Anda di halaman 1dari 10

Psikoborneo, Vol 3, No 3, 2015: 321-330 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

HUBUNGAN KONTROL DIRI DAN DUKUNGAN ORANG TUA


DAN PERILAKU DISIPLIN PADA SANTRI

Zulva Pujawati1

Program Studi Psikologi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman Samarinda

ABSTRACT. This study aims to determine the relationship between self-control and support parents
with behavioral discipline darussa'adah samarinda boarding school students. Subjects were
boarding school students darussa'adah samarinda. The total number of subjects 134 people.
Sampling using random sampling. The research data was obtained using a scale of self-control,
parental support, and behavioral discipline. Statistical analysis technique used is multiple
regression models with SPSS 20 for windows. The results showed that there was a relationship of
self-control and support parents with behavioral discipline on students at the boarding school
darussa'adah samarinda. This is evidenced by the value of F count = 71 939> F table = 3.07 The R2
= 0523 and p = 0.000. Then from the stepwise regression showed that there was a significant
relationship between self-control and discipline the behavior of the Beta = 0.700, T Count = 11
237> T Table = 1,657, p = 0.000. Then on the support of parents and behavioral discipline with
Beta = 0.079, T Count = 1.270 <T Table 1657, p = 0206 showed that no significant relationship.

Keywords: behavioral discipline, self-control, support for the elderly.

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengendalian diri dan
dukungan orang tua dengan disiplin perilaku siswa darussa'adah samarinda di pondok pesantren.
Subjek penelitian adalah siswa sekolah asrama darussa'adah samarinda. Total jumlah subjek 134
orang. Pengambilan sampel menggunakan random sampling. Data penelitian diperoleh dengan
menggunakan skala kontrol diri, dukungan orang tua, dan disiplin perilaku. Teknik analisis statistik
yang digunakan adalah model regresi berganda dengan SPSS 20 for windows. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan kontrol diri dan dukungan orang tua dengan disiplin
perilaku pada siswa di pondok pesantren darussa'adah samarinda. Ini dibuktikan dengan nilai F
hitung = 71 939> F tabel = 3,07 The R2 = 0523 dan p = 0,000. Kemudian dari regresi bertahap
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kontrol diri dan disiplin perilaku Beta =
0,700, T Hitung = 11 237> T Tabel = 1,657, p = 0,000. Kemudian pada dukungan orang tua dan
disiplin perilaku dengan Beta = 0,079, T Hitung = 1,270 <T Tabel 1657, p = 0206 menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan.

Kata kunci: disiplin perilaku, kontrol diri, dukungan untuk lansia.

1
Email: atifazahra@yahoo.com
321
Psikoborneo, Vol 3, No 3, 2015: 321-330 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

PENDAHULUAN ststus orang dewasa. Jika remaja


Pesantren adalah lembaga menjajaki peran-perannya dengan cara
pendidikan keagamaan yang mempunyai sehat dan tiba pada suatu jalan yang
kekhasan tersendiri dan berbeda dengan positif untuk diikuti, maka identitas positif
lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan yang dicapai.
di pesantren meliputi pendidikan Islam, Ali dan Asrori (2008) menyatakan
dakwah, pengembangan kemasyarakatan, bahwa pada periode perkembangannya,
dan pendidikan lainnya yang sejenis. Para remaja mengalami tahapan masa
peserta didik pada pesantren disebut santri menantang (trozalter) yang ditandai
yang umumnya menetap dan tempat bagi dengan adanya perubahan mencolok pada
santri yang menetap di lingkungan dirinya, baik aspek fisik maupun psikis
pesantren disebut dengan pondok (Depag sehingga menimbulkan reaksi emosional
RI, 2003). dan perilaku radikal. Selain itu, remaja
Dalam perkembangannya, pondok memiliki kecenderungan untuk melakukan
pesantren juga memiliki kelebihan dan perlawanan terhadap otoritas. Tidak
kekurangan. Salah satu bentuk kelemahan terkecuali remaja yang berlatarbelakang
berupa tingkat kedisiplinan (Depag RI, sebagai santri pondok pesantren.
2003). Berbagai upaya dilakukan untuk Pondok Pesantren Darussa’adah
mengoptimalkan peran serta fungsi yang terletak di Jl. Mugirejo Gg. Mukhlis
pesantren, termasuk menciptakan RT.10 No.01 Kecamatan Sungai Pinang
kebijakan tertentu yang dituangkan dalam Samarinda merupakan salah satu lembaga
bentuk aturan yang harus dilaksanakan pendidikan formal dengan sistem
oleh setiap santri, diharapkan santri dapat Boarding School. Pada pondok pesantren,
melaksanakan tugas dan kewajibannya pola pengajaran yang dilakukan yaitu
dengan teratur dan sesuai dengan tata selain mengajarkan ilmu pendidikan
tertib yang berlaku di lingkungan. Namun agama, juga memberikan pelajaran umum
pada kenyataannya masih banyak sebagai pendidikan formal pada tingkat
pelanggaran yang dilakukan oleh santri. SMP dan SMK. Santri yang terdapat di
Gunarsa (1995) mengatakan bahwa Pondok Pesantren berasal dari berbagai
pelanggaran-pelanggaran kedisiplinan daerah, akan tetapi lebih di dominasi oleh
siswa antara lain keterlambatan, wilayah Samarinda. Hal ini dikarenakan
membolos, perkelahian, dan menyontek, jarak yang masih dapat dijangkau dari
maka fenomena-fenomena tersebut tempat tinggal, sedangkan alasan orang
menunjukkan bahwa masih rendahnya tua santri yang berasal dari luar daerah
kedisiplinan di pondok pesantren. adalah untuk menjadikan anak mereka
Perilaku tidak disiplin di pondok sebagai pribadi yang baik dan
pesantren banyak dilakukan oleh santri berlandaskan agama.
dalam fase remaja. Menurut Erickson SMP Islam Terpadu Madina dengan
(dalam Santrock, 2003) remaja termasuk sistem Boarding School atau berasrama
dalam tahap perkembangan identitas dan sehingga santrinya tidak diperbolehkan
kebingungan identitas (identity versus untuk pulang kerumah sebelum jadwal
identity confusion). Pada tahap ini remaja yang telah ditentukan. Santri akan di
dihadapkan dengan banyak peran baru dan ajarkan pendidikan diniyah yang tidak
322
Psikoborneo, Vol 3, No 3, 2015: 321-330 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

diajarkan di sekolah pada umumnya pemanggilan rapat, informasi melalui


seperti Tahfidz (menghafal Al-Qur’an), surat dan kegiatan kunjungan ke rumah-
Tahsin (membaca Al-Qur’an), Doa, rumah santri (Home Visit). Akan tetapi
Hadits, Tafsir Qur’an, Kemandirian, upaya ini belum berhasil secara optimal
Ekstrakurikuler, dan lain-lain. karena sikap, dan respon orang tua santri
Tata tertib yang diterapkan di yang beragam. Latar belakang atau
pondok pesantren meliputi peraturan lingkungan tempat tinggal yang berbeda,
terkait kegiatan akademik maupun dukungan orang tua, juga faktor
peraturan yang mengatur kegiatan harian kepribadian dan sikap santri terhadap tata
santri, seperti kewajiban datang tepat tertib yang berlaku.
waktu ke sekolah, mengenakan seragam Data kesantrian menunjukkan
yang sesuai, kewajiban berkomunikasi bahwa pelanggaran disiplin lebih banyak
dalam bahasa Arab dan Inggris dalam dilakukan oleh santri putra daripada santri
kegiatan harian, larangan membawa dan putri, hal ini menunjukkan adanya
menggunakan barang elektronik, perbedaan antara santri putra dan putri
kewajiban melaksanakan sholat yaitu secara biologis, perasaan, cara
berjama’ah di masjid, larangan keluar berfikir, perilaku dan bersikap. Anderson
asrama tanpa perizinan dan lain (dalam Baron, 2010) mengatakan bahwa
sebagainya. laki-laki lebih agresif dan dominan, lebih
Upaya yang dilakukan untuk bermotifasi, dan cenderung lebih mau
mengoptimalkan peran serta fungsi mengambil resiko daripada perempuan.
pesantren yaitu dengan menciptakan Laki-laki dan perempuan memiliki
kebijakan tertentu yang dituangkan dalam perbedaan secara psikologis yaitu laki-laki
bentuk peraturan yang wajib dipatuhi mampu mengendalikan ekspresi perasaan,
oleh santri, akan tetapi pada kenyataannya dominan, ambisius, dan memiliki jiwa
masih terdapat santri yang melakukan petualang, sebaliknya perempuan lebih
pelanggaran disiplin. Berdasarkan hasil didorong untuk mampu mengekspresikan
wawancara pertama yang dilakukan perasaan dan permasalahan, tidak agresif,
peneliti dengan Koor. Kesantrian di tidak ambisius, dan mudah mengalah.
Pondok Pesantren Darussa’adah Perempuan merasa terlalu bertanggung
Samarinda pada hari Selasa, 24 Februari jawab akan kesejahteraan orang lain dan
2015 menjelaskan bahwa pelanggaran sulit untuk bersikap asertif dalam
yang terjadi di asrama bolos mengikuti hubungannya (Baron, 2010).
kegiatan diniyah, membawa handphone, Menurut Dreikurs dan Cassel (1992)
merokok, pacaran, mencuri, dan mengemukakan hal yang berhubungan
meninggalkan pesantren tanpa izin. dengan disiplin sistem pendidikan
Pengurus dan pengasuh sudah menghadapi suatu dilema, yaitu
berusaha mengatasi tindakan pelanggaran rendahnya kesadaran dalam disiplin,
disiplin santri dengan memberikan sanksi selebihnya disiplin dalam tata tertib di
baik lisan, tertulis maupun tindakan lembaga pendidikan hanya didasarkan
lainnya seperti kerjasama pengasuh sebagai paksaan. Akibatnya, santri belum
dengan orang tua melalui komunikasi banyak menyadari bahwa perilaku disiplin
formal dan non formal, antara lain terhadap tata tertib sebenarnya merupakan
323
Psikoborneo, Vol 3, No 3, 2015: 321-330 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

tangung jawab pribadi santri dan akan sebagian besar ditentukan oleh orang tua
memberikan manfaat pada santri. (Beaver, 2008). Orang tua yang terlibat
Kohlberg (dalam Widodo, 2013) dalam pengasuhan seharusnya
menambahkan bahwa perilaku disiplin memberikan dukungan baik pada
akan lebih mudah tumbuh dan anaknya, dengan dukungan tersebut maka
berkembang bila muncul dari kesadaran dapat menentukan kualitas kontrol diri
dalam diri seseorang. pada anak. Sebaliknya, orang tua yang
Mengontrol diri berarti individu tidak memberikan dukungan dan tidak
berusaha dengan sekuat-kuatnya mau terlibat dalam pengasuhan, maka
mengarahkan pengaruh terhadap sesuatu orang tua cenderung membesarkan anak-
yang bermanfaat dan dapat diterima anaknya dengan tingkat kontrol diri yang
secara sosial. Kontrol diri memungkinkan rendah (Malatras dan Allen, 2013).
remaja untuk berfikir atau berperilaku
yang lebih terarah, dapat menyalurkan TINJAUAN PUSTAKA
dorongan-dorongan perasaan dalam Perilaku Disiplin
dirinya secara benar dan tidak Disiplin berasal dari bahasa latin
menyimpang dari norma-norma dan “Disciplina” yang menunjukkan kepada
aturan-aturan yang berlaku di lingkungan kegiatan belajar mengajar. Istilah tersebut
sekitarnya (Hurlock, 1991). juga hampir sama dengan istilah dalam
Calhoun dan Acocella (1990) bahasa Inggris “Disciple” yang berarti
mendefinisikan kontrol diri sebagai mengikuti orang untuk belajar di bawah
pengaturan proses-proses fisik, psikologi, pengawasan seorang pemimpin. Istilah
dan perilaku seseorang, dengan kata lain lainnya dalam bahasa Inggris adalah
serangkaian proses yang membentuk “Discipline” yang artinya: 1). Tertib, taat,
dirinya sendiri. Kontrol diri merupakan atau mengendalikan tingkah laku,
suatu kecakapan individu dalam kepekaan penguasaan diri, kendali diri; 2). Latihan
membaca situasi diri dan lingkungannya membentuk, meluruskan dan
serta kemampuan untuk mengontrol dan menyempurnakan sesuatu sebagai
mengelola faktor-faktor perilaku sesuai kemampuan mental dan karakter moral;
dengan situasi dan kondisi. 3). Hukuman yang diberikan untuk
Orang tua memiliki pengaruh besar melatih atau memperbaiki; 4). Kumpulan
dalam menentukan perilaku yaitu atau sistem peraturan-peraturan bagi
menentukan kualitas kontrol diri pada tingkah laku, Millan dalam (Tu’u, 2004).
anak. Pertumbuhan fisik dan Tu’u (2004) menjelaskan dalam
perkembangan emosional anak, akan bahasa Indonesia istilah disiplin seringkali
senantiasa dipengaruhi oleh keluarga terkait dan menyatu dengan istilah tata
khususnya pada orang tua karena lebih tertib dan ketertiban. Istilah ketertiban
banyak waktu bersama mereka dan mempunyai arti kepatuhan seseorang
memiliki ikatan emosional yang lebih dalam mengikuti peraturan atau tata tertib
dekat (Wikstrom dan Kyle, 2007). karena didorong atau disebabkan oleh
Gottfredson dan Hirschi sesuatu yang datang dari luar dirinya.
mengemukakan bahwa tingkat dan Sebaliknya, istilah disiplin diartikan
kualitas pengendalian diri individu sebagai kepatuhan dan ketaatan yang
324
Psikoborneo, Vol 3, No 3, 2015: 321-330 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

muncul karena adanya kesadaran dan dan tidak dapat diterima sebagai perilaku
dorongan dari dalam diri orang tersebut. standar untuk membimbing perilakunya
Prijodarminto (1994) mengatakan sehingga mau menunda pemenuhan
bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang kebutuhannya (Santrock, 2003).
tercipta dan terbentuk melalui proses dari Menurut Calhoun dan Acocella
serangkaian perilaku yang menunjukkan (dalam Ghufron, 2010) mendefinisikan
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, kontrol diri sebagai pengaturan proses-
keteraturan, dan atau ketertiban. Karena proses fisik, psikologi, dan perilaku
sudah menyatu dengan dirinya, maka seseorang dengan kata lain serangkaian
sikap atau perbuatan yang dilakukan proses yang membentu dirinya sendiri.
bukan lagi dirasakan sebagai beban, Goldfried dan Merbaum dalam (Ghufron,
bahkan sebaliknya akan membebani 2010) menyatakan bahwa kontrol diri
dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagai suatu kemampuan untuk
sebagaimana lazimnya. menyusun, membimbing, mengatur dan
mengarahkan bentuk perilaku yang dapat
Kontrol Diri membawa individu ke arah konsekuensi
Kontrol diri merupakan kecakapan positif. Kemampuan mengontrol diri pada
individu dalam kepekaan membaca situasi hakikatnya berkembang seiring dengan
dan lingkungannya. Selain itu, juga bertambahnya usia. Salah satu tugas
kemampuan untuk mengontrol dan perkembangan yang harus dikuasai remaja
mengelola faktor-faktor perilaku sesuai adalah mempelajari apa yang diharapkan
dengan situasi dan kondisi untuk oleh kelompok darinya dan kemudian mau
menampilkan diri dalam melakukan membentuk perilakunya agar sesuai
sosialisasi kemampuan untuk dengan harapan sosial tanpa harus
mengendalikan perilaku, kecenderungan dibimbing, diawasi, didorong dan
menarik perhatian, keinginan mengubah diancam seperti hukuman seperti yang
perilaku agar sesuai untuk orang lain, dialami waktu anak-anak.
menyenagkan orang lain, selalu konform
dengan orang lain, dan menutupi Dukungan Orang Tua
perasaannya (Ghufron, 2010). Menurut Santrock (2003), dukungan
Terbentuknya kontrol diri (self orang tua merupakan dukungan dimana
control) tidak terlepas dari kesadaran diri orang tua memberikan kesempatan pada
yang tinggi. Kemampuan tersebut anak agar dapat mengembangkan
ditentukan oleh berapa besar dan sejauh kemampuan yang dimilikinya, belajar
mana individu tersebut berusaha mengambil inisiatif, mengambil
mengontrol dirinya. Tingkah laku kontrol keputusan mengenai apa yang ingin
diri menunjukkan pada kemampuan untuk dilakukan dan belajar
mengarahkan tingkah lakunya sendiri mempertanggungjawabkan segala
yaitu tindakan yang berkenaan dengan perbuatan. Anak akan mengalami
kemampuan melakukan suatu keinginan perubahan dari keadaan yang sepenuhnya
dengan tujuan terarah. Melalui tergantung pada orang tua menjadi
kemampuan ini, individu dapat mandiri.
membedakan perilaku yang dapat diterima
325
Psikoborneo, Vol 3, No 3, 2015: 321-330 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Dukungan sosial yang diberikan dikemukakan oleh Cotruna (2004) yaitu:


oleh orang tua memainkan peranan hubungan yang dapat diandalkan,
penting terhadap penyesuaian psikologis bimbingan, adanya pengakuan, kedekatan
selama masa transisi yang dihadapi anak emosional, integrasi sosial, dan
dalam usia remaja (Mounts, 2005). kemungkinan untuk dibantu.
Dukungan sosial merupakan informasi Analisa yang digunakan untuk
verbal dan non verbal, saran subyek di pengolahan data penelitian adalah dengan
dalam lingkungan sosialnya atau yang menggunakan analisis regresi model
berupa kehadiran dan berpengaruh pada ganda. Keseluruhan teknik analisis data
tingkah laku penerimanya. Individu yang menggunakan progam SPSS (Statistical
memperoleh dukungan sosial secara Package for Sosial Science) 20.0 for
emosional merasa lega karena windows.
diperhatikan, mendapat saran atau kesan
yang menyenangkan pada dirinya, HASIL PENELITIAN DAN
Gottlieb dalam (Smet, 1994). PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji menunjukkan
METODOLOGI PENELITIAN bahwa besarnya hubungan antara variabel
Jenis penelitian ini adalah penelitian kontrol diri dan dukungan orang tua
kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini dengan perilaku disiplin menunjukkan
adalah Santri di Pondok Pesantren nilai F Hitung = 71.939 > F Tabel = 3.07
Darussa’adah Samarinda. Metode yang R2 = 0.523 dan p = 0.000 yang
digunakan untuk mengumpulkan data menunjukkan hubungan antara variabel
dalam penelitian ini adalah metode skala. kontrol diri adalah sangat signifikan
Metode skala merupakan suatu metode karena p < 0.05 (p = 0% < 5%). Dengan
pengumpulan data yang berisikan suatu demikian hipotesis pertama yang diajukan
daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh dalam penelitian diterima. Adapun angka
subjek secara tertulis (Sugiyono, 2008). koefisien korelasi ini termasuk dalam
Alat pengukuran atau instrument yang kategori tingkat hubungan yang kuat.
digunakan ada tiga macam yaitu skala Semakin tinggi kontrol diri maka akan
perilaku disiplin, kontrol diri dan semakin rendah perilaku disiplin pada
dukungan orang tua. santri, begitu pula sebaliknya semakin
Skala perilaku disiplin disusun rendah kontrol diri maka akan semakin
berdasarkan aspek-aspek yang tinggui perilaku disiplin pada santri.
dikemukakan oleh Bahri (2009) yaitu: Menurut Goldfried dan Merbaum
ketaatan terhadap peraturan, kesadaran (dalam Ghufron, 2010) kontrol diri
untuk melaksanakan tugas, tanggung sebagai kemampuan untuk menyusun,
jawab, dan jujur. Skala ini bertujuan untuk membimbing, mengatur dan mengarahkan
mengetahui kontrol diri. Skala kontrol diri bentuk perilaku yang dapat membawa ke
disusun berdasarkan aspek-aspek yang arah konsekuensi positif. Kemampuan
dikemukakan oleh Ghufron (2010) yaitu: mengontrol diri berkaitan dengan cara
kontrol perilaku, kontrol kognitif, dan seseorang mengendalikan emosi serta
kontrol keputusan. Skala dukungan orang dorongan-dorongan dalam dirinya.
tua disusun berdasarkan aspek-aspek yang mengendalikan emosi berarti mendekati
326
Psikoborneo, Vol 3, No 3, 2015: 321-330 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

situasi dengan menggunakan sikap yang akan bisa belajar mencapai kemajuan
rasional untuk merespon situasi tersebut lebih baik dibanding dengan anak-anak
dan mencegah reaksi yang berlebihan. yang tidak mendapatkan dukungan dan
Kontrol diri yang dimiliki santri bantuan (Katz, 1997).
dengan kedisiplinan sangat erat Sarason (dalam Innovani, 2002)
hubungannya. Santri yang memiliki dalam penelitiannya menunjukkan hasil
kontrol diri yang tinggi akan mampu bahwa orang-orang yang mendapat
menginterprestasikan setiap stimulus yang dukungan sosial yang tinggi mengalami
diberikan, mempertimbangkannya dan hal-hal yang positif dalam kehidupannya,
memilih tindakan yang akan dilakukan memiliki harga diri yang tinggi dan
dengan meminimalkan konsekuensi atau mempunyai pandangan yang lebih optimis
dampak yang tidak diinginkan. Kondisi terhadap kehidupannya daripada orang-
yang berbeda akan ditampilkan oleh santri orang yang rendah dukungan sosialnya.
yang memiliki kontrol diri yang rendah, Hal ini sejalan dengan pendapat
mereka akan kesulitan dalam Prijodarminto dalam (Tu’u, 2004)
mengarahkan dan mengatur perilaku menyatakan bahwa disiplin sebagai
sehingga mereka akan cenderung kondisi yang tercipta dan terbentuk
menunda-nunda pekerjaan mereka sebagai melalui proses dari serangkaian perilaku
santri dan mengalihkannya kepada yang menunjukkan nilai-nilai tersebut
kegiatan yang lebih. Dengan demikian, telah menjadi bagian perilaku dalam
salah satu cara untuk menghindari ketidak kehidupannya. Perilaku tercipta melalui
mampuan dalam berdisiplin ialah dengan proses binaan dari keluarga, pendidikan
meningkatkan kontrol diri yang terdapat dan pengalaman. Berarti dukungan sosial
pada diri santri (Tu’u, 2004). dari orang tua sangat diharapkan untuk
Selanjutnya, hasil analisis data meningkatkan kedisiplinan santri.
mengenai hubungan antara variabel Penelitian ini juga didukung oleh
dukungan orang tua dengan perilaku hasil uji deskriptif yang menyatakan
disiplin. Nilai Beta = 0.079, T Hitung = bahwa perilaku disiplin yang
1.270 < T Tabel 1.657, p = 0.206 yang menunjukkan rata-rata perilaku disiplin
menunjukkan hubungan antara variabel sebjek berada dalam kategorisasi sangat
dukungan orang tua adalah tidak tinggi yaitu sebesar 94.74 persen atau
signifikan karena p > 0.05 (p = 21% > sebanyak 127 orang dari total keseluruhan
5%). Dengan demikian hipotesis kedua subjek. Nilai rata-rata tingkat perilaku
yang diajukan dalam penelitian ditolak. disiplin yang berada dalam kategori
Adapun angka koefisien ini termasuk sangat tinggi menunjukkan bahwa
dalam kategori tingkat hubungan yang sebagian besar subjek penelitian ini
rendah. Semakin tinggi dukungan orang menyatakan bahwa perilaku disiplin yang
tua belum tentu semakin tinggi pula ada pada santri sangat tinggi.
perilaku disiplin. Sebaliknya semakin Hasil uji deskriptif kontrol diri pada
rendah dukungan orang tua belum tentu penelitian ini menunjukkan tingkat
semakin rendah pula perilaku disiplin. kontrol diri subjek berada dalam kategori
Anak-anak yang mendapatkan tinggi, yaitu sebesar 47.76 persen atau
dukungan dan bantuan dari orang tuanya sebanyak 64 orang dari total keseluruhan
327
Psikoborneo, Vol 3, No 3, 2015: 321-330 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

subjek. Nilai rata-rata tingkat kontrol diri konsekwensi positif. Sebagai salah satu
yang berada dalam kategori sangat tinggi sifat kepribadian, kontrol diri pada
menunjukkan bahwa sebagian besar individu yang satu dengan yang lainnya
subjek penelitian ini menyatakan bahwa tidaklah sama. Ada individu yang
kontrol diri yang ada pada santri sangat memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada
tinggi. yang memiliki kontrol diri yang rendah.
Begitu pula hasil uji deskriptif untuk Sedangkan hasil analisis uji regresi
variabel dukungan orang tua pada antara dukungan orang tua dengan
penelitian ini menunjukkan rata-rata perilaku disiplin tidak memiliki hubungan
tingkat dukungan orang tua berada dalam yang signifikan, hal ini didapat dengan
kategori sangat tinggi, yaitu sebesar 51.49 nilai beta 0.079, t hitung = 1.270, t tabel =
persen atau sebanyak 69 orang dari total 1.657, p = 0.206. Semakin tinggi
keseluruhan subjek. Nilai rata-rata tingkat dukungan orang tua belum tentu semakin
dukungan orang tua yang berada dalam tinggi pula perilaku disiplin. Sebaliknya
kategori sangat tinggi menunjukkan semakin rendah dukungan orang tua
bahwa sebagian besar subjek penelitian ini belum tentu semakin rendah pula perilaku
menyatakan bahwa dukungan orang tua disiplin.
yang ada pada santri sangat tinggi. Dari Pembentukan individu berdisiplin
hasil uji deskriptif ini dapat disimpulkan dan penaggulangan masalah-masalah
bahwa perilaku disiplin menjadi variabel disiplin merupakan tanggung jawab
yang dominan dalam penelitian ini. keluarga atau orang tua, karena orang tua
Hasil uji hipotesis diatas didukung adalah pendidik pertama dan utama yang
dari hasil uji bertahap dan didukung sangat besar pengaruhnya dalam
dengan hipotesis lainnya yang didapatkan pembinaan dan pengembangan perilaku
dari hasil analisis regresi bertahap siswa (Tu’u, 2004). Menurut Adriansyah,
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan M, A., & Rahmi, M (2012) menyatakan
antara kontrol diri dengan perilaku bahwa apabila terdapat pola interaksi yang
disiplin yang sangat signifikan dengan baik dari para pengasuh dan orang tua,
nilai beta = 0.700, t hitung = 11.237, t maka hal tersebut dapat memberikan
tabel = 1.657, p = 0.000. Semakin tinggi dampak positif bagi perkembangan
kontrol diri maka akan semakin tinggi moralitas remaja
pula perilaku disiplin. Sebaliknya semakin
rendah kontrol diri maka semakin rendah KESIMPULAN DAN SARAN
pula perilaku disiplin. Kesimpulan
Santrock (1998) bahwa kontrol diri Berdasarkan hasil penelitian yang
mempunyai peranan penting dalam telah dilakukan maka dapat disimpulkan
pembentukan perilaku remaja. Goldfried sebagai berikut :
dan Merbaum (Lazarus, 1996) 1. Ada hubungan antara kontrol diri
menjelaskan bahwa kontrol diri sebagai dengan perilaku disiplin pada santri
proses yang menjadikan individu sebagai pondok pesantren darussa’adah
agen utama dalam memandu, samarinda. Artinya semakin tinggi
mengarahkan dan mengatur perilaku kontrol diri maka akan semakin tinggi
utamanya yang dapat membawa ke arah pula perilaku disiplin. Sebaliknya
328
Psikoborneo, Vol 3, No 3, 2015: 321-330 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

semakin rendah kontrol diri maka anak, memberikan motivasi dan


semakin rendah pula perilaku disiplin. bimbingan, mengenal dan menolong
2. Tidak ada hubungan antara dukungan anak dalam mengatasi kesulitan
orang tua denga perilaku disiplin pada belajar.
santri pondok pesantren darussa’adah 3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin
samarinda. Artinya semakin tinggi meneliti dengan tema yang sama,
dukungan orang tua belum tentu disarankan untuk mempertimbangkan
semakin tinggi pula perilaku disiplin. dan mengontrol faktor lain yang ikut
Sebaliknya semakin rendah dukungan mempengaruhi perilaku disiplin
orang tua belum tentu semakin rendah misalnya variabel penyesuaian diri.
pula perilaku disiplin.
3. Ada hubungan antara kontrol diri dan DAFTAR PUSTAKA
dukungan orang tua dengan perilaku Adriansyah, M. A., & Rahmi, M. (2012).
disiplin pada santri pondok pesantren Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
darussa’adah samarinda. Artinya Moralitas Remaja
semakin tinggi kontrol diri dan Awal. Psikostudia: Jurnal
dukungan orang tua maka semakin Psikologi, 1(1), 1-16.
tinggi perilaku disiplin pada santri, Adrienne Katz. (1997). Membimbing
sebaliknya semakin rendah kontrol diri Anak Belajar Membaca. Surakarta:
dan dukungan orang tua maka semakin Arcan.
rendah pula perilaku disiplin pada Ali, M & Asrori, M. (2008). Psikologi
santri. Remaja Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Saran Bahri, S. (2009). Tanggung Jawab,
Berdasarkan hasil penelitian diatas, Disiplin, Jujur Itu Keren
maka saran yang diajukan dalam (Pendidikan Anti Korupsi Kelas I
penelitian ini adalah: SMP/MTS). Jakarta: KPK Direktorat
1. Kontrol diri dan dukungan orang tua Pendidikan dan Pelayanan
hendaknya dapat dimiliki para santri, Masyarakat.
mereka perlu terus menerus disadarkan Baron, R.A., & Byrne, D. (2010). Social
akan pentingnya kedua hal tersebut Psychology: Understanding Human
agar dapat mengendalikan segala Interaction. Boston: Allyn & Bacon,
bentuk perilakunya, khususnya Inc.
perilaku yang mengarah pada Beaver, K. M., John, P. W., Matt, D., &
pelanggaran tata tertib di pesantren Michael, G. V. (2008). Genetic
karena perilaku disiplin harus influences on the stability of low
senantiasa tertanam dalam dirinya. self-control: Results from a
2. Bagi orang tua hendaknya orang tua longitudinal sample of twins.
dapat memberikan dukungan kepada Journal of Criminal Justice. 36:
anak demi terbentuknya disiplin pada 478-485.
diri anak. Dengan cara menyediakan Calhoun, J. F., dan Acocella, J. R. (1990).
fasilitas sekolah anak, mengawasi Psikologi Tentang Penyesuaian Dan
kegiatan dan penggunaan waktu belajar
329
Psikoborneo, Vol 3, No 3, 2015: 321-330 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Hubungan Kemanusiaan. control and adjustment. Journal of


Semarang: Press Semarang. Clinical Psychology. 69(7): 661-
Cutrona E. Carolyn. (1994). Dukungan 670.
Sosial Orang Tua dan Prestasi Mounts, N. S., Valentiner, D. P.,
Akedemik. Jurnal Kepribadian dan Anderson, K. L., & Boswell, M. K.
Sosial. 66(2): 369-378. (2005). Shyness, Sociability and
Depag, RI. (2003). Pondok Pesantren dan Parental Support for the College
Madrasah Diniyah : Pertumbuhan Transition: Relation to Adolescents
dan Perkembangannya. Jakarta: Adjustment. Journal of Youth and
Depag R.I. Adolescence. 35(1): 71-80.
Dreikurs & Cassel. (1990). Discipline Prijodarminto. (1994). Disiplin Kiat
Without tears. USA: Penguin Books Menuju Sukses. Jakarta: PT.
Ltd. Pradnya Paramita.
Ghufron, M. Nur, Rini Risnawati S. Santrock, John W. (2003). Adolescence
(2010). Teori-teori Psikologi. (7th edition). New York : Mc Graw
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Hill.
Gunarsa. (1995). Psikologi Praktis Anak, Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan.
Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Gunung Mulia. Indonesia.
Hurlock, Elizabeth B. (1991). Tu’u, T. (2004). Peran Disiplin Pada
Perkembangan Anak. Edisi Perilaku dan Prestasi Siswa.
Keenam. Alih Bahasa: Meitasari Jakarta: Grasindo.
Tjandrasa. Jakarta: Erlangga. Widodo, B. (2013). Perilaku Disiplin
Innovani. (2002). Hubungan Antara Siswa Ditinjau Dari Aspek
Penerimaan Diri dan Dukungan Pengendalian Diri (Self Control)
Sosial Dengan Aspirasi Masa Depan dan Keterbukaan Diri (Self
Narapidana. Skripsi. Yogyakarta : Disclosure) Pada Siswa SMK
Fakultas Psikologi Unoversitas Wonosari Caruban Kabupaten
Wangsa Manggala. Madiun. Jurnal Widya Warta. (1):
Lazarus, R.S. (1996). Pattern Of 140-151.
Adjustmen : Third Edition. Tokyo : Wikstrom, P. O. H. & Kyle T. (2007). The
Mc. Graw Hill Kogakusha, Ltd. role of self-control in crime
Malatras, J. W. & Allen C. I. (2013). The causation. European Journal of
influence of family stability on self- Criminology, 4(2): 237-264.

330

Anda mungkin juga menyukai