanaan Perawat Oktober Bedah
penerapan video role pemasangan infus sesuai SOP pada Pelaksana 2016 Wanita
pemasangan play pasien
infus sesuai SOP pemasangan
di ruang Bedah infus sesuai
Wanita RSUP SOP
Dr. M. Djamil
Padang b. Sosialisasi Setelah diadakan sosialisasi
penerapan pemasangan infus sesuai Katim dan 27-28 Irna
SOP melalui tayangan vidio, Perawat Oktober Bedah Mahasiswa
diharapkan perawat dapat Pelaksana 2016 Wanita
menerapkan dengan optimal
85

c. Evaluasi Setelah penerapanso sialisasi,


diharapkan perawat mampu
menerapkan dengan optimal Katim dan 29 Oktober Irna Mahasiswa
Perawat 2016 Bedah
Pelaksana Wanita
1
6. Implementasi
a. Tahap persiapan
Tahap persiapan awal yaitu pada tanggal 03-10 Oktober 2016

dengan melakukan observasi situasi ruangan bedah wanita. Pada

tanggal 18 Oktober 2016 dilakukan persiapan untuk melakukan

penyegaran optimalisasi pemasangan infus sesuai SOP dengan

perawat ruangan. Kemudian pada tanggal 18 Oktober 2016

dlakukan persiapan dalam pembuatan video sebagai roleplay dalam

pemasangan infus yang sesuai dengan SOP. Tahap persiapan

dilakukan dengan bimbingan dan masukan setelah konsultasi

dengan pembimbing akademik dan klinik serta kepala ruangan

bedah wanita.
b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dimulai pada 26 Oktober 2016 dengan

bekerja sama bersama kepala ruangan dan ketua tim, pemasangan

infus dilakukan dengan melaksanakan seluruh item yang terdapat

di SOP. Pada shift siang dilaksanakan pemasangan juga sesuai

dengan item-item yang terdapat di SOP.


Kemudian pada 28 Oktober 2016 dilakukan penyegaran ilmu

guna mengoptimalisasikan pemasangan infus sesuai dengan SOP

dengan metode yang digunakan mengumpulkan perawat yang

berdinas pagi dan berdinas siang diruangan bedah wanita selain itu

juga mengikutsertakan mahasiswa praktek keperawatan lainnya

yang sedang berpraktek diruangan rawat bedah wanita.


c. Tahap evaluasi
Tahap evaluasi yang dilaksanakan adalah sudah hampir

1
88

seluruh perawat melakukan pemasangan infus sesuai dengan SOP.

Setelah dilakukan intervensi, maka dari evaluasi akhir didapatkan 6

dari 7 orang perawat yang di observasi sudah melakukan

pemasangan infus sesuai dengan SOP yang ada di rumah sakit Dr.

M. Djamil Padang.

Diagram 3.3 Evaluasi Terhadap Perawat Dalam Penerapan SOP Pemasangan Infus
di Irna Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang

Setelah dilakukan sosialisasi, didapatkan hasil observasi ke perawat

mengenai penerapan SOP pemasangan infus didapatkan 6 orang perawat telah

melakukan penutupan area pemasangan infus dengan kasa steril, 6 orang perawat

telah melakukan penulisan tanggal pemasangan pada area pemasangan infus dan 6

orang perawat yang telah pendokumentasian tindakan dan jumlah tetesan.

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Manajemen Asuhan Keperawatan


89

Pasien Nn. R (26 tahun) masuk ke ruang rawat bedah wanita RSUP

Dr.M. Djamil Padang melalui Poliklinik pada tanggal 10 Oktober 2016,

dengan keluhan adanya massa pada regio femur sinistra. Massa semakin

lama tambah membesar semenjak kurang lebih satu tahun sebelum masuk

rumah sakit. Nyeri terasa hilang timbul lebih kurang dirasakan satu bulan

ini, pasien berada pada stadium IB dengan (T2N0M0GX). Pasien di

diagnosa dengan soft tissue Sarkoma.


Soft tissue sarcoma adalah jenis kanker yang tubuh pada jaringan

lunak seperti lemak, otot, saraf, jaringan berserat, pebuluh darah, atau

jaringan kulit yang mendalam, dan dapat ditemukan disetiap bagian dari

tubuh, sebagian besar berada pada kaki dan lengan (American Cancer

Society, 2016).
Metode penatalaksanaan paling umum dari soft tissue sarkoma

yaitu pembedahan, pembedahan peristiwa komplek yang menegangkan,

dilakukan di ruang operasi rumah sakit, dilakukan dengan persiapan,

prosedur dan perawatan paska pembedahan yang membutuhkan waktu

lebih lama serta pemantauan yang intensif yang menyebabkan

ketidaknyamanan bagi pasien dan akan pasien akan mengeluhkan rasa

nyeri yang mengganggu sehingga membuat pasien sangat kesakitan.


Pada tanggal 18 Oktober 2016, pasien telah selesai dilakukan

operasi Wide Excision atas indikasi soft tissue sarcoma pada regio femur

sinistra. Pasien mengatakan nyeri pada bagian kaki setelah operasi, dengan

skala nyeri 6, nyeri hilang timbul, seperti ditusuk-tusuk. Apabila nyeri

timbul nyeri terasa selama 1-2 menit. Pasien mengatakan badan terasa

lemah. Pasien tampak meringgis kesakitan, pasien tampak bergerak secara


90

hati-hati. Pasien mengatakan kurang nafsu makan, makanan hanya habis 3

sampai 5 sendok. Pasien mengatakan juga susah tidur pada malam hari,

pasien sering terbangun, dan pada pagi hari tampak tidak segar dan kepala

merasa pusing. Pasien terpasang tensocrep pada paha sebelah kiri. Pasien

tampak lemah . terdapat luka sepanjang 18 cm pada paha kiri. Luka

tertutup perban, perban kering, dan terdapat drain.


Diagnosa keperawatan yang diangkat adalah nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera, mual berhubungan dengan faktor

situasi, kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik,

kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sistem

muskoletal, dan kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan

tentang proses penyakit. Untuk menyelesaikan permasalahan pada Nn. R

post operasi wide excision atas indikasi soft tissue sarcoma telah dilakukan

proses keperawatan bedasarkan setiap tahapannya yaitu, pengkajian,

penegakan diagnosa keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan,

implementasi dan evaluasi proses keperawatan. Penetapan diagnosa

keperawatan dilakukan bedasarkan karakteristik NANDA (Herdman,

2015) dan rencana asuhan keperawatan dibuat bedasarkan NOC dan NIC

(Wilkinson & Ahern, 2009).


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
Nyeri merupakan diagnosa yang selalu dialami oleh pada

pasien post operasi (Haryani, 2015). Nyeri akut adalah

pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan

yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau


91

pontensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian

rupa (Herdman, 2015).


Menurut Haryani (2015) nyeri post operasi termasuk

dalam nyeri akut yang dimana pasien akan merasakan nyeri

sampai dengan intersitas berat dan dapat berlangsung untuk

waktu yang singkat sampai akhirnya menghilang atau

menghilang setelah daerah yang terkenah pulih kembali.


Mekanisme relaksasi dapat meningkatkan perasaan rileks,

dan mengalihkan perhatian dari rasa nyeri, memperbaiki sistem

kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta

memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan

aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam

atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan

ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan

metabolisme yang lebih baik (Zain, 2013). Relaksasi dapat

mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktifitas simpatik

dalam sistim saraf otonom meningkatkan aktifitas komponen

saraf prasimpatik vegetatif stimultan, teknik ini dapat

mengurangi sensasi nyeri dan mengontrol intensitas reaksi

terhadap rasa nyeri (Sitepu, 2009).


Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus ini

dengan menerapkan EBN pemberian terapi zikir pada pasien

post operasi. Zikir secara etimologi berasal dari bahasa arab

“dzakara” yang artinya menyebut, mengingat, memperhatikan,


92

mengenang, mengambil pelajaran, mengenal dan mengerti

(Syukur, 2012).
Zikir berperan dalam susunan syaraf pusat dan bekerja

sesuai teori gate kontrol, dimana aktivasi saraf pusat otak yang

tinggi dapat menyebabkan gerbang sumsum tulang menutup

sehingga memodulasi dan dapat mencegah input nyeri untuk

masuk ke pusat otak yang lebih tinggi untuk diintrepertasikan

sebagai pengalaman nyeri (Sitepu, 2009).


Intervensi dilakukan 6 jam setelah pemberian analgesik

(keterolak). Efek analgesik mencapai puncak parenteral antara

30 sampai dengan satu jam, setelah 6 jam efek analgesik

menurun (Hexpharmjaya.com, 2016). Sehingga diperlukan

untuk mengelola terapi non-farmakologi untuk mengurangi

nyeri pasien, dan penggunaan dosis penggunaan analgesik juga

dapat dikurangi untuk meminimalkan biaya dan menghindaari

efek samping dari analgesik. Dan hal ini juga akan

meningkatkan kepuasaan pasien pada asuhan keperawatan.

(Haryani, 2015).
Setelah melakukan intervensi selama enam hari kepada

pasien, didapatkan skala nyeri yang awalnya enam berkurang

menjadi skala satu pada hari terakhir rawatan. Pasien

mengatakan setelah melaksanakan terapi zikir pasien menjadi

lebih relaks, tenang dan merasa sangat dekat dengan Allah

SWT. Pasien mengatakan nyeri berkurang walaupun terkadang

nyeri masih terasa terutama apabila berjalan, tetapi pasien


93

mengatakan nyerinya sudah tidak mengganngu lagi. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Haryani (2015) bahwa terapi zikir dapat menurunkan nyeri

pada pasien pasca operasi, dan juga penelitian yang dilakukan

Soliman (2013) yakni dengan terapi zikir dapat menurunkan

skala nyeri pada pasien pasca operasi abdominal.


Pada evaluasi terakhir pada tanggal 24 Oktober 2016,

masalah nyeri akut sudah teratasi.pasien mengatakan nyeri

yang dirasakannya berada pada skala nyeri ringan.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan penurunn nafsu makan dan mual

muntah
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh adalah asupan nutrisi yang cukup untuk memenuhi

kebutihan metabolik (Herdman, 2009). Pasien

mengeluhkan mual muntah, merasa tidak nyaman diperut,

kepala pusing, tidak bertenaga, dan merasa letih.


3. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh adalah monitorinh nutrisi, manajemen nutrisi dan

terapi nutrisi. Monitoring nutrisi dilakukan dengan

memonitor berat badan pasien, IMT, keadaan mukosa

tubuh, dan juga integritas kulit..


Manajemen nutrisi dilakukan dengan cara memotivasi

pasien untuk mengahabiskan diit, menganjurkan pasien makan


94

sedikit tapi sering, terutama jika sudah tidak mual lagi,

menganjurkan pasien makan selagi hangat, kolaborasi

denganahli gizi mengenai jenis gizi dan pemberiat diit yang

tepat.
Pada evaluasi terakhir tanggal 24 Oktober 2016,

didapatkan masalah mual sudah teratasi. Pasien mengatakan

sudah nafsu makan, dan tidak merasakan mual dan muntah

lagi.
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

sistem muskoletal
Kerusakan mobilitas fisik adalah pembatasan dalam

kemandirian, yang bertujuan untukmembatasigerakan fisik

tubuh atau satu ektremitas maupun lebih (Herdman, 2015).

Pada pasien pasca operasi Wide excision pada regio femur

kerusakan mobilitas fisik terjadi karena dilakuakan reseksi

tumor 2 cm dari batas jaringan lunak normal sekitar dimana

masa tumor yaitu 10,5 x 9 x 14 cm sehingga klien memerlukan

latihan agar kaki kiri dapat berfungsi seperti semula.


Intervensi yang dilakukan pada kerusakan mobilitas fisik

adalah bantun perawatan diri, promosi latihan dan pengelolaan

lingkungan. Bantuan perawatan diri yang dilakukan dengan

menyediakan lingkungan yang nyaman bagi pasien, membantu

pasien untuk menerima kebutuhan ketergantungan, mendorong

kemandirian pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari,


95

namun bantuan tetap diberikan jika pasien tidak mampu

(Wilkinson & Ahern, 2009).


Untuk intervensi promosi latihan menilai hambatan yang

dialami pasien dalam latihan,menginstruksikan pasien tentang

jenis latihan yang sesuai untuk tingkat kesehatan sesuai untuk

tingkat kesehatan (bekerjasama dengan dokter), dan dan

memberikan umpan balik positif atau upaya yang telah

dilakukan pasien.
Pada evaluasi terakhir yang diberikan yaitu pada tanggal

24 Oktober 2016, didapatkan masalah kerusakan mobilitas fisik

sudah teratasi dimana pasien sudah bisa berjalan, walaupun

masi lambat dan berpegang pada perabot sekitar dan klien

masih harus melatih tungkai setelah pulang dari rumah sakit.


5. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer dan

sekunder tubuh tidak adekuat


Resiko infeksi adalah meningkatnya resiko untuk

terinvansi oleh mikroorganisme resiko infeksi implementasi

yang dilakukan yaitu melakukan perawatan luka insisi dan

proteksi infeksi. Aktivitas yang dilakukan bedasarkan

intervensi yaitu melakukan perawatan luka dengan teknik steril,

membersihkan luka dengan larutan normal salin,

memperhatikan luka setiap kali membuka balutan. Intervensi

yang dilakukan untuk proteksi infeksi yaitu mencuci tangan

sebelum dan sesudah kegiatan perawatan, memberikan anti

biotik sesuai order dan memantai tanda gejala infeksi,


96

membatasi penggunjung, mengajarkan keluarga tanda dan

gelaja infeksi. Penggunaan larutan antiseptik untuk mencuci

tangan sangat efektif untuk pengendalian infeksi (Potter &

perry, 2009).
Pemberian antibiotik diberikan obat cefoperazone2 x 1

gram dengan rute intravena. Cefoperazone merupakan obat

antibiotik golongan solosporin yang mempunyai spektrum luas

dengan paruh waktu 8 jam, efektif terhadap mikroorganisme

gram positif maupun gram negatif dan sangat stabil terhadap

enzin laktamase. Perawatan luka insisi dengan membersihkan

luka, mencatat karakteristik luka, mencatat adanya pengeluaran

pus, mencatat haluaran drain, dan mencatat keadaan luka

setiap harinya.
Pada akhir evaluasi pada tanggal 24 Oktober

2016.didapatkan hasil keadaan luka bersih, tidak ada pus, tidak

panas, tidak kemerahan, tidak ada demam, granulasi luka baik.

Dan masalah kerusakan integritas jaringan teratasi. Intervensi

dilanjutkan dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang

gejala infeksi, dan jadwal kontrol.


6. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan dengan

proses penyakit
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau

kekhawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber

sering kali tidak spesifik) perasaat takut yang disebabkan

antisipasi oleh bahaya (herdman, 2015). Masalah ini diangakat


97

karena kurang terpaparnya pasien dengan penyakitnya dan

rencana pengobatan selanjutnya. Intervensi yang dilakukan

yaitu penurunan kecemasan.


Pada implementasi perawat memberikan informasi

mengenai penyakit, menjelaskan prosedur sebelum melakukan

tindakan perawatan, dan menemani serta meberikan pengertian

kepada keluarga tentang pentingnya dukungan keluarga untuk

pasien untukmenurunkan kecemasan pada pasien. Pendidikan

kesehatan yang diberikan terkait dengan penjelasan penyakit

pasien, pengobatan selanjutnya yang akan dijalani, serta

dukungan keluarga dalam pendampingan pasien selama

perawatan dan tinadakan medis. Dukungan sangatlah penting

diberikan guna mendorong ekpresi perasaan danmemberikan

koping yang positif (Smeltze & Bare, 2010).


Pada evaluasi terakhir yaitu tanggal 20 Oktober 2016

didapatkan hasil pasien sudah tidak cemas lagi, pasien sudah

lebih tenang dan siap untuk tindak lanjut pengobatan

berikutnya. Dalam hal ini masalah kecemasan sudah teratasi.

B. Evidence Based Nursing (EBN)


Asuhan keperawatan yang diterapkan pada kasus ini dengan

menerapkan EBN pemberian terapi zikir pada pasien soft tissue Sarkoma

post operasi wide exicision. Sarkoma adalah kelompok tumor yang

berasal terutama dari mesodrem, tetapi dapat berasal dari ektrodrem yaitu

tumor sistem saraf perifer (Pradessatama, 2015). Operasi pembedahan

wide exicision adalah terapi utama untuk sarkoma ektremitas. Nyeri pada
98

pasien pembedahan dilaporkan sebagai nyeri akut yang berada pada level

mild - severe (Haryani, 2015). Pembedahan merupakan suatu keadaan

dimana sedera jaringan tubuh sengaja dibuat (Rowlingson, 2009).

Rowlingson (2009) juga mengatakan bahwa proses fisik seperti insisi,

pemotongan jaringan, pengambilan jaringan, pemasangan implan akan

menstimulasi ujung saraf bebas dan non reseptor. Mediator kimia akan

dilepas selam proses pembedahan berlangsung. Metabolisme laktat akibat

iskemia jaringan selama pembedahan juga berpengaruh terhadap

pengeluaran mediator kimia.


Salah satu terapi non farmakologi yang dapat menurunkan nyeri

adalah terapi ralaksasi. Terapi relaksasi banyak digunakan dalam

kehidupan sehari-hari untuk mengatasi berbagai masalah misalnya stres,

ketegangan otot, nyeri, hipertensi, gangguan pernafasan dan lain-lain.

Relaksasi secara umum merupakan keadaan menurunya kognitif, fisiologi,

dan prilaku (Poeter & Perry, 2009). Terapi zikir merupakan salah satu

bentuk relaksasi yang dapat menurunkan aktivitas stimulus nyeri pada

otak (Sitepu, 2009).


Haryani (2015) mengatakan emosi positif memainkan peran

penting dalam manajemen nyeri. Menurut penelitiannya menunjukan

bahwa latihan rohani dapat memberikan emosi positif terkait dengan

peningkatan mekanisme koping dalam kondisi sakit. Haryani juga

mengatakan berzikir bisa untuk mengurangi rasa sakit pada pasien post

operasi atau pembedahan, sehingga terapi zikir diakui sebagai metode

non-farmakologi untuk mengontrol rasa sakit dan nyeri.


99

Zikir secara etimologi berasal dari bahasa arab “dzakara” yang

artinya menyebut, mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil

pelajaran, mengenal dan mengerti. Menurut Ibrahim (2009) zikir adalah

salah satu ritual yang biasa dilakukan oleh umat islam yang dapat

menimbulkan respon relaksasi dan memberikan efek terhadap kesehatan

jangka panjang dan perasaan bahagia.


Ada empat proses terjadinya nyeri, yaitu tranduksi, tramnisi,

modulasi, dan rasa sakit yang dirasakan di otak. Peran terapi zikir adalah

untuk meningkatkan spiritualitas, sehingga memberikan emosi yang

positif. Emosi positif akan mempengaruhi modulasi proses dimana proses

pembebasan endogen opioid seperti ᵦ- endorphin oleh sistem saraf pusat.

Mekanisme modulasi oleh aspek psikologis melibatkan banyak bagian dari

otak. Dapat mempengaruhi faktor yang dapat mengurangi rasa nyeri,

mekanisme ini dipengaruhi oleh wilayah PAG aktif dan korteks

orbiofrontal. Disisi lain dapat mengaktifkan daerah thalamus, anterior

cingulate cortex, korteks insular, dan kortex somatosensori primer yang

mempengaruhi rasa nyeri. Lalu mempengaruhi status emosi melalui

aktivitas sistem limbik (Haryani, 2015).


Penerapan EBN ini diberikan pada pasien post pembedahan

dimana penulis melakukan intervensi pada pasiesoft tissue sarcoma post

wide excision dengan mengevaluasi terlebih dahulu intensitas nyeri post

pembedahan yang dirasakan oleh pasien, setelah itu diterapka EBN

pemberian terapi zikir untuk membantu mengatasi nyeri post operasi wide

excision.
100

Prosedur pemberian terapi zikir dilakukan selama 6 hari selama 20-

25 menit dalam satu hari. Terapi zikir dilakukan dengan cara pasien dalam

posisi telentang yang nyaman yang dirasakan oleh pasien dengan mata

tertutup. Lalu pasien dianjurkan untk melakukan teknik nafas dalam

dengan cara menarik nafas dari hidung lalu ditahan semampunya lalu

dikeluarkan perlahan dari mulut.setelah itu pasien diminta untuk mebaca

zikir secara perlahan yang dimulai dengan kalimat “Bismillah”dan

diteruskan dengan ucapan “subbhanallah”, “Alhamdulillah”,

“Allahuakbar”, Laaillahailallah, “La haula walaquawwata illa billah”,

yang masing-masing 33 kali, kemudian dilanjutkan membaca alfatiha, dan

diakhiri dengan membaca doa untuk diberikan kesembuhan.


Ucapan zikir memberikan kepercayaan, kekuatan, perasaan aman,

kedamaian, kebahagiaan, karena membuat individu merasa dekat dengan

Allah SWT dan berada dalam perlindungan- Nya(Najati, 2009). Ucapan-

ucaan zikir membuat pasien merasa tenang dan rileks. Kalimat yang

diucapkan dalam zikir menyebabkan pelepasan endorphin yang merupakan

pembunuh rasa nyeri alami yang ada di dalam tubuh ( Misnawati &

Ripyanto, 2015).
Dalam terapi zikir ini juga melibatkan nafas dalam. Keadaan santai

dan tenang dapat meningkatkan produksi hormon endorfin yang berfungsi

untuk menghambat tranmisi impuls nyeri sepanjang nosireseptor saraf

sensori dan saraf perifer ke tanduk dorsal kemudian ke talamus, dan

akhirnya menurunkan presepsi nyeri (Smeltzer & Bare (2009).


101

Evaluasi pada pasien setelah 6 hari melakukan terapi zikir

didapatkan intensitas nyeri pasien berkurang dari 6 menjadi 1 yaitu dari

skala nyeri sedang menjadi skala nyeri ringan.


Keterbatasan dalam penerapan EBN ini adalah hanya dapat

diberikan pada pasien yang muslim saja.untukpasien yang non-muslim

maka perawat dapat memfasilitasi dengan konseling spiritual yang ada

pada layanan rumah sakit.

C. Manajemen pelayanan keperawatan


Analisis ruangan di ruang rawat bedah wanita RSUP Dr. M. Djamil

Padang dengan menggunakan wawancara dan observasi. Masalah

manajemen yang ditemukan yaitu belum optimalnya penerapan

pemasangan infus sesuai dengan SOP.


Salah satu sasaran dari patient safety adalah resiko infeksi. Infeksi

adalah suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai

gejala klinis baik lokal maupun sistemik (Utama, 2006). Sedangkan resiko

infeksi adalah peningkatan resiko masuknya organisme patogen yang

dapat memperluas peradangan. Salah satu prosedur invansif yaitu

pemasangan infus.
Bedasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala

ruangan, didapatkan data bahwa dalam pemasangan infus diruangan

dilaksanakan sesuai dengan SOP memang belum optimal dikarenakan

perawat yang berdinas jumlahnya hanya sedikit dan dikarenakan beban

kerja perawat yang tinggi sehingga terdapat beberapa item yang terlupakan

dilaksanakan oleh perawat.


Dari hasil wawancara dengan dengan Kepala Ruangan dan tiga

orang perawat ruangan bedah wanita, perawat mengatakan bahwa perawat


102

mengetahui mengingat item yang sering tertinggal di SOP namun karena

keterbatasan waktu dengan beban kerja dan bahan atau alat yang tidak

tersedia diruangan sehingga perawat tidak melaksanakan item tersebut.


Setalah dilakukan diskusi dengan pembimbing akademik,

pembimbing klinik, dan kepala ruangan maka dilaksanakan implementasi

pada tanggal 28 Oktober 2016 untuk mengatasi masalah tersebut.

Implementasi yang dilakukan diantara lain melakukan sosialisasi dan

penyegaran bersama perawat ruangan guna mengingatkan item yang

tertinggal dan kembali mengoptimalisasi pemasangan infus sesuai dengan

SOP, membuat video role play pemasangan infus sesuai dengan SOP,

mendampingi mahasiswa lain dalam pemasangan infus sesuai dengan

SOP.
Setelah dilakukan penyegaran mengenai pemasangan infus sesuai

dengan SOP pada perawat, pada tahap evaluasi yang dilakukan adalah

dengan melakukan penyegaran kepada perawat ruangan mengenai

pemasangan infus sesuai dengan SOP dengan perawat ruangan. Evaluasi

dilakukan tanggal 28-29 Oktober 2016, penggunaan kasa steril dan

penanggalan pada saat pemasangan infus yang sebelumnya tidak ada,

setelah dilakukan evaluasi sebanyak 6 perawat melaksanakan pemasangan

infus sesuai dengan SOP dengan menjalankan seluruh item prosedur

dalam pemasangan infus. Selain itu semua pasien yang terpasang infus

menggunakan kassa steril dan memiliki tanggal pemasangan infus.


Hasil dari evaluasi menunjukan perubahan sehingga implementasi

yang dilakukan membantu perawat ruangan untuk kembali

mengoptimalkan SOP yang ada. Dan juga dapat memberikan keamanan


103

bagi pasien dari resiko infeksi yang dapat terjadi ketika prosedur tindakan

invansif dilakukan.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Manajemen Asuhan Keperawatan
Setelah 6 hari rawatan, dari tanggal 18 – 24 Oktober 2016

didapatkan diagnosa keperawatan :


f. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
Evaluasi pada hari terakhir 24 Oktober 2016, masalah

keperawatan nyeri akut sudah teratasi dan pasien dibolehkan

pulang.
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan penurunan nafsu makan dan mual muntah


Evaluasi pada hari terakhir 24 Oktober 2016, masalah

keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh sudah teratasi dan pasien dibolehkan pulang.


h. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sistem

muskoletal
Evaluasi pada hari terakhir 24 Oktober 2016, masalah

keperawatan kerusakan mobilitas fisik sudah teratasi dan pasien

dibolehkan pulang.
104

i. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer dan

sekunder tidak adekuat


Evaluasi pada hari terakhir 24 Oktober 2016, masalah

keperawatan resiko infeksi sudah teratasi dan pasien dibolehkan

pulang.
j. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses

penyakit
Evaluasi pada hari kamis, 20 Oktober 2016, masalah

keperawatan cemas sudah teratasi.


2. Evidence based Nursing (EBN)
Penerapan EBN yang dilakukan dengan pemberian terapi zikir

pada pasien post operasi wide excision dilakukan selama 6 hari dan

menunjukan hasil nyeri yang dirasakan pasien menjadi berkurang.

Pada hari terakhir rawatan , intensitas yang dirasakan pasien

berkurangnmenjadi skala ringan. Treatmen pemberian terapi zikir

memberikan efek penurunan nyeri post operasi pada pasien dan

seterusnya pasien dianjurkan untuk menerapkan penggunaan terapi

zikir kjika pasien mengalami nyeri, baik di rumah sakit maupun

setelah pulang dari rumah sakit.


3. Manajemen layanan keperawatan
Bedasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada

tanggal 03 Oktober – 13 Oktober 2016, di dapatkan belum optimalnya

pelaksanaan pemasangan infus di ruanga rawat bedah wanita RSUP Dr.

M.Djamil Padang. Setelah dilakukan intervensi, maka dari evaluasi

akhir didapatkan 6 orang perawat sudah melakukan pemasangan

infus sesuai dengan SOP yang ada di rumah sakit.


105

B. Saran
1. Bagi Profesi Keperawatan
Laporan ilmiah akhir ini diharapkan dapat dijadikan tambahan

referensi bagi perawat dalam memberihan asuhan keperawatan secara

spiritual dengan memberikan terapi komplementer yaitu terapi zikir

sebagai terapi non farmakologis untuk nyeri pada pasien pasca operasi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Laporan ilmiah akhir ini diharapkan dapat menjadi referensi

tambahan agar dapat menjadi pengembangan keilmuan Keperawatan

Medikal Bedah II dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien

post operasi. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan mererapkan

pelaksanaa EBN pada pasien post operasi juga mengalami nyeri pasca

pembedahan.
3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan laporan ilmiah akhir ini dapat menjadi acuan bagi

pihak rumah sakit untuk meningkatkan pemberian asuhan keperawatan

pada pasien post operasi. Penulisan ini juga diharapkan dapat menjadi

pertimbangan bagi rumah sakit khususnya perawat untuk menerapkan

terapi zikir untuk mengurangi nyeri post operasi dan memberikan

edukasi pada keluarga bagaimana cara melakukan terapi zikir, serta

dapat melakukan pemasangan infus sesuai SOP sehingga

meningkatkan asuhan keperawatan pada semua pasien.


4. Bagi Manajemen Pelayanan
Agar adanya monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan

prosedur pemansangan infus sesuai dengan SOP dan perlu

diadakannya supervisi dalam hal penerapan SOP pemasangan infus.


LAMPIRAN 1
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Nyeri akut berhubungan c. Control Nyeri d. MANAGEMEN NYERI
dengan agen cidera  Menilai factor penyebab Intervensi:
 Recognize lamanya Nyeri  Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif dimulai dari lokasi,
 Penggunaan mengurangi nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan penyebab.
dengan non analgesic  Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal, terutama untuk pasien yang
 Penggunaan analgesic yang tidak bisa mengkomunikasikannya secara efektif
tepat  Pastikan pasien mendapatkan perawatan dengan analgesic
 Laporkan tanda / gejala nyeri  Gunakan komunikasi yang terapeutik agar pasien dapat menyatakan
pada tenaga kesehatan pengalamannya terhadap nyeri serta dukungan dalam merespon nyeri
 Menilai gejala dari nyeri  Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Laporkan bila nyeri terkontrol  Tentukan dampak nyeri terhadap kehidupan sehari-hari (tidur, nafsu
makan, aktivitas, kesadaran, mood, hubungan sosial, performance kerja
d. Tingkatan Nyeri dan melakukan tanggung jawab sehari-hari)
 Melaporkan Nyeri  Evaluasi bersama pasien dan tenaga kesehatan lainnya dalam menilai
 Frekuensi nyeri efektifitas pengontrolan nyeri yang pernah dilakukan
 Panjangnya episode nyeri  Tentukan tingkat kebutuhan pasien yang dapat memberikan kenyamanan
 Ekspresi nyeri lisan pada pasien dan rencana keperawatan
 Ekspresi wajah saat nyeri  Menyediakan informasi tentang nyeri, contohnya penyebab nyeri,
 Melindungi bagian tubuh bagaimana kejadiannya, mengantisipasi ketidaknyamanan terhadap
yang nyeri prosedur
 Kegelisahan  Kontrol faktor lingkungan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan
 perubahan frekuensi nadi pada pasien (suhu ruangan, pencahayaan, keributan)
 Perubahan Tekanan darah  Mempertimbangkan kesediaan pasien dalam berpartisipasi,
 Berkeringat kemampuannya dalam berpartisipasi, pilihan yang digunakan, dukungan
 hilang nafsu makan lain dalam metoda, dan kontraindikasi dalam pemilihan strategi
mengurangi nyeri
 Pilihlah variasi dari ukuran pengobatan (farmakologis, nonfarmakologis,
dan hubungan atar pribadi) untuk mengurangi nyeri

1
107

 Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika memilih metoda


mengurangi nyeri
 Mendorong pasien dalam memonitor nyerinya sendiri
 Ajari untuk menggunakan tehnik non-farmakologi (spt: biofeddback,
TENS, hypnosis, relaksasi, terapi musik, distraksi, terapi bermain,
acupressure, apikasi hangat/dingin, dan pijatan ) sebelum, sesudah dan
jika memungkinkan, selama puncak nyeri , sebelum nyeri terjadi atau
meningkat, dan sepanjang nyeri itu masih terukur.
 Kolaborasikan dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya untuk
memilih dan mengimplementasikan metoda dalam mengatasi nyeri
secara non-farmakologi.
 Menyediakan analgesic yang dibutuhkan dalam mengatasi nyeri
 Menggunakan Patient-Controlled Analgesia (PCA)
 Gunakan cara mengontrol nyeri sebelum menjadi menyakitkan (puncak
nyeri)
 Pengobatan sebelum beraktivitas untuk meningkatkan partisipasi , tapi
evaluasi resiko pemberian obat penenang
 Pastikan pretreatmen strategi analgesi dan/ non-farmakologi sebelum
prosedur nyeri hebat
 Kaji tingkat ketidaknyamanan bersama pasien, catat perubahan dalam
catatan medis dan informasikan kepada tenaga kesehatan yang lain
 Evaluasi efektifitas metoda yang digunakan dalam mengontrol nyeri
secara berkelanjutan
 Modifikasi metode kontrol nyeri sesuai dengan respon pasien
 Anjurkan untuk istirahat/tidur yang adekuat untuk mengurangi nyeri
 Dorong pasien untuk mendiskusikan pengalamannya terhadap nyeri
 Beritahu dokter jika metoda yang digunakan tidak berhasil atau jika ada
komplain dari pasien mengenai metoda yang diberikan
 Informasikan kepada tenaga kesehatan yang lain/anggota keluarga
tentang penggunaan terapi non-farmakologi yang akan digunakan oleh
pasien
 Gunakan pendekatan dari berbagai disiplin ilmu dalam manajemen nyeri
 Mempertimbangkan pasien, keluarga, dan hal lain yang mendukung
108

dalam proses manajemen nyeri


 Menyediakan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan
keluarga terhadap respon nyeri
 Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri ynag diberikan
dalam interval yang ditetapkan

e. PEMBERIAN ANALGETIK
Intervensi :
 Menentukan lokasi , karakteristik, mutu, dan intensitas nyeri sebelum
mengobati pasien
 Periksa order/pesanan medis untuk obat, dosis, dan frekuensi yang
ditentukan analgesik
 Cek riwayat alergi obat
 Mengevaluasi kemampuan pasien dalam pemilihan obat penghilang
sakit, rute, dan dosis, serta melibatkan pasien dalam pemilihan tersebut
 Tentukan jenis analgesik yang digunakan (narkotik, non narkotik atau
NSAID) berdasarkan tipe dan tingkat nyeri.
 Tentukan analgesik yang cocok, rute pemberian dan dosis optimal.
 Utamakan pemberian secara IV dibanding IM sebagai lokasi
penyuntikan, jika mungkin
 Hindari pemberian narkotik dan obat terlarang lainnya, menurut agen
protokol
 Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian obat narkotik dengan
dosis pertama atau jika ada catatan luar biasa.
 Memberikan perawatan yang dibutuhkan dan aktifitas lain yang
memberikan efek relaksasi sebagai respon dari analgesik
 Cek pemberian analgesik selama 24 jam untuk mencegah terjadinya
puncak nyeri tanpa rasa sakit, terutama dengan nyeri yang
menjengkelkan

f. PEMANTAUAN TANDA-TANDA VITAL


 Ukur tekanan darah, denyut nadi, temperature, dan status pernafasan,
jika diperlukan
109

 Catat gejala dan turun naiknya tekanan darah


 Ukur tekanan darah ketika pasien berbaring, duduk, dan berdiri, jika
diperlukan
 Auskultasi tekanan darah pada kedua lengan dan bandingkan, jika
diperlukan
 Ukur tekanan darah, nadi, dan pernafasan sebelum, selama, dan setelah
beraktivitas, jika diperlukan

2 Ketidakseimbangan c. Status Nutrisi a. MONITORING NUTRISI


nutrisi : Kekurangan Intervensi :
nutrisi kurang dari Indikator :  Berat badan pasien
kebutuhan tubuh  Monitor pertumbuhan dan perkembangan
 Asupan gizi
 Mendapatkan ukuran antropometri dari komposisi tubuh (seperti : BMI,
 Asupan makanan ukuran pinggang)
 Asupan cairan  Monitor kecenderungan naik dan turun berat badan
 Energy  Identifikasi perubahan dalam berat badan
 Perbandingan berat / tinggi  Monitor turgor kulit dan mobilitas
 Hidrasi  Identifikasi abnormalitas pada kulit (seperti banyak memar,
penyembuhan luka yang tidak baik, dan perdarahan)
d. pengontrolan berat badan
 Identifikasi abnormalitas pada rambut (seperti kering, tipis, rambut
Indikator :
kasar, dan mudah patah)
 Mempertahankan intake
 Monitor mual dan muntah
kalorioptimal harian
 Identifikasi abnormalitas pada eliminasi (seperti diare, darah, mukus,
 Mengontrol berat badan
dan nyeri dan ketidakteraturan eliminasi)
 Memilih nutrisi makanan
 Monitor intake diet dan kalori
dan snack
 Identifikasi perubahan terbru nafsu makan dan aktifitas
 Menggunakan suplemen
 Monitor tipe dan banyaknya latihan biasa
nutrisi jika diperlukan
 Menentukan pola makan (seperti makanan yang disukai dan tidak,
 Mempertahankan pola
terlalu banyak mengkonsumsi makanan siap saji, makan yang
makan yang dianjurkan
terabaikan, makan cepat, interaksi orang tua-anak selama menyuapi
 Mempertahankan
makan, dan frekuensi dan lama menyuapi makan bayi)
keseimbanagan cairan
 Monitor pucat, kemerahan, dan jaringan konjungtiva yang kering
 Menggunakan system
 Identifikasi abnormalitas pada sistem muskuloskeletal (seperti
110

dukungan seseorang untuk penggunaan otot yang berlebihan, nyeri sendi, fraktur tulang, postur yg
membantu perubahan pola tidak baik)
makan  Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi intake nutrisi (seperti
pengetahuan, ketersediaan, adanya akses dari kualitas produk makanan
dalam semua kategori makanan, pengaruh agama dan budaya, jenis
kelamin, kemampuan untuk menyiapkan makanan, isolasi sosial,
hospitalisasi,

b. MANAJEMEN NUTRISI
Intervensi :
 Mengontrol penyerapan makanan/cairan dan menghitung intake kalori
harian, jika diperlukan
 Menentukan jumlah kalori dan jenis zat makanan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi, ketika berkolaborasi dengan ahli makanan,
jika diperlukan
 Menetukan makanan pilihan dengan mempertimbangkan budaya dan
agama
 Anjurkan pasien untuk memilih makanan ringan, jika kekurangan air liur
mengganggu proses menelan
 Anjurkan intake makanan yang tinggi kalsium, jika diperlukan
 Anjurkan intake makanan dan cairan yang tinggi kalium, jika diperlukan
 Memastikan bahwa makanan berupa makanan yang tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Memberi pasien makanan dan minuman tinggi protein, tinggi kalori, dan
bernutrisi yang siap dikonsumsi, jika diperlukan
 Membantu pasien untuk memilih makanan lembut, lunak dan tidak
asam, jika diperlukan
 Mengatur pemasukan makanan, jika diperlukan
 Mengontrol cairan pencernaan, jika diperlukan
 Memberi makanan yang punya daya tarik, dengan cara yang
menyenangkan, member penambahan warna, tekstur, dan variasi
 Membantu pasien membentuk posisi duduk yang benar sebelum makan
 Mengajarkan pasien dan kelurga tentang memilih makanan
111

c. Terapi Nutrisi
Intervensi :
 Kontrol penyerapan makanan/cairan dan menghitung intake kalori
harian, jika diperlukan
 Pantau ketepatan urutan makanan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi harian
 Tentukan jimlah kalori dan jenis zat makanan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi, ketika berkolaborasi dengan ahli
makanan, jika diperlukan
 Tentukan makanan pilihan dengan mempertimbangkan budaya dan
agama
 Tentukan kebutuhan makanan saluran nasogastric
 Pilih makanan gandum, minuman kocok, dan es krim sebagai
suplemen nutrisi
 Anjurkan pasien untuk memilih makanan ringan, jika kekurangan
air liur mengganggu proses menelan
 Anjurkan intake makanan yang tinggi kalsium, jika diperlukan
 Anjurkan intake makanan dan cairan yang tinggi kalium, jika
diperlukan
 Pastikan bahwa makanan berupa makanan yang tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Memberi pasien makanan dan minuman tinggi protein, tinggi kalori,
dan bernutrisi yang siap dikonsumsi, jika diperlukan
 Membantu pasien untuk memilih makanan lembut, lunak dan tidak
asam, jika diperlukan
 Mengatur pemasukan makanan, jika diperlukan
 Hentikan penggunaan saluran makanan, jika intake oral dapat
dimaklumi
 Kontrol cairan pencernaan, jika diperlukan
 Pastikan keadaan terapeutik terhadap kemajuan makanan
 Memberi pemeliharaan yang diperlukan dalam batas makanan yang
ditentukan
112

 Anjurkan membawa masakan rumah ke tempat bekerja, jika


diperlukan
 Menyarankan pemeriksaan eliminasi makanan yang mengandung
laktosa, jika diperlukan
 Tawarkan tanaman herbal dan rempah-rempah sebagai pengganti
garam
 Kontrol keadaan lingkungan untuk membuat udara teras
menyenangkan dan relaks
 Memberi makanan yang punya daya tarik, dengan cara yang
menyenangkan, member penambahan warna, tekstur, dan variasi
 Melakukan perawatan mulut sebelum makan, jika diperlukan
 Bantu pasien membentuk posisi duduk yang benar sebelum makan
 Ajarkan pasien dan kelurga tentang memilih makanan
 Ajarkan dan merencanakan makan, jika dipelukan
 Memberi pasien dan keluarga contoh tertulis makanan pilihan
3 Kerusakan mobilitas fisik c. Ambulansi d. PROMOSI LATIHAN
berhubungan dengan Indikator : Intervensi :
kerusakan sistem  Berat badan  Menilai keyakinan kesehatan individu tentang latihan fisik
muskoletal (akibat postop)  Mengeksplorasi pengalaman periode latihan
 Berjalan secara  Menentukan motivasi individu untuk memulai / melanjutkan program
efektif/normal latihan
 Berjalan dengan lambat  Mengeksplorasi hambatan untuk latihan
 Mendorong individu untuk memulai atau melanjutkan latihan
 Berjalan sesuai yang  Membantu dalam mengidentifikasi model peran yang postive untuk
dianjurkan menjaga program latihan
 Membantu individu untuk mengembangkan suatu program latihan yang
 Berjalan cepat tepat untuk memenuhi kebutuhan
 Berjalan sampai tujuan  Membantu individu untuk menetapkan tujuan jangka pendek dan jangka
panjang untuk program latihan
 Berjalan menyusuri jalan  Melakukan kegiatan olahraga yang sesuai dengan individu
 Termasuk keluarga / pengasuh merencanakan dan mempertahankan
 Berjalan dengan pandangan program latihan
113

kedepan  Menginformasikan individu tentang manfaat kesehatan dan efek


fisiologis
 Berjalan dengan
 Menginstruksikan individu tentang jenis latihan yang sesuai untuk
 pandangan kebawah tingkat kesehatan , bekerja sama dengan dokter dan / atau ahli fisiologi.
 Menginstruksikan individu tentang frekuensi yang diinginkan , durasi ,
 Berjalan jarak pendek (<1 dan intensitas program latihan
blok  Memantau kepatuhan individu untuk melaksanakan program / kegiatan
 Membantu individu untuk mempersiapkan dan mempertahankan
 Berjalan dengan jarak >1
kemajuan grafik / tabel untuk memotivasi kepatuhan dengan program
blok < 5 blocks)
latihan
 Berjalan jarak jauh ( 5 blok  Menginstruksikan individu tentang kondisi yang menunjukkan
or >) penghentian atau perubahan dalam program latihan
 Menginstruksikan individu pada pemanasan yang tepat dalam latihan
 Berjalan disekitar ruangan  Menginstruksikan individu dalam teknik pernapasan yang tepat untuk
pengambilan oksigen selama latihan fisik
 Berjalan disekitar tempat
 Memberikan jadwal untuk penguatan motivasi, membantu
tinggal
menyelesaikan masalah, dan memonitor perkembangan
 Sesuaikan dengan tekstur  Memantau respon individu untuk melaksanakan program
permukaan yang berbeda  Memberikan umpan balik positif bagi upaya yang dilakukan individu

 Berjalan dengan adanya e. BANTUAN PERAWATAN DIRI


rintangan/hambatan Intervensi :
 Pertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas
perawatan diri
d. Mobilitas  Pertimbangkan usia pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan
Indikator : diri
 Tampilan Posisi Tubuh Pantau kemampuan pasien untuk perawatan diri independen
 Memantau kebutuhan pasien untuk perangkat adaptif untuk kebersihan
 Keseimbangan
pribadi, berpakaian , dandan , toilet , dan makan
 Koordinasi  Menyediakan lingkungan terapeutik dengan memastikan hangat , santai ,
swasta, dan pengalaman pribadi
 Menyediakan artikel yang diinginkan pribadi (misalnya , deodoran ,
114

 Cara Berjalan sikat gigi , dan sabun yang buruk )


 Memberikan bantuan sampai pasien sepenuhnya dapat mengasumsikan
 Gerakan Otot perawatan diri.
 Membantu pasien dalam menerima kebutuhan ketergantungan
 Gerakan Sendi
 Gunakan pengulangan konsisten rutinitas kesehatan sebagai cara
 Kemampuan Untuk menetapkan mereka
Berpindah Posisi  Dorong pasien untuk melakukan aktivitas normal sehari-hari dengan
tingkat kemampuan
 Berlari  Mendorong kemandirian , namun campur tangan ketika pasien tidak
dapat melakukan
 Melompat  Ajarkan orang tua / keluarga untuk mendorong kemandirian , untuk
campur tangan hanya ketika pasien tidak dapat melakukan.
 Merayap  Menetapkan rutin untuk aktivitas perawatan diri.
 Berjalan
f. PENGELOLAAN LINGKUNGAN
 Leluasa Bergerak Intervensi :
 Ciptakan lingkungan yang nyaman
 Kenali kebutuhan keselamatan pasien berdasarkan pada keadaan fisik
dan fungsi kognitif dan kebiasaan masa lampau
 Hindari lingkungan yang beresiko (contohnya : karpet yang longgar dan
kecil, peralatan yang mudah berpindah)
 Pindahkan benda yang berbahaya dari lingkungan
 Temani pasien dalam beraktivitas di ruangan, jika diperlukan
 Izinkan keluarga/ seseorang yang penting untuk menemani pasien
 Didik pasien dan pengunjung mengenai perubahan sehingga tidak
mengganggu lingkungan
 Sediakan informasi kepada keluarga tentang membuat lingkungan rumah
yang aman untuk pasien
4 Resiko infeksi c. Status Infeksi c. PERAWATAN LUKA INSISI
berhubungan dengan Indikator : Intervensi :
pertahanan primer dan  Ruam  Jelaskan prosedur kepada pasien , menggunakan persiapan sensorik
sekunder tidak adekuat  Keluarnya bau busuk  Periksa kondisi luka untuk kemerahan, pembengkakan , atau tanda-
115

 Demam tanda dehiscence atau pengeluaran isi


 nyeri  Catat setiap karakteristik drainase
 Gejala pada pencernaan  Pantau proses penyembuhan dari luka
 Lemah  Bersihkan daerah sekitar insisi dengan larutan pembersih yang tepat
 Kedinginan  Swab dari area bersih menuju daerah yang kurang bersih
 Kolonisasi feses  Monitor tanda & gejala infeksi luka
 Gunakan kapas - tip aplikator steril untuk membersihkan secara
efisien kawat jahitan dengan tepat , luka yang dalam dan sempit , atau
luka dengan cekungan
 Bersihkan daerah sekitar luka, lalu menguras atau tabung drainase
 Pertahankan posisi dari setiap tabung drainase
 Terapkan strip penutupan , dengan benar
 Oleskan salep antiseptik , seperti yang diperintahkan
 Buka jahitan , staples , atau klip , seperti ditunjukkan
 Ubah berpakaian pada interval yang tepat
 Terapkan cara ganti yang tepat untuk melindungi sayatan
 Mudahkan pasien melihat luka
 Instruksikan pasien tentang cara merawat luka selama mandi atau
sedang mandi
 Ajarkan pasien bagaimana untuk meminimalkan stres di daerah luka
 Ajarkan pasien dan / atau keluarga cara merawat luka, termasuk
tanda-tanda dan gejala infeksi

d. PROTEKSI INFEKSI
Intervensi :
 Monitor tanda-tanda dan gejala sistemik dan local dari infeksi.
 Monitor daerah yang mudah terinfeksi.
 Batasi pengunjung.
 Lindungi semua pengunjung dari penyakit menular.
 Pertahankan teknik asepsis untuk pasien yang berisiko.
 Inspeksi kulit dan membran mukosa yang memerah, panas, atau kering.
116

Inspeksi kondisi dari luka operasi


Tingkatkan intake nutrisi yang cukup.
Anjurkan intake cairan.
Anjurkan istirahat.
Anjurkan peningkatan mobilitas dan latihan.
Instruksi pasien untuk mendapatkan antibiotik sesuai resep.
Ajari pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala dari infeksi dan kapan
mereka dapat melaporkan untuk mendapatkan perawatan kesehatan.
 Ajari pasien dan anggota keluarga bagaimana menghindari infeksi.
 Berikan ruangan privasi jika dibutuhkan.
 Laporkan kemungkinan adanya infeksi dalam upaya pengendalian
infeksi.
5 Cemas berhubungan Kontrol kecemasan PENURUNAN KECEMASAN
dengan kurang Indikator :
pengetahuan  klien mampu  Gunakan pendekatan yang menenangkan
mengidentifikasi dan  Dengan jelas menyatakan harapan untuk perilaku pasien
mengungkapkan gejala  Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang akan dirasakan
cemas selama prosedur
 mengidentifikasi,  Temani pasien untuk mengurangi ketakutan dan meningkatkan
mengungkapkan dan keamanan
menunjukan teknik untuk  Berikan pijatan punggung atau pijatan leher
mengontrol cemas  Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
 vital sign dalam batas normal  Beri ketenangan, yang bisa menentramkan hati
 postur tubuh, ekpresi wajah,  Jelaskan semua prosedur termasuk apa yang akan dirasakan pasien
bahasa tubuh dan tingkat seperti pengalaman yang akan dirasakan selama prosedur
aktivitas menunjukan  Cari tau pengertian pasien terhadap perspektifnya terhadap situasi
berkurangnya cemas. yang membuat stress
 Tetap bersama pasien untuk meningkatkan rasa aman dan ketakutan
pasien berkurang
 Dorong pasien untuk tetap bersama anaknya
 Mendengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian
 Ciptakan hubungan yang saling percaya
117

 Identifikasi perubahan tingkat kecemasan pasien


 Bantu paseien untuk mengidentifikasi situasi yang bisa mencetuskan
kecemasan
 Dukung untuk menggunakan mekanisme pertahanan
 Berikan obat anti ansietas jika diperlukan

LAMPIRAN 2
CATATAN PERKEMBANGAN

No No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 HARI KE 1 Nyeri akut a. Manajemen Nyeri S:
Selasa, 18 berhubungan dengan  Melakukan pengkajian nyeri secara  Pasien mengatakan masih nyeri pada
Oktober 2016 agen cedera (luka insisi komprehensif (termasuk lokasi, karakteristik, lokasi operasi
bedah) durasi, fruekuensi, kualitas dan faktor presitasi.  Pasien mengatakan nyeri terasa seperti
 Mengkaji ketidaknyamanan secara non verbal ditusuk-tusuk, nyeri hilang timbul
 Menyediakan informasi tentang nyeri selama kurang lebih 1-2 menit
 Mengontrol faktor lingkungan yang dapat  Pasien mengatakan merasa nyaman
menimbulkan nyeri selah dilakukan terapi zikir
 Mengajarkan prinsip manajemen nyeri : terapi  Pasien mengatakan setelah dilakukan
zikir terapi zikir nyeri berkurang nyeri
b. Pemberian Analgesik berkurang menjadi skala 5
 Menentukan lokasi, karakteristik, mutu dan O:
118

intensitas nyeri sebelum mengobati pasien  Pasien meringgis kesakitan


 Memeriksa order medis untuk obat, dosis dan  Pasien tampak berhati-hati (melindungi
fruekuensi yang ditentukan area tubuh yang nyeri)
 Memeriksa riwayat alergi obat  TD: 100/60 mmHg
 Menentukan pemberian analgesik yang sesuaii,  N: 103 x/menit
rute dan dosis optimal  P : 22 x/menit
 Mengevakuasi penerimaan pasien dalam A : masalah nyeri akut belum teratasi
manajemen nyeri. P : intervensi dilanjutkan
 Manajemen nyeri dengan terapi zikir
 Anjurkan pasien untuk mendapatkan
istirahat dan tidur
2 Ketidakseimbangan S:
nutrisi : kurang dari a. Monitoring nutrisi  Pasien mengatakan sebelum sakit tidak
kebutuhan tubuh  Menghitung IMT merasa mual dan muntah
 Memonitor turgor kulit dan mobilitas  Pasien mengatakan muntah pada pagi hari
 Memonitor mual muntah tadi
 Memonitor pucat, kemerahan, konjungtiva mata  Pasien mengatakan perut terasa tidak enak
yang kering  Pasien mengatakan sejak di rawat di rumah
 Memonitor faktor-faktor yang mmpengaruhi sakit, pasien tidak pernah mengahabiskan
intake nutrisi. diitnya
b. Manajemen Nutrisi  Pasien mengatakan hanya makan 3-5 sendok
 Mengakaji alergi makan pasien saja
 Berdiskusi dengan keluarga dengan  Pasien mengatakan kepalanya pusing
keecendrungan pilihan makanan pasien  Pasien mengeluhkan lemah letih dan tidak
 Mengkaji perubahan berat badan klien sebelum bertenaga.
sakit dan saat dirawat di rumah sakit O:
 Kolaborasi dengan ahli gizi unutuk menentukan  Kojungtiva sub anemis
jumlah kalori dan jenis gizi yang dibutuhkan  Mukosa bibir kering
untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien (diit
MB)  Pasien tampak letih dan lemah
c. Terapi Nutrisi  Mual (+) muntah (+)
 Berkolaborasi dengan dokter dan ahli gizi  Pasien hanya menghabiskan makanan 3-
terkait jenis pemberiat diit pasien dan 5 sendok
119

kandungan nutrient untuk mendukung kondisi  Hb : 10,1 gr/dl


klien
 BB : 36 Kg
 TB 150 cm
 IMT 16,4 (underweight)
A : Masalah Mual belum teratasi

P intervensi dilanjutkan :
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
pengaturan diit
 Membantu pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang cukup
 Memantau perubahan nafsu makan
pasien
3 Kerusakan mobilitas a. Promosi latihan S:
fisik berhubungan  Menilai keyakinan kesehatan individu tentang  Pasien mengatakan takut untuk bergerak
dengan kerusakan latihan fisik.
sistem muskoletal
 Pasien mengatakan semua aktivitas
 Mengekplorasi hambatan untuk latihan. dibantu oleh keluarga dan perawat
(akibat post op)  Menginstruksikan individu tentang jenis latihan O:
yang sesuai untuk tingkat kesehatan sesuai
untuk tingkat kesehatan (bekerjasama dengan  Aktivitas pasien tampak dibantu oleh
dokter) perawat dan keluarga
 Memberikan umpan balik positif bagi upaya  Klien terlihat hanya tirah baring saja
yang dilakukan pasien  Kekuatan otot ektremitas kiri bawah 432
b. Bantuan perawatan diri A : masalah kerusakan mobilitas fisik belum
 Membantu pasien dalam melakukan aktivitas teratasi
sehari-hari
 Membantu pasien untuk melakukan aktivitas P : intervensi dilanjutkan
normal sehari-hari sesuaii dengan kemampuan  Latihan untuk duduk
pasien

c. Pengelolaan lingkungan
 Menyediakan lingkungan yang teraupetik
120

 Memasang pagar tempat tidur


4 Resiko infeksi b.d a. Perawatan luka insisi S:

pertahanan primer dan  Mecatat setiap karakteristik drainase Pasien mengatakan terdapat luka post
sekunder tubuh tidak  Memantau proses penyembuhan luka operasi pada paha kiri
adekuat.  mengganti dan mencatat haluaran drain 
Pasien mengatakan balutan luka kering
tiak ada rembesan
b. Proteksi infeksi O:

 Mencuci tangan sebelum dan setelah tindakan atau Terdapat luka post op pada paha kiri
kegiatan perawatan pasien sepanjang 18 cm

 Membersihkan lingkungan tepat setelah setiap kali Terpasang drain dengan produksi (150
penggunaan pasien cc) warna merah segar

 Membatasi jumlah pengunjung Luka post op tertutup kassa dan
 Memberikan terapi antibiotik yang sesuaii : tensocrep, kassa kering dan tidak
cefoperazone 2x1gr (IV) terdapat rembesan luka

 Memantau tanda dan gejala infeksi Crt < 3 detik

Hb 10,1 gr/dl

Leukosit 9760/mm3

S : 36,8 oC

Terpasang IVFD RL 8 jam/kholf

A :masalah kerusakan integritas jaringan belum


teratasi

P : intervensi dilanjutkan

Monitor tanda-tanda infeksi

Obsevasi produksi drain/24 jam

Jaga kebersihan luka post op

Jaga kebersihan lingkungan
5 Cemas berhubungan a. Pengurangan kecemasan S:
dengan kurang  Pasien mengatakan cemas sudah mulai
pengetahuan tentang  Menjelaskan semua prosedur dan apa yang akan berkurang
proses penyakit dirasakan selama prosedur O:
121

 Menemani pasien untuk memberikan keamanan dan  Nadi : 103 x/menit


menguranggi takut  TD : 100/60 mmHg
 Memberikan informasi faktual mengenai diagnosis,  Pernafasan 22 x/menit
tindakan prognosis
 Relaksasi nafas dalan (+)
 Menyuruh pasien untuk melakukan teknik relaksasi A:
nafas dalam
 Masalah keperawatan teratasi sebagian

P:
 Intervensi dianjutkan Anxienty Reduktion

No No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 HARI KE 2 Nyeri akut a. Manajemen Nyeri S:
Rabu, 19 berhubungan  Melakukan pengkajian nyeri secara  Pasien mengatakan nyeri pada
Oktober dengan agen cedera komprehensif (termasuk lokasi, lokasi operasi sudah mulai
2016 (luka insisi bedah) karakteristik, durasi, fruekuensi, berkurang
kualitas dan faktor presitasi.  Pasien mengatakan nyeri terasa
 Mengkaji ketidaknyamanan secara non seperti ditusuk-tusuk, nyeri hilang
122

verbal timbul selama kurang lebih 1-2


 Menyediakan informasi tentang nyeri menit
 Mengontrol faktor lingkungan yang  Pasien mengatakan merasa
dapat menimbulkan nyeri nyaman selah dilakukan terapi
 Mengajarkan prinsip manajemen nyeri : zikir
terapi zikir  Pasien mengatakan setelah
dilakukan terapi zikir nyeri
berkurang nyeri berkuang menjadi
skala 4
O:
 Pasien meringgis kesakitan
 Pasien tampak berhati-hati
(melindungi area tubuh yang
nyeri)
 TD: 110/70 mmHg
 N: 98 x/menit
 P : 22 x/menit
A : masalah nyeri akut belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
 Manajemen nyeri dengan terapi
zikir
 Anjurkan pasien untuk
mendapatkan istirahat dan tidur
2 Ketidak a. Monitoring nutrisi S:
seimbangan nutrisi  Menghitung IMT  Pasien mengatakan masih merasa
kurang dari  Memonitor turgor kulit dan mobilitas mual
kebutuhan tubuh  Memonitor mual muntah  Pasien mengatakan muntah kemaren
123

 Memonitor pucat, kemerahan, malam dan sesudah makan pagi


konjungtiva mata yang kering  Pasien mengatakan perut terasa tidak
 Memonitor faktor-faktor yang enak dan kepala sakit
mmpengaruhi intake nutrisi.  Pasien mengatakan makanan habis ½
b. Manajemen Nutrisi porsi
 Mengakaji alergi makan pasien  Pasien mengeluhkan masih lemah
 Berdiskusi dengan keluarga dengan letih dan tidak bertenaga.
kecendrungan pilihan makanan pasien O:
 Mengkaji perubahan berat badan klien  Kojungtiva sub anemis
sebelum sakit dan saat dirawat di rumah  Mukosa bibir kering
sakit  Pasien tampak letih dan lemah
 Kolaborasi dengan ahli gizi unutuk  Mual (+) muntah (+)
menentukan jumlah kalori dan jenis  Pasien hanya menghabiskan
gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi makanan ½ porsi
kebutuhan gizi pasien (ganti diit dengan  Hb : 10,1 gr/dl
bubur + kuah gula aren)  BB :36 Kg
c. Terapi Nutrisi  TB 150 cm
 Berkolaborasi dengan dokter dan ahli  IMT 16,4 (underweight)
gizi terkait jenis pemberiat diit pasien
dan kandungan nutrient untuk A : Masalah mual belum teratasi
mendukung kondisi klien
P intervensi dilanjutkan :
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang pengaturan diit
 Membantu pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang cukup
 Memantau perunbahan nafsu
124

makan pasien
3 Kerusakan a. Promosi latihan S:
mobilitas fisik  Menilai keyakinan kesehatan individu  Pasien mengatakan sudah bisa
berhubungan tentang latihan fisik. duduk
dengan kerusakan  Mengekplorasi hambatan untuk latihan.  Pasien mengatakan aktivitas
sistem muskoletal  Menginstruksikan individu tentang jenis masih dibantu oleh keluarga dan
(akibat post op) latihan yang sesuaii untuk tingkat perawat
kesehatan sesuaii untuk tingkat O :
kesehatan (bekerjasama dengan dokter)  Aktivitas pasien tampak dibantu
 Memberikan umpan balik positif bagi oleh perawat dan keluarga
upaya yang dilakukan pasien  Klien sudah bisa duduk
 Klien mulai belajar untuk
b. Bantuan perawatan diri mengangkat kaki kiri keatas
 Membantu pasien dalam melakukan  Kekuatan otot ektremitas kiri
aktivitas sehari-hari bawah 433
 Membantu pasien untuk melakuakan A : masalah kerusakan mobilitas fisik
aktivitas normal sehari-hari sesuaii belum teratasi
dengan kemampuan pasien
P : intervensi dilanjutkan
 Promosi latihan (mengankat
tungkai keatas)
c. Pengelolaan lingkungan  Bantuan perawatan diri
 Menyediakan lingkungan yang  Pengelolaan lingkungan
teraupetik
 Memasang pagar tempat tidur
4 Resiko indeksi b.d a. Perawatan luka insisi S:
pertahanan primer  Mecatat setiap karakteristik drainase  Pasien mengatakan terdapat luka
dan sekunder tubuh post operasi pada paha kiri
125

tidak adekuat  Memantau proses penyembuhan luka  Pasien mengatakan balutan luka
 Mencatat haluaran drain kering tiak ada rembesan
b. Proteksi infeksi O:
 Mencuci tangan sebelum dan setelah

Terdapat luka post oppada paha
tindakan atau kegiatan perawatan pasien kiri sepanjang 18 cm
 Menggunakan pakaian atau gaun saat

Terpasang drain dengan produksi
menanganai bahan yang infeksius (100 cc) warna merah segar
 Membersihkan lingkungan tepat setelah

Luka post op tertutup kassa dan
setiapkali pemnggunaaan pasien tensocrep, kassa kering dan tidak
 Membatasi jumlah pengunjung terdapat rembesan luka
 Memberikan terapi antibiotik yang sesuaii :

Crt < 3 detik
cefoperazone 2x1gr (IV)
A :masalah kerusakan integritas jaringan
 Memantau tanda dan gejala infeksi
belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan
 Monitor tanda-tanda infeksi
 Obsevasi produksi drain/24 jam
 Jaga kebersihan luka post op
 Jaga kebersihan lingkungan
5 Cemas a. Axienty reduction S:
berhubungan  Menjelaskan semua prosedur dan apa yang  Pasien mengatakan cemas sudah
dengan kurang akan dirasakan selama prosedur mulai berkurang
pengetahuan  Menemani pasien untuk memberikan O:
tentang proses keamanan dan menguranggi takut  Nadi : 98 x/menit
penyakit  Memberikan informasi faktual mengenai  TD : 110/70 mmHg
diagnosis, tindakan prognosis  Pernafasan 22 x/menit
 Menyuruh pasien untuk melakukan teknik
126

relaksasi nafas dalam  Relaksasi nafas dalan (+)


A:
 Masalah keperawatan
keperawatan teratasi sebagian

P:
 Intervensi dianjutkan Anxienty
Reduktion

No No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 HARI KE 3 Nyeri akut a. Manajemen Nyeri S:
Kamis, 20 berhubungan  Melakukan pengkajian nyeri secara  Pasien mengatakan nyeri pada
Oktober dengan agen cedera komprehensif (termasuk lokasi, lokasi operasi sudah mulai
2016 (luka insisi bedah) karakteristik, durasi, fruekuensi, berkurang
kualitas dan faktor presitasi.  Pasien mengatakan nyeri terasa
 Mengkaji ketidaknyamanan secara non seperti ditusuk-tusuk, nyeri hilang
verbal timbul selama kurang lebih 1-2
127

 Menyediakan informasi tentang nyeri menit


 Mengontrol faktor lingkungan yang  Pasien mengatakan merasa
dapat menimbulkan nyeri nyaman selah dilakukan terapi
 Mengajarkan prinsip manajemen nyeri : zikir
terapi zikir  Pasien mengatakan setelah
dilakukan terapi zikir nyeri
berkurang nyeri berkuang menjadi
skala 3
O:

Pasien meringgis kesakitan

Pasien tampak berhati-hati
(melindungi area tubuh yang
nyeri)
 TD: 120/80 mmHg
 N: 86 x/menit
 P : 20 x/menit
A : masalah nyeri akut belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
 Manajemen nyeri dengan terapi
zikir
 Anjurkan pasien untuk
mendapatkan istirahat dan tidur
2 ketidakseimbangan a. Monitoring nutrisi S:
nutrisi kurang dari  Menghitung IMT  Pasien mengatakan masih merasa
kebutuhan tubuh  Memonitor turgor kulit dan mobilitas mual
behubungan  Memonitor mual muntah  Pasien mengatakan muntah kemaren
dengan penurunan  Memonitor pucat, kemerahan, malam
nafsu makan dan
128

mual muntah konjungtiva mata yang kering  Pasien mengatakan perut terasa tidak
 Memonitor faktor-faktor yang enak dan kepala sakit setelah
mmpengaruhi intake nutrisi. disuntikan ranitidin
a. Manajemen Nutrisi  Pasien mengatakan makanan habis ½
 Mengakaji alergi makan pasien porsi
 Berdiskusi dengan keluarga dengan  Pasien mengeluhkan masih lemah
keecendrungan pilihan makanan pasien letih dan tidak bertenaga.
 Mengkaji perubahan berat badan klien O :
sebelum sakit dan saat dirawat di rumah  Kojungtiva sub anemis
sakit  Mukosa bibir kering
 Kolaborasi dengan ahli gizi unutuk  Pasien tampak letih dan lemah
menentukan jumlah kalori dan jenis  Mual (+) muntah (-)
gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi  Pasien menghabiskan makanan ½
kebutuhan gizi pasien (ganti diit dengan porsi
bubur + kuah gula aren)  Injeksi ranitidin dihentikan
b. Terapi Nutrisi  Hb : 10,1 gr/dl
 Berkolaborasi dengan dokter dan ahli  BB :36 Kg
gizi terkait jenis pemberiat diit pasien  TB 150 cm
dan kandungan nutrient untuk
 IMT 16,4 (underweight)
mendukung kondisi klien

A : Masalah mual belum teratasi

P intervensi dilanjutkan :
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang pengaturan diit
 Membantu pasien untuk
129

mendapatkan nutrisi yang cukup


 Memantau perunbahan nafsu
makan pasien
3 Kerusakan a. Promosi latihan S:
mobilitas fisik  Menilai keyakinan kesehatan individu  Pasien mengatakan sudah belajar
berhubungan tentang latihan fisik. untuk mengangkat kaki kiri
dengan kerusakan  Mengekplorasi hambatan untuk latihan.  Pasien mengatakan aktivitas
sistem muskoletal  Menginstruksikan individu tentang jenis masih dibantu oleh keluarga dan
(akibat post op) latihan yang sesuai untuk tingkat perawat
kesehatan sesuai untuk tingkat O :
kesehatan (bekerjasama dengan dokter)  Klien masih memerlukan bantuan
 Memberikan umpan balik positif bagi untuk mengangakat kaki kiri di
upaya yang dilakukan pasien tempat tidur
 Aktivitas pasien dibantu oleh
b. Bantuan perawatan diri perawat dan keluarga
 Membantu pasien dalam melakukan  Kekuatan otot ektremitas kiri
aktivitas sehari-hari bawah 443
 Membantu pasien untuk melakuakn A : masalah kerusakan mobilitas fisik
aktivitas normal sehari-hari sesuai belum teratasi
dengan kmampuan pasien
P : intervensi dilanjutkan
c. Pengelolaan lingkungan  Promosi latihan (mengealuasi
 Menyediakan linkungan yang teraupetik latihan sebelumnya dan belajar
 Memasang pagar tempat tidur untuk berjalan)
 Bantuan perawatan diri
 Pengelolaan lingkungan
130

4 Kerusakan a. Perawatan luka insisi S:


integritas jaringan  Menjelaskan prosedur pada pasien  Pasien mengatakan terdapat luka
berhubungan  Memeriksa kondisi luka untuk post operasi pada paha kiri
dengan faktor kemerahan,pembengkakan,pengeluaran O:
mekanik (prosedur isi atau tanda-tanda infeksi 
Terdapat luka post op pada paha
pembedahan)  Mecatat setiap karakteristik drainase kiri sepanjang 18 cm Luka post op
 Memantau proses penyembuhan luka kering, kemerahan (-),
 Membersihkan daerah sekitar luka dan pembengkakan (-), pengeluaran
mengganti dan mencatat haluaran drain isi (-)
b. Proteksi infeksi

Terpasang drain dengan produksi
 Mencuci tangan sebelum dan setelah (70 cc) warna merah segar
tindakan atau kegiatan perawatan pasien

Crt < 3 detik
 Menggunakan sarung tangan steril saat
perawatan luka A :masalah kerusakan integritas jaringan
belum teratasi
 Menggunakan pakaian atau gaun saat
menanganai bahan yang infeksius
P : intervensi dilanjutkan
 Membersihkan lingkungan tepat setelah
 Monitor tanda-tanda infeksi
setiap kali pemnggunaaan pasien
 Obsevasi produksi drain/24 jam
 Membatasi jumlah pengunjung
 Jaga kebersihan luka post op
 Memberikan terapi antibiotik yang sesuai :
cefoperazone 2x1gr (IV)  Jaga kebersihan lingkungan
 Memantau tanda dan gejala infeksi
5 Cemas a. Axienty reduction S:
berhubungan  Menjelaskan semua prosedur dan apa yang  Pasien mengatakan cemas sudah
dengan kurang akan dirasakan selama prosedur mulai berkurang
pengetahuan  Menemani pasien untuk memberikan O:
tentang proses keamanan dan menguranggi takut  Nadi : 86 x/menit
131

penyakit  Memberikan informasi faktual mengenai  TD : 120/80 mmHg


diagnosis, tindakan prognosis  Pernafasan 20 x/menit
 Menyuruh pasien untuk melakukan teknik  Relaksasi nafas dalan (+)
relaksasi nafas dalam A:
 Masalah keperawatan teratasi

P : Intervensi dihentikan

No No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 HARI KE 4 Nyeri akut a. Manajemen Nyeri S:
Jum`at, 21 berhubungan  Melakukan pengkajian nyeri secara  Pasien mengatakan nyeri pada
Oktober dengan agen cedera komprehensif (termasuk lokasi, lokasi operasi sudah mulai
2016 (luka insisi bedah) karakteristik, durasi, fruekuensi, berkurang
kualitas dan faktor presitasi.  Pasien mengatakan nyeri terasa
 Mengkaji ketidaknyamanan secara non seperti ditusuk-tusuk, nyeri hilang
verbal timbul selama kurang lebih 1-2
 Menyediakan informasi tentang nyeri menit
 Mengontrol faktor lingkungan yang  Pasien mengatakan merasa
dapat menimbulkan nyeri nyaman selah dilakukan terapi
 Mengajarkan prinsip manajemen nyeri : zikir
132

terapi zikir  Pasien mengatakan setelah


dilakukan terapi zikir nyeri
berkurang nyeri berkurang
menjadi skala 2
O:
Pasien meringgis kesakitan
Pasien tampak berhati-hati
(melindungi area tubuh yang
nyeri)
 TD: 120/80 mmHg
 N: 88 x/menit
 P : 20 x/menit
A : masalah nyeri akut belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
 Manajemen nyeri dengan terapi
zikir
 Anjurkan pasien untuk
mendapatkan istirahat dan tidur
2 Ketidakseimbangan a. Monitoring nutrisi S:
nutrisi kurang dari  Menghitung IMT  Pasien mengatakan mula dan muntah
kebutuhan tubuh  Memonitor turgor kulit dan mobilitas sudah berkurang
berhubungan  Memonitor mual muntah  Pasien mengatakan tidak muntah lagi
dengan penurunan  Memonitor pucat, kemerahan,  Pasien mengatakan makanan habis
nafsu makan dan konjungtiva mata yang kering  Pasien mengatakan sudah mulai
mual muntah  Memonitor faktor-faktor yang bertenaga
mmpengaruhi intake nutrisi. O:
a. Manajemen Nutrisi  Kojungtiva anemis (-)
133

 Mengakaji alergi makan pasien  Mukosa bibir kering


 Berdiskusi dengan keluarga dengan  Mual (+) muntah (-)
keecendrungan pilihan makanan pasien  Pasien menghabiskan diit bubur
 Mengkaji perubahan berat badan klien  Injeksi ranitidin dihentikan
sebelum sakit dan saat dirawat di rumah  Hb : 10,1 gr/dl
sakit  BB :36 Kg
 Kolaborasi dengan ahli gizi unutuk  TB 150 cm
menentukan jumlah kalori dan jenis  IMT 16,4 (underweight)
gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi A : Masalah mual belum teratasi
kebutuhan gizi pasien (ganti diit dengan
bubur + kuah gula aren) P intervensi dilanjutkan :
b. Terapi Nutrisi  Kolaborasi dengan ahli gizi
 Berkolaborasi dengan dokter dan ahli tentang pengaturan diit (ganti diit
gizi terkait jenis pemberiat diit pasien MB)
dan kandungan nutrient untuk  Membantu pasien untuk
mendukung kondisi klien mendapatkan nutrisi yang cukup
 Memantau perunbahan nafsu
makan pasien
3 Kerusakan a. Promosi latihan S:
mobilitas fisik b. Bantuan perawatan diri  Pasien mengatakan sudah belajar
berhubungan  Membantu pasien dalam melakukan untuk mengangkat kaki kiri
dengan kerusakan aktivitas sehari-hari  Pasien mengatakan aktivitas masi
sistem muskoletal  Membantu pasien untuk melakuakn dibantu oleh keluarga dan perawat
(akibat post op) aktivitas normal sehari-hari sesuaii O :
dengan kmampuan pasien  Klien masi memerlukan bantuan
untuk mengangakat kaki kiri di
c. Pengelolaan lingkungan tempat tidur
134

 Menyediakan linkungan yang teraupetik  Aktivitas pasien dibantu oleh


 Memasang pagar tempat tidur perawat dan keluarga
 Kekuatan otot ektremitas kiri
bawah 544
A : masalah kerusakan mobilitas fisik
belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan
 Belajar untuk berjalan
4 Resiko infeksi b.d a. Perawatan luka insisi S:
pertahanan primer  Menjelaskan prosedur pada pasien  Pasien mengatakan terdapat luka
dan sekunder tubuh  Memeriksa kondisi luka untuk post operasi pada paha kiri
tidak adekuat. kemerahan,pembengkakan,pengeluaran O :
isi atau tanda-tanda infeksi 
Terdapat luka post op pada paha
 Mecatat setiap karakteristik drainase kiri sepanjang 18 cm Luka post op
 Memantau proses penyembuhan luka kering, kemerahan (-),
 Membersihkan daerah sekitar luka dan pembengkakan (-), pengeluaran
mengganti dan mencatat haluaran drain isi (-)
b. Proteksi infeksi

Terpasang drain dengan produksi
 Mencuci tangan sebelum dan setelah (50 cc) warna merah segar
tindakan atau kegiatan perawatan pasien

Crt < 3 detik
 Menggunakan sarung tangan steril saat
perawatan luka A :masalah kerusakan integritas jaringan
belum teratasi
 Menggunakan pakaian atau gaun saat
menanganai bahan yang infeksius
P : intervensi dilanjutkan
 Membersihkan lingkungan tepat setelah
 Monitor tanda-tanda infeksi
setiapkali pemnggunaaan pasien
 Obsevasi produksi drain/24 jam
135

 Membatasi jumlah pengunjung  Jaga kebersihan luka post op


 Memberikan terapi antibiotik yang sesuai :  Jaga kebersihan lingkungan
cefoperazone 2x1gr (IV)
 Memantau tanda dan gejala infeksi

No No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 HARI KE 5 Nyeri akut a. Manajemen Nyeri S:
Sabtu, 22 berhubungan  Melakukan pengkajian nyeri secara  Pasien mengatakan nyeri pada
Oktober dengan agen cedera komprehensif (termasuk lokasi, lokasi operasi sudah mulai
2016 (luka insisi bedah) karakteristik, durasi, fruekuensi, berkurang
kualitas dan faktor presitasi.  Pasien mengatakan nyeri terasa
 Mengkaji ketidaknyamanan secara non seperti ditusuk-tusuk, nyeri hilang
verbal timbul selama kurang lebih 1-2
 Menyediakan informasi tentang nyeri menit
 Mengontrol faktor lingkungan yang  Pasien mengatakan merasa
dapat menimbulkan nyeri nyaman selah dilakukan terapi
 Mengajarkan prinsip manajemen nyeri : zikir
terapi zikir O:
136

 Pasien tampak sudah segar dan


tidak meringgis lagi
 TD: 120/80 mmHg
 N: 78 x/menit
 P : 20 x/menit
A : masalah nyeri akut belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
 Manajemen nyeri dengan terapi
zikir
 Anjurkan pasien untuk
mendapatkan istirahat dan tidur
2 Ketidakseimbangan a. Monitoring nutrisi S:
nutrisi kurang dari  Menghitung IMT  Pasien mengatakan tidak mual lagi
kebuhan tubuh b.d  Memonitor turgor kulit dan mobilitas  Pasien mengatakan diit dari rumah
penurunan nafsu  Memonitor mual muntah sakit habis
makan dan mual  Memonitor pucat, kemerahan, O :
muntah konjungtiva mata yang kering  Kojungtiva sub anemis (-)
 Memonitor faktor-faktor yang  Mukosa bibir kering (-)
mmpengaruhi intake nutrisi.  Pasien tampak segar dan
bertenaga
a. Manajemen Nutrisi  Mual (-) muntah (-)
 Mengakaji alergi makan pasien  Pasien menghabiskan diit MB
 Berdiskusi dengan keluarga dengan
keecendrungan pilihan makanan pasien A : Masalah mual belum teratasi
 Mengkaji perubahan berat badan klien
sebelum sakit dan saat dirawat di rumah P intervensi dilanjutkan :
sakit  Kolaborasi dengan ahli gizi
137

 Kolaborasi dengan ahli gizi unutuk tentang pengaturan diit


menentukan jumlah kalori dan jenis  Membantu pasien untuk
gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi mendapatkan nutrisi yang cukup
kebutuhan gizi pasien (ganti diit dengan  Memantau perunbahan nafsu
bubur + kuah gula aren) makan pasien
b. Terapi Nutrisi
 Berkolaborasi dengan dokter dan ahli
gizi terkait jenis pemberiat diit pasien
dan kandungan nutrient untuk
mendukung kondisi klien
3 Kerusakan a. Promosi latihan S:
mobilitas fisik  Menilai keyakinan kesehatan individu  Pasien mengatakan sudah belajar
berhubungan tentang latihan fisik. untuk mengangkat kaki kiri dan
dengan kerusakan  Mengekplorasi hambatan untuk latihan. sudah bisa berjaan disekitar
sistem muskoletal  Menginstruksikan individu tentang jenis tempat tidur
(akibat post op) latihan yang sesuaii untuk tingkat O:
kesehatan sesuaii untuk tingkat  Pasien sudah bisa berjalan dengan
kesehatan (bekerjasama dengan dokter) perlahan
 Memberikan umpan balik positif bagi A : masalah kerusakan mobilitas fisik
upaya yang dilakukan pasien belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan
b. Bantuan perawatan diri  Belajar untuk berjalan
 Membantu pasien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari
 Membantu pasien untuk melakuakn
aktivitas normal sehari-hari sesuaii
dengan kmampuan pasien
138

c. Pengelolaan lingkungan
 Menyediakan linkungan yang teraupetik
 Memasang pagar tempat tidur
4 Resiko infeksi b.d a. Perawatan luka insisi S:
pertahanan primer  Menjelaskan prosedur pada pasien  Pasien mengatakan terdapat luka
dan sekunder tidak  Memeriksa kondisi luka untuk post operasi pada paha kiri
adekuat kemerahan,pembengkakan,pengeluaran O:
isi atau tanda-tanda infeksi 
Terdapat luka post op pada paha
 Mecatat setiap karakteristik drainase kiri sepanjang 18 cm Luka post op
 Memantau proses penyembuhan luka kering, kemerahan (-),
 Membersihkan daerah sekitar luka dan pembengkakan (-), pengeluaran
mengganti dan mencatat haluaran drain isi (-)
b. Proteksi infeksi

Terpasang drain dengan produksi
 Mencuci tangan sebelum dan setelah (20 cc) warna merah segar
tindakan atau kegiatan perawatan pasien

Drain sudah dibuka
 Menggunakan sarung tangan steril saat

Crt < 3 detik
perawatan luka
A :masalah kerusakan integritas jaringan
 Menggunakan pakaian atau gaun saat
belum teratasi
menanganai bahan yang infeksius
 Membersihkan lingkungan tepat setelah
P : intervensi dilanjutkan
setiapkali pemnggunaaan pasien
 Monitor tanda-tanda infeksi
 Membatasi jumlah pengunjung
 Obsevasi produksi drain/24 jam
 Memberikan terapi antibiotik yang sesuai :
 Jaga kebersihan luka post op
cefoperazone 2x1gr (IV)
 Jaga kebersihan lingkungan
 Memantau tanda dan gejala infeksi
139

No No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 HARI KE 7 Nyeri akut a. Manajemen Nyeri S:
Senen, 24 berhubungan  Melakukan pengkajian nyeri secara  Pasien mengatakan nyeri pada
Oktober dengan agen cedera komprehensif (termasuk lokasi, lokasi operasi sudah
2016 (luka insisi bedah) karakteristik, durasi, fruekuensi, berkurangdenga skala 1
kualitas dan faktor presitasi.  Pasien mengatakan nyeri terasa
 Mengkaji ketidaknyamanan secara non seperti ditusuk-tusuk, nyeri hilang
verbal timbul selama kurang lebih 1-2
 Menyediakan informasi tentang nyeri menit
 Mengontrol faktor lingkungan yang  Pasien mengatakan merasa
dapat menimbulkan nyeri nyaman selah dilakukan terapi
 Mengajarkan prinsip manajemen nyeri : zikir
terapi zikir O:
 Pasien tampak sudah segar dan
tidak meringgis lagi
 TD: 120/80 mmHg
140

 N: 78 x/menit
 P : 20 x/menit
A : masalah nyeri akut teratasi
P : intervensi dihentikan : pasien boleh
pulang
2 Ketidakseimbangan a. Monitoring nutrisi S:
nutrisi kurang dari  Menghitung IMT  Pasien mengatakan nafsu makan
kebutuhan tubuh  Memonitor turgor kulit dan mobilitas sudah kembali
b.d penurunan  Memonitor mual muntah O :
nafsu makan dan  Memonitor pucat, kemerahan,  Kojungtiva sub anemis (-)
mual muntah konjungtiva mata yang kering  Mukosa bibir kering (-)
 Memonitor faktor-faktor yang  Pasien tampak segar dan
mmpengaruhi intake nutrisi. bertenaga
a. Manajemen Nutrisi  Mual (-) muntah (-)
 Mengakaji alergi makan pasien  Pasien menghabiskan diit MB
 Berdiskusi dengan keluarga dengan
keecendrungan pilihan makanan pasien A : Masalah mual teratasi
 Mengkaji perubahan berat badan klien
sebelum sakit dan saat dirawat di rumah P intervensi dihentikan : pasien boleh
sakit pulang
 Kolaborasi dengan ahli gizi unutuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan gizi pasien (ganti diit dengan
bubur + kuah gula aren)
b. Terapi Nutrisi
 Berkolaborasi dengan dokter dan ahli
141

gizi terkait jenis pemberiat diit pasien


dan kandungan nutrient untuk
mendukung kondisi klien
3 Kerusakan a. Promosi latihan S:
mobilitas fisik  Menilai keyakinan kesehatan individu  Pasien mengatakan sudah mulai
berhubungan tentang latihan fisik. leluasa untuk berjalan
dengan kerusakan  Mengekplorasi hambatan untuk latihan. O :
sistem muskoletal  Menginstruksikan individu tentang jenis  Pasien sudah bisa berjalan dengan
(akibat post op) latihan yang sesuaii untuk tingkat perlahan
kesehatan sesuaii untuk tingkat  Kekuatan otot ektremitas kiri
kesehatan (bekerjasama dengan dokter) bawah 554
 Memberikan umpan balik positif bagi 
upaya yang dilakukan pasien A : masalah kerusakan mobilitas fisik
teratasi
b. Bantuan perawatan diri
 Membantu pasien dalam melakukan P : intervensi dihentikan : pasien boleh
aktivitas sehari-hari pulang
 Membantu pasien untuk melakuakn
aktivitas normal sehari-hari sesuaii
dengan kmampuan pasien

c. Pengelolaan lingkungan
 Menyediakan linkungan yang teraupetik
 Memasang pagar tempat tidur
4 Kerusakan resiko a. Perawatan luka insisi S:
infeksi b.d  Menjelaskan prosedur pada pasien  Pasien mengatakan terdapat luka
pertahanan primer  Memeriksa kondisi luka untuk post operasi pada paha kiri
dan sekunder tubuh O:
142

tidak adekuat. kemerahan,pembengkakan,pengeluaran 


Terdapat luka post op pada paha
isi atau tanda-tanda infeksi kiri sepanjang 18 cm Luka post op
 Mecatat setiap karakteristik drainase kering, kemerahan (-),
 Memantau proses penyembuhan luka pembengkakan (-), pengeluaran
 Membersihkan daerah sekitar luka dan isi (-)
mengganti dan mencatat haluaran drain
b. Proteksi infeksi A :masalah kerusakan integritas jaringan
 Mencuci tangan sebelum dan setelah teratasi
tindakan atau kegiatan perawatan pasien
 Menggunakan sarung tangan steril saat P : intervensi dihentikan : pasien boleh
perawatan luka pulang
 Menggunakan pakaian atau gaun saat

Kontrol ulang 1minggu lagi (hari
menanganai bahan yang infeksius selasa/ 1 November 2016)
 Membersihkan lingkungan tepat setelah
setiapkali pemnggunaaan pasien
 Membatasi jumlah pengunjung
 Memberikan terapi antibiotik yang sesuai :
cefoperazone 2x1gr (IV)
 Memantau tanda dan gejala infeksi
143

LAMPIRAN 3

WOC TEORITIS
radiasi Keluarga yang Kerusakan sistem KGB Bahan kimia Trauma
menderita kanker

Sering terpapar karena Diwariskan dari keluarga Rusak oleh Hematom


pengobatan radiasi operasi/radiasi
Paparan vinil klorida
(zat yang digunakan dalam Resiko terpapar oleh onkogen
Terjadi pembengkakan pembuatan plastik)
Cacat gen/mutasi Udem
(lymphedema)

Poliferasi jaringan mesenkimal pada jaringan non epitel

Jaringan abnormal/benjolan/masa

Perubahan sel target menjadi ganas (tranformasi)/mutasi sel (gen)

Soft Tissue Sarcoma (STS)


Paling sering terdapat di
Rasa takut dan cemas ttg prosedur ektremitas
Masa sel membesar Dilakukan pembedahan
pengobatan
MK :Nutrisi Kurang MK : kerusakan
MK : Nyeria
Ekspansi tumorakut
cepat dan Perawatan luka tidak
MK : GGLuka
integritas
operasi
jaringan MK : adekuat
resiko infeksi Nafsudari kebutuhan
makan tubuh
turun, mual, MK : kecemasan Aktifitas terganggu
mobilitas fisik
menekan ujung-ujung syafar muntah
144

LAMPIRAN 4

WOC KASUS

Keluarga yang
menderita kanker

Diwariskan dari keluarga

Cacat gen/mutasi

Poliferasi jaringan mesenkimal pada jaringan non epitel

Jaringan abnormal/benjolan/masa

Perubahan sel target menjadi ganas (tranformasi)/mutasi sel (gen)

Soft Tissue Sarcoma (STS)


Paling sering terdapat di
Rasa takut dan cemas ttg prosedur ektremitas
Masa sel membesar Dilakukan pembedahan
pengobatan

Ekspansi tumor cepat dan Luka operasi Aktifitas terganggu


menekan ujung-ujung syafar Nafsu makan turun, mual,
sekitar muntah
MK : kecemasan
Hb turun, perawatan MK : kerusakan
MK : Nyeria akut MK : Nutrisi Kurang
luka tidak adekuat MK :Resiko Infeksi mobilitas fisik
dari kebutuhan tubuh
145
146

LAMPIRAN 6

NUMERICAL RATING SCALE (NRS)

Sumber : www.londonhealthsiencecentre.on.ca

LAMPIRAN 7
147

TABEL SKALA NYERI


Hari Skala nyeri pre Skala nyeri post Obat-obatan

Hari ke-1 6 5 Keterolac

Hari ke-2 5 4

Hari ke-3 4 3

Hari ke-4 3 2

Hari ke-5 2 1

Hari ke-6 1 1

LAMPIRAN 8
148
149

Lampiran 11
LEMBAR MANAJEMEN KEPERAWATAN
OBSERVASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMASANGAN INFUS
Inisialperawat :
Umur :
Pendidikanterakhir :

TIDAK
INDIKATOR DILAKUKAN
DILAKUKAN

1. Persiapanpetugas
a. Pastikandanidentifikasikankebutuhanp
asien yang akandilakukantindakan.
b. Cucitangansesuaiprosedursesuai SOP
cucitangan.
c. Gunakanalatpelindungdiri (APD)
sesuaikebutuhan.
2. Persiapanpasien
a. Identifikasipasien (lihat SPO
identifikasi)
b. Jaga privacy
dansiapkanlingkunganamandannyama
n
c. Jelaskantentangprosedurtindakan
yang akandilakukan.
3. Persiapanalat
a. Standarinfus
b. Set infus
c. IV katetersesuaikebutuhan
d. Plester
e. Cairansesuairekomendasipengalas
f. pengalas
g. Tourniquet ataukaretpembendung
h. Kapasalkoholdalamwadahtertutup
i. Cairan anti septiksesuairekomendasi
j. Gunting
k. Kassasteril
l. Sarungtanganbersih
m. bengkok
4. Pelaksanaan
a. Cucitangandanpasangalat APD
sesuaikebutuhan
b. Dekatkanalat,
tempattianginfusdisisiekstremintas
(lokasiinsersidengantiggi 20 cm)
daritempattidur
c. Gantingkancairanpadatianginfus
d. Bukainfus set,
periksakelengkapandanfungsibagian-
bagiannya, letakkanklem 1/3
atasdalamposisiterkuncidantutupujung
klemdenganjarum yang tersedia.
150

e. Hubungkaninfuskebotolcairan,
isitabung ½ bagian,
keluarkanudaradarisianginfusdengan
mengalirkancairandankuncikembali.
f. Tutupujungselanginfusdenganjarumpe
nutup, letakkan slang
padastandarinfus
g. Pilihvana yang
akandiinsersidanletakkanpengalas di
daerah yang akanditusuk
h. Lakukanpembendungandengan
tourniquet 10 – 12 cm di
atastempatpenusukandananjurkanpasi
enuntukmenggenggam
i. Pasangsarungtangan, disinfeksidaerah
yang
akanditusukdengankapasalkoholsecar
amelingkardaridalamkeluar, dengan
diameter 5 cm satukapassatu kali
usap. Buangkapaskedalambengkok.
j. Bukaintraketlalutusukanpada vena
padaposisijarummengarahkeatas,
dengansudut 20 – 30 derajat
k. Pastikandarahterlihatpada IV cath,
tarikjarumhinggaberadapadasarung IV
cath. Dorongperlahanhingga IV
masukkedalam vena
l. Sambungkanujung giving
padapangkal IV cath slang infus
m. Bukakaretpembendungdangenggaman
tanganpasien
n. Lirkanatauaturtetasaninfussesuai
program terapi
o. Observasibilaadaudemapadaujungjaru
m yang sudahmasukkepembuluhdarah
p. Untukpasienanakdangelisahfiksasidise
suaikan
q. Lepaskan APD dancucitangan
r. Tuliskantanggaldanwaktupemasangan
s. Dokumentasikantindakan, jenis,
dantetesancairan yang diberikan

LAMPIRAN 12
151
152

LAMPIRAN 13
153

CURICULUM VITAE

Nama : Darmayanti Yusra


Tempat/Tgl. Lahir : Batu Sangkar/ 03 Sebtember 1993
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Nama ayah : Masdar
Nama ibu : Ratnawilis. Z
Alamat : Perum. Harka Pasir Permai Blok A/5 RT 004 RW 004,
Kel. Pasia Nan Tigo, Kec. Koto Tangah, Padang

Riwayat pendidikan

a. TK Mekar Melati tahun 1998-1999


b. SD Angkasa II tahun 1999-2005
c. SMPN 13 Padang tahun 2005-2008
d. SMAN 2 padang tahun 2008-2011
e. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas tahun 2011-2015
f. Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Andalas tahun
2015-2016

Anda mungkin juga menyukai