Anda di halaman 1dari 8

1b. Apa kemungkinan penyebab diare?

1) Faktor infeksi
a) Infeksi enteral, yaitu infeksi pada saluran pencernaan yang meliputi:
- Infeksi bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella Shigella, Yersinia,
Campylobacter, Acromonas, dsb.
- Infeksi Virus: astrovirus, adenovirus, Enterovirus (Coxsackie,
Polieomyelitis), Rotavirus, dll.
- Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamlia, Trichomonas
hominis), jamur (Candida albicans).
b) Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagisn tubuh lain di luar alat
pencernaan, misal : Otilis Media Akut, Tonsilofaringitis, ensefalitis ,
Bronkopneumonia, dsb.
2) Faktor malabsorbsi
a) Malabsorpsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glikosa, fructosa, dan galaktosa)
b) Malabsorpsi lemak
c) Malabsorpsi protein
3) Faktor Efek Samping Obat
Obat-obatan yang dapat menimbulkan diare antara lain :
a) Laksatif
Laxative abuse atau penyalahgunaan laksatif mengakibatkan kehilangan
cairan tubuh dan elektrolit serta protein (hipoalbumnemia) dalam jumlah
yang besar
b) Antasida yang mengandung Magnesium
c) Antineoplastik
d) Auranofin
e) Antibiotik ( Clindamycin, Tetracyclin, Sulfonamides, dan antibiotic lain
yang memiliki spektrum aktifitas yang luas ).
f) Antihipertensi ( Reserpine, Guanethidine, Methyldopa, Guanabenz,
Guanadrel ).
g) Obat-obat kolinergik ( Bethanecol, Neostigmine ).
h) Cardiac Agents ( Quinidine, Digitalis, Digosin ).
i) Non Steroid Anti Inflamasi Drugs ( NSAID ).
j) Prostaglindin
k) Kolkisin
4) Penyakit Endokrin
Contoh: hipertiroidism, careinoid tumor, AIDS, diabetes mellitus
5) Penyakit Neurologik
Contoh: stroke
6) Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan tertentu.
7) Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas
(Noerasid, Suraatmadja, 2010)
2c. bagaimana patofisiologi mual dan muntah?

Infeksi mikroorganisme (virus) dengan pola penularan fekal-oral menyebabkan


virus masuk ke saluran pencernaan atas. Sebagian virus dinonaktifkan ketika memasuki
gaster oleh asam lambung yang dihasilkan sel parietal lambung. Namun sebagian virus
mampu melewati gaster dan menuju ke distal dan ke intestinum tenue. Ketika sampai
pada intestinum tenue, virus bermultiplikasi dalam mukosa (sel enterosit) usus proksimal,
lalu merusak mikrovili. Sel-sel yang tersusun dari epitel kolumnar simpleks digantikan
oleh sel-sel kuboid imatur. Perubahan struktur ini menyebabkan perubahan fungsi
fisiologis penyerapan yang terjadi di intestinum tenue. Hal tersebut menyebabkan
gangguan terhadap absorpsi cairan dan nutrisi dari kimus (Mandal, dkk, 2006).
Makanan yang tidak diserap menyebabkan peningkatan tekanan koloid osmotik
intraluminal meningkat. Peningkatan osmolaritas tersebut menyebabkan kemampuannya
untuk menarik cairan dari tempat lain (Sherwood, 2012). Hal tersebut menyebabkan,
terjadinya perpindahan cairan ekstraseluler berpindah menuju ke lumen usus. Sehingga
menyebabkan volume cairan intraluminal meningkat. Peningkatan tekanan koloid
osmotik intraluminal juga menyebabkan terjadinya peregangan intestinum tenue.
Peregangan tersebut ditangkap oleh reseptor sensoris di intestinum tunue untuk
mentransmisikan sinyal-sinyal sensoris berupa rasa muntah ke pusat muntah di medulla
oblongata melalui saraf aferen vagal dan saraf simpatis sehingga terstimulasi pusat
muntah. Melalui saraf eferen, respon diitunjukkan dengan adanya inspirasi dalam dan
penutupan glottis. Lalu, kontraksi diafragma menekan kebawah ke lambung dan
kontraksi otot perut menekan rongga abdomen menyebabkan abdomen bergerak keatas
sehingga lambung terperas. Isi lambung terdorong keatas melalui sfingter-sfingter
menyebabkan glottis tertutup, uvula terangkat dan menyebabkan makanan keluar melalui
mulut sehingga terjadi muntah (Snell, 2011).

4. bagaimana cara mendiagnosis?


1) Anamnesis
a. empat hari sebelum masuk Puskesmas, penderita BAB cair frekuensi 3-4 kali
sehari, konsistensi air lebih banyak daripada ampas, jumlah kira – kira ¼ gelas
setiap BAB, warna kekuningan, tidak ada darah dan lendir dalam feses.
b. Keluhan disertai demam yang tidak terlalu tinggi
c. Mual dan muntah frekuensi 1- 2 kali sehari, jumlah kira – kira ¼ gelas setiap kali
muntah, isi apa yang dimakan dan diminum, muntah tidak menyemprot.
d. Tampak lesu tetapi masih mau minum. BAK terakhir 4 jam yang lalu.
2) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum:
Tampak sakit sedang, BB 11 kg, TB 48 cm

Tanda vital : Kesadaran komposmentis, Nadi 140 x/m terautur, isi tegangan
kurang, RR 32x/menit dan Temp 36,4 0 C

b. Keadaan spesifik:

 Kepala : kelopak mata cekung, air mata tidak ada, mukosa mulut basah
 Abdomen :, bising usus meningkat, cubitan kulit (turgor) kembali lambat
3) Pemeriksaan Laboratorium:
Differential count 0/1/2/45/48/4.
Feses rutin: Maskrokopis: cair lebih banyak dari ampas, darah (-), pus (-),
lendir (-), warna kekuningan
Leukosit feses: 1-2/lpb, Eritrosit:0-1/lpb, Bakteri (-), hyfa(-)
 Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam – basa dalam darah, dengan
menentukan Ph dan cadangan alkaliatau lebih tepat lagi dengan
pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
 Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
 Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor
dalam serum (terutama padapenderita diare yang disertai kejang).
 Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit secara kualitatif dan kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.
 Pemeriksaan imunologis spesifik untuk memeriksa antigen virus pada
spesimen feses.
11 Bagaimana skdu?

4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter


Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan
tuntas. Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan
penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.

3.d Mekanisme abnormal pem fisik


-. Nadi 140x/menit = takikardi
Saat dehidrasi menyebabkan tubuh memindahkan cairan ekstraseluler ke intraseluler
untuk membantu beban osmotik usus oleh karena itu cairan pada plasma darah
(ekstraseluler) di pindahkan ke intraseluler

-. Air Mata Tidak Ada, Kelopak Mata Cekung & Turgor Melambat

gangguan absorbsi (tidak dapat mengabsorbsi dengan baik) → cairan dan nutrisi tidak
dapat diabsorbsi → lumen di intestinum tenue penuh → peregangangan intestinum tenue
→resepto sensoris di intestinum tunue mentransmisikan sinyal-sinyal sensoris berupa
rasa muntah ke pusat muntah di medulla oblongata melalui saraf aferen vagal dan saraf
simpatis → terangsangnya pusat muntah → inspirasi dalam dan penutupan glottis →
kontraksi diafragma menekan kebawah ke lambung → kontraksi otot perut menekan
rongga abdomen → abdomen bergerak keatas → lambung terperas → isi lambung
terdorong keatas melalui sfingter-sfingter → glottis tertutup, uvula terangkat → makanan
keluar melalui mulut → MUNTAH

Adanya muntah dan berak cair→ cairan tubuh menurun → gangguan


keseimbangancairan → volume cairan ekstravaskuler menurun → zat terlarut menjadi
pekat →osmolaritas cairan ekstravaskuler meningkat → hipertonisitas cairan
ekstravaskuler →terjadi osmosis (CIS →CES) → cairan berpindah keluar sel → lama
kelamaan sel akanmenciut → kompensasi tubuh : mengurangi cairan di jaringan ikat
longgar dan jaringanlunak → tanda-tanda dehidrasi : kelopak mata cekung, penurunan
elastisitas kulit (turgormelambat)

Hub umur, jenis kelamin dan kasus

Hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan keluhan berkaitan dengan epidemiologi
dari diare.

Frekuensi
Sebelum diperkenalkan imunisasi antirotavirus pada tahun 2006 di Amerika Serikat
insiden terjadi 1 anak dirawat di Rumah Sakit dari 23-27 anak pada usia 5 tahun karena
diare. Pada negara berkembang, rata-rata diare menyerang anak usia dibawah 5 tahun
dengan faktor malnutrisi sebagai penyebab utama yang mampu mengakibatkan kegagalan
tumbuh kembang hingga kematian (Guandalini, 2016).
Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi
NAD (18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%). Beberapa provinsi mempunyai
prevalensi diare klinis >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua) yang dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
Sumber: Riset Kesehatan Dasar tahun 2007
Gambar 1. Prevalensi Diare Menurut Provinsi

Prevalensi diare lebih banyak di perdesaan dibandingkan perkotaan, yaitu sebesar


10% di perdesaan dan 7,4 % di perkotaan. Diare cenderung lebih tinggi pada kelompok
pendidikan rendah dan bekerja sebagai petani/nelayan dan buruh yang dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2007


Gambar 2. Prevalensi Diare menurut pendidikan
Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2007
Gambar 3. Prevalensi Diare menurut Pekerjaan

 Usia
Bila dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur dengan
prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%. Sedangkan
menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu 8,9%
pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan. Hal ini dikarenakan daya tahan tubuh anak
– anak yang masih rendah, sehingga rentan untuk terifeksi bakteri maupun virus dan
kadar HCl yang rendah. Prevalensi diare menurut kelompok umur dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:

Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2007


Gambar 4. Prevalensi diare menurut kelompok umur

Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan penyebab


kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%. Sedangkan berdasarkan penyakit
menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah TB dan Pneumo-
nia. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2007
Gambar 5. Pola Penyebab Kematian Semua Umur

 Jenis Kelamin
Diare infeksi tidak spesisik terhadap jenis kelamin (Guandalini, 2016).

Anda mungkin juga menyukai

  • BAB I Anestesi
    BAB I Anestesi
    Dokumen37 halaman
    BAB I Anestesi
    NindiaRahmaPutri
    Belum ada peringkat
  • Penularan Covid-19 Stase IKK
    Penularan Covid-19 Stase IKK
    Dokumen21 halaman
    Penularan Covid-19 Stase IKK
    NindiaRahmaPutri
    Belum ada peringkat
  • Intrakranial Hemoragik
    Intrakranial Hemoragik
    Dokumen18 halaman
    Intrakranial Hemoragik
    NindiaRahmaPutri
    Belum ada peringkat
  • Skizofrenia
    Skizofrenia
    Dokumen18 halaman
    Skizofrenia
    NindiaRahmaPutri
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen27 halaman
    Bab Ii
    NindiaRahmaPutri
    Belum ada peringkat
  • Case Jiwa Tria
    Case Jiwa Tria
    Dokumen22 halaman
    Case Jiwa Tria
    NindiaRahmaPutri
    Belum ada peringkat
  • BAB I Anestesi
    BAB I Anestesi
    Dokumen37 halaman
    BAB I Anestesi
    NindiaRahmaPutri
    Belum ada peringkat
  • BAB I-Mata
    BAB I-Mata
    Dokumen2 halaman
    BAB I-Mata
    NindiaRahmaPutri
    Belum ada peringkat
  • JIWA
    JIWA
    Dokumen25 halaman
    JIWA
    NindiaRahmaPutri
    Belum ada peringkat
  • BAB III Anestesi
    BAB III Anestesi
    Dokumen10 halaman
    BAB III Anestesi
    NindiaRahmaPutri
    Belum ada peringkat
  • Sken A Blok 13 Print
    Sken A Blok 13 Print
    Dokumen67 halaman
    Sken A Blok 13 Print
    teddy desky ardian
    Belum ada peringkat
  • Laporan Skenario D BLOK XIV
    Laporan Skenario D BLOK XIV
    Dokumen28 halaman
    Laporan Skenario D BLOK XIV
    NindiaRahmaPutri
    Belum ada peringkat
  • Sirosis Hepatis
    Sirosis Hepatis
    Dokumen39 halaman
    Sirosis Hepatis
    Mafazi Nataza
    Belum ada peringkat
  • BAB I Anestesi
    BAB I Anestesi
    Dokumen37 halaman
    BAB I Anestesi
    NindiaRahmaPutri
    Belum ada peringkat
  • MCQ Blok 3 2010
    MCQ Blok 3 2010
    Dokumen5 halaman
    MCQ Blok 3 2010
    oktavianpr
    Belum ada peringkat
  • Referat Intubasi
    Referat Intubasi
    Dokumen16 halaman
    Referat Intubasi
    Dwitari Novalia Harazi
    Belum ada peringkat
  • Sesi 1
    Sesi 1
    Dokumen6 halaman
    Sesi 1
    NindiaRahmaPutri
    Belum ada peringkat
  • Laporan Fix
    Laporan Fix
    Dokumen58 halaman
    Laporan Fix
    NindiaRahmaPutri
    Belum ada peringkat
  • Laporan Sken B 2015
    Laporan Sken B 2015
    Dokumen75 halaman
    Laporan Sken B 2015
    NindiaRahmaPutri
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv Ich
    Bab Iv Ich
    Dokumen4 halaman
    Bab Iv Ich
    NindiaRahmaPutri
    Belum ada peringkat
  • Referat Atonia Uteri
    Referat Atonia Uteri
    Dokumen11 halaman
    Referat Atonia Uteri
    NindiaRahmaPutri
    Belum ada peringkat
  • Laporan S.CB B.14 T.3
    Laporan S.CB B.14 T.3
    Dokumen30 halaman
    Laporan S.CB B.14 T.3
    NindiaRahmaPutri
    Belum ada peringkat