net/publication/321918255
CITATIONS READS
0 6,161
1 author:
Bahril Hidayat
Universitas Islam Riau
68 PUBLICATIONS 93 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Bahril Hidayat on 19 December 2017.
Modul Pelatihan
Komunikasi Empatik Kepada
Mahasiswa
Disusun Oleh:
Bahril Hidayat
Pekanbaru
2017
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
Daftar Isi
REFERENSI …………………………………………………………….. 41
2
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
Modul Pelatihan
Komunikasi Empatik Kepada
Mahasiswa
3
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
4
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
arah yang positif dimulai dari diri sendiri, dengan sendirinya akan mempengaruhi
perubahan positif dalam diri pasangan kita. Hal itu sekaligus berimplikasi pada
terciptanya hubungan yang lebih baik dengan pasangan kita (Hidayat, B., 2014).
Para ahli, konselor pernikahan atau profesional yang kompeten di bidang
konseling perkawinan, telah banyak memberikan kiat-kiat efektif untuk membina
komunikasi yang baik dengan pasangan. Beberapa kiat praktis yang pernah
dilontarkan untuk menciptakan hubungan komunikasi yang baik dalam rumah tangga
adalah sebagai berikut (Hidayat, B., 2004).
5
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
dan tahun 2002 (5.163 kasus). Angka ini merupakan peristiwa yang berhasil
dilaporkan atau dimonitoring.
Dari keseluruhan 5.934 kasus kekerasan terhadap perempuan, 2.703 adalah
kasus KDRT. Tercakup dalam kategori ini adalah kekerasan terhadap istri sebanyak
2.025 kasus (75%), kekerasan terhadap anak perempuan 389 kasus (14%), kekerasan
dalam pacaran 266 kasus (10%), dan kekerasan dalam keluarga lainnya 23 kasus
(1%). Pelaku kekerasan umumnya adalah orang yang dekat dengan korban seperti
suami, ayah, anggota keluarga besar (dalam laporan oleh aktivis perempuan tidak
disebutkan siapa anggota keluara besar, pelaku kekerasan sesama perempuan yg lebih
kuat & berkuasa jarang disebutkan. Padahal banyak juga kasus yang menimpa anak2
atau orang dewasa perempuan yang dilakukan oleh orang dewasa perempuan juga)
Menurut para aktivis perempuan bentuk kekerasan yang terjadi dan dilaporkan
biasanya berupa hal-hal sebagai berikut.
Kekerasan Fisik & Psikis: kekerasan fisik adalah perbuatan yang
mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, dan atau luka berat, sementara kekerasan psikis
didefinisikan sebagai perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa
percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, dan mengakibatkan rasa tidak
berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
Kekerasan seksual: meliputi pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan
terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut dan pemaksaan
hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan
orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu. Hal ini juga menyangkut
perkosaan dalam rumah tangga (marital rape).
Penelantaran rumah tangga: adalah suatu keadaan yang menyebabkan
pelarangan untuk bekerja, pemaksaan bekerja atau eksploitasi. Hal ini penting diatur
karena faktanya ditemukan banyak kekerasan berdimensi ekonomi dalam rumah
tangga, yang antara lain menyebabkan korban tidak boleh bekerja tetapi tidak
diberikan nafkah layak, pengambilalihan aset ekonomi milik korban, serta eksploitasi
berupa pemaksaan melakukan pekerjaan tertentu.
Dalam kajian ilmiah tentang perkawinan, istilah pola komunikasi itu disebut
communication breakdown. Cohen (dalam Hidayat, B., 2006) mengatakan bahwa
communication breakdown dapat dianalogikan dengan keadaan radio dua arah.
6
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
Seseorang berusaha untuk menyampaikan pesan, namun orang yang dituju tidak dapat
mendengar hal itu atau tidak dapat memahami pesan yang dimaksud, atau malah
mengartikan pesan itu dengan makna yang berbeda dengan yang sesungguhnya. Oleh
karena itu, untuk memperbaiki masalah miskomunikasi—communication
breakdown—ini, maka individu harus memastikan bahwa pesan yang disampaikannya
harus dikirim dan diterima secara benar oleh si penerima pesan (pasangan). Langkah
selanjutnya adalah berusaha memahami kode-kode (karakter) komunikasi pasangan,
mempelajari berkomunikasi secara terarah dengan menggunakan percakapan atau
bahasa yang sederhana tentang sesuatu yang benar-benar kita rasakan.
Carr (dalam Hidayat, B., 2004) mengidentifikasi lebih jauh tentang penyebab
communication breakdown tersebut, yaitu sebagai berikut.
1. Keras kepala.
2. Tidak memiliki niat untuk mengakui kesalahan yang dilakukan.
3. Membicarakan kekurangan pasangan dan membandingkannya dengan orang
lain.
4. Mengungkit-ungkit masa lalu pasangan yang tidak ia sukai.
5. Menyerang pasangan melalui percakapan yang biasanya mengungkit masa
lalunya yang terkesan tidak dimaafkan.
6. Melebih-lebihkan sesuatu hal dengan menggunakan kata selalu, tidak pernah,
setiap waktu, dst.
7. Berbohong.
8. Kata-kata yang kasar.
9. Kemarahan yang meledak-ledak.
Bertolak dari masalah itu, faktor komunikasi dalam rumah tangga merupakan
aspek yang penting untuk dijaga agar tidak terjadi perselisihan yang serius apalagi
mengarah kepada perceraian. Menciptakan pola komunikasi yang empatik, misalnya
mendengarkan dengan baik keluhan pasangan, sentuhan lembut, senyuman manis,
atau pujian merupakan indikator dari pola komunikasi empatik agar mencegah
komunikasi satu arah. Apalagi jika seorang suami atau istri yang bersedia melatih diri
dengan pola komunikasi empatik tersebut dengan sungguh-sungguh, maka kata-kata
kasar, kemarahan yang meledak-ledak, dan percakapan yang mengungkit kesalahan di
masa lalu bisa diminimalisasi. Jadi, pola komunikasi empatik tersebut merupakan
7
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
aspek penting untuk dipersiapkan dalam suatu kondisi pembelajaran pada masa pra-
pernikahan. Hal itu dilakukan secara khusus melalui suatu bentuk pelatihan
komunikasi empatik pada mahasiswa dengan usia dewasa awal, yaitu fase
perkembangan yang telah mencapai kematangan biologis dan psikologis untuk
memasuki masa kehidupan selanjutnya berupa pernikahan.
8
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
1) Metode
Dalam pelatihan ini diaplikasikan beberapa metode pelatihan. Setiap metode
disesuaikan dengan kebutuhan per sesi. Metode-metode yang digunakan dalam
pelatihan ini adalah metode tatap muka, diskusi, role playing, refleksi,
ceramah dan experiences learning.
2) Sesi
Pelatihan komunikasi empatik ini terdiri dari sembilan sesi dan satu sesi
penutup. Pada setiap sesi difokuskan pada aspek-aspek pola komunikasi.
Berikut ini adalah sesi-sesi dan metode yang akan dilalui dalam pelatihan ini :
No Sesi Metode
1 Gutten Morgan - Tatap muka
- Experiences Learning
2 Hear me - Experiences Learning
- Refleksi
3 Aku Ngomong, Kamu Bicara - Experiences Learning
4 Energizer - Experiences Learning
5 Komunikasi Suami Istri saat - Role Playing
stressfull - Refleksi
6 Good bye, stress - Experiences Learning
9
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
3) Keterangan
Di dalam modul pelatihan ini terdapat empat Lembar Penunjang, yaitu sebagai
berikut.
1. Lembar Petunjuk Trainer, merupakan lembar yang berisi uraian
kegiatan lengkap beserta waktu serta instruksi yang menjadi pedoman
trainer dalam melaksanakan setiap kegiatan dalam pelatihan ini.
2. Lembar Kerja Kegiatan, berisi rencana kegiatan serta jadwal
pelaksanaan pelatihan.
3. Lembar Bahan Materi, di dalamnya terdapat gambaran seluruh bahan
materi-materi yang dibutuhkan dalam pelatihan.
4. Lembar Lampiran Penunjang, berisikan lampiran-lampiran yang dapat
menunjang kelancaran proses pelatihan.
B. Jadwal Kegiatan
Kontrak Pelatihan
a. Tujuan
a. menjelaskan kepada peserta tahapan kegiatan pelatihan
b. menjelaskan kepada peserta aturan-aturan yang harus dipatuhi
c. mengetahui kesediaan peserta untukmengikuti pelatihan secara penuh
tanpa paksaan
b. Outcome
Peserta dapat mengikuti seluruh sesi pelatihan dengan baik sehingga bisa
diperoleh hasil yang maksimal.
10
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
Pra-Pelaksanaan Pelatihan
ICE BREAKING
Tujuan
a. Peserta saling mengenal satu dengan yang lain
b. Untuk mengatur dan mencairkan suasana pelatihan
Outcome
Menciptakan iklim pelatihan yang kondusif, karena peserta saling mengenal
satu dengan yang lain.
11
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
11.30-12.30 Ishoma
12.30-12.50 Tom and Jerry Energizer Dasi hijau Suasana hati
dan merah
12
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
Kontrak Pelatihan
A. Tujuan
a. Menjelaskan kepada peserta pelatihan tahapan kegiatan pelatihan.
b. Menjelaskan kepada peserta pelatihan aturan-aturan yang harus
dipatuhi selama mengikuti pelatihan
c. Mengetahui kesediaan peserta untuk mengikuti pelatihan secara penuh,
tanpa paksaan.
B. Waktu : 10 menit
D. Materi
a. Laptop
b. LCD
c. Lembar Persetujuan Subyek
d. Kertas dan pena.
E. Prosedur
a. Trainer menjelaskan kepada peserta melalui tayangan LCD mengenai
tahapan kegiatan pelatihan yang akan diikuti oleh peserta
b. Trainer menjelaskan kepada peserta melalui tayangan LCD
c. Trainer meminta kesediaan peserta untuk dengan sukarela
menandatangani Lembar Persetujuan Subyek untuk mengikuti
pelatihan.
13
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
Sesi I
Gutten Morgan
A. Tujuan
Pembukaan dan perkenalan untuk mengenal satu sama lain, baik antar
peserta maupun peserta dengan para fasilitator sehingga proses
pelatihan dapat berjalan dengan suasana hangat.
B. Waktu : 30 menit
C. Metode
1. Tatap muka
2. Experience Learning
D. Materi
a. Kertas 4 warna ukuran setengah HVS
b. Peluit
c. Alat tulis
E. Prosedur
.
1) Perkenalan dari fasilitator.
2) peserta diberikan sebuah name tag berwarna dan diminta untuk
menuliskan nama panggilan pada name tag tersebut.
3) peserta diminta berkumpul membentuk satu kelompok dengan warna
yang berbeda, lalu diberi waktu 10 menit untuk saling mengenal.
4) lalu peserta diminta untuk kembali membentuk kelompok dengan
warna yang sama, dan diberi waktu 10 menit untuk saling mengenal,
dan menciptakan yel-yel yang menjadi salah satu identitas kelompok.
14
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
Sesi II
Ice Breaking
A. Tujuan
1. Untuk mengatasi hambatan fisik dan mental yang dihadapi peserta
sebelum memulai kegiatan.
2. Untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan mengangkat dinamika
grup, membangun kepercayaan dan meningkatkan rasa percaya diri
B. Waktu : 20 menit
D. Materi
a. Bola karet atau yang terbuat dari bahan kain.
b. peluit
E. Prosedur
1. Peserta diminta untuk membentuk lingkaran.
2. Fasilitator memberi instruksi: ―Saya memegang sebuah bola, saya akan
melemparkan bola ini pada satu orang, orang tersebut harus
menangkap bola dan menyebutkan nama orang yang melemparkan
bola tersebut. Setelah ditangkap dia harus melemparkan kembali bola
tersebut kepada siapapun dengan menyebutkan nama sasarannya
terlebih dahulu. Begitu seterusnya hingga permainan ini saya
hentikan.‖
3. Permainan dihentikan sekitar 5 menit sebelum waktu 20 menit
berakhir, dengan menggunakan peluit.
F. Inquiry
15
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
16
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
SESI III
HEAR ME
A. Tujuan
1. Melatih kemampuan untuk mengungkapkan perasaan secara terbuka.
2. Mampu mengungkapkan perasaan tanpa harus bertindak agresif dan
melecehkan
3. Melatih berlapang dada dalam menerima pendapat orang lain
B. Waktu : 40 menit
C. Metode
1) Experience Learning
2) Refleksi
E. Prosedur
1. Kelompok besar dibagi ke dalam dua kelompok, tiap kelompok melakukan
permainan ini. Tiap kelompok didampingi seorang fasilitator.
2. instruksi : ―mari kita duduk di lantai. Saya ingin mengajak kalian untuk
mengutarakan hal-hal yang kalian sukai atau hargai pada orang lain.
Sebelumnya ini ada sebuah botol, botol ini akan saya putar, nah orang
berada searah dengan mulut botol mendapat kesempatan untuk duduk
ditengah lingkaran. Selama ia ditengah, ia tidak boleh bicara. Teman yang
tadi disebelah kirinya mengutarakan satu sifat yang disukai dan tidak
disukai disertai alasan yang jelas tanpa menggunakan kalimat yang dapat
menyinggung perasaan. Kalau peserta pertama selesai memberikan kesan,
dilanjutkan dengan teman sebelah kirinya, begitu seterusnya sampai waktu
berakhir.
17
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
F. Debriefing
- Publishing: Menggali perasaan peserta. Semua perserta diminta menceritakan
apa yang dia rasakan ketika dia mengutarakan pendapatnya kepada temannya.
Begitu juga peserta yang dikomentari.
18
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
SESI IV
AKU NGOMONG, KAMU BICARA
A. Tujuan
1. Peserta mengalami perasaan negative jika terus berbicara pada orang
lain.
2. Mengalami kelelahan fisik dan mental jika berbicara pada orang lain
yang sedang berbicara juga.
B. Waktu : 40 menit
C. Metode
1) Experience Learning
2) Refleksi
D. Prosedur
1. Kelompok besar dibagi ke dalam dua kelompok, tiap kelompok melakukan
permainan ini. Tiap kelompok didampingi seorang fasilitator.
2. Instruksi : ―mari kita berdiri dan berbaris. Setiap orang disiapkan untuk
saling berhadapan. Saya ingin mengajak Anda untuk saling berbicara
sesuai giliran masing-masing. Setiap saya mengatakan kata mulai, Anda
berbicara tanpa putus pada pasangan di hadapan Anda. Lalu jika saya
katakan selesai, Anda kembali ke barisan urutan paling belakang dan
teman yang berada di belakang langung berbicara pada orang yang berada
di hadapannya. Jika saya katakan selesai, maka Anda juga kembali ke
barisan belakang. Yang dibicarakan adalah kata-kata apa saja, selama
bukan perkataan jorok atau porno. Anda boleh mengejek orang di hadapan
Anda dengan cara yang pantas dan suara yang keras.‖
F. Debriefing
19
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
20
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
SESI ENERGIZER
TOM AND JERRY
A. Tujuan
1. Menstimulasi peserta agar tetap semangat dalam mengikuti pelatihan
sampai selesai.
2. Membangun suasana hati yang positif bagi para peserta.
B. Waktu : 20 menit
E. Prosedur
1. Peserta diminta untuk membentuk lingkaran dan diberi permainan Tom
and Jery. Tom bertugas menangkap Jery.
2. Tom disimbolkan dengan dasi warna hijau sedangkan jery dasi warna
merah. Dasi merah dan hijau diberikan kepada peserta dengan jarak 5
orang. Orang yang dapat dasi hijau harus mengikat dasi itu dalam 3
simpul lalu melepaskan kembali, setelah lepas langsung diberikan pada
orang disebelah kanannya. Orang yang dapat dasi merah harus membuat
dua simpul dan melepasnya lalu menyerahkan pada orang disebelah
kanannya.
3. terus seperti sampai dasi merah dan hijau berada pada leher satu orang.
Orang yang pada lehernya tergantung dasi merah dan hiajau akan
mendapat hukuman.
4. hukuman berupa hukuman ringan seperti menyanyi, menari dsb.
5. jika waktu belum habis,permainan dapat dimulai lagi dari awal, tapi
dimulai oleh peserta yang berbeda dengan permainan pertama.
21
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
SESI V
Komunikasi Suami Istri Saat Stressfull
F. Tujuan
1. Untuk mengatasi hambatan komunikasi.
2. Untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan empatik,
3. Mengalami perasaan negatif jika orang lain berbicara satu arah pada saat
kondisi stressfull.
G. Waktu : 60 menit
J. Prosedur
1. Peserta dibagi atas lima pasang laki-laki dan perempuan. Setiap
pasangan mengambil undian yang sudah disiapkan, yaitu skenario
komunikasi empatik dan komunikasi agresif.
2. Fasilitator memberi instruksi : ‖Setiap peserta sudah memperoleh
undian skenario yang akan dimainkan. Ada tiga skenario komunikasi
agresif dan dua skenario komunikasi verbal yang baik. Saya minta agar
pasangan yang mendapat skenario komunikasi verbal yang baik
dimainkan oleh laki-laki dan perempuan mencuci pakaian. Sedangkan
peserta yang memperoleh skenario komunikasi negatif atau agresif
dimainkan oleh perempuan, sedangkan pasangan yang laki-laki
mencuci pakaian.
F. Debriefing.
- Publishing: Menggali perasaan peserta. Semua perserta diminta menceritakan
apa yang dia rasakan ketika menjalani peran-peran yang dimainkan.
22
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
23
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
SESI VI
GOOD BYE, STRESS
A. Tujuan
1. Meningkatkan kemampuan untuk menghadapi peristiwa yang tidak
menyenangkan dan situasi penuh tekanan tanpa menjadi berantakan.
2. Meningkatkan kemampuan untuk tetap sabar dan tenang serta
kemampuan menghadapi kesulitan dengan kepala dingin tanpa emosi
negatife
B. Waktu : 30 menit
C. Metode
1) Experience Learning
2) Refleksi
D. Materi: Peluit.
E. Prosedur
1. Cari tempat berkarpet yang tenang dan tidak ada gangguan. Longgarkan
pakaian, lepas sepatu. Duduk rileks dan pejamkan mata.
2. Letakkan satu tangan diatas dada dan satu tangan di atas perut. Bernafaslah
dengan biasa, dan perhatikan apa yang terjadi_konsentrasilah untuk
mengubah pola itu. Usahakan jangan sampai dada dan tulang dada yang
bergerak, tariklah nafas melalui hidung dan biarkan perut mengambang
dan memberi kekuatan pada proses penarikan nafas. Kemudian hembuskan
pelan-pelan melalui mulut yang sedikit terbuka.
3. Ulangi lagi proses ini selama 5 menit dan kamu akan merasa lebih segar
dan rileks.
24
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
4. Pada saat menghadapi situsi sulit, kalian dapat langsung melakukan proses
ini baik dalam kondisi duduk maupun berdiri.
F. Debriefing
- Publishing: Menggali perasaan peserta. Semua perserta diminta menceritakan
apa yang dia rasakan ketika menjalani proses terapi rileksasi.
25
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
SESI VII
Komunikasi Empatik demi Mencapai Kepuasan Pernikahan
A. Tujuannya adalah agar peserta memahami apa yang sudah diperoleh dari
pelatihan ini ke dalam kehidupan sehari-hari.
B. Waktu : 40 menit
26
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
SESI VIII
GROUP INQUIRY
B. Waktu : 20 menit
E. Prosedurnya berupa diskusi dua arah tentang apa yang telah didapat selama
mengikuti sesi pelatihan
F. Debriefing
27
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
SESI IX
GOAL SETTING
F. Tujuannya adalah agar peserta dapat mengaplikasikan apa yang sudah di dapat
dari pelatihan ini ke dalam kehidupan sehari-hari.
G. Waktu : 25 menit
J. Prosedur
28
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
PENUTUP
29
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
2. TALI PLASTIK
30
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
Pendahuluan
Ketika kita menelaah setiap kata yang membentuk kalimat-
kalimat dalam design study tulisan di atas, penulis teringat kepada
sepasang suami isteri yang telah melewati fase-fase pernikahan
tersebut. Penulis menemukan permasalahan dan perkembangan yang
terjadi pada pasangan itu sangat relevan dengan kondisi umum yang
terjadi pada setiap fase pernikahan itu.
Mereka menikah lebih kurang 3 tahun yang lalu. Pada akhir
tahun 2001 yang lalu, si isteri bercerita (curhat) kepada penulis
bahwa pada awal atau tahun pertama pernikahannya, ia dan
suaminya cukup sulit untuk membangun komunikasi dan hubungan
yang hangat. Dalam kehidupan sehari-hari, suaminya adalah
pasangan hidup yang memiliki karakter ―cool’ dan sangat pendiam.
Ia mengatakan, mungkin, hal itu disebabkan oleh perjodohan yang
diatur oleh orang tuanya (arranged marriage) dengan ―mantan
pacarnya‖ itu, sehingga tidak jarang mereka mengalami kesulitan
untuk menciptakan pembicaraan atau komunikasi yang hangat satu
sama lainnya. Bahkan, sikap cool suaminya itu cenderung tidak
berubah walaupun dirinya telah berupaya menstimulasi suaminya
dengan pertanyaan-pertanyaan, sikap manja, ngobrol santai, dll.
Hal itu sangat dirasakannya pada tahun-tahun pertama
pernikahan mereka, yang secara kebetulan pada saat itu, mereka
masih menumpang di rumah orang tuanya (isteri). Namun, saat
ini—pada tahun ketiga, penulis melihat kehidupan pernikahan
mereka relatif lebih baik sejak mereka pindah dari rumah orang
tuanya dan dianugerahi Allah swt. seorang anak perempuan yang
cantik.
31
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
Fase-Fase Pernikahan
Dalam sebuah pernikahan, layaknya perkembangan kehidupan manusia, sudah
pasti memiliki fase-fase tertentu yang harus dilalui oleh setiap pasangan. Fase-fase
pernikahan ini merupakan tahapan gradual yang mengandung permasalahan-
permasalahan di dalamnya dalam proses penyesuaian diri individu dengan
pasangannya, yang membutuhkan solusi tertentu. Beberapa aspek penting yang perlu
disesuaikan dan dipenuhi secara seimbang oleh setiap pasangan adalah kebutuhan
atau pemenuhan aspek emosional, seksual, sifat dan perilaku, pekerjaan, keuangan
atau harta benda, kehidupan sosial, pengambilan keputusan, mengatasi konflik,
kepercayaan, dan komunikasi.
Aspek komunikasi merupakan salah satu aspek yang fundemental dalam
menciptakan kepuasan pernikahan oleh pasangan. Lebih jauh lagi, kepuasan
pernikahan individu sangat tergantung pada bagaimana cara pasangan
mengkomunikasikan dan memanajemen konflik dalam rumah tangga.
Secara umum, setiap pasangan akan melewati tiga fase, yaitu fase blending,
nesting, dan maintaining (dalam Hidayat, B., 2004). Pada dasarnya, setiap fase
tersebut digambarkan secara eksplisit oleh istilah yang digunakan. Fase blending
32
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
biasanya terjadi pada rentang pernikahan 1 tahun pertama, fase nesting terbentuk pada
2-3 tahun di awal pernikahan, sedangkan fase maintaining menghiasi pasangan pada
usia pernikahan 4 tahun ke atas.
Pada fase blending, pasangan akan menghadapi permasalahan bagaimana
mengenal pasangannya secara utuh dalam proses percampuran atau pemaduan yang
baik. Biasanya, pada fase ini pasangan akan merasa canggung antara satu sama
lainnya sehingga proses komunikasi sering kali terhambat (hinder communication) di
antara mereka. Di tahun pertama pernikahan inilah fase urgen yang harus diwaspadai
oleh individu yang menikah dengan sikap yang arif, karena sering terjadi pola
komunikasi yang tidak baik—communication breakdown—dalam rumah tangga.
Biasanya, hal itu disebabkan oleh sikap mau menang sendiri sehingga kadang
mengabaikan kebutuhan-kebutuhan emosional dari pasangannya. Apabila pasangan
berhasil mengatasi masalah pola komunikasi yang destruktif tersebut, maka mereka
dapat melewati usia pernikahannya dengan baik dan memasuki fase nesting.
Fase nesting merupakan tahapan pernikahan yang mengindikasikan kehidupan
pasangan secara lebih baik dan nyaman terhadap pasangannya. Pada fase ini,
pasangan akan saling mengupayakan pembentukan rumah dan kondisi interaksi yang
nyaman, penuh kasih sayang, saling mengenal lebih baik, dan pengertian. Pasangan
yang memasuki fase ini mulai melakukan proses intimacy yang lebih baik
dibandingkan pada fase sebelumnya. Apalagi, kondisi intimacy itu akan lebih
terbentuk dengan hadirnya atau kelahiran anak sebagai anggota keluarga yang
diharapkan oleh hampir setiap orang tua (pasangan).
Dengan kondisi itu, setiap pasangan akan membentuk kebiasaan-kebiasaan
keluarga atau rumah tangga yang terkondisikan dengan baik. Pada saat terbentuknya
kondisi keluarga seperti itu, maka pada saat inilah pasangan memasuki fase
maintaining. Biasanya, permasalahan yang sering dihadapi oleh setiap pasangan
dalam fase maintaining adalah adanya campur tangan dari pihak keluarga isteri atau
suami. Intervensi itu dilakukan oleh pihak orang tua bukan diniatkan untuk
mengacaukan keadaan rumah tangga pasangan, akan tetapi tidak jarang campur
tangan itu mengakibatkan konflik dalam rumah tangga.
Bertolak dari fase-fase pernikahan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
setiap pasangan akan melalui tahapan-tahapan kehidupan pernikahan yang eksklusif,
33
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
namun koherensif antara fase pertama hingga fase terakhir. Kesinambungan yang
harmonis antara fase tersebut akan memberikan rasa kepuasan pernikahan terhadap
pasangan. Di sisi lain, dalam setiap fase memiliki permasalahan yang spesifik pula.
Khusus pada fase pertama (blending) yang menjadi tahap yang paling urgen bagi
pasangan adalah bagaimana menciptakan pola komunikasi yang baik antara suami-
isteri. Oleh karena itu, setiap pasangan harus mengetahui pola komunikasi yang baik
dalam kehidupan rumah tangganya, sekaligus pola komunikasi yang malasuai
terhadap pasangannya.
34
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
6. Upayakan nada bicara yang tidak terlalu tinggi atau melengking dan hilangkan
kebiasaan memaki orang (jika ada).
7. Berhentilah menyalahkan satu sama lain.
8. Kembangkanlah humor dalam suasana interaksi.
9. Yakinlah bahwa setiap persoalan pastilah ada jalan keluar yang terbaik.
Beribadahlah dan minta bantuan kepada Yang Maha Kuasa untuk memberikan
kekuatan kepada Anda berdua dalam menghadapi persoalan.
Di sisi lain, untuk membina komunikasi yang baik dalam rumah tangga juga
dibutuhkan kesadaran dari setiap pasangan untuk menghindari dan mencegah pola
komunikasi yang destruktif. Dalam kajian ilmiah tentang perkawinan, istilah pola
komunikasi itu disebut communication breakdown. Cohen (dalam Hidayat, B., 2004)
mengatakan bahwa communication breakdown dapat dianalogikan dengan keadaan
radio dua arah. Seseorang berusaha untuk menyampaikan pesan, namun orang yang
dituju tidak dapat mendengar hal itu atau tidak dapat memahami pesan yang
dimaksud, atau malah mengartikan pesan itu dengan makna yang berbeda dengan
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, untuk memperbaiki masalah miskomunikasi—
communication breakdown—ini, maka individu harus memastikan bahwa pesan yang
disampaikannya harus dikirim dan diterima secara benar oleh si penerima pesan
(pasangan). Langkah selanjutnya adalah berusaha memahami kode-kode (karakter)
komunikasi pasangan, mempelajari berkomunikasi secara terarah dengan
menggunakan percakapan atau bahasa yang sederhana tentang sesuatu yang benar-
benar kita rasakan.
Penyebab communication breakdown tersebut, yaitu sebagai berikut.
1. Keras kepala.
2. Tidak memiliki niat untuk mengakui kesalahan yang dilakukan.
3. Membicarakan kekurangan pasangan dan membandingkannya dengan orang
lain.
4. Mengungkit-ungkit masa lalu pasangan yang tidak ia sukai.
5. Menyerang pasangan melalui percakapan yang biasanya mengungkit masa
lalunya yang terkesan tidak dimaafkan.
6. Melebih-lebihkan sesuatu hal dengan menggunakan kata selalu, tidak pernah,
setiap waktu, dst.
35
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
7. Berbohong.
8. Kata-kata yang kasar.
9. Kemarahan yang meledak-ledak.
Dengan kesungguhan untuk membangun dan senantiasa menjaga pola
komunikasi yang baik dan harmonis dengan pasangan merupakan syarat utama dalam
menciptakan kondisi rumah tangga yang sehat. Adanya kesadaran untuk menunjukkan
penghargaan dan rasa kasih sayang terhadap pasangan dalam percakapan-percakapan
maupun sikap yang ditampakkan sehari-hari, dan mencegah terjadinya miskomunikasi
(communication breakdown) dengan pasangan, maka individu sudah melakukan hal-
hal yang benar dalam kehidupan rumah tangganya. Kemudian, setiap pasangan akan
merasakan betapa mudahnya melewati fase blending yang rawan dengan konflik
komunikasi dan memasuki fase-fase pernikahan selanjutnya dengan adanya rasa
kepuasan yang tidak ternilai dalam pernikahan.
Akhirnya, pernikahan yang secara eksplisit menggambarkan keindahan-
keindahan—yang seringkali mengaburkan evaluasi terhadap permasalahan yang
terkandung di dalamnya, harus dilalui secara gradual oleh setiap pasangan yang telah
menjalin komitmen hidup. Inti dari komitmen antarindividu yang sepakat untuk
menjalani pernikahan adalah mencapai kepuasan-kepuasan dalam pernikahan (marital
satisfaction). Salah satu faktor penting dalam mewujudkan kepuasan itu adalah
menciptakan kondisi komunikasi yang baik dalam fase-fase perkembangan
pernikahan, sehingga dapat diperkirakan—bahkan diciptakan—kondisi rumah tangga
yang diinginkan di masa depan. Dengan kata lain, kondisi rumah tangga yang
harmonis dan disharmonis diciptakan sendiri oleh setiap pasangan yang hidup dalam
ikatan perkawinan, melalui pola komunikasi yang dibangun oleh pasangan itu pada
fase-fase pernikahan mereka.
36
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
F. Lampiran Penunjang
a. Lembar Persetujuan Subjek
Lembar Persetujuan Peserta Pelatihan
Nama :
Usia :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Demikian pernyataan ini saya buat dengan kesadaran saya sendiri setelah mendapat
penjelasan dari fasilitator.
37
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
38
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
c. Lembar Evaluasi
Lembar Evaluasi Kegiatan
Pelatihan Komunikasi Empatik
Petunjuk Umum
Lingkari angka yang sesuai dengan pendapat Anda. Angka bergerak dari yang paling
baik (5) sampai dengan yang paling jelek (1).
NO PERNYATAAN SKALA
1 Penguasaan fasilitator dalam menyampaikan materi 5 4 3 2 1
2 Penguasaan fasilitator dalam menjawab masalah 5 4 3 2 1
3 Kejelasan materi yang disampaikan fasilitator 5 4 3 2 1
4 Materi yang disampaikan fasilitator 5 4 3 2 1
5 Penggunaan media sebagai alat bantu 5 4 3 2 1
6 Keterampilan fasilitator memandu diskusi 5 4 3 2 1
7 Manfaat materi bagi peserta 5 4 3 2 1
Tentang Penulis
39
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
Profil Penulis
Bahril Hidayat (Bahril Hidayat Lubis) lahir di Pekanbaru, seorang psikolog, penulis,
dan dosen Pendidikan Islam Anak Usia Dini di Universitas Islam Riau, Pekanbaru. Ia
lahir di Pekanbaru, Riau, pada tahun 1979. Dia menamatkan studi S1 di Fakultas
Psikologi Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta pada tahun 2004. Kemudian
dia menyelesaikan studi di Magister Profesi Psikologi,
Minat Utama Psikologi Klinis, di Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta, pada tahun 2013.
40
Contoh Modul Training
Oleh Bahril Hidayat (2017)
REFERENSI
Lubis, B. H., & Nashori, F. (2002). Dialektika psikologi dan pandangan Islam. Unri
Press.
41