net/publication/320056061
CITATIONS READS
4 5,010
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Implementation Akad Muzara'ah In Islamic Bank : Alternative To Access Capital Agricultural Sector View project
Rasionalitas Dalam Ekonomi : Perspektif Konvensional Dan Ekonomi Islam View project
All content following this page was uploaded by Ahmad Ajib Ridlwan on 27 September 2017.
Abstract
Insurance is an attempt to anticipate addressing life in a world full of
uncertainties and full of risks. Therefore, to address the human life is
required to plan for the future in a comprehensive manner. Islam has
reminded man so as to plan and prepare to face tomorrow. Insurance
has become a vital necessity for humans including Muslims, therefore
it is very important to know the decisions about the system and
mechanism of implementation of syariah insurance are in line with
Islamic values. Given the development of the insurance practice, there
is also still a new innovation that can not be separated from maysir,
gharar, and usury.
Keywords: Insurance, tabaduli, takafuli
Abstrak
Asuransi merupakan upaya antisipasi mengatasi kehidupan di dunia
yang penuh dengan ketidakpastian dan penuh resiko. Oleh sebab
itu untuk mengatasi permasalahan hidup tersebut manusia
dituntut untuk merencanakan masa depan secara komprehensif.
Islam telah mengingatkan manusia agar merencanakan dan
mempersiapkan diri dalam menghadapi hari esok. Asuransi telah
menjadi kebutuhan penting bagi manusia termasuk umat muslim,
karenanya sangat penting untuk mengetahui keputusan para ulama
mengenai sistem dan mekanisme pelaksanaan asuransi syariah yang
sejalan dengan nilai-nilai Islam. Mengingat perkembangan praktik
asuransi juga masih terdapat inovasi baru yang tidak bisa lepas dari
maysir, gharar, dan Riba.
Kata Kunci: Asuransi, tabaduli, takafuli
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor 1
76 Ahmad Ajib Ridlwan
Pendahuluan
Kehidupan di dunia penuh dengan ketidakpastian dan
resiko, mulai dari resiko sakit, kecelakaan, bahkan berujung pada
kematian karena resiko seperti kematian tidak bisa dihindari oleh
sebab itu untuk mengatasi permasalahan hidup tersebut manusia
dituntut untuk merencanakan masa depan secara komprehensif.
Salah satu cara untuk dapat menikmati masa depan yang lebih
baik dan berkecukupan dari sisi materi diperlukan tabungan yang
mampu meminimalkan resiko tersebut yang pada umumnya
disebut dengan tabungan asuransi.1
Al-Qur`an merupakan pedoman hidup yang universal dan
komprehensif bagi setiap umat manusia. Karena sifatnya yang
universal tersebut al-Qur`an tidak menyatakan secara langsung
tentang pengertian asuransi dan bentuknya, namun Dalam al-
Qur`an secara eksplisit terdapat ayat yang menyatakan pentingnya
perencanaan dalam pekerjaan dan masa depan. Dalam surat al-
Hasyr Allah berirman : “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuat untuk hari esok (masa depan) dan bertaqwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang engkau kerjakan”.
(QS. 59:18).2
Dalam Islam tidak terdapat aturan yang jelas dan tegas
yang mengatur praktik tentang asuransi, oleh karenanya perlu
diadakan penggalian hukum oleh ulama’ (Ijtihad) agar sistem
asuransi tersebut tidak melanggar norma agama mengingat tujuan
asuransi adalah memberikan kemudahan serta kemaslahatan
ummat. Salah satu upaya untuk mewujudkan adalah dengan
menciptakan produk asuransi yang dijalankan dengan prinsip
Islam. Fokus pembahasan dalam paper ini adalah penjelasan
tentang beberapa hal yang terkait dengan hukum asuransi dalam
Islam dan berbagai pendapat ulama iqh tentang hukum asuransi
serta akan dibahas tentang bentuk asuransi yang sesuai dengan
prinsip Islam
1
Amrizal Hamsa, “Asuransi Dalam Perspektif Islam” dalam At-Tasyri’,
Vol. 01, No. 2. Juni-September 2009, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Teungku
Dirundeng, Meulaboh Aceh barat, h. 115.
2
Alquran dan Terjemahan, Departemen Agama RI.
Pembahasan
Asuransi Konvensional
Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda, assurantie.
Dalam hukum Belanda sering dipakai kata ini dengan kata
verzekering yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan
kata “pertanggungan”. Dari kata assurantie ini muncul istilah
assuradeur bagi penanggung, dan geassureerde bagi tertanggung,
atau dengan istilah lain disebut penjamin dan terjamin. Dari istilah
verzekering itu juga timbullah istilah verzekeraar bagi penanggung
dan verzekerde bagi tertanggung.3
Sedangkan menurut Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian bahwa
asuransi (pertanggungan) adalah perjanjian antara dua pihak
atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberi
pergantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung
yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Sedangkan
ruang lingkup usaha asuransi yaitu usaha jasa keuangan yang
dengan menghimpun dana masyrakat melalui pengumpulan premi
asuransi, memberi perlindungan kepada anggota masyarakat
pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian
karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau
meninggalnya seseorang.4
Pihak penanggung atau penjamin adalah perusahaan
asuransi, sedangkan tertanggung atau yang dijamin adalah
peserta asuransi. Jadi dalam suatu asuransi, terdapat perjanjian
antara kedua belah pihak dimana pihak yang dijamin diwajibkan
membayar uang premi dalam jumlah tertentu dalam suatu masa
3
Wirjono Projodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia, (Jakarta: Intermasa,
1979), h. 1.
4
Dewan Asuransi Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia, Nomor
2 tahun 1992 dan peraturan pelaksanaan tentang usaha perasuransian, Edisi
2003, DAI, h. 2-3.
6
Zarqa, Musthafa Ahmad, al-Ta’mim i al-Islam, h. 209.
7
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: Gunung Agung, 1996), h. 134.
8
Redaksi Ulumul Qur’an, “Syarikat Takaful sebagai suatu
Alternatif”. Dalam Jurnal Kebudayaandan Peradaban Ulumul Quran,
No. 2/VII/1996, h. 36.
9
Syakir Sula, Asuransi Syariah, h. 326-328.
Simpulan
Sebagian ulama syariah menyamakan sistem asuransi
syariah dengan sistem aqilah pada zaman Rasulullah Saw.
DAFTAR PUSTAKA