Anda di halaman 1dari 7

PENCEMARAN AIR

Dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, Pencemaran air


adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain
ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Zat Pencemar Air


1. Logam Berat
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan densitas lebih besar dari 5 g/cm3,
terletak di sudut kanan bawah pada sistem periodik unsur biasanya bernomor atom 22 sampai
92, dari periode empat sampai tujuh (Ernawati, 2010). Logam berat merupakan bahan
pencemar yang berbahaya karena bersifat toksik. Jika terdapat dalam jumlah yang besar dapat
mempengaruhi aspek ekologis maupun aspek biologis perairan. Menurut Panjaitan (2009),
faktor yang menyebabkan logam berat termasuk dalam kelompok zat pencemar berbahaya
karena logam berat mempunyai sifat yang tidak dapat terurai (non-degradable) dan mudah
diabsorbsi.
Terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah teridentifikasi
sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat
dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya
dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang
berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co,
Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau
beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau
bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Logam berat ini dapat
menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian mana logam berat
tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang kerja
enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus. Jalur masuknya adalah melalui kulit,
pernapasan dan pencernaan.
a. Mercuri (Air Raksa)
Dewasa ini mercury telah digunakan secara meluas dalam produk elektronik, industri
pembuatan cat, pembuatan gigi palsu, peleburan emas, sebagai katalisator, dan lain-lain.
Penggunaan mercury sebagai elektroda dalam pembuatan soda api dalam industri
makanan seperti minyak goreng, produk susu, kertas tima, pembungkus makanan juga
kadang mencemari makanan tersebut.

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=sKBQ37JON6A

Tragedi Minamata merupakan pencemaran merkuri yang terjadi di Teluk Minamata,


Prefektur Kumamoto, Jepang, kisaran tahun 1932, setelah industri batu baterai PT
Chisso membuang limbah B3 ke teluk dalam jumlah sangat besar mencapai 200 hingga
600 ton Hg. Dampak buruk mulai terlihat di 1949, ratusan orang meninggal karena
kelumpuhan syaraf setelah mengkonsumsi ikan tercemar logam berat merkuri di Teluk
Minamata.

b. Timbal (Pb)
Timbal juga salah satu logam berat yang mempunyai daya toksitas yang tinggi terhadap
manusia karena dapat merusak perkembangan otak pada anak-anak, menyebabkan
penyumbatan sel-sel darah merah, anemia dan mempengaruhi anggota tubuh lainnya.

c. Kadmium (Cd)
Kadmium (Cd) menjadi populer sebagai logam berat yang berbahaya setelah timbulnya
pencemaran sungai di wilayah Kumamoto Jepang yang menyebabkan keracunan pada
manusia. Pencemaran kadmium pada air minum di Jepang menyebabkan penyakit “itai-
itai”. Gejalanya ditandai dengan ketidak-normalan tulang dan beberapa organ tubuh
menjadi mati. Keracunan kronis yang disebabkan oleh Cd adalah kerusakan sistem
fisiologis tubuh seperti pada pernapasan, sirkulasi darah, penciuman, serta merusak
kelenjar reproduksi, ginjal, jantung dan kerapuhan tulang.
Proses Logam Berat Mencemari Air Laut

Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan daratan, di
mana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain itu air laut juga sebagai
tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir. Limbah tersebut yang
mengandung polutan kemudian masuk ke dalam ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian
larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian
masuk ke dalam jaringan tubuh organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-
cumi, kerang, rumput laut dan lain-lain).

Kemudian, polutan tersebut yang masuk ke air diserap langsung oleh


fitoplankton.Fitoplankton adalah produsen dan sebagai tropik level pertama dalam rantai
makanan. Kemudian fitoplankton dimakan zooplankton. Konsentrasi polutan dalam tubuh
zooplankton lebih tinggi dibanding dalam tubuh fitoplankton karena zooplankton memangsa
fitoplankton sebanyak-banyaknya. Fitoplankton dan zooplankton dimakan oleh ikan-ikan
planktivores (pemakan plankton) sebagai tropik level kedua. Ikan planktivores dimangsa
oleh ikan karnivores (pemakan ikan atau hewan) sebagai tropik level ketiga, selanjutnya
dimangsa oleh ikan predator sebagai tropik level tertinggi.Ikan predator dan ikan yang
berumur panjang mengandung konsentrasi polutan dalam tubuhnya paling tinggi di antara
seluruh organisme laut. Kerang juga mengandung logam berat yang tinggi karena cara
makannya dengan menyaring air masuk ke dalam insangnya setiap saat dan fitoplankton ikut
tertelan. Polutan ikut masuk ke dalam tubuhnya dan terakumulasi terus-menerus dan bahkan
bisa melebihi konsentrasi yang di air. Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari
fitoplankton sampai ikan predator dan pada akhirnya sampai ke manusia.

2. Minyak

Sebuah perkiraan menyebutkan bahwa sekitar tiga juta ton minyak (seper-sepuluh
dari produk minyak tahunan dunia) berakhir di laut setiap tahunnya. Polusi minyak tersebut
sebagian besar berasal dari tangker-tangker rongsokan, pembersihan tangker minyak dan sisa
produksi minyak yang dibuang ke laut, kecelakaan kapal pada saat beroperasi, serta limbah
minyak pabrik dan mobil yang dibuang ke sungai bemuara ke laut. Contoh kasus pencemaran
laut oleh minyak adalah pada tanggal 24 Maret 1989, kapal tangker minyak EXXON Veldez
karam di Prince William Sound di Alaska. Kapal tersebut menumpahkan lebih dari 42 juta
liter minyak mentah. Tumpahnya minyak tersebut berpengaruh pada perusakan lingkungan
sekitar. Sejumlah besar ikan, burung laut, dan berang-berang laut mati. Di pantai-pantai
tempat minyak berada, binatang-binatang tersebut mati teracuni pada saat meminum dan
berenang di air yang tercampur minyak. Penyebab utama kematian binatang tersebut adalah
karena mimyak dapat menyumbat saluran pada bulu-bulu, sehingga kemampuan binatang
untuk bertahan melawan suhu dingin menurun dan mengakibatkan kematian.

Minyak yang mengapung pada permukaan air tentu dapat menyebabkan air berwarna
hitam dan akan menggangu organisme yang berada pada permukaan perairan, tentu akan
mengurangi intensitas cahaya matahari yang akan digunakan oleh fitoplankton untuk
berfotosintesis, dan dapat memutus rantai makanan pada daerah tersebut, jika hal demikian
terjadi, maka secara langsung akan mengurangi laju produktivitas primer pada daerah
tersebut karena terhambatnya fitoplankton untuk berfotosintesis.

3. Panas

Sejauh ini, jumlah terbesar dari buangan limbah panas ke laut adalah dari pembangkit
listrik. Sekitar 20 juta meter kubik air pendingin dengan suhu 12 oC di atas suhu air laut, di
buang oleh pembangkit listrik tenaga minyak atau batu bara dengan tenaga 1000 MW (Clark,
1997 dalam Mukhtasor 2006). Sedangkan pembangkit listrik tenaga nuklir menghasilkan air
pendingin dengan suhu sekitar 15oC diatas suhu laut. Limbah air panas dari instalasi
pembangkit listrik biasanya dibuang secara langsung ke sungai sehingga meningkatkan suhu
air dan menimbulkan pencemaran termal.
Kenaikan suhu 10 derajat dapat mempercepat aktivitas metabolism biota air menjadi
dua kali biasanya. Karena masing-masing jenis biota air memiliki kecepatan metabolic yang
berbeda, maka biota air hanya dapat hidup pada rentangan suhu tertentu dan berbeda-beda
untuk setiap kelompok biota. Populasi hewan air akan menurun pada suhu tinggi.

Anda mungkin juga menyukai