Anda di halaman 1dari 22

1.

Latar Belakang

Menjadi seorang guru yang professional memang tidak cukup dengan hanya mengandalkan
penguasaan materi ajar saja, dan juga harus mampu mengaplikasikannya dalam kegiatan
pembelajaran, serta harus memiliki empat kompetensi dasar. Menjadi seorang guru juga harus mampu
mengenal karakter/kepribadian yang dimiliki oleh peserta didiknya.

Karakter merupakan kelakuan atau tingkah laku yang dimiliki oleh seseorang. Maka dari itu
karakter merupakan suatu sifat yang melekat pada dirinya, sehingga sangat sulit untuk merubah
karakter seseorang. Setiap orang pasti memiliki karakter yang berbeda-beda, begitu pula dengan
peserta didik, mereka juga memiliki karakter yang berbeda-beda. Seperti dalam suatu kelas terdpat 30
peserta didik, maka di dalam kelas tersebut akan terdapat 30 karakter. Maka dari itu penting bagi
setiap guru untuk mengenal dan mengetahui karakter yang dimiliki peserta didiknya.

Mengenal karakter peserta didik memang tidaklah mudah, karena tidak semua guru dapat
mengenal karakter yang yang ada pada seluruh peserta didiknya. Jika seorang guru ingin mengetahui
karakter dari peserta didiknya, maka seorang guru harus terlebih dahulu mengenal peserta didiknya.

Mengenal atau mengetahui karakter anak erupakan hal yang harus dilakukan oleh seorang
pengajar/guru. Dengan mengenal karakter peserta didik, guru akan mampu membimbing dan
mengarahkan peserta didik, sehingga kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan baik serta
mendapatkan hasil yang baik pula.

Begitu banyak macam-macam karakter atau kepribadian yang ada pada diri peserta didik,
diantaranya yaitu, aktif, kreatif, ramah, menyenangkan, bersahabat, memiliki sikap pemalu,
menyendiri, mandiri, cerdas nakal, tenang, ramah, membangkang, dan sebagain nakal, tenang, ramah,
membangkang, dan sebagainya.

Secara sederhana karakteristik anak dapat dibedakan atau dikelompokan menjadi beberapa
kelompok yaitu, kelompok anak yang mudah atau menyenangkan, anak yang baiasa-biasa saja, serta
anak yang sulit dalam menyesuaikan diri, baik dalam kegiatan pembelajaran ataupun dalam
lingkungan sekolah.

Maka dari itu dengan guru mengenal karakter yang dimiliki peserta didik, maka dapat
memudahkan guru dalam menghadapi peserta didik, baik dalam kegiatan pembelajaran ataupun dalam
menerapkan dalam lingkungan sekolah.

Bimbingan dan Konseling merupakan bantuan kepada individu peserta didik dalam
menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya atau dalam proses belajarnya.
Bantuan semancam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, agar setiap peserta didik dapat lebih
berkembang ke arah yang seoptimal mungkin. Denagn demikian bimbingan dan konseling menjadi
bidang layanan khusu dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-
tenaga ahli dalam bidang tersebut, termasuk guru.

Guru berusaha membimbing peserta didik agar menemukan berbagai potensi yang
dimilikinya, membimbing peserta didik agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas
perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai
individu yang mandiri dan produktif. Peserta didik adalah individu yang unik/ artinya, tidak ada
individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, akan tetapi pada
hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan dan sebagainya. Di samping

1
itu setiap individu juga adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama perkembangan mereka
tentulah tidaklah sama juga. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai
pembimbing.

2. Peranan Guru Dalam Pembimbingan Peserta Didik

Peranan guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:

a. Tugas guru dalam layanan bimbingan dalam kelas

Kejelasan gambaran tugas dapat memotivasi guru untuk berperan secara aktif dalam kegiatan
bimbingan dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan tersebut.

Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, misalnya guru yang bersifat otoriterakan
menimbulkan suasana tegang, hubungan guru peserta didik menjadi kaku, keterbukaaan peserta
didik untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan sehubungan dengan pelajaran itu menjadi
terbatas. Oleh karena itu, guru harus dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam kegiatan belajar-
mengajar. Seorang guru dapat melakukan bimbingan di dalam kelas dengan hal-hal berikut:

1. Guru sebagai pembangkit motivasi belajar

Pembangkitan motivasi belajar oleh guru kelas dapa dilakukan secara khusus menggunakan
jam pelajaran atau diselipkan sambil mengajar atau memberikan latihan-latihan. Selain itu
guru juga harus melakukan upaya-upaya untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik
antara lain:

 Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pelajaran yang diberikan. Tujuan yang
jelas dan manfaat yang betul-betul dirasakan oleh peserta didik akan membangkitkan
motivasi belajar.

 Memilih materi atau bahan pelajaran yang betul-betul dibutuhkan oleh


peserta didik sesuatu yang di butuhkan akan menarik minat peserta didik, dan minat
tersebut merupakan salah satu bentuk motivas.

 Memilih cara penyajian yang bervariasi sesuai dengan kemampuan peserta


didik dan banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba dan
berpartisipasi. Banyak buat dalam belajar akan lebih membagkitkan semangat
dibandingkan hanya dengan mendengarkan. Oleh karena itu guru perlu menciptakan
berbagai kegiatan peserta didik di dalam kelas.

 Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk meraih kesuksesan.


Kesuksesan yang di capai oleh peserta didik akan membangkitkan motivasi belajar,
dan sebaliknya kegagalan yang terjadi pada [eserta didik dapat menghilangkan
motivasi.

 Memberi kemudahan dan bantuan kepada peserta didik dalam proses belajar.
Tugas guru ialah membantu mengoptimalkan perkembangan peserta didik. Agar
perkembangan peserta didik lancar, guru memberikan kemudahan-kemudahan dalam
belajar, dan tiak mempersulit perkembangan belajar yang di alami peserta didik.
Apabila peserta didik mengalami kesulitan atau hambatan dalam belajar, guru

2
memberikan bantuan baik secara langsung maupun dengan memberi petunjuk kepada
siapa atau kemana meminta bantuan.

 Memberikan pujian, ganjaran, ataupu hadiah untuk membangkitkan motivasi


belajar peserta didik.

2. Guru sebagai tokoh kunci dalam bimbingan

Guru memiliki hubungan yang erat dengan murid. Karena guru banyak memiliki waktu dan
kesempatan untuk mempelajari murid, mengawasi tingkah laku dan kegiatannya. Kedudukan
guru dalam pendidikan yaitu memiliki wewenang sepenuhnya dalam mempelajari dan
memahami peserta didiknya, bukan saja sebagai individu teetapi juga sebagai anggota
kelompok atau kelasnya. Sejak peserta didik masuk ke sekolah dari pagi hari sampai sekolah
usai, guru akan memanfaatkan setiap kesempatan untuk membantu BK dalam
mengumpulkan data yang di kumpulkan agar dapat memahami peserta didik dengan baik.

Sebagian dari data tersebut didapatkan dari murid sendiri atau dari orang tuanya dengan
mengisi formulir-formulir isian atau melalui informasi lisan. Data lainnya di peroleh dari
pelaksanaan tes atau melalui observasi terhadap kegiatan-kegiatan peserta didik, kebiasaan
dan tingkah langkuhnya baik di dalam maupun di luar kelas. Karena itu guru memiliki peran
penting sebagai anggota umat diantara petugas-petugas bimbingan pada umumnya guru
tersebut berada pada posisi yang lebih baik untuk mengetahui masalah-masalah, siakp dan
kebutuhan peserta didik sehingga memudahkan guru untuk memberikan bantuan peserta didik
yang membutuhkan.

3. Mengetahui peserta didik sebagai individu

Tugas pertama guru dalam bimbingan adalah mengetahui atau lebih mengenal peserta
didiknya. Kegiatan bimbingan tidak akan berhasil dengan baik manakala guru kurang
memahami peserta didik. Oleh karena itu diperlukan pemahaman atau pengetahuan terhadap
peserta didik tentang kebiasaannya dalam belajar, dalam bermain, kesehatannya, asal usulnya,
teman-teman karibnya bahkan latar belakang sosial ekonominya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan
fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu:

 Mengusahakan agar peserta didik- peserta didik dapat memahami dirinya,


kecakapan-kecakapan, sikap, minat, dan pembawaannya.

 Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap peserta didik


merasa aman, dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang di capainya
mendapat penghargaan dan perhatian.

 Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang baik.

 Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi peserta didikuntuk memperoleh


hasil yang lebih baik.

 Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat dan


kemampuan minatnya.

3
 Perlakuan terhadap peserta didik secara hangat, ramah, rendah hati,
menyenangkan.

 Perlakuan terhadap peserta didik didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai


individu, peserta didik memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu
mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.

 Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh peserta didik dan


membantu peserta didik untuk menyadarkan perasaannya itu.

 Kesadaran bahwa tujuan mengejar bukan terbatas pada penguasaan peserta


didik terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan peserta
didik menjadi individu yang lebih dewasa.

 Sikap yang positif dan wajar terhadap peserta didik.

 Pemahaman peserta didik secara empatik.

 Penghargaan terhadap martabat peserta didik sebagai individu.

 Penampilan diri secara asli, tidak pura-pura didepan peserta didik.

 Kekonkretan dalam menyatakan diri.

 Penerimaan peserta didik secara apa adanya.

 Penyesuaian diri terhadap keadaan yang khusus

b. Tugas guru dalam operasional bimbingan di luar kelas

1. Bimbingan bagi peserta didik yang sesuai tingkat kecerdasannya

Meskipun perkembangan pelajarannya normal, tetapi mereka membutuhkan bimbingan,


untuk mempertahankan prestasi yang telah dicapainya dan meningkatkannya. Bimbingan
terhadap mereka dapat diberikan oleh konselor atau guru pembimbing dan juga guru mata
pelajaran. Bimbingan dari konselor lebih bersifat umum, dapat adjustif. Materi bimbingan
dapat diarahkan pada perencanaan dan pengembangan diri, peningkatan hubungan sosial,
pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar, disiplin belajar, memperbaiki cara-car
belajar, mengerjakan tugas, latihan dan lain sebagainya.

Bimbingan yang lebih mengarah pada pemeliharaan dan peningkatan penguasaan materi
pelajaran diberikan oleh guru bimbingan dan guru bidang studi. Mereka diharapkan
memberikan perhatianyang lebih besar terhadap perkembangan belajar dari peserta didik,
memperhatikan perbedaan individual peserta didik, memberikan latihan yang sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan mereka. Guru bidang studi juga diharapkan dapat
memberikan layanan remedial terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan dan
pengayaan terhadap peserta didik yang cepat.

Bimbingan terhadap peserta didik berprestasi rendah juga dapat diberikan oleh konselor,
guru pembimbing dan guru bidang studi. Peserta didik berprestasi rendah, dapat
dipastikan memiliki masalah, ada factor penyebab yang melatarbelakanginya mungkin

4
bersumber pada dirinya mungkin juga diluar dirinya. Guru mata pelajaran harus berusaha
menemukan penyebab tersebut bila penyebabnya sudah ditemukan langkah selanjutnya
adalh memberi layanan remedial atau korektif terhadap kelemahannya dan
pengembangan terhadap potensi atau kekuatan yang dimilikinya.

Layanan dari guru pembimbing dan guru bidang studi lebih di fokuskan pada layanan
remidialdalam beberapa mata pelajaran yang kurang. Konselor juag dapat membantu
dalam mendiagnosis kelemahan yang diderita para peserta didik. Berdasarkan hasil
diagnosis tersebut guru-guru memberikan layanan remedial. Disamping memberikan
layanan remedial guru bidang studi hendaknya berusaha untuk menyiakan dan
memberikan pelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, menciptakan
situasi belajar mengajar yang lebih membangkitkan motivasi belajar, lebih permisif dan
terbuka pada peserta didik.

2. Melakukan kunjungan rumah

Kunjungan rumah merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan dan konseling. Fungsi
utama dari kunjungan rumah adalah membina hubungan baik dan kerjasama antara guru
mata pelajaran dan orang tua peserta didik. Melalui hubungan baik dan kerjasama ini,
diharapkan ada saling pengertian, kesamaan presepsi, sikap dan perlakuan terhadap
peserta didik. Dalam kunjungan rumah, guru mata pelajaran dapat memperoleh data lebih
luas dan mendalam tentang perkembangan peserta didik, karakteristik, sikap, kebiasaan,
serta aktivitasnya dalam keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar serta kondisi
kehidupan peserta didik.

3. Meyelenggarakan kelompok belajar.

Kegiatan ini bermanfaat untuk:

 Membiasakan anak untuk bergaul dengan teman-temannya, bagaimana


mengemukakan pendapatnya dan menerima pendapat dari teman lain.

 Merealisasikan tujuan pendidikan dan pengajaran melalui belajar secara


kelompok.

 Mengatasi kesulitan-kesulitan, terutama dalam hal pelajaran secara bersama-


sama.

 Belajar hidup bersama agar nantinya tidak canggung didalam masyarakat


yang lebih luas.

 Memupuk rasa kegotongroyongan.

4. Pertemuan guru-murid

Sewaktu-waktu apabila dibutuhkan, maka guru perlu mengadakan pertemuan dari hati ke
hati dengan peserta didik. Pertemuan itu dapat dilaksanakan sebelum sekolah dimulai,
pada aktu istirahat, atau setelah sekolah usai. Dari pertemuan tersebut akan didapatkan dat
mengenai peserta didik yang mungkin sedang bermasalah.

c. Keterbatasan guru

5
Jika melihat realita bahwa di Indonesia jumlah tenaga konselor professional memang masih
relatif terbatas, maka peran guru sebagai pembimbing tampaknya menjadi penting. Ada atau
tidak ada konselor professional di sekolah, tentu upaya pembimbingan terhadap peserta didik
mutlak diperlukan. Jika kebetulan di sekolah sudah tersedia tenaga konselor professional,
guru bisa bekerja sama dengan konselor bagaimana seharusnya membimbing peserta didik di
sekolah. Namun jika belum, maka kegiatan pembimbingan peserta didik tampaknya akan
bertumpu pada guru.

Beberapa keterbatasan guru antara lain:

 Guru tidak mungkin lagi menangani masalah-masalah peserta didik yng


bermacam-macam, karena guru tidak terlatih untuk melaksanakan emuat tugas itu.

 Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi
ditambah tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam masalah
peserta didik.

d. Upaya guru dalam mengoptimalkan peranannya

Agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai pembimbing, berikut ini beberapa hal
yang perlu diperhatikan:

 Guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya.


Misalnya pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman tentang
potensi dan bakat yang dimiliki anak, dan latarbelakang kehidupannya. Pemahaman
ini sngat penting, sebab akan menentukan teknik dan jenis bimbingan yang harus
diberikan kepada mereka.

 Guru dapat memperlakukan peserta didik sebagai individu yang unik dan
memerikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan keunikan
yang dimilikinya.

 Guru seyogyanya dapat menjalin hubungan yang akrab, penuh kehangatan


dan saling percaya, termasuk didalamnya berusaha menjaga kerahasiaan data peserta
didik yang dibimbingnya apabila data itu bersifa pribadi.

 Guru senantiasa memberikn kesempatan kepada peserta didiknya untuk


mengkonsultasikan berbagai kesulitan yang dihadapi peserta didiknya, baik ketika
sedang berada di kelas maupun di luar kelas.

 Guru sebiknya dapat memahami prinsip-prinsip umum konseling dan


menguasai teknik-teknik dasar konseling untuk kepentingan pembimbingan peserta
didiknya, khususnys ketika pesrta didik mengalami kesulitan-kesulitan tertentu dalam
belajarnya.

3. Mengenal Perkembangan Peserta Didik

Dalam menyelenggarakan kegiatan layanan dan kegiatan pendukung, guru BK perlu


memahami karakteristik peserta didik asuh termasuk perilaku, perkembangan fisik, dan psikhisnya.
Dengan memahami karakteristik peserta didik asuh guru BK dapat memilih pendekatan dan teknik

6
yang tepat dlam memperlakukan mereka sebagai manusia, mengetahui kebutuhan mereka, dan
merelevansikan program BK untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

A. Kondisi yang mempengaruhi perkembangan fisik remaja

 Sistem endokrin

Bila system endokrin berfungsi normal maka anak akan memperlihatkan ukuran tubuh
yang normal pula. Sebalinya bila anak mengalami kekurngan hormone pertumbuhan, maka
akan menjadi kecil seperti orang kerdil. Sedangkan yang kelebihan hormone pertumbuhn
akan tumbuh menjadi terlalu besar.

a. Pengaruh keluarga

Factor keluarga ini meliputi factor keturunan maupun lingkungan. Karena factor
keturunan, seorang anak dapa menjadi lebih tinggi dari anak lainnya.

b. Pengaruh gizi

Anak-anak yang memperoleh gizi cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya.

c. Gangguan emosional

Anak yang terlalu sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan


terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan, dan ini akan membawa akibat
berkurangnya pembentukan hormone pertumbuhan di kelenjar pituitary. Bila terjadi hal
demikian, pertumbuhan awal remajanya terhambat dan tidak tercapai berat tubuh yang
seharusnya.

d. Jenis kelamin

Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari anak perempuan. Kecuali pada
usia antara 12-15 tahun anak perempuan biasanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat
dari anak laki-laki. Terjadinya perbedaan berat dan tinggi tubuh ini karena bentuk tulang
dan otot pada anak laki-laki memang berbeda dari perempuan.

e. Status sosial ekonomi

Anak-anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, cenderung
lebih kecil daripada anak yang berasal dari keluarga yang status sosial ekonominya tinggi.

f. Kesehatan

Anak-anak yang sehat dan jarang sakit, biasanya akan memiliki tubuh yang lebih berat
daripada anak yang sering sakit.

g. Akibat pertumbuhan fisik

Perubahan fisik pada masa remaja mempengaruhi semuai bagian tubuh, baik eksternal
maupun internal, sehingga juga mempengaruhi keadaan fisik dan psikologisnya.

Hal ini akan menimbulkan permasalahan dalam pola perilaku, sikap, dan kepribadian
yaitu:

7
 Dampak terhadap keadaan fisik

Pada saat menstruasi remaja wanita sering mengalami sakit kepala, sakit pinggang, kejang,
dan sakit perut yang diiringi dengan pingsan dan muntah-muntah, dan gangguan kulit. Karena
itu timbullah rasa lelah, tertekan, dan mudah marah. Perubahab fisik remaja juga dapat
menyebabkan gangguan pencernaan dan nafsu makan kurang baik sehingga lesu dan lelah.
Kalau remaja benar-benar sakit, ia ingin diperlakukan dengan penuh pengertian dan simpati
yang lebih besar dari biasanya.

 Dampak terhadap sikap dan perilaku

Ada beberapa pengaruh perubahan fisik terhadap sikap dan perilaku, yaitu:

a. Ingin menyendiri

Remaja mulai menarik diri dari teman-teman dan dari berbagai kegiatan keluarga, dan
sering bertengkar dengan teman-teman dan dengan anggota keluarga.

b. Bosan

Remaja mulai bosan dengan permainan yang sebelumnya amat digemari, bosan
dengan tugas-tugas sekolah, kegiatan-kegiatan sosial dan kehidupan pada umumnya.
Akibatnya remaja sedikit sekali bekerja sehingga prestasinya di berbagai bidang
menurutn. Mereka menjadi terbiasa untuk tidak mau berprestasi karena sering timbul
perasaan akan keadaan fisik yang tidak normal.

c. Inkoordinasi

Pertumbuhan pesat dan tidak seimbang mempengaruhi pada koordinasi gerakan.


Renaja merasa kikuk dan janggal selama berapa waktu.

d. Antagonism sosial

Remaja sering kali tidak mau bekerja sama, sering membantah dan menentang,
bermusuhan antara dua jenis kelamin di ungkapkan dalam kritik dan komentar atau
ejekan merendah.

e. Emosi yang meninggi

Kemurungan, merajuk, ledakan amarah dan kecenderungan untuk menangis.

f. Hilangnya kepercayaan diri

Remaja banyak yang mengalami rendah diri karena kritik yang bertubi-tubi datang
dari orang tuanya. Mereka tidak memiliki percaya diri dan takut kegagalan.

g. Terlalu sederhana

Perubahab tubuh yang terjadi selama masa remaja mnyebabkan anak menjadi sangat
sederhana dalam segala penampilannya karena takut orang lain akan memperhatikan
perubahan yang dialaminya dan membeeri komentar yang buruk.

 Dampak terhadap jiwa

8
Perubahan fisik remaja juga berpengaruh pada perkembangan jiwanya. Dari perubahan
fisik yang dialami remaja, yang terbesar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa remaja
adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi makin tinggi dan besar), mulai berfungsinya alat-
alat reproduksi, dan tanda-tanda seks sekunder. Perubahan fisik tersebut menyebabkan
kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
yang terjadi pada dirinya sendiri. Pertumbuhan badan yang mencolok misalnya pembesaran
payudara yang cepat membuat remake merasa tersisih dari teman-temannya. Demikian pula
dalam menghadapi menstruasi dan mimpi basah yang pertama, remaja perlu menyesuaikan
tingkah lakunya.

Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja terjadi sangat mencolok dan jelas sehingga
dapat mengganggu keseimbangan yang sebelumnya terbentuk. Perilaku mereka mendadak
menjadi sulit diduga dan sering kali agak melawan norma sosial yang berlaku. Oleh karena
itu, pada masa ini sering kali dinamakan sebagai “masa negative”.

Dalam hal melampiaskan gangguan ketidakseimbangan, adalah kecenderungan tidak


sama. Beberapa bentuk pelampiasan yang dapat terlihat adalah mudah tersinggumg, tidak
dapat diikuti jalam pemikirannya ataupun perasaannya, ada kecenderungan menarik diri dari
keluarga atau teman, lebih senang menyendiri, menentang orang tua, sangat menginginkan
kemandirian, sangat kritis terhadap orang lain, tidak suka melakukan tugas rumah atau
sekolahan, dan tampak dirinya tidak bahagia.

Karena sedang terjadi perubahan kelenjar, pertumubuhan fisik menyebabkan terjadinya


perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuhnya, sehingga sering merasa tidak nyaman,
misalnya ada keluhan gelisah, nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, sakit kepala,
sakit punggung, dan perasaan tidak nyaman karena tubuhnya sedang berkembang.

Remaja juga terlalu memperhatikan keadaan tubuhnya yang sedang mengalami proses
perubahan. Tanggapan atas perubahan dirinya ini dapat digolongkan menjadi 2, yaitu mereka
yang terlalu memperhatikan normal tidaknya dirinya dan mereka yang terlalu memikirkan
tepat tidaknya kehidupan kelaminnya. Bila mereka memperhatikan teman sebayanya,
kemudian ternyata dirinya berbeda dari mereka maka akan segera muncul pikiran tentang
normal tidaknya dirinya. Misalnya, hanya berbeda dalam hal kecepatan pertumbuhan sudah
dapat menimbulkan kekawatiran dalam dirinya.

B. Perkembangan psikis remaja

1. Perkembangan social remaja

Pada masa remaja berkembang “social cognition” yaitu kemampuan untuk


memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik
menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, maupun perasaannya. Pemahaman ini mendorong
remaja menjalin hubungan social dengan yang lebih akrab dengan mereka, terutama
teman sebaya, baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan.

Remaja adalah tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang
dewasa. Pada jenjang ini kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi
social dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap

9
lingkungannya, remaja telah memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan,
yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya didalam keluarga. Remaja
menghadapi berbagai lingkungan, bukan saja bergaul dengan berbagai kelompok umur.
Dengan demikian, remaja mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok remaja,
kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua.

Dalam hubungan persahabatan, remaja memilih teman yang memiliki kualitas


psikilogis yang relative sama dengan dirinya, baik menyangkut minat, sikap, dan nilai
kepribadian. Pergaulan dengan sesame remaja melawan jenis dirasakan yang paling
penting tetapi cukup sulit, karena disamping harus memperhatiakn norma pergaulan
sesame remaja, juga terselit pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih
teman hidup.

Pada masa remaja juga berkembang sikap conformity yaitu kecenderungan untuk
meyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kebenaran, atau keinginan
orang lain.

Perkembangan sikap konfomitas pada remaja dapat memberikan dampak yang positif
maupun yang negative bagi dirinya.

Apabila kelompok teman sebaya yang ikut atau diimitasi itu menampilkan sikap dan
perilaku yang secara moral agama dapat dipertanggungjawabkan, misalnya kelompok
yang taat agama, berbudi pekerti luhur, kreatif dalam mengembangkan bakat, rajin
belajar, aktif berorganisasi, maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan
pribadi yang baik.

Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku yang


melecehkan nila-nilai moral, maka sangat dimungkinkan remaja akan menampilakn
perilaku seperti kelompoknya itu. Karena itu mereka perlu didampingi agar memiliki
kemampuan penyesuaian social baik dilingkungan social, keluarga, maupun masyarakat.

C. Factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan social

Perkembangan social manusia di pengaruhi oleh beberapa factor, yakni keluarga, kematangan
idividu, ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan
intelegensi.

1. keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap


berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondidi dan tata
cara kehidupan keeluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di
dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada
dasarnya keluarga merekayasa periklaku kehidupan budaya anak.

Proses pendidikan yang bertujuan mengenmbangkan kepribadian anak lebih banyak


di tentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri
terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan daan diarahkan oleh keluarga.

10
2. Kematangan bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis

Untuk mampu mempertimbangkan dalam proses social, memberi dan menerima


pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual, dan emosional. Di samping itu,
kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian itu untuk mampu
bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisik=nya
telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.

3. Status social ekonomi

Kehidupan social banyak di pengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan social
keluarga dalam lingkungan masyarakat itu. Masyarakat akan memandang remaja, bukan
sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteknya yang utuh
dalam keluarga anak itu “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan social
anak, masyarakat dan kelompoknya akan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam
keluarga. Dari pihak remaja itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi
normative yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan hali itu, dalam
kehidupan social anak akan senantiasa “menjaga” status social keluarganya.

Dalam hal tertentu maksud menjaga status social keluarganya itu mengakibatanya
menempatkan dirinya dalam pergaulan social yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat
lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan
membutuk kelompok elit dengan normanya.

4. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan


sebagai proses pengoperasiannya ilmu yang normative, akan memberi warna kehiduoan
social anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Pendidikan dalam hal arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak di pengaruhi
oleh kehidupan keluarga, masyarakat dan kelembagaan.

Penanaman norma yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang
belajar kelembagaan pendidikan.

Kepada peserta didik bkan saja dikenalkan keppada norma-norma lingkungan dekat,
tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan antar
bangsa. Etik pergaulan dan pendidikan moral di ajarkan secara terprogram dengan tujuan
untuk membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

5. Mental, emosi, dan intelegensi

Kemampuan berfikir banyak mempengaruhi kemampuan belajar, memecahkan


masalah dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan
berbahasa secara baik. Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi, kempuan
berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan
keberhasilan dalam perkembangan social remaja. Sikap saling pengertian dan
kemampuan memahami orang lain merupakan modal tama dalam kehidupan social dan
dalam hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual
tinggi.

11
D. Pengaruh Perkembangan Sosial Terhadap Tingkah Laku

Dalam perkembangan social, remaja dapat memikirkan perihal dirinya dan orang lain.
Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah ke penilaian diri dan kritik
dari hasil pergaulannya dengan orang lain hasil penilaian tentang dirinya tidak selalu
diketahui orang lain, bahkan sering terlihat usaha seseorang untuk menyembunyikannya.
Dengan refleksi diri, hubungan dengan situasi lingkungan sering tidak sepenuhnya diterima,
karena lingkungan tidak senantiasa sejalan dengan konsep dirinya yang tercermin sebagai
suatu kemngkinan bentuk tingkah laku sehai-hari.

Pemikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan
sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk orang tuanya. Ssetiap pendapat orang
lain dibandingkan dengan teori yang diikuti atau diharapkan. Sikap kritis ini juga ditunjukkan
dalam hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya, sehingga tata cara, adat istiadat
yang berlaku dilingkungan keluarga sering terasa terjadi ada pertentangan dengan sikap kritis
yang tampak pada perilakunya.

Di samping itu pengaruh egosentris masih aering terlihat pada pikiran remaja. Cita-
cita dan idealism yang baik, terlalu menitikberatkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat
lebih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak
berhasilnya menyelesaikan persoalan.

Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain
dalam penilainnya. Masih sulit membedakna pokok perhatian orang lain dari pada tujuan
perhatian diri sendiri. Pandangan dan penilaian diri sendiri dianggap sama dengan pandangan
orang lain mengenai dirinya.

Pencerminan sifat egois sering dapat menyebabkan “kelakuan” para remaja dalam
cara berfikir maupun bertingkah laku. Persoalan yang timbuk pada masa remaja adalah
banyak bertalian dengan perkembangan fisik yang dirasakan mengganggu dirinya dalam
bergaul, karena disangkanya orang lain berpikir yang sama dan ikut tidak puas mengenai
penampilan dirinya. Hal ini menimbulkan perasaan merasa terlalu diamati orang lain,
perasaan malu, dan membatasi gerk geriknya. Akibat dari hal ini akan terlihat pada tingkah
tingkah laku yang canggung.

Proses penyesuaian diri yang dilandasi sifat egonya dapat menimbulkan reaksi lain
dimana remaja itu justru melebih-lebihkan diri dalam penilaian diri. Mereka meras dirinya
“ampuh” atau “hebat” sehingga berani menantang malapetaka dan menceburkan diri dalam
aktifitas yang acapkali tidak dipikirkan atau direncanakan. Aktifitas yang dilakukan pada
umunya tergolong aktifitas yang membahayakan.

Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi


pendapat orang lain, maka sifat ego semakin berkurang. Pada akhir masa remaja pengaruh
egosentrisnya sudah berkurang sehingga remaja sudah dapat berhubungan dengan orang lain
tanpa meremehkan pendapat dan pandangan orang lain.

E. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Sosial

12
Bergaul dengan sesama manusia (sosialisasi)dilakuakn setiap orang, baik secara
individual maupun kelompok. Dilihat dari berbagai aspek, terdapat perbedaan individual
manusia, yang hal itu tampak juga dalam perkembangan sosialnya.

Manusia hidup dalam kesatuan budaya yang utuh, alam, dan kehidupan masyarakat
menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia. Namun sesuai bakat dan minat,
kemampuan, dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang kelompok social
yang beraneka ragam. Remaja yang telah mulai mengembangkan kehidupan bermasyarakat,
maka telah mempelajari pola-pola social yang sesuai dengan kepribadiannya.

F. Upaya Perkermbangan Hubungan Sosial Remaja dan Implikasinya dalam


Menyelnggarakn Pendidikan

Remaja dalam mencari identitas diri memiliki sikap yang terlalu tinggi nilai dirinya
atau sebaliknya mereka belum memahami benar tentang norma-norma social yang berlaku di
dalam kehidupan masyarakat. Keduanya dapat menimbulkan hubungan social yang kurang
serasi, karena mereka sukar untuk menerim norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok
atau masyarakat. Sikap menantang dan sikap canggaung dalam pergaulan akan merugikan
kedua belah pihak. Kesepakatan norma kehidupan remaja yang berbeda dengan kelompok
lain, mungkin kelompok remaja lain, kelompok dewasa, dan kelompok anak-anak, akan
menimbulkan perilaku social yang kurang atau tidak dapat diterima oleh umum. Tidak sedikit
perilaku yang berlebihan akan (over acting) muncul.

Penciptaan kelompok social remaja perlu dikembangkan untuk memberikan


rengsangan kepada mereka kearah perilaku yang bermanfaat dan dapat diterima khalayak.
Kelompok olahraga, koperasi, kesenian, pencinta alam, dibawah asuhan para pendidik
disekolah atau tokoh masyarakat didalam kehidupan masyarakat perlu bnyak dibentuk. Khusu
didalam sekolah sering-sering diadakan kegiatan bakti social, bakti karya, dan kelompok
belajar dibawah bimbingan para guru.

4. Diagnosa Kesulitan Belajar

Belajar sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan


peserta didik. Karena itu guru dalam proses pembelajaran harus memperhatikan kemampuan
peserta didik secara individual, agar dapat membantu perkembangan peserta didik secara
optmal dan dapat mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
Guru harus mampu mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Guru
harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, karena kesulitan
belajar akan bersumber pada factor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar .
Dengan melihat hasil belajar peserta didik, guru akan mengetahui kelemahan peserta
didik beserta sebab-musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilain sebenarnya
guru mengadakan diagnose peserta didik tentang kelebihan dan kelemahan serta kesulitan-
kesulitan yang dialami dalam belajarnya. Dengan diketahui sebab-sebab kelemahan tersebut,
akan lebih mudah mencari cara untuk mengatasinya.
Hal inilah yang mendasari diperlukannya sebuah konsep diagnostic kesulitan belajar
serta pengajaran remedial yang dilakukan untuk mengatasi salah satu masalah penting didunia
pendidikan tersebut.

13
Secara harfiah, kesulitan belajar didefinisikan sebagai rendahnya kepandaian yang
dimiliki seseorang yang dibandingkan dengan kemampuan yang seharusnya dicapai orang itu
pada umur tersebut. Kesulitan belajar yang informal dapat dikenali dari keterlambatan dalam
perkembangan kemampuan seorang anak.
Kesulitan belajar dapat menghinggapi seseorang dalam kurun waktu yang lama.
Beberapa kasus memperlihatkan bahwa kesulitan belajar ini mempengaruhi banyak aspek
kehidupan seseorang, baik di sekolah, pekerjaan, rutinitas sehari-hari, kehidupan
keluarga,atau bahkan terkadang dalam hubungan persahabatan dan bermain.
Beberapa penderita menyatakan bahwa kesulitan ini berpengaruh pada kebahagian
mereka. Sementara itu, bagi penderita lain, gangguan ini menghambat proses belajar mereka,
sehingga tentu tentu saja pada gilirannyajuga akan berdampak pada aspek lain kehidupan
mereka. Terkadang seseorang juga mengalami berbagai kesulitan belajar yang saling tumpang
tindih, semetara itu yang lainnya ada yang hanya sedikit pengaruhnya bagi aspek lain dari
kehidupan mereka. Diagnose kesulitan belajar merupakan proses menentukan masalah atas
ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar-belkang penyebab nya dan
atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hembatan belajar yang Nampak.

a. Jenis Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu :
1) Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa
Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa sering menjadi indikasi awal bagi
kesulitan belajar yang dialami seorang anak. Orang yang mengalami kesulitan jenis
ini menemui kesulitan dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang tepat,
berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan bahasa yang benar, atau
memahami apa yang orang lain katakan.

2) Permasalahan dalam hal kemampuan akademik


Peserta didik yang mengalami gangguan kemampuan akademik berbaur
bersama teman-teman sekelasnya demi demi meningkatkan kemampuan membaca,
menulis, dan berhitung merekan dan kemampuan akademik lainnya.
3) Kesulitan lainnya, yang mencakup kesulitan dalam mengkoordinasi gerakan
anggota tubuh serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua kategori di
atas.

b. Ciri-ciri peserta didik yang mengalami kesulitan belajar


Peserta didik yang lamban belajar dan berpotensi rendah adalah peserta didik yang
kurang mampu menguasai pengetahuan dalam batas waktu yang telah ditentukan karena ada
factor tertentu yang mempengaruhinya, factor itu antara lain disebabkan lemahnya
kemampuan peserta didik menguasai kemampuan dan keterampilan dasar tertentu pada
sebagian materi pelajaran yang harus dikuasai sebelumnya.
Ciri-ciri umum peserta didik lamban belajar dapat dipahami melalui pengamatan fisik
peserta didik, perkembangan mental, intelektual, social, ekonomi,kepribadian, dan proses-
proses belajar yang dilakukan disekolah dan dirumah. Ciri-ciri itu dianalsisi agar diperoleh
kejelasan yang konkret tentang gejala dan sebab-sebab kesulitan belajar peserta didik di
sekolah dan di rumah. Rincian analisinya mencakup hal-hal sebagai berikut : fisik,
perkembangan mental, social, perkembangan kepribadian, proses-proses belajar yang
dilakukannya.
14
Ciri-ciri umum peserta didik lamban belajar adalah sebagai berikut :

 Peserta didik lamban belajar memiliki rentang perhatian yang rendah,


bertingkah bingung dan kacau.
 Derajat aktifitas peserta didik lamban belajar rendah
 Peserta didik lamban belajar kurang mampu menyimpan huruf dan kata pada
ingatannya pada waktu lama
 Peserta didik lamban belajar kurang mampu menyimpan pengetahuan hasil
pendengaran
 Peserta didik lamban belajar kurang mampu membedakan huruf, angka, dan
suara.
 Peserta didik lamban belajar tidak suka menulis dan membaca
 Peserta didik lamban belajar tidak sanggup mengikuti penjelasan yang
bersifat ganda
 Tingkah laku peserta didik lamban belajar selalu berubah-ubah dari hari ke
hari
 Peserta didik lamban belajar suka terdorong oleh perasaan emosianal dalam
pegaulan, mudah tersinggung, dan sering marah
 Peserta didik lamban belajar kurang mampu melakukan koordinasi dengan
lingkungannya
 Penampilannya kasar
 Peserta didik lamban belajar kurang mampu bercerita dan sulit membedakan
antara kiri dan kanan
 Peserta didik lamban belajar lambat dalam perkembangan bicara. Isi
pembicaraannya kekanak-kanakan
 Peserta didik lamban belajar susah dalam memahami kat dan konsep
 Peserta didik lamban belajar sulit akrab dengan orang dan benda
 Kemampuan berbicaranya terbatas pada satu pokok persoalan
 Peserta didik lamban belajar mereaksi tidak cermat terhadap aksi yang datang
dari luar
 Peserta didik lamban belajar sulit menyesuaikan diri terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi dalam lingkungan

Secara garis besar, factor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari dua
macam, yaitu factor internal dan factor eksternal.

1) Factor internal, yaitu :


 Sebab-sebab kesulitan belajar yang bersifat fisik, yaitu karena sakit atau
menderita cacat tubuh.
 Sebab-sebab kesulitan belajar yang bersifat psikis, yaitu factor intelegensi,
bakat, minat, motivasi, dan kesehatan mental.
2) Factor eksternal, yaitu :
I. Factor keluarga :
a) Factor orang tua :
 Cara mendidik
 Hubungan orang tua dengan anak
 Contoh atau bimbingan dari orang tua
b) Suasana rumah atau keluarga
c) Keadaan ekonomi keluarga, baik keadaan ekonomi yang kurang
(miskin) maupun berlebihan (kaya).
II. Factor sekolah :
15
a) Factor guru :
 Guru yang tidak berkualitas
 Hubungan antara guru dengan peserta didik yang kurang baik
 Guru yang tidak mempunyai kecakapan dalam usaha
mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik
 Kesulitan belajar yang ditimbulkan oleh metode mengajar
guru
b) Faktor alat, karena tanpa adanya alat, terutama bagi pelajaran yan
bersifat praktikum, akan menimbulkan kesulitan belajar. Karena kesulitan
alat, guru cenderung menggunakan metode ceramah yang dapat
menimblkan kepasifan peserta didik
c) Factor gedung sekolah pada umumnya dan ruang kelas pada
umumnya
d) Factor kurikulum
e) Factor waktu sekolah dan displin yang kurang
III. Factor media massa dan lingkungan social, baik teman bergaul,
lingkungan tetangga, maupun aktivitas dalam masyarakat.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab individual maupun sebab-sebab


yang kompleks.

Berikut ini beberapa alternative dalam kesulitas belajar :

1. Observasi kelas

Pada tahap ini observasi kelas dapat membantu mengurangi kesulitan dalam tingkat
pembelajaran, misalnya memeriksa keadaan secara fisik bagaimana kondisi kelas dalam
kegiatan belajar, cukup nyaman, segar, sehat dan hidup atau tidak. Kalau suasan kelas sangat
nyaman, tenang dan sehat, maka itu semua dapat memotivasi peserta didik untu belajar lebih
semangat lagi.

2. Pemeriksaan Alat Indera

Dalam hal ini dapat difokuskan pada tingkat kesehatan peserta didik khusus mengenai
alat indera. Diupayakan minimal dalam sebulan sekali pihak sekolah melakukan tes atau
pemerikdaan kesehatan di puskesmas / dokter, karena tingkat kesehatan yang baik dapat
menunjang pelajaran yang baik pula. Maka dari itu, betapa pentingnya alat indera tersebut
dapat menstimulasikan bahan pelajaran langsung ke setiap individu.

3. Teknik Main Peran


Disini, seorang bisa berkunjung kerumah peserta didik. Di sana seorang guru dapat
leluasa melihat, memperhatikan peserta didik berikut semua yang ada disekitarnya. Di sini
guru langsung melakukan wawancara dengan orang tuanya mengenai kepribadiannya anak,
keluarga, ekonomi, pekerjaan dan lain-lain. Selain itu juga, guru bisa melihat keadaan rumah,
kondisi dan situasinya dengan masyarakat secara langsung.

4. Tes Diagnostik Kecakapan / Tes IQ / Psikotes


Dalam hal ini seorang guru dapat mengetahui sejauh mana IQ seseorang dapat dilihat
dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan praktis dan sederhana. Dengan latihan psikotes

16
dapat diambil beberapa nilai kepribadian peserta didik secara praktis dari segi dasar, logika
dan privasi seseorang.

5. Menyusun Program Perbaikan


Penyusunan program hendaklah dimulai dari segi pengajar dulu. Seorang pengajar
harus menjadi seorang konsevator, transmitor, transformator,dan organisator. Selanjtnya
lengkapilah beberapa alat peraga atau alat yang lainnya yang menunjang pengajaran lebih
baik, karena dengan kelengkapan-kelengkapan yang lebih kompleks, motivasi belajarpun
akan dengan mudah di dapat oleh para peserta didik.
Hendaklah smua itu didasari sepenuhnya oleh para pengajar sehigga tidak ada lagi
kendala dan hambatan yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar. Selain itu tingkat
kedisiplinan yang diterapkan di suatu sekolah dapat menunjang kebaikan dalam proses
belajar. Disiplin dalam belajar akan mampu memotivasi kegiatan belajar peserta didik.

c. Prosedur dan teknik diagnosis kesulitan belajar

Sebelum melaksanakan pengajaran remedial, guru terlebh dahulu perlu menegakn


diagnosis kesulitan belajar, yaitu menentukan jenis dan penyebab kesulitan serta alternative
strategi pengajaran remidialyang efektif dan efesien. Diagnosis kesulitan belajar merupakan
suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar. Sebagai prosedur maka diagnosis
kesulitan belajar terdiri dari langkah-langkah yang tersusun secara sistematis. Agar
pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar dapat menghasilkan sesuai dengan keinginan, maka
taat pada prosedur itu merupakan suatu kehrusan.

Beberpa langkah pokok / prosedur dan teknik pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar
adalah sebagi berikut :

1) Identifikasi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar ;


Beberpa langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam megidentifikasi peserta didik
yang mengalami kesulitan sebagai berikut :
a) Menandai peserta didik dalam satu kelas atau dalam suatu kelompok
yang diperkirakan mengalami kesulitan dalam belajar baik yang sifatnya
umum maupun sifatnya lebih khusus dalam bidang studi tertentu.
b) Teknik yang dapat ditempuh bermacam-macam antara lain dengan :
 Meneliti nilai ujian
 Menganalisis hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang
dibuatnya
 Observasi pada saat peserta didik dalam proses belajar mengajar
 Memeriksa buku catatan pribadi yang ada petugas bimbingan
 Melaksanakan sosiometris untuk melihat hubungan social psikologis
yang terdapat pada para peserta didik

Kesulitan belajar itu dapat kita deteksi dari observasi pada saat proses kegiatan
belajar. Agar observasi dapat mendeteksi kasus kesulitan belajar secara tepat, maka pada
observasi ini dilakukan kegiatan pencatatan hal-hal sebagai berikut :

 Cepat lambatnya (berapa lama) menyelesaikan pekerjaan (tugasnya)


 Ketekunan atau persistensi dalam megikuti pelajaran (berapa kali kita
hadir, alpa, sakit, izin)
 Partisipasi dan konstribusinya dalam pemecahan masalah atau
mengerjakan tugas kelompok (bagan partisipasi)

17
 Kemampuan kerja sama dan penyelesaian sosialnya (disenangi atau
menyenangi orang lain secara sosiometris dapat diketahui) dan sebagainya

2) Penggunaan catatan waktu belajar efektif

Dalam lembaga pendidikan tertentu, unutuk bidan studi dan oleh guru tertentu,
telah mulai diadakan pencatatan berapa waktu yang secara efektif digunakan oleh peserta
didik dalam memecahakan masalah soal atau mengerjakan tugas tertentu. Dalam konteks
kelas lazimnya waktu dialokasikan untuk bidang studi dan tiap jam pelajaran tertentu (40-
50 menit). Dalam konteks tugas individual ditetapkan berdasarkan perhitungan
hari/minggu tertentu. Catatan ini amat berharga, sehingga dapat menggambarkan siapa
peserta didik yang selalu lebih cepat, selalu terlambat dan peserta didik yang tepat waktu.
Dengan membandingkan durasi dan frekuensi peserta didik itu secara berkelompok maka
kita mudah mengetahui atau menemukan kasus-kasus yang diduga mengalami kesulitan
belajar.

3) Penggunaan Catatan Kehadiran (Presensi) dan Ketidakhadiran (Absensi)

Frekuensi dari absensi inipun sangat berharga untuk menandai peserta didik yang
diduga mengalami kesulitan belajar. Dengan membuat rangking mulai dari yang banyak
angka ketidakhadirannya,kita dengan mudah menemukan siapa yang bermasalah.
Kemungkinan akan tampak relevansi frekuensi ketidakhadiran ini dengan prestasinya.

4) Penggunaan Catatan Partisipasi (Partisipasi Chat)

Dalam bidang tertentu ada yang sangat mengutamakan keterampilan-


keterampilan khusus seperti komunikasinya, interaksi soasialnya dalam menyumbangkan
pikiran, menambahkan lain-lain, ini merupakan catatan partisipasi amat berharga. Dengan
demikian kita dapat mengetahui peserta didik mana yang akan aktif dikelas, dan mana
yang pasif.

5) Penggunaan Catatan dan bagan Sosiometri

Dalam bidang tertentu juga kadang dibutuhkan kerja sama peserta didik dalam
kelompok. Dalam kerja sama ini dibutuhkan suatu kondisi saling menerima, saling
percaya,saling menyayangi diantara sesame anggota. Dari ini kita dapat mengetahui yang
memilih dan dipilih dan mana yang tidak memilih dan dipilih, mana peserta didik yang
disenangi dan mana yang kurang disenangi atau terisolasi. Dengan ini maka kita dapat
menjadikan peserta didik yang terisolasi ini sebagai peserta didik yang patut dijadikan
kasus bimbingan penyesuaian social.

d. Melokalisasikan letaknya kesulitan (permasalahan)

Setelah kita menemukan kelas atau individu peserta didik yang diduga mengalami
kesulitan belajar, maka persoalan selanjutnya yang perlu kita telaah, ialah (1) dalam mata
pelajaran (bidang studi) manakah kesulitan itu terjadi, (2) pada kawasan tujuan belajar (aspek
perilaku) yang manakah ada kesulitan itu terjadi, (3) pada bagian (ruang lingkup bahan) yang
manakah kesulitan itu terjadi, (4) dalam segi kesulitan belajar manakah kesulitan itu terjadi.

Untuk itu dilakukan analisis letak kesulitan belajar peserta didik dengan cara sebagai
berikut :
18
 Mendekati kesulitan belajar pada bidang studi tertentu. Dapat dilakukan
dengan cara membandingkan angka nilai prestasi individu peserta didik untuk
semua bidang studi, untuk membuat jelas hal ini sebaiknya dibuat grafik yang
berisi semua mata pelajaran/bidang studi lengkap dengan nilainya.
 Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bagian ruang lingkup bahan
pelajaran dimanakah kesulitan itu terjadi. Dapat dilakukan dengan menganalisis
jawaban peserta didik terhadpa soal-soal setiap mata pelajaran. Dari jawaban itu
diketahui pada bagian mana peserta didik mendapat kesulitan
 Analisis terhadap catatan megenai proses belajar. Analisi yang dimaksud
sidini adlah analisis terhadap kemampuan mneyelesaikan tugas-tugas, soal-soal
saat proses belajar berlangsung, kehadiran dan ketidakhadiran saat proses belajar
berlangsung untuk setiap mata pelajaran, penyesuaian diri dengan temannya.

Sebagai catatan umum, langkah diatas dalam pelaksankaannya dapat ditempuh dengan
beberapa strategi penekatan, antara lain :

1) Dalam konteks instruksional yang konvensional


Pelaksanaan pengumpulan informasi dalam rangka mengidentifikasi kasus dan
permasalahan ini dapat ditempuh dengan 2 cara :
 Diintegrasikan dengan kegiatan instruksional, khususnya dalam
pelaksaan evaluasi reflektif, formatif, dan sumatif, atau dengan design pre-
post-test yang semuanya dapat dikaitkan dengan tujuan-tujuan dan funsi-
sungi diagnostic.
 Dilakukan secara khusus

2) Dalam konteks system instruksional yang inovetif


Sebenarnya pelajaran diagnostic ini sudah merupakan hal yang inheren dengan
system dam program instruksionalnya sendiri, misalnya :
 Dalam system pengajaran berprograma (programmed instruction),
khususnya yang menggunakan mesin belajar mengajar (teaching machine)
atau system pengajaran berbantu computer (CIA, Computer Assisted
Instruction), pada hakekatnya sepanjang proses belajar merupakan suatu
rangkaian diagnostic remedial, dimana kalau peserta didik salah memilih satu
alternative jawaban (tombol mesin) maka secara otomatis akan memperoleh
respon (pemberitahuan) salah benarnya performance belajar peserta didik,
kalau jawaban itu benar dapat dilanjutkan dengan program berikutnya, tetapi
kalau jawbannya salah atau keliru ia harus segera memperbaikinya.
 Begitu pula dalam system pengajaran modul (modular instructional
system) dimana unit demi unit atau modul demi modul hanya dapat
diteruskan dengan modul berikutnya setelah mendapat umpan balik
(feedback) dari pekerjaan pada setiap modul itu telah tuntas (mastery) barulah
dapat mulai dengan kelanjutannya, tetapi kalau tenyata terdapat beberapa
kesalahan atau program remedial sebagai koreksi terhadap program aslinya
sebelum diperkenalkan melanjutkannya, atau alternative lain diberikan
program pengayaan (enrichment program).

e. Lokalisasi jenis factor dan sifat yang menyebabkan peserta didik mengalami berbagi
kesulitan.
Pada garis besarnya sebab kesulitan dapat timbul dari 2 hal yaitu :

19
1) Factor internal yaitu factor yang berada dan terletak pada diri peserta didik
itu sendiri. Hal ini antara lain disebabkan oleh :
 Kelemahan mental factor kecerdasan, intelegensia, atua kecakapan /
bakat : khusus tertentu yang dapat diketahui melalui test tertentu.
 Kelemahan fisik, panca indera, syaraf, kecacatan, karena sakit, dan
sebagainya.
 Gangguan, yang bersifat emosional.
 Sikap dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan pelajaran
tertentu.
 Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar pelajaran-
pelajaran tertentu.
2) Factor eksternal, yaitu factor yang datang dari luar yang menyebabkan
timbulnya hambatan atau kesulitan. Factor eksternal antara lain meliputi :
 Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang peserta
didik untuk aktif antisifatif (kurang kemungkinanya peserta didik untuk aktif
“student actif learning”)
 Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
 Ketidak seragaman pola dan standar administrasi
 Beban belajar yang terlampau berat
 Metode mengajar yang kurang memadai
 Sering pindah sekolah
 Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar mengajar
 Situasi rumah yang kurang mendorong untuk melakukan aktivitas
belajar

Untuk mengenal kesemua factor diatas dapat dipergunakan berbagai cara dan
alat, baik yang dapat dibuat oleh guru, maupun yang telah dikerjakan orang lain
yang tersedia disekolah. Cara dan alat itu antara lain :

 Test kecerdasan
 Test bakat khusus
 Skala sikap baik yang sudah standar mauoun yang secara sederhana
bisa dibuat guru
 Inventory
 Wawancara dengan peserta didik yang bersangkutan
 Mengadakan observasi yang intensif beik dalam maupun diluar kelas
 Wawancara dengan guru dan wali kelas, dan dengan orang tua atau
teman-teman bila dipandang perlu
f. Perkiraan kemungkinan bantuan
Apabila kita telaah tentang letak kesulitan yang dialami oeserta didik, jenis dan sifat
kesulitan, latar belakangnya, factor-faktor ynag menyebabkannya, maka kita akan dapat
memperkirakan beberapa hal berikut :
 Apakah peserta didik tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi
kesulitannya atau tidak
 Beberap lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang
dialami peserta didik tertentu
 Kapan dan dimana pertolongan itu dapat diberikan
 Siapa yang dapat memberikan pertolongan
 Bagaimana cara menolong peserta didik agar dapat dilaksankan secara efektif
 Siapa sajakah yang harus dilibatsertakan dalam menolong peserta didik
tersebut.
20
g. Penetapan kemungkinan cara mengatasinya
Pada langkah ini perlu menyusun suatu rencana atau alernatif-alternatif rencana yang
akan dilaksanakan untuk membantu peserta didik/ peserta didik mengatasi masalah kesulitan
belajarnya. Rencana ini hendaknya berisi :
 Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami
peserta didik tersebut.
 Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang

Ada baiknya rencana ini dapat didiskusikan dan dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang
dipandang berkepentingan kelak diperkirakan akan terlibat dalam pemberian bantuan kepada
yang bersangkutan seperti penasehat akademik, guru, orang tua, pembimbing penyuluh dan
ahli lain. Secara khusus kegiatan ini hanya dapat diberikan oleh guru yang tahu persis tentang
berbagai kesulitan yang bisa di alami peserta didik dalam mata pelajarannya.

Rencana ini harus berisi tentang :

 Jadwal kegiatan pemberian bantuan


 Cara bantuan diberikan
 Tempat
 Petugas yang akan memberikan bantuan
 Tindak lanjut bantuan

h. Tindak lanjut
Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan bantuan, bimbingan, arahan atau
pengajaran paling tepat dalam membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, cara
ini dapat berupa :
 Melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remedial pada mata
pelajaran yang menjadi masalah bagi peserta didik tertentu. Remedial dapat dilakukan
oleh guru, atau pihak lain yang dianggap dapat menciptakan suasana belajar peserta
didik yang penuh motivasi.
 Membagi tugas dan peranan kepada orang-orang tertentu dalam memberikan
bantuan pada peserta didik.
 Sentiasa men”cek” dan ricek kemajuan terhadap peserta didik yang
bermasalah baik pemahaman mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan,
maupun mencek bahan tepat guna program remedial yang dilakuakn untuk setiap saat
diadakan revisi dan improvisasi.
 Mentransfer atau mengirim (rofferal case) peserta didik yang menurut
perkiraan tidak dapat ditangani oleh guru kepada orang atau lembaga lain (psikologi,
psikiater, lembaga bimbingan, lembaga psikologi, dan sebagainya) yang diperkirakan
akan lebih dapat dan lebih tepat membantu peserta didik tersebut.

21
22

Anda mungkin juga menyukai