Zulva Pujawati1
ABSTRACT. This study aims to determine the relationship between self-control and support parents
with behavioral discipline darussa'adah samarinda boarding school students. Subjects were
boarding school students darussa'adah samarinda. The total number of subjects 134 people.
Sampling using random sampling. The research data was obtained using a scale of self-control,
parental support, and behavioral discipline. Statistical analysis technique used is multiple
regression models with SPSS 20 for windows. The results showed that there was a relationship of
self-control and support parents with behavioral discipline on students at the boarding school
darussa'adah samarinda. This is evidenced by the value of F count = 71 939> F table = 3.07 The R2
= 0523 and p = 0.000. Then from the stepwise regression showed that there was a significant
relationship between self-control and discipline the behavior of the Beta = 0.700, T Count = 11
237> T Table = 1,657, p = 0.000. Then on the support of parents and behavioral discipline with
Beta = 0.079, T Count = 1.270 <T Table 1657, p = 0206 showed that no significant relationship.
ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengendalian diri dan
dukungan orang tua dengan disiplin perilaku siswa darussa'adah samarinda di pondok pesantren.
Subjek penelitian adalah siswa sekolah asrama darussa'adah samarinda. Total jumlah subjek 134
orang. Pengambilan sampel menggunakan random sampling. Data penelitian diperoleh dengan
menggunakan skala kontrol diri, dukungan orang tua, dan disiplin perilaku. Teknik analisis statistik
yang digunakan adalah model regresi berganda dengan SPSS 20 for windows. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan kontrol diri dan dukungan orang tua dengan disiplin
perilaku pada siswa di pondok pesantren darussa'adah samarinda. Ini dibuktikan dengan nilai F
hitung = 71 939> F tabel = 3,07 The R2 = 0523 dan p = 0,000. Kemudian dari regresi bertahap
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kontrol diri dan disiplin perilaku Beta =
0,700, T Hitung = 11 237> T Tabel = 1,657, p = 0,000. Kemudian pada dukungan orang tua dan
disiplin perilaku dengan Beta = 0,079, T Hitung = 1,270 <T Tabel 1657, p = 0206 menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan.
1
Email: atifazahra@yahoo.com
321
Psikoborneo, Vol 3, No 3, 2015: 321-330 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
tangung jawab pribadi santri dan akan sebagian besar ditentukan oleh orang tua
memberikan manfaat pada santri. (Beaver, 2008). Orang tua yang terlibat
Kohlberg (dalam Widodo, 2013) dalam pengasuhan seharusnya
menambahkan bahwa perilaku disiplin memberikan dukungan baik pada
akan lebih mudah tumbuh dan anaknya, dengan dukungan tersebut maka
berkembang bila muncul dari kesadaran dapat menentukan kualitas kontrol diri
dalam diri seseorang. pada anak. Sebaliknya, orang tua yang
Mengontrol diri berarti individu tidak memberikan dukungan dan tidak
berusaha dengan sekuat-kuatnya mau terlibat dalam pengasuhan, maka
mengarahkan pengaruh terhadap sesuatu orang tua cenderung membesarkan anak-
yang bermanfaat dan dapat diterima anaknya dengan tingkat kontrol diri yang
secara sosial. Kontrol diri memungkinkan rendah (Malatras dan Allen, 2013).
remaja untuk berfikir atau berperilaku
yang lebih terarah, dapat menyalurkan TINJAUAN PUSTAKA
dorongan-dorongan perasaan dalam Perilaku Disiplin
dirinya secara benar dan tidak Disiplin berasal dari bahasa latin
menyimpang dari norma-norma dan “Disciplina” yang menunjukkan kepada
aturan-aturan yang berlaku di lingkungan kegiatan belajar mengajar. Istilah tersebut
sekitarnya (Hurlock, 1991). juga hampir sama dengan istilah dalam
Calhoun dan Acocella (1990) bahasa Inggris “Disciple” yang berarti
mendefinisikan kontrol diri sebagai mengikuti orang untuk belajar di bawah
pengaturan proses-proses fisik, psikologi, pengawasan seorang pemimpin. Istilah
dan perilaku seseorang, dengan kata lain lainnya dalam bahasa Inggris adalah
serangkaian proses yang membentuk “Discipline” yang artinya: 1). Tertib, taat,
dirinya sendiri. Kontrol diri merupakan atau mengendalikan tingkah laku,
suatu kecakapan individu dalam kepekaan penguasaan diri, kendali diri; 2). Latihan
membaca situasi diri dan lingkungannya membentuk, meluruskan dan
serta kemampuan untuk mengontrol dan menyempurnakan sesuatu sebagai
mengelola faktor-faktor perilaku sesuai kemampuan mental dan karakter moral;
dengan situasi dan kondisi. 3). Hukuman yang diberikan untuk
Orang tua memiliki pengaruh besar melatih atau memperbaiki; 4). Kumpulan
dalam menentukan perilaku yaitu atau sistem peraturan-peraturan bagi
menentukan kualitas kontrol diri pada tingkah laku, Millan dalam (Tu’u, 2004).
anak. Pertumbuhan fisik dan Tu’u (2004) menjelaskan dalam
perkembangan emosional anak, akan bahasa Indonesia istilah disiplin seringkali
senantiasa dipengaruhi oleh keluarga terkait dan menyatu dengan istilah tata
khususnya pada orang tua karena lebih tertib dan ketertiban. Istilah ketertiban
banyak waktu bersama mereka dan mempunyai arti kepatuhan seseorang
memiliki ikatan emosional yang lebih dalam mengikuti peraturan atau tata tertib
dekat (Wikstrom dan Kyle, 2007). karena didorong atau disebabkan oleh
Gottfredson dan Hirschi sesuatu yang datang dari luar dirinya.
mengemukakan bahwa tingkat dan Sebaliknya, istilah disiplin diartikan
kualitas pengendalian diri individu sebagai kepatuhan dan ketaatan yang
324
Psikoborneo, Vol 3, No 3, 2015: 321-330 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
muncul karena adanya kesadaran dan dan tidak dapat diterima sebagai perilaku
dorongan dari dalam diri orang tersebut. standar untuk membimbing perilakunya
Prijodarminto (1994) mengatakan sehingga mau menunda pemenuhan
bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang kebutuhannya (Santrock, 2003).
tercipta dan terbentuk melalui proses dari Menurut Calhoun dan Acocella
serangkaian perilaku yang menunjukkan (dalam Ghufron, 2010) mendefinisikan
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, kontrol diri sebagai pengaturan proses-
keteraturan, dan atau ketertiban. Karena proses fisik, psikologi, dan perilaku
sudah menyatu dengan dirinya, maka seseorang dengan kata lain serangkaian
sikap atau perbuatan yang dilakukan proses yang membentu dirinya sendiri.
bukan lagi dirasakan sebagai beban, Goldfried dan Merbaum dalam (Ghufron,
bahkan sebaliknya akan membebani 2010) menyatakan bahwa kontrol diri
dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagai suatu kemampuan untuk
sebagaimana lazimnya. menyusun, membimbing, mengatur dan
mengarahkan bentuk perilaku yang dapat
Kontrol Diri membawa individu ke arah konsekuensi
Kontrol diri merupakan kecakapan positif. Kemampuan mengontrol diri pada
individu dalam kepekaan membaca situasi hakikatnya berkembang seiring dengan
dan lingkungannya. Selain itu, juga bertambahnya usia. Salah satu tugas
kemampuan untuk mengontrol dan perkembangan yang harus dikuasai remaja
mengelola faktor-faktor perilaku sesuai adalah mempelajari apa yang diharapkan
dengan situasi dan kondisi untuk oleh kelompok darinya dan kemudian mau
menampilkan diri dalam melakukan membentuk perilakunya agar sesuai
sosialisasi kemampuan untuk dengan harapan sosial tanpa harus
mengendalikan perilaku, kecenderungan dibimbing, diawasi, didorong dan
menarik perhatian, keinginan mengubah diancam seperti hukuman seperti yang
perilaku agar sesuai untuk orang lain, dialami waktu anak-anak.
menyenagkan orang lain, selalu konform
dengan orang lain, dan menutupi Dukungan Orang Tua
perasaannya (Ghufron, 2010). Menurut Santrock (2003), dukungan
Terbentuknya kontrol diri (self orang tua merupakan dukungan dimana
control) tidak terlepas dari kesadaran diri orang tua memberikan kesempatan pada
yang tinggi. Kemampuan tersebut anak agar dapat mengembangkan
ditentukan oleh berapa besar dan sejauh kemampuan yang dimilikinya, belajar
mana individu tersebut berusaha mengambil inisiatif, mengambil
mengontrol dirinya. Tingkah laku kontrol keputusan mengenai apa yang ingin
diri menunjukkan pada kemampuan untuk dilakukan dan belajar
mengarahkan tingkah lakunya sendiri mempertanggungjawabkan segala
yaitu tindakan yang berkenaan dengan perbuatan. Anak akan mengalami
kemampuan melakukan suatu keinginan perubahan dari keadaan yang sepenuhnya
dengan tujuan terarah. Melalui tergantung pada orang tua menjadi
kemampuan ini, individu dapat mandiri.
membedakan perilaku yang dapat diterima
325
Psikoborneo, Vol 3, No 3, 2015: 321-330 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
situasi dengan menggunakan sikap yang akan bisa belajar mencapai kemajuan
rasional untuk merespon situasi tersebut lebih baik dibanding dengan anak-anak
dan mencegah reaksi yang berlebihan. yang tidak mendapatkan dukungan dan
Kontrol diri yang dimiliki santri bantuan (Katz, 1997).
dengan kedisiplinan sangat erat Sarason (dalam Innovani, 2002)
hubungannya. Santri yang memiliki dalam penelitiannya menunjukkan hasil
kontrol diri yang tinggi akan mampu bahwa orang-orang yang mendapat
menginterprestasikan setiap stimulus yang dukungan sosial yang tinggi mengalami
diberikan, mempertimbangkannya dan hal-hal yang positif dalam kehidupannya,
memilih tindakan yang akan dilakukan memiliki harga diri yang tinggi dan
dengan meminimalkan konsekuensi atau mempunyai pandangan yang lebih optimis
dampak yang tidak diinginkan. Kondisi terhadap kehidupannya daripada orang-
yang berbeda akan ditampilkan oleh santri orang yang rendah dukungan sosialnya.
yang memiliki kontrol diri yang rendah, Hal ini sejalan dengan pendapat
mereka akan kesulitan dalam Prijodarminto dalam (Tu’u, 2004)
mengarahkan dan mengatur perilaku menyatakan bahwa disiplin sebagai
sehingga mereka akan cenderung kondisi yang tercipta dan terbentuk
menunda-nunda pekerjaan mereka sebagai melalui proses dari serangkaian perilaku
santri dan mengalihkannya kepada yang menunjukkan nilai-nilai tersebut
kegiatan yang lebih. Dengan demikian, telah menjadi bagian perilaku dalam
salah satu cara untuk menghindari ketidak kehidupannya. Perilaku tercipta melalui
mampuan dalam berdisiplin ialah dengan proses binaan dari keluarga, pendidikan
meningkatkan kontrol diri yang terdapat dan pengalaman. Berarti dukungan sosial
pada diri santri (Tu’u, 2004). dari orang tua sangat diharapkan untuk
Selanjutnya, hasil analisis data meningkatkan kedisiplinan santri.
mengenai hubungan antara variabel Penelitian ini juga didukung oleh
dukungan orang tua dengan perilaku hasil uji deskriptif yang menyatakan
disiplin. Nilai Beta = 0.079, T Hitung = bahwa perilaku disiplin yang
1.270 < T Tabel 1.657, p = 0.206 yang menunjukkan rata-rata perilaku disiplin
menunjukkan hubungan antara variabel sebjek berada dalam kategorisasi sangat
dukungan orang tua adalah tidak tinggi yaitu sebesar 94.74 persen atau
signifikan karena p > 0.05 (p = 21% > sebanyak 127 orang dari total keseluruhan
5%). Dengan demikian hipotesis kedua subjek. Nilai rata-rata tingkat perilaku
yang diajukan dalam penelitian ditolak. disiplin yang berada dalam kategori
Adapun angka koefisien ini termasuk sangat tinggi menunjukkan bahwa
dalam kategori tingkat hubungan yang sebagian besar subjek penelitian ini
rendah. Semakin tinggi dukungan orang menyatakan bahwa perilaku disiplin yang
tua belum tentu semakin tinggi pula ada pada santri sangat tinggi.
perilaku disiplin. Sebaliknya semakin Hasil uji deskriptif kontrol diri pada
rendah dukungan orang tua belum tentu penelitian ini menunjukkan tingkat
semakin rendah pula perilaku disiplin. kontrol diri subjek berada dalam kategori
Anak-anak yang mendapatkan tinggi, yaitu sebesar 47.76 persen atau
dukungan dan bantuan dari orang tuanya sebanyak 64 orang dari total keseluruhan
327
Psikoborneo, Vol 3, No 3, 2015: 321-330 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
subjek. Nilai rata-rata tingkat kontrol diri konsekwensi positif. Sebagai salah satu
yang berada dalam kategori sangat tinggi sifat kepribadian, kontrol diri pada
menunjukkan bahwa sebagian besar individu yang satu dengan yang lainnya
subjek penelitian ini menyatakan bahwa tidaklah sama. Ada individu yang
kontrol diri yang ada pada santri sangat memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada
tinggi. yang memiliki kontrol diri yang rendah.
Begitu pula hasil uji deskriptif untuk Sedangkan hasil analisis uji regresi
variabel dukungan orang tua pada antara dukungan orang tua dengan
penelitian ini menunjukkan rata-rata perilaku disiplin tidak memiliki hubungan
tingkat dukungan orang tua berada dalam yang signifikan, hal ini didapat dengan
kategori sangat tinggi, yaitu sebesar 51.49 nilai beta 0.079, t hitung = 1.270, t tabel =
persen atau sebanyak 69 orang dari total 1.657, p = 0.206. Semakin tinggi
keseluruhan subjek. Nilai rata-rata tingkat dukungan orang tua belum tentu semakin
dukungan orang tua yang berada dalam tinggi pula perilaku disiplin. Sebaliknya
kategori sangat tinggi menunjukkan semakin rendah dukungan orang tua
bahwa sebagian besar subjek penelitian ini belum tentu semakin rendah pula perilaku
menyatakan bahwa dukungan orang tua disiplin.
yang ada pada santri sangat tinggi. Dari Pembentukan individu berdisiplin
hasil uji deskriptif ini dapat disimpulkan dan penaggulangan masalah-masalah
bahwa perilaku disiplin menjadi variabel disiplin merupakan tanggung jawab
yang dominan dalam penelitian ini. keluarga atau orang tua, karena orang tua
Hasil uji hipotesis diatas didukung adalah pendidik pertama dan utama yang
dari hasil uji bertahap dan didukung sangat besar pengaruhnya dalam
dengan hipotesis lainnya yang didapatkan pembinaan dan pengembangan perilaku
dari hasil analisis regresi bertahap siswa (Tu’u, 2004). Menurut Adriansyah,
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan M, A., & Rahmi, M (2012) menyatakan
antara kontrol diri dengan perilaku bahwa apabila terdapat pola interaksi yang
disiplin yang sangat signifikan dengan baik dari para pengasuh dan orang tua,
nilai beta = 0.700, t hitung = 11.237, t maka hal tersebut dapat memberikan
tabel = 1.657, p = 0.000. Semakin tinggi dampak positif bagi perkembangan
kontrol diri maka akan semakin tinggi moralitas remaja
pula perilaku disiplin. Sebaliknya semakin
rendah kontrol diri maka semakin rendah KESIMPULAN DAN SARAN
pula perilaku disiplin. Kesimpulan
Santrock (1998) bahwa kontrol diri Berdasarkan hasil penelitian yang
mempunyai peranan penting dalam telah dilakukan maka dapat disimpulkan
pembentukan perilaku remaja. Goldfried sebagai berikut :
dan Merbaum (Lazarus, 1996) 1. Ada hubungan antara kontrol diri
menjelaskan bahwa kontrol diri sebagai dengan perilaku disiplin pada santri
proses yang menjadikan individu sebagai pondok pesantren darussa’adah
agen utama dalam memandu, samarinda. Artinya semakin tinggi
mengarahkan dan mengatur perilaku kontrol diri maka akan semakin tinggi
utamanya yang dapat membawa ke arah pula perilaku disiplin. Sebaliknya
328
Psikoborneo, Vol 3, No 3, 2015: 321-330 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
330