Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti di RSJ Prof.Dr.
Muhammad Ildrem Daerah Prov. Sumatera Utara Medan diperoleh data data
pasien dari bulan januari sampai desember 2018 adalah sebanyak 4.341 orang
yang mengalami skizofrenia dan yang mengalami risiko perilaku kekerasan
sebanyak 155 orang. Peneliti mendapatkan pasien 5 orang dengan risiko perilaku
kekerasan menunjukan tanda dan gejala seperti marah, tangan mengepal, dan
mata melotot, dikarenakan pasien trauma terhadap perilaku keluarganya yang
sering memukul pasien. Peneliti juga mendapatkan 8 orang pasien yang tidak
dapat mengontrol risiko perilaku kekerasannya. Peneliti melakukan wawancara
dengan perawat dan berdiskusi mengenai tindakan Behaviour Therapy yang akan
peneliti lakukan terhadap pasien, dari hasil diskusi tersebut perawat mengatakan
bahwasanya Behaviour Therapy belum pernah dilakukan terhadap pasien dan
dalam hal ini perawat sangat antusias dengan adanya rencana tindakan tersebut,
dan jika berhasil terapi ini dapat menjadi pertimbangan dalam penambahan
intervensi asuhan keperawatan khususnya pasien dengan risiko perilaku
kekerasan. Dari hasil survey yang didapatkan oleh peneliti, pasien Risiko Perilaku
Kekerasan di RSJ Prof.Dr. Muhammad Ildrem Daerah Prov. Sumatera Utara
Medan mempunyai sifat yang menunjukan emosi dan berperilaku dengan sikap
yang dapat diterima secara sosial.
22
4. Agresif
Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut
tetapi masih terkontrol.
5. Marah
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.
b. Faktor Biologis
1) Teori dorongan naluri (Instinctual drive theory)
Keinginan melakukan risiko perilaku kekerasan disebabkan
oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
23
c. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap
individu bersifat buruk. Stressor tersebut dapat disebabkan dari
luar maupun dalam. Faktor presipitasi terbagi 2 antara lain :
1) Faktor eksternal
Berbagai stressor yang berasal dari luar antara lain
serangan fisik, kehilangan, kematian, krisis dan lain-lain.
2) Faktor internal
Contoh faktor dari dalam adalah putus hubungan dengan
seseorang yang berarti, kehilangan rasa cinta, ketakutan
terhadap penyakit fisik, hilang kontrol, menurunnya
percaya diri dan lain-lain. Selain itu lingkungan yang
terlalu ribut, padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku
kekerasan (Sutedjo, 2017).
2 Afektif
Gejala yang sering ditunjukkan oleh pasien yaitu sering jengkel,
dendam dengan orang lain yang membuatnya marah, sering merasa
terganggu, sering marah apabila ada orang yang membuatnya
marah, sering merasa takut dan gelisah, pasien menangis apabila
kemarahannya tidak dapat dikendalikan.
3 Fisik
gejala yang muncul pada respon fisik adalah frekuensi pernafasan
dan nadi meningkat, produksi keringat meningkat, muka memerah
dan tegang, mata melotot/ pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, postur tubuh kaku, jalan mondar-mandir.
4 Perilaku
Gejala yang sering terjadi pada pasien skizofrenia dengan perilaku
kekerasan pada respon perilaku yaitu menyerang orang lain pada
saat marah, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif, menunduk.
5 Sosial
Gejala yang muncul pada aspek sosial adalah : pasien menarik diri,
mengasingkan diri dari orang lain, melakukan penolakan terhadap
orang lain, melakukan kekerasan, sering mengejek dan menyindir
orang lain.
2. Menentukan tujuan
Tujuan yang ditetapkan akan digunakan sebagai tolak ukur untuk
melihat keberhasilan proses terapi. Proses terapi akan dihentikan
jika telah mencapai tujuan. Tujuan terapi harus jelas konkret,
dipahami, dan disepakati oleh klien dan konselor. Konselor dan
klien mendiskusikan perilaku yang terkait dengan tujuan keadaan
yang diperlukan untuk perubahan sifat tujuan dan rencana tindakan
untuk bekerja ke arah tujuan tersebut.
3. Mengimplementasikan teknik
Setelah merumuskan tujuan yang ingin dicapai, konselor dan
konseling menentukan strategi belajar yang terbaik untuk
membantu konseling mencapai perubahan tingkah laku yang
diinginkan. Konselor dan konseling mengimplementasikan teknik-
teknik konseling sesuai dengan masalah yang dialami oleh
konseling.
32
4. Mengakhiri konseling
Proses konseling akan berakhir jika tujuan yang ditetapkan di awal
konseling telah tercapai. Mekipun demikian, konseling tetap
memiliki tugas yaitu terus melaksanakan perilaku baru yang
diperolehnya selama proses konseling di dalam kehidupannya
sehari-hari.
Salah satu teknik yang akan dilakukan oleh penulis yaitu Token
Ekonomi dengan menggunakan Reward System dimana peneliti akan
memberi hadiah jika pasien dapat mengikuti terapi yang akan dilakukan
oleh penulis dimana pasien harus mengumpulkan bintang besar jika
menyelesaikan tugas atau pun berkelakuan baik.
Gejala Risiko
Perilaku Mean n SD SE
Kekerasan
Kognitif 18,77 13 3,193 ,885
Afektif 20,54 13 1.713 ,475
Sosial 22,77 13 1,922 ,533
Perilaku 20,31 13 1,702 ,472
Komposit 82,39 13 8,53 2,365
perilaku sebelum dilakukan terapi didapatkan nilai sebesar 20,31 dan setelah
dilakukan terapi mengalami perubahan sebesar 9,69 selisih yang didapat
setelah dilakukannya Behavior Therapy adalah 10,615. Pada nilai komposit
menunjukkan adanya perubahan gejala risiko perilaku kekerasan sebelum
dilakukan Behavior Therapy didapatkan nilai sebesar 82,39 dan setelah
dilakukan Behavior Therapy mengalami perubahan sebesar 44,3 dan
mendapat hasil selisih setelah dilakukannya Behavior Therapy 38,076.
Tabel 4.5
Perubahan Gejala Risiko Perilaku Kekerasan Pasien Skizofrenia Sebelum
dan Setelah Diberikan Behavior Therapy di Rumah Sakit Jiwa
Prof.Dr. Muhammad Ildrem Provsu Medan 2019 (n = 13)
Berdasarkan hasil uji statistik Paired T-test data pre test dan post test
skor perubahan gejala risiko perilaku kekerasan dengan nilai pvalue
0,000 p= 0,05. Dengan nilai pvalue 0,000 p= 0,05 maka Ha diterima
yang artinya terdapat pengaruh Behaviour Therapy Terhadap
Perubahan Gejala Risiko Perilaku Kekerasan antara sebelum dan
setelah Behaviour Therapy Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa Prof. Dr. M Ildrem Provsu Medan.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, L. A., Sevier, M., & Christensen, A. (2013). The Impact Of Behavioral
Couple Therapy On Attachment In Distressed Couples. Journal Of Marital
And Family Therapy.
Bowers, L., Douzenis, A., Galeazzi, G. M., Forghieri, M., Tsopelas, C., Simpson, A.,
& Allan, T. (2005). Disruptive And Dangerous Behaviour By Patients On
Acute Psychiatric Wards In Three European Centres. Social Psychiatry And
Psychiatric Epidemiology, 40 (10).
Burgio, K. L., Kraus, S. R., Borello-France, D., Chai, T. C., Kenton, K., Goode, P. S.,
. . . Kusek, J. W. (2010). The Effects Of Drug And Behavior Therapy On
Urgency And Voiding Frequency. International Urogynecology Journal,
21(6), 711-9.
Corey, G., 2009 Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi. Bandung: Pt Refika
Aditama
Direja, A H.S. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika
Folsom, E.A. (2009). Physical And Mental Health-Related Quality Of Life Among
Older People With Schizophrenia. Schizoprenia Research 108 (2009)
P.207-213. In Science Direct.
Hawari. D., (2012) Manejemen Strest, Cemas Dan Depresi Jakarta: Balai Penerbit
Fkui
Hartono, D. R., Cannity, K., Mcindoo, C. C., File, A. A., Ryba, M. M., Clark, C. G.,
& Bell, J. L. (2012). Behavior Therapy For Depressed Breast Cancer Patients:
Predictors Of Treatment Outcome. Journal Of Consulting And Clinical
Psychology, 83(1),
68
69
Heslin, K.C & Weiss, A. J. (2015). Statistical Brief 189; Hospital Readmissions
Involving Psychiatric Disorders, 2012. Agency For Healthcare Research And
Quality.Https://Www.Hcupus.Ahrq.Gov/Reports/Statbriefs/Sb 189-Hospital-
Readmissions-Pscychiatric-Disorder-2012.Jsp.
Kaplan & Sadock. (2010). Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid 1.
Tangerang : Binarupa Aksara.
Keliat, B.A. & Akemat. (2016). Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok.
Ed.2. Egc.
Kirana,N. Dkk. (2014). Efektifitas Senam Aerobic Low Impact Terhadap Aggression
Self Control Pada Pasien Dengan Resiko Perilaku Kekerasan. Jurnal Online
Mahasiswa Bidang Ilmu Keperawatan Vol 1, No 2 (2014)..
Madzhab M.Y (2009). Buku Saku Psikoterapi Ii, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Maramis, W.F., (2011). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Air langga
University Press
Martha A. (2013). Nursing Theories And Their Work. Missouri: Mosby Elsevier.
Madayanty, P. D., Whittal, M. L., Thordarson, D. S., Taylor, S., Söchting, I., Koch,
W. J., . Anderson, K. W. (2014). Cognitive Versus Behavior Therapy In The
Group Treatment Of Obsessive-Compulsive Disorder. Pengaruh Behaviour
Therapy Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Risiko Perilaku
Kekerasan Di Rsj Provinsi Dr. Amino Gondohutomo Jawa Tengah,