Latar Belakang
Menjadi seorang guru yang professional memang tidak cukup dengan hanya mengandalkan
penguasaan materi ajar saja, dan juga harus mampu mengaplikasikannya dalam kegiatan
pembelajaran, serta harus memiliki empat kompetensi dasar. Menjadi seorang guru juga harus mampu
mengenal karakter/kepribadian yang dimiliki oleh peserta didiknya.
Karakter merupakan kelakuan atau tingkah laku yang dimiliki oleh seseorang. Maka dari itu
karakter merupakan suatu sifat yang melekat pada dirinya, sehingga sangat sulit untuk merubah
karakter seseorang. Setiap orang pasti memiliki karakter yang berbeda-beda, begitu pula dengan
peserta didik, mereka juga memiliki karakter yang berbeda-beda. Seperti dalam suatu kelas terdpat 30
peserta didik, maka di dalam kelas tersebut akan terdapat 30 karakter. Maka dari itu penting bagi
setiap guru untuk mengenal dan mengetahui karakter yang dimiliki peserta didiknya.
Mengenal karakter peserta didik memang tidaklah mudah, karena tidak semua guru dapat
mengenal karakter yang yang ada pada seluruh peserta didiknya. Jika seorang guru ingin mengetahui
karakter dari peserta didiknya, maka seorang guru harus terlebih dahulu mengenal peserta didiknya.
Mengenal atau mengetahui karakter anak erupakan hal yang harus dilakukan oleh seorang
pengajar/guru. Dengan mengenal karakter peserta didik, guru akan mampu membimbing dan
mengarahkan peserta didik, sehingga kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan baik serta
mendapatkan hasil yang baik pula.
Begitu banyak macam-macam karakter atau kepribadian yang ada pada diri peserta didik,
diantaranya yaitu, aktif, kreatif, ramah, menyenangkan, bersahabat, memiliki sikap pemalu,
menyendiri, mandiri, cerdas nakal, tenang, ramah, membangkang, dan sebagain nakal, tenang, ramah,
membangkang, dan sebagainya.
Secara sederhana karakteristik anak dapat dibedakan atau dikelompokan menjadi beberapa
kelompok yaitu, kelompok anak yang mudah atau menyenangkan, anak yang baiasa-biasa saja, serta
anak yang sulit dalam menyesuaikan diri, baik dalam kegiatan pembelajaran ataupun dalam
lingkungan sekolah.
Maka dari itu dengan guru mengenal karakter yang dimiliki peserta didik, maka dapat
memudahkan guru dalam menghadapi peserta didik, baik dalam kegiatan pembelajaran ataupun dalam
menerapkan dalam lingkungan sekolah.
Bimbingan dan Konseling merupakan bantuan kepada individu peserta didik dalam
menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya atau dalam proses belajarnya.
Bantuan semancam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, agar setiap peserta didik dapat lebih
berkembang ke arah yang seoptimal mungkin. Denagn demikian bimbingan dan konseling menjadi
bidang layanan khusu dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-
tenaga ahli dalam bidang tersebut, termasuk guru.
Guru berusaha membimbing peserta didik agar menemukan berbagai potensi yang
dimilikinya, membimbing peserta didik agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas
perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai
individu yang mandiri dan produktif. Peserta didik adalah individu yang unik/ artinya, tidak ada
individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, akan tetapi pada
hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan dan sebagainya. Di samping
1
itu setiap individu juga adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama perkembangan mereka
tentulah tidaklah sama juga. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai
pembimbing.
Peranan guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:
Kejelasan gambaran tugas dapat memotivasi guru untuk berperan secara aktif dalam kegiatan
bimbingan dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan tersebut.
Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, misalnya guru yang bersifat otoriterakan
menimbulkan suasana tegang, hubungan guru peserta didik menjadi kaku, keterbukaaan peserta
didik untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan sehubungan dengan pelajaran itu menjadi
terbatas. Oleh karena itu, guru harus dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam kegiatan belajar-
mengajar. Seorang guru dapat melakukan bimbingan di dalam kelas dengan hal-hal berikut:
Pembangkitan motivasi belajar oleh guru kelas dapa dilakukan secara khusus menggunakan
jam pelajaran atau diselipkan sambil mengajar atau memberikan latihan-latihan. Selain itu
guru juga harus melakukan upaya-upaya untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik
antara lain:
Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pelajaran yang diberikan. Tujuan yang
jelas dan manfaat yang betul-betul dirasakan oleh peserta didik akan membangkitkan
motivasi belajar.
Memberi kemudahan dan bantuan kepada peserta didik dalam proses belajar.
Tugas guru ialah membantu mengoptimalkan perkembangan peserta didik. Agar
perkembangan peserta didik lancar, guru memberikan kemudahan-kemudahan dalam
belajar, dan tiak mempersulit perkembangan belajar yang di alami peserta didik.
Apabila peserta didik mengalami kesulitan atau hambatan dalam belajar, guru
2
memberikan bantuan baik secara langsung maupun dengan memberi petunjuk kepada
siapa atau kemana meminta bantuan.
Guru memiliki hubungan yang erat dengan murid. Karena guru banyak memiliki waktu dan
kesempatan untuk mempelajari murid, mengawasi tingkah laku dan kegiatannya. Kedudukan
guru dalam pendidikan yaitu memiliki wewenang sepenuhnya dalam mempelajari dan
memahami peserta didiknya, bukan saja sebagai individu teetapi juga sebagai anggota
kelompok atau kelasnya. Sejak peserta didik masuk ke sekolah dari pagi hari sampai sekolah
usai, guru akan memanfaatkan setiap kesempatan untuk membantu BK dalam
mengumpulkan data yang di kumpulkan agar dapat memahami peserta didik dengan baik.
Sebagian dari data tersebut didapatkan dari murid sendiri atau dari orang tuanya dengan
mengisi formulir-formulir isian atau melalui informasi lisan. Data lainnya di peroleh dari
pelaksanaan tes atau melalui observasi terhadap kegiatan-kegiatan peserta didik, kebiasaan
dan tingkah langkuhnya baik di dalam maupun di luar kelas. Karena itu guru memiliki peran
penting sebagai anggota umat diantara petugas-petugas bimbingan pada umumnya guru
tersebut berada pada posisi yang lebih baik untuk mengetahui masalah-masalah, siakp dan
kebutuhan peserta didik sehingga memudahkan guru untuk memberikan bantuan peserta didik
yang membutuhkan.
Tugas pertama guru dalam bimbingan adalah mengetahui atau lebih mengenal peserta
didiknya. Kegiatan bimbingan tidak akan berhasil dengan baik manakala guru kurang
memahami peserta didik. Oleh karena itu diperlukan pemahaman atau pengetahuan terhadap
peserta didik tentang kebiasaannya dalam belajar, dalam bermain, kesehatannya, asal usulnya,
teman-teman karibnya bahkan latar belakang sosial ekonominya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan
fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu:
3
Perlakuan terhadap peserta didik secara hangat, ramah, rendah hati,
menyenangkan.
Bimbingan yang lebih mengarah pada pemeliharaan dan peningkatan penguasaan materi
pelajaran diberikan oleh guru bimbingan dan guru bidang studi. Mereka diharapkan
memberikan perhatianyang lebih besar terhadap perkembangan belajar dari peserta didik,
memperhatikan perbedaan individual peserta didik, memberikan latihan yang sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan mereka. Guru bidang studi juga diharapkan dapat
memberikan layanan remedial terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan dan
pengayaan terhadap peserta didik yang cepat.
Bimbingan terhadap peserta didik berprestasi rendah juga dapat diberikan oleh konselor,
guru pembimbing dan guru bidang studi. Peserta didik berprestasi rendah, dapat
dipastikan memiliki masalah, ada factor penyebab yang melatarbelakanginya mungkin
4
bersumber pada dirinya mungkin juga diluar dirinya. Guru mata pelajaran harus berusaha
menemukan penyebab tersebut bila penyebabnya sudah ditemukan langkah selanjutnya
adalh memberi layanan remedial atau korektif terhadap kelemahannya dan
pengembangan terhadap potensi atau kekuatan yang dimilikinya.
Layanan dari guru pembimbing dan guru bidang studi lebih di fokuskan pada layanan
remidialdalam beberapa mata pelajaran yang kurang. Konselor juag dapat membantu
dalam mendiagnosis kelemahan yang diderita para peserta didik. Berdasarkan hasil
diagnosis tersebut guru-guru memberikan layanan remedial. Disamping memberikan
layanan remedial guru bidang studi hendaknya berusaha untuk menyiakan dan
memberikan pelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, menciptakan
situasi belajar mengajar yang lebih membangkitkan motivasi belajar, lebih permisif dan
terbuka pada peserta didik.
Kunjungan rumah merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan dan konseling. Fungsi
utama dari kunjungan rumah adalah membina hubungan baik dan kerjasama antara guru
mata pelajaran dan orang tua peserta didik. Melalui hubungan baik dan kerjasama ini,
diharapkan ada saling pengertian, kesamaan presepsi, sikap dan perlakuan terhadap
peserta didik. Dalam kunjungan rumah, guru mata pelajaran dapat memperoleh data lebih
luas dan mendalam tentang perkembangan peserta didik, karakteristik, sikap, kebiasaan,
serta aktivitasnya dalam keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar serta kondisi
kehidupan peserta didik.
4. Pertemuan guru-murid
Sewaktu-waktu apabila dibutuhkan, maka guru perlu mengadakan pertemuan dari hati ke
hati dengan peserta didik. Pertemuan itu dapat dilaksanakan sebelum sekolah dimulai,
pada aktu istirahat, atau setelah sekolah usai. Dari pertemuan tersebut akan didapatkan dat
mengenai peserta didik yang mungkin sedang bermasalah.
c. Keterbatasan guru
5
Jika melihat realita bahwa di Indonesia jumlah tenaga konselor professional memang masih
relatif terbatas, maka peran guru sebagai pembimbing tampaknya menjadi penting. Ada atau
tidak ada konselor professional di sekolah, tentu upaya pembimbingan terhadap peserta didik
mutlak diperlukan. Jika kebetulan di sekolah sudah tersedia tenaga konselor professional,
guru bisa bekerja sama dengan konselor bagaimana seharusnya membimbing peserta didik di
sekolah. Namun jika belum, maka kegiatan pembimbingan peserta didik tampaknya akan
bertumpu pada guru.
Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi
ditambah tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam masalah
peserta didik.
Agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai pembimbing, berikut ini beberapa hal
yang perlu diperhatikan:
Guru dapat memperlakukan peserta didik sebagai individu yang unik dan
memerikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan keunikan
yang dimilikinya.
6
yang tepat dlam memperlakukan mereka sebagai manusia, mengetahui kebutuhan mereka, dan
merelevansikan program BK untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Sistem endokrin
Bila system endokrin berfungsi normal maka anak akan memperlihatkan ukuran tubuh
yang normal pula. Sebalinya bila anak mengalami kekurngan hormone pertumbuhan, maka
akan menjadi kecil seperti orang kerdil. Sedangkan yang kelebihan hormone pertumbuhn
akan tumbuh menjadi terlalu besar.
a. Pengaruh keluarga
Factor keluarga ini meliputi factor keturunan maupun lingkungan. Karena factor
keturunan, seorang anak dapa menjadi lebih tinggi dari anak lainnya.
b. Pengaruh gizi
Anak-anak yang memperoleh gizi cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya.
c. Gangguan emosional
d. Jenis kelamin
Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari anak perempuan. Kecuali pada
usia antara 12-15 tahun anak perempuan biasanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat
dari anak laki-laki. Terjadinya perbedaan berat dan tinggi tubuh ini karena bentuk tulang
dan otot pada anak laki-laki memang berbeda dari perempuan.
Anak-anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, cenderung
lebih kecil daripada anak yang berasal dari keluarga yang status sosial ekonominya tinggi.
f. Kesehatan
Anak-anak yang sehat dan jarang sakit, biasanya akan memiliki tubuh yang lebih berat
daripada anak yang sering sakit.
Perubahan fisik pada masa remaja mempengaruhi semuai bagian tubuh, baik eksternal
maupun internal, sehingga juga mempengaruhi keadaan fisik dan psikologisnya.
Hal ini akan menimbulkan permasalahan dalam pola perilaku, sikap, dan kepribadian
yaitu:
7
Dampak terhadap keadaan fisik
Pada saat menstruasi remaja wanita sering mengalami sakit kepala, sakit pinggang, kejang,
dan sakit perut yang diiringi dengan pingsan dan muntah-muntah, dan gangguan kulit. Karena
itu timbullah rasa lelah, tertekan, dan mudah marah. Perubahab fisik remaja juga dapat
menyebabkan gangguan pencernaan dan nafsu makan kurang baik sehingga lesu dan lelah.
Kalau remaja benar-benar sakit, ia ingin diperlakukan dengan penuh pengertian dan simpati
yang lebih besar dari biasanya.
Ada beberapa pengaruh perubahan fisik terhadap sikap dan perilaku, yaitu:
a. Ingin menyendiri
Remaja mulai menarik diri dari teman-teman dan dari berbagai kegiatan keluarga, dan
sering bertengkar dengan teman-teman dan dengan anggota keluarga.
b. Bosan
Remaja mulai bosan dengan permainan yang sebelumnya amat digemari, bosan
dengan tugas-tugas sekolah, kegiatan-kegiatan sosial dan kehidupan pada umumnya.
Akibatnya remaja sedikit sekali bekerja sehingga prestasinya di berbagai bidang
menurutn. Mereka menjadi terbiasa untuk tidak mau berprestasi karena sering timbul
perasaan akan keadaan fisik yang tidak normal.
c. Inkoordinasi
d. Antagonism sosial
Remaja sering kali tidak mau bekerja sama, sering membantah dan menentang,
bermusuhan antara dua jenis kelamin di ungkapkan dalam kritik dan komentar atau
ejekan merendah.
Remaja banyak yang mengalami rendah diri karena kritik yang bertubi-tubi datang
dari orang tuanya. Mereka tidak memiliki percaya diri dan takut kegagalan.
g. Terlalu sederhana
Perubahab tubuh yang terjadi selama masa remaja mnyebabkan anak menjadi sangat
sederhana dalam segala penampilannya karena takut orang lain akan memperhatikan
perubahan yang dialaminya dan membeeri komentar yang buruk.
8
Perubahan fisik remaja juga berpengaruh pada perkembangan jiwanya. Dari perubahan
fisik yang dialami remaja, yang terbesar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa remaja
adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi makin tinggi dan besar), mulai berfungsinya alat-
alat reproduksi, dan tanda-tanda seks sekunder. Perubahan fisik tersebut menyebabkan
kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
yang terjadi pada dirinya sendiri. Pertumbuhan badan yang mencolok misalnya pembesaran
payudara yang cepat membuat remake merasa tersisih dari teman-temannya. Demikian pula
dalam menghadapi menstruasi dan mimpi basah yang pertama, remaja perlu menyesuaikan
tingkah lakunya.
Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja terjadi sangat mencolok dan jelas sehingga
dapat mengganggu keseimbangan yang sebelumnya terbentuk. Perilaku mereka mendadak
menjadi sulit diduga dan sering kali agak melawan norma sosial yang berlaku. Oleh karena
itu, pada masa ini sering kali dinamakan sebagai “masa negative”.
Remaja juga terlalu memperhatikan keadaan tubuhnya yang sedang mengalami proses
perubahan. Tanggapan atas perubahan dirinya ini dapat digolongkan menjadi 2, yaitu mereka
yang terlalu memperhatikan normal tidaknya dirinya dan mereka yang terlalu memikirkan
tepat tidaknya kehidupan kelaminnya. Bila mereka memperhatikan teman sebayanya,
kemudian ternyata dirinya berbeda dari mereka maka akan segera muncul pikiran tentang
normal tidaknya dirinya. Misalnya, hanya berbeda dalam hal kecepatan pertumbuhan sudah
dapat menimbulkan kekawatiran dalam dirinya.
Remaja adalah tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang
dewasa. Pada jenjang ini kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi
social dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap
9
lingkungannya, remaja telah memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan,
yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya didalam keluarga. Remaja
menghadapi berbagai lingkungan, bukan saja bergaul dengan berbagai kelompok umur.
Dengan demikian, remaja mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok remaja,
kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua.
Pada masa remaja juga berkembang sikap conformity yaitu kecenderungan untuk
meyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kebenaran, atau keinginan
orang lain.
Perkembangan sikap konfomitas pada remaja dapat memberikan dampak yang positif
maupun yang negative bagi dirinya.
Apabila kelompok teman sebaya yang ikut atau diimitasi itu menampilkan sikap dan
perilaku yang secara moral agama dapat dipertanggungjawabkan, misalnya kelompok
yang taat agama, berbudi pekerti luhur, kreatif dalam mengembangkan bakat, rajin
belajar, aktif berorganisasi, maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan
pribadi yang baik.
Perkembangan social manusia di pengaruhi oleh beberapa factor, yakni keluarga, kematangan
idividu, ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan
intelegensi.
1. keluarga
10
2. Kematangan bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis
Kehidupan social banyak di pengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan social
keluarga dalam lingkungan masyarakat itu. Masyarakat akan memandang remaja, bukan
sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteknya yang utuh
dalam keluarga anak itu “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan social
anak, masyarakat dan kelompoknya akan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam
keluarga. Dari pihak remaja itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi
normative yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan hali itu, dalam
kehidupan social anak akan senantiasa “menjaga” status social keluarganya.
Dalam hal tertentu maksud menjaga status social keluarganya itu mengakibatanya
menempatkan dirinya dalam pergaulan social yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat
lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan
membutuk kelompok elit dengan normanya.
4. Pendidikan
Penanaman norma yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang
belajar kelembagaan pendidikan.
Kepada peserta didik bkan saja dikenalkan keppada norma-norma lingkungan dekat,
tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan antar
bangsa. Etik pergaulan dan pendidikan moral di ajarkan secara terprogram dengan tujuan
untuk membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
11
D. Pengaruh Perkembangan Sosial Terhadap Tingkah Laku
Dalam perkembangan social, remaja dapat memikirkan perihal dirinya dan orang lain.
Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah ke penilaian diri dan kritik
dari hasil pergaulannya dengan orang lain hasil penilaian tentang dirinya tidak selalu
diketahui orang lain, bahkan sering terlihat usaha seseorang untuk menyembunyikannya.
Dengan refleksi diri, hubungan dengan situasi lingkungan sering tidak sepenuhnya diterima,
karena lingkungan tidak senantiasa sejalan dengan konsep dirinya yang tercermin sebagai
suatu kemngkinan bentuk tingkah laku sehai-hari.
Pemikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan
sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk orang tuanya. Ssetiap pendapat orang
lain dibandingkan dengan teori yang diikuti atau diharapkan. Sikap kritis ini juga ditunjukkan
dalam hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya, sehingga tata cara, adat istiadat
yang berlaku dilingkungan keluarga sering terasa terjadi ada pertentangan dengan sikap kritis
yang tampak pada perilakunya.
Di samping itu pengaruh egosentris masih aering terlihat pada pikiran remaja. Cita-
cita dan idealism yang baik, terlalu menitikberatkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat
lebih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak
berhasilnya menyelesaikan persoalan.
Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain
dalam penilainnya. Masih sulit membedakna pokok perhatian orang lain dari pada tujuan
perhatian diri sendiri. Pandangan dan penilaian diri sendiri dianggap sama dengan pandangan
orang lain mengenai dirinya.
Pencerminan sifat egois sering dapat menyebabkan “kelakuan” para remaja dalam
cara berfikir maupun bertingkah laku. Persoalan yang timbuk pada masa remaja adalah
banyak bertalian dengan perkembangan fisik yang dirasakan mengganggu dirinya dalam
bergaul, karena disangkanya orang lain berpikir yang sama dan ikut tidak puas mengenai
penampilan dirinya. Hal ini menimbulkan perasaan merasa terlalu diamati orang lain,
perasaan malu, dan membatasi gerk geriknya. Akibat dari hal ini akan terlihat pada tingkah
tingkah laku yang canggung.
Proses penyesuaian diri yang dilandasi sifat egonya dapat menimbulkan reaksi lain
dimana remaja itu justru melebih-lebihkan diri dalam penilaian diri. Mereka meras dirinya
“ampuh” atau “hebat” sehingga berani menantang malapetaka dan menceburkan diri dalam
aktifitas yang acapkali tidak dipikirkan atau direncanakan. Aktifitas yang dilakukan pada
umunya tergolong aktifitas yang membahayakan.
12
Bergaul dengan sesama manusia (sosialisasi)dilakuakn setiap orang, baik secara
individual maupun kelompok. Dilihat dari berbagai aspek, terdapat perbedaan individual
manusia, yang hal itu tampak juga dalam perkembangan sosialnya.
Manusia hidup dalam kesatuan budaya yang utuh, alam, dan kehidupan masyarakat
menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia. Namun sesuai bakat dan minat,
kemampuan, dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang kelompok social
yang beraneka ragam. Remaja yang telah mulai mengembangkan kehidupan bermasyarakat,
maka telah mempelajari pola-pola social yang sesuai dengan kepribadiannya.
Remaja dalam mencari identitas diri memiliki sikap yang terlalu tinggi nilai dirinya
atau sebaliknya mereka belum memahami benar tentang norma-norma social yang berlaku di
dalam kehidupan masyarakat. Keduanya dapat menimbulkan hubungan social yang kurang
serasi, karena mereka sukar untuk menerim norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok
atau masyarakat. Sikap menantang dan sikap canggaung dalam pergaulan akan merugikan
kedua belah pihak. Kesepakatan norma kehidupan remaja yang berbeda dengan kelompok
lain, mungkin kelompok remaja lain, kelompok dewasa, dan kelompok anak-anak, akan
menimbulkan perilaku social yang kurang atau tidak dapat diterima oleh umum. Tidak sedikit
perilaku yang berlebihan akan (over acting) muncul.
13
Secara harfiah, kesulitan belajar didefinisikan sebagai rendahnya kepandaian yang
dimiliki seseorang yang dibandingkan dengan kemampuan yang seharusnya dicapai orang itu
pada umur tersebut. Kesulitan belajar yang informal dapat dikenali dari keterlambatan dalam
perkembangan kemampuan seorang anak.
Kesulitan belajar dapat menghinggapi seseorang dalam kurun waktu yang lama.
Beberapa kasus memperlihatkan bahwa kesulitan belajar ini mempengaruhi banyak aspek
kehidupan seseorang, baik di sekolah, pekerjaan, rutinitas sehari-hari, kehidupan
keluarga,atau bahkan terkadang dalam hubungan persahabatan dan bermain.
Beberapa penderita menyatakan bahwa kesulitan ini berpengaruh pada kebahagian
mereka. Sementara itu, bagi penderita lain, gangguan ini menghambat proses belajar mereka,
sehingga tentu tentu saja pada gilirannyajuga akan berdampak pada aspek lain kehidupan
mereka. Terkadang seseorang juga mengalami berbagai kesulitan belajar yang saling tumpang
tindih, semetara itu yang lainnya ada yang hanya sedikit pengaruhnya bagi aspek lain dari
kehidupan mereka. Diagnose kesulitan belajar merupakan proses menentukan masalah atas
ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar-belkang penyebab nya dan
atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hembatan belajar yang Nampak.
Secara garis besar, factor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari dua
macam, yaitu factor internal dan factor eksternal.
1. Observasi kelas
Pada tahap ini observasi kelas dapat membantu mengurangi kesulitan dalam tingkat
pembelajaran, misalnya memeriksa keadaan secara fisik bagaimana kondisi kelas dalam
kegiatan belajar, cukup nyaman, segar, sehat dan hidup atau tidak. Kalau suasan kelas sangat
nyaman, tenang dan sehat, maka itu semua dapat memotivasi peserta didik untu belajar lebih
semangat lagi.
Dalam hal ini dapat difokuskan pada tingkat kesehatan peserta didik khusus mengenai
alat indera. Diupayakan minimal dalam sebulan sekali pihak sekolah melakukan tes atau
pemerikdaan kesehatan di puskesmas / dokter, karena tingkat kesehatan yang baik dapat
menunjang pelajaran yang baik pula. Maka dari itu, betapa pentingnya alat indera tersebut
dapat menstimulasikan bahan pelajaran langsung ke setiap individu.
16
dapat diambil beberapa nilai kepribadian peserta didik secara praktis dari segi dasar, logika
dan privasi seseorang.
Beberpa langkah pokok / prosedur dan teknik pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar
adalah sebagi berikut :
Kesulitan belajar itu dapat kita deteksi dari observasi pada saat proses kegiatan
belajar. Agar observasi dapat mendeteksi kasus kesulitan belajar secara tepat, maka pada
observasi ini dilakukan kegiatan pencatatan hal-hal sebagai berikut :
17
Kemampuan kerja sama dan penyelesaian sosialnya (disenangi atau
menyenangi orang lain secara sosiometris dapat diketahui) dan sebagainya
Dalam lembaga pendidikan tertentu, unutuk bidan studi dan oleh guru tertentu,
telah mulai diadakan pencatatan berapa waktu yang secara efektif digunakan oleh peserta
didik dalam memecahakan masalah soal atau mengerjakan tugas tertentu. Dalam konteks
kelas lazimnya waktu dialokasikan untuk bidang studi dan tiap jam pelajaran tertentu (40-
50 menit). Dalam konteks tugas individual ditetapkan berdasarkan perhitungan
hari/minggu tertentu. Catatan ini amat berharga, sehingga dapat menggambarkan siapa
peserta didik yang selalu lebih cepat, selalu terlambat dan peserta didik yang tepat waktu.
Dengan membandingkan durasi dan frekuensi peserta didik itu secara berkelompok maka
kita mudah mengetahui atau menemukan kasus-kasus yang diduga mengalami kesulitan
belajar.
Frekuensi dari absensi inipun sangat berharga untuk menandai peserta didik yang
diduga mengalami kesulitan belajar. Dengan membuat rangking mulai dari yang banyak
angka ketidakhadirannya,kita dengan mudah menemukan siapa yang bermasalah.
Kemungkinan akan tampak relevansi frekuensi ketidakhadiran ini dengan prestasinya.
Dalam bidang tertentu juga kadang dibutuhkan kerja sama peserta didik dalam
kelompok. Dalam kerja sama ini dibutuhkan suatu kondisi saling menerima, saling
percaya,saling menyayangi diantara sesame anggota. Dari ini kita dapat mengetahui yang
memilih dan dipilih dan mana yang tidak memilih dan dipilih, mana peserta didik yang
disenangi dan mana yang kurang disenangi atau terisolasi. Dengan ini maka kita dapat
menjadikan peserta didik yang terisolasi ini sebagai peserta didik yang patut dijadikan
kasus bimbingan penyesuaian social.
Setelah kita menemukan kelas atau individu peserta didik yang diduga mengalami
kesulitan belajar, maka persoalan selanjutnya yang perlu kita telaah, ialah (1) dalam mata
pelajaran (bidang studi) manakah kesulitan itu terjadi, (2) pada kawasan tujuan belajar (aspek
perilaku) yang manakah ada kesulitan itu terjadi, (3) pada bagian (ruang lingkup bahan) yang
manakah kesulitan itu terjadi, (4) dalam segi kesulitan belajar manakah kesulitan itu terjadi.
Untuk itu dilakukan analisis letak kesulitan belajar peserta didik dengan cara sebagai
berikut :
18
Mendekati kesulitan belajar pada bidang studi tertentu. Dapat dilakukan
dengan cara membandingkan angka nilai prestasi individu peserta didik untuk
semua bidang studi, untuk membuat jelas hal ini sebaiknya dibuat grafik yang
berisi semua mata pelajaran/bidang studi lengkap dengan nilainya.
Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bagian ruang lingkup bahan
pelajaran dimanakah kesulitan itu terjadi. Dapat dilakukan dengan menganalisis
jawaban peserta didik terhadpa soal-soal setiap mata pelajaran. Dari jawaban itu
diketahui pada bagian mana peserta didik mendapat kesulitan
Analisis terhadap catatan megenai proses belajar. Analisi yang dimaksud
sidini adlah analisis terhadap kemampuan mneyelesaikan tugas-tugas, soal-soal
saat proses belajar berlangsung, kehadiran dan ketidakhadiran saat proses belajar
berlangsung untuk setiap mata pelajaran, penyesuaian diri dengan temannya.
Sebagai catatan umum, langkah diatas dalam pelaksankaannya dapat ditempuh dengan
beberapa strategi penekatan, antara lain :
e. Lokalisasi jenis factor dan sifat yang menyebabkan peserta didik mengalami berbagi
kesulitan.
Pada garis besarnya sebab kesulitan dapat timbul dari 2 hal yaitu :
19
1) Factor internal yaitu factor yang berada dan terletak pada diri peserta didik
itu sendiri. Hal ini antara lain disebabkan oleh :
Kelemahan mental factor kecerdasan, intelegensia, atua kecakapan /
bakat : khusus tertentu yang dapat diketahui melalui test tertentu.
Kelemahan fisik, panca indera, syaraf, kecacatan, karena sakit, dan
sebagainya.
Gangguan, yang bersifat emosional.
Sikap dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan pelajaran
tertentu.
Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar pelajaran-
pelajaran tertentu.
2) Factor eksternal, yaitu factor yang datang dari luar yang menyebabkan
timbulnya hambatan atau kesulitan. Factor eksternal antara lain meliputi :
Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang peserta
didik untuk aktif antisifatif (kurang kemungkinanya peserta didik untuk aktif
“student actif learning”)
Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
Ketidak seragaman pola dan standar administrasi
Beban belajar yang terlampau berat
Metode mengajar yang kurang memadai
Sering pindah sekolah
Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar mengajar
Situasi rumah yang kurang mendorong untuk melakukan aktivitas
belajar
Untuk mengenal kesemua factor diatas dapat dipergunakan berbagai cara dan
alat, baik yang dapat dibuat oleh guru, maupun yang telah dikerjakan orang lain
yang tersedia disekolah. Cara dan alat itu antara lain :
Test kecerdasan
Test bakat khusus
Skala sikap baik yang sudah standar mauoun yang secara sederhana
bisa dibuat guru
Inventory
Wawancara dengan peserta didik yang bersangkutan
Mengadakan observasi yang intensif beik dalam maupun diluar kelas
Wawancara dengan guru dan wali kelas, dan dengan orang tua atau
teman-teman bila dipandang perlu
f. Perkiraan kemungkinan bantuan
Apabila kita telaah tentang letak kesulitan yang dialami oeserta didik, jenis dan sifat
kesulitan, latar belakangnya, factor-faktor ynag menyebabkannya, maka kita akan dapat
memperkirakan beberapa hal berikut :
Apakah peserta didik tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi
kesulitannya atau tidak
Beberap lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang
dialami peserta didik tertentu
Kapan dan dimana pertolongan itu dapat diberikan
Siapa yang dapat memberikan pertolongan
Bagaimana cara menolong peserta didik agar dapat dilaksankan secara efektif
Siapa sajakah yang harus dilibatsertakan dalam menolong peserta didik
tersebut.
20
g. Penetapan kemungkinan cara mengatasinya
Pada langkah ini perlu menyusun suatu rencana atau alernatif-alternatif rencana yang
akan dilaksanakan untuk membantu peserta didik/ peserta didik mengatasi masalah kesulitan
belajarnya. Rencana ini hendaknya berisi :
Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami
peserta didik tersebut.
Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang
Ada baiknya rencana ini dapat didiskusikan dan dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang
dipandang berkepentingan kelak diperkirakan akan terlibat dalam pemberian bantuan kepada
yang bersangkutan seperti penasehat akademik, guru, orang tua, pembimbing penyuluh dan
ahli lain. Secara khusus kegiatan ini hanya dapat diberikan oleh guru yang tahu persis tentang
berbagai kesulitan yang bisa di alami peserta didik dalam mata pelajarannya.
h. Tindak lanjut
Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan bantuan, bimbingan, arahan atau
pengajaran paling tepat dalam membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, cara
ini dapat berupa :
Melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remedial pada mata
pelajaran yang menjadi masalah bagi peserta didik tertentu. Remedial dapat dilakukan
oleh guru, atau pihak lain yang dianggap dapat menciptakan suasana belajar peserta
didik yang penuh motivasi.
Membagi tugas dan peranan kepada orang-orang tertentu dalam memberikan
bantuan pada peserta didik.
Sentiasa men”cek” dan ricek kemajuan terhadap peserta didik yang
bermasalah baik pemahaman mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan,
maupun mencek bahan tepat guna program remedial yang dilakuakn untuk setiap saat
diadakan revisi dan improvisasi.
Mentransfer atau mengirim (rofferal case) peserta didik yang menurut
perkiraan tidak dapat ditangani oleh guru kepada orang atau lembaga lain (psikologi,
psikiater, lembaga bimbingan, lembaga psikologi, dan sebagainya) yang diperkirakan
akan lebih dapat dan lebih tepat membantu peserta didik tersebut.
21
22