Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengelolaan Spesimen
Sekarang ini, banyak penyakit yang merajalela di lingkungan kita. Dari berbagai penyakit yang
ada, penyakit infeksi menjadi penyakit yang paling sering menyerang manusia. Penyakit
infeksi yang ditimbulkan sering diakibatkan mikroorganisme yang bersifat patogen. Dalam
pemeriksaan penyakit infeksi, biasanya dilakukan pemeriksaan fisik dan anamnesa guna
menemukan etiologi penyakit. Cara lain dalam menegakkan diagnosa guna menemukan
mikroorganisme apa yang menjadi penyebab suatu penyakit adalah dengan cara pemeriksaan
spesimen. Dalam pemeriksaan spesimen, yang harus diperhatikan adalah bahwa spesimen
merupakan bahan pemeriksaan yang berasal dari tubuh manusia yang terindikasi memiliki
penyakit.
Beberapa penyakit ini bisa menular melalui specimen, tidak terkecuali kepada petugas
pemeriksanya. Oleh karena itu, bagi orang yang berprofesi dalam bidang kesehatan, misalnya
ATLM, harus mengetahui dan memahami betul cara pengelolaan spesimen klinik agar
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan khususnya yang membahayakan kesehatan.
1. Macam - macam specimen
a. Darah (darah lengkap, serum, plasma, sel darah, dan lain-lain), urine, tinja
1) Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat
tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh
terhadap virus atau bakteri.
a) Darah Kapiler
Pembuluh darah kapiler (dari bahasa Latin capillaris) ialah pembuluh darah terkecil di tubuh,
berdiameter 5-10 μm, yang menghubungkan arteriola dan venula, dan memungkinkan
pertukaran air, oksigen, karbon dioksida, serta nutrien dan zat kimia sampah antara darah dan
jaringan di sekitarnya.
b) Darah Vena
Pembuluh balik atau vena adalah pembuluh yang membawa darah menuju jantung. Dari
seluruh tubuh, pembuluh darah balik bermuara menjadi satu
pembuluh darah balik besar, yang disebut vena cava.
2) Urine
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh.
3) Tinja (feses)
Tinja atau feses adalah produk buangan saluran pencernaan hewan dan manusia yang
dikeluarkan melalui anus atau kloaka. Pada manusia, proses pembuangan kotoran dapat terjadi
(bergantung pada individu dan kondisi) antara sekali setiap satu atau dua hari hingga beberapa
kali dalam sehari.
b. Sputum
Sputum adalah bahan yang dikeluarkan dari paru, bronchus, dan trachea melalui mulut.
Biasanya juga disebut dengan expectoratorian. Orang dewasa normal bisa memproduksi mukus
(secret kelenjar) sejumlah 100 ml dalam saluran napas setiap hari. Mukus ini digiring ke faring
denganmekanisme pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran pernapasan. Keadaan
abnormal produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik,kimiawi, atau infeksi yang
terjadi pada membran mukosa), menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara
adekuat normal seperti tadi, sehingga mukus ini banyak tertimbun. Bila hal ini terjadi,
membran mukosa akan terangsang, dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intra thorakal
dan intraa bdominal yang tinggi. Ketika dibatukkan, udara keluar dengan akselerasi yg cepat
beserta membawa sekret mucus yang tertimbun tadi. Mukus tersebut akan keluar sebagai
sputum.
B. Cara Pengelolaan Spesimen
a. Pengambilan Spesimen
Pengambilan spesimen merupakan salah satu dari serangkaian proses yang dilakukan sebelum
melakukan pemeriksan laboratorium. Supaya spesimen memenuhi syarat untuk diperiksa,
maka proses pengambilan spesimen harus dilakukan dengan mengikuti kaidah yang benar.
Untuk mengidentifikasi penyebab infeksi, suatu laboratorium dikatakan berhasil apabila
pengambilan dan pengiriman spesimen pasien ke laboratorium dilakukan dengan benar. Yang
harus diperhatikan pertama adalah tempat pengambilan spesimen harus dipilih secara berhati-
hati agar memberikan hasil terbaik mengenai organism penginfeksi, toksin. Pengambilan
spesimen itu sendiri dilakukan dengan cara meminimalkan pencemaran oleh flora endogen
penjamu. Sedangkan pengiriman spesimen ke laboratorium harus dilakukan di bawah kondisi
yang mempertahankan vaibilitas agen infeksiosa. Waktu pengiriman juga harus singkat untuk
membatasi pertumbuhan flora pencemar yang berlebihan. Hal-hal yang harus diperhatikan
pada pengambilan spesimen adalah Teknik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen
harus dilakukan dengan benar sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang ada.
Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung. Seluruh sampel harus masuk ke dalam
wadah (sesuai kapasitas), jangan ada yang menempel pada bagian luar tabung untuk
menghindari bahaya infeksi. Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi
berdiri untuk mencegah spesimen tumpah.
Secara umum, sebelum melakukan pengambilan spesimen, hal yang dilakukan adalah
persiapan seperti berikut ini :
1) Persiapan pasien. Beritahukan kepada pasien tentang hal-hal apa yang harus dilakukan dan
tidak boleh dilakukan oleh pasien sebelum dilakukan pengambilan spesimen.
Persiapan secara umum, seperti : puasa selama 8-10 jam sebelum pengambilan spesimen
(untuk pemeriksaan glukosa darah puasa, profil lipid, profil besi), tidak melakukan aktifitas
fisik yang berat, tidak merokok, tidak minum alkohol, dsb.
Jika pasien harus melakukan pengambilan spesimen sendiri (urin, dahak, faeses), jelaskan
tata cara pengambilannya. Misalnya kapan harus diambil, bagaimana menampung spesimen
dalam wadah yang disediakan, mencuci tangan sebelum dan setelah mengambil spesimen,
membersihkan daerah genital untuk pengambilan sampel urin, dsb.
Jika pengambilan spesimen bersifat invasif (misalnya pengambilan sampel darah, cairan
pleura, ascites, sumsum tulang, dsb), jelaskan macam tindakan yang akan dilakukan.
2) Peralatan sampling. Pastikan semua peralatan sampling telah disiapkan sesaat sebelum
sampling. Secara umum, peralatan yang diperlukan untuk pengambilan specimen adalah :
Tabung tes atau vacutainer yang sesuai warna.
Label yang sesuai
Botol kultur darah
3) Perlengkapan untuk fungsi vena perifer
Sarung tangan tidak steril
Bola kapas alcohol
Torniket
Bola kapas povidon iodine (jika perlu)
4) Penting untuk diperhatikan bahwa semua peralatan memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
bersih
kering
tidak mengandung detergent atau bahan kimia
terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen
steril, apalagi jika spesimen akan diperiksa biakan (kultur) kuman
sekali pakai buang (disposable)
wadah spesimen tidak retak atau pecah, mudah dibuka atau ditutup rapat,
besar/ukurannya sesuai dengan volume spesimen yang diambil. (Ronald; Richard 2004)
5) Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan kimia yang dipergunakan untuk mencegah pembekuan darah.
Umumnya yang digunakan adalah EDTA (ethylendiamin tetraaceticacid), natrium citrat,
heparin dan natrium fosfat. Pemilihan antikoagulan harus sesuai dengan jenis pemeriksaan dan
takaran volumenya harus tepat. Mengenai antikoagulan akan dibahas pada postingan yang lain.
6) Lokasi sampling. Sebelum melakukan sampling, tetapkan lokasi pengambilan sesuai dengan
jenis spesimen yang diperlukan. Lokasi pengambilan spesimen tidak boleh terdapat luka,
hematoma, infeksi, oedema. Untuk pengambilan spesimen darah, selain tidak dilakukan pada
tempat-tempat tersebut, juga tidak boleh dilakukan pada daerah dimana darah sedang
ditransfusikan dan intravena lines (infus).
b. Penyimpanan Spesimen
Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan dikirim ke
laboratorium lain. Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan
stabilitasnya. Hindari penyimpanan whole blood di refrigerator. Sampel yang dicairkan
(setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan terlarut sempurna. Hindari
terjadinya busa. Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi / pengulangan.
Menyimpan spesimen sebaiknya dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC, suhu kamar, suhu -
20ºC, -70ºC atau -120ºC agar tidak terjadi sampai terjadi beku ulang. Untuk jenis
pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum, maka plasma atau serum
dipisahkan dulu baru kemudian disimpan. Memberi bahan pengawet pada spesimen.
Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri. Waktu penyimpanan spesimen dan
suhu yang disarankan : Kimia klinik : 1 minggu dalam refrigerator. Imunologi : 1 minggu
dalam refrigerator. Hematologi : 2 hari pada suhu kamar. Koagulasi : 1 hari dalam refrigerator
Toksikologi : 6 minggu dalam refrigerator Blood grouping : 1 minggu dalam refrigerator
c. Pengiriman Spesimen
Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah memenuhi
persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing pemeriksaan. Apabila
spesimen tidak memenuhi syarat, spesimen ini perlu diambil/dikirim ulang. Pengiriman
spesimen disertai formulir permintaan yang berisi data yang lengkap. Pastikan bahwa identitas
pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama. Spesimen hendaknya secepatnya
dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen ke laboratorium dapat dilakukan
selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen. Penundaan pengiriman specimen
terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi sumber
kesalahan dalam pemeriksaan. Pengiriman sampel sebaiknya menggunakan wadah khusus,
misalnya berupa kotak atau tas khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang
dapat ditutup rapat dan mudah dibawa.

Anda mungkin juga menyukai