Anda di halaman 1dari 17

Makalah Keperawatan Dasar Trauma dan Jantung

MANAGEMENT SYOK KARDIOGENIK

Dosen Pembimbing : Ns.Tisa Gusmiah, M.Kep

Disusun Oleh

M. Safi’il Qalbie Parma SR162100035


NurRaviah SR162100003
Paudilah SR162100013
RizkiHardiani SR162100057

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin kami ucapkan kepada Allah Subhanahu WaTa’ala, karena
berkat rahmat dan hidayahnyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Management Syok Kardiogenik” tepat pada waktunya. Kami juga mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Haryanto, S.Kep,Ners.MSN.Ph.D.WOC/ETN selaku Ketua STIK Muhammadiyah
Pontianak.
2. Ibu Ns.Tisa Gusmiah, M.Kep selaku koordinator matakuliah Keperawatan Dasar Trauma
dan Jantung
3. Orang tua dan Keluarga yang selalu memberikan dukungan moril dan materil dan selalu
mendoakan setiap saat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
4. Rekan-rekan satu angkatan Program Studi S1 Reguler Angkatan 2016 STIK
Muhammadiyah Pontianak yang saling memberikan motivasi dan bantuan dalam proses
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan pada makalah ini, oleh karena
itu kami mohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dari makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh

Pontianak, 23 Februari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………………. 1


B. Rumusan Masalah ……………………………………………………… 1
C. Tujuan…………………………………………………………………... 1
D. Manfaat ……………………………………………………………….... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Syok Kardiogenik ……………………………………………... 6
B. Etiologi Syok Kardiogenik ….………………………………………….. 6
C. Manifestasi Klinis Syok Kardiogenik …………………………………. 7
D. Fatofisiologi Syok Kardiogenik ……………………………………….. 8
E. Pathway ……………………………………………………………….. 9
F. Pemeriksaan Diagnostic Syok Kardiogenik ……………………………. 11
G. Penatalaksanaan Syok Kardiogenik ……………………………………. 12
H. Komplikasi Syok Kardiogenik ………………………………………… 14
BAB III PENUTUP
A Kesimpulan …………………………………………………………... 15
B Saran …………………………………………………………………. 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya butuh
pertolongan yang cepat dan tepat, untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan
pelayanan gawat darurat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat
menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan respons time yang cepat dan tepat
(KepMenKes, 2009). Sebagai salah satu penyedia layanan pertolongan, dokter dituntut
untuk dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat agar dapat menangani kasus-
kasus kegawatdaruratan (Herkutanto, 2007; Napitupulu, 2015).
Salah satu kasus kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera adalah syok.
Syok merupakan gangguan sirkulasi yang diartikan sebagai tidak adekuatnya transpor
oksigen ke jaringan yang disebabkan oleh gangguan hemodinamik. Gangguan
hemodinamik tersebut dapat berupa penurunan tahanan vaskuler sistemik, berkurangnya
darah balik, penurunan pengisian ventrikel, dan sangat kecilnya curah jantung.
Berdasarkan bermacam-macam sebab dan kesamaan mekanisme terjadinya, syok dapat
dikelompokkan menjadi empat macam yaitu syok hipovolemik, syok distributif, syok
obstruktif, dan syok kardiogenik (Hardisman, 2013).
Satu bentuk syok yang amat berbahaya dan mengancam jiwa penderitanya adalah
syok kardiogenik. Pada syok kardiogenik ini terjadi suatu keadaan yang diakibatkan tidak
cukupnya curah jantung untuk mempertahankan fungsi alat-alat vital tubuh
akibat disfungsi otot jantung. Hal ini merupakan suatu keadaan gawat yang membutuhkan
penanganan yang cepat dan tepat, bahkan dengan penanganan yang agresif pun angka
kematiannya tetap tinggi yaitu antara 80-90%. Penanganan yang cepat dan tepat pada
penderita syok kardiogenik ini mengambil peranan penting di
dalam pengelolaan / penatalaksanaan pasien guna menyelamatkan jiwanya dari ancaman
kematian. Syok kardiogenik ini paling sering disebabkan oleh karena infark jantung akut
dan kemungkinan terjadinya pada infark akut 5-10%. Syok merupakan komplikasi infark
yang paling ditakuti karena mempunyai mortalitas yang sangat tinggi. Walaupun akhir-
akhir ini angka kematian dapat diturunkan sampai 56% (GUSTO), syok kardiogenik
masih merupakan penyebab kematian yang terpenting pada pasien infark yang dirawat
dirumah sakit.
Prevalensi gagal jantung terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Tahun
2008, diperkirakan terdapat 5,7 juta orang Amerika berusia >20 tahun (2,4%) menderita

1
gagal jantung. Pada tahun 2010, terdapat sekitar 6,6 juta orang Amerika berusia > 18
tahun (2,8%) yang mengalami gagal jantung. Tahun 2030 diperkirakan akan terdapat
peningkatan prevalensi dibandingkan tahun 2010, yakni penambahan penderita gagal
jantung sekitar 3 juta orang (25%) (AHA, 2012).
Menurut data dari NHLBI (National Heart, Lung, and Blood Institute) bekerja sama
dengan FHS (Frammingham Heart Study), insiden gagal jantung adalah 10 per 1000
populasi yang berusia lebih dari 65 tahun. Tahun 2008, mortalitas akibat gagal jantung
sebesar 281.437 (124.598 laki-laki dan 156.839 Perempuan) (NHBLI,2012). Satu dari
sembilan sertifikat kematian di Amerika Serikat mencantumkan gagal jantung sebagai
penyebab kematian (AHA, 2012). Dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008, gagal
jantung menyebabkan 13.395 orang menjalani rawat inap, dan 16.431 orang menjalani
rawat jalan di seluruh rumah sakit di Indonesia dan presentase Case Fatality Rate sebesar
13,42%, kedua tertinggi setelah infark miokard akut (13,49%) (DEPKES RI, 2009).
Menurut Hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi gagal jantung di Sumatera Barat sama
dengan di Indonesia, yakni sebesar 0,3% berdasarkan gejala, atau yang terdiagnosis
dokter (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah
bagaimana Managemen Syok Kardiogenik.
B Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas maka kami tertarik untuk menulis makalah yang
berjudul bagaimana Management Syok Kardiogenik?
C Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep teoritis management syok Kardiogenik.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Konsep Syok Kardiogenik.:
1) Definisi Syok Kardiogenik.
2) Etiologi Syok Kardiogenik.
3) Patofisiologi Syok Kardiogenik.
4) Pathway Syok Kardiogenik
5) Manifestasi klinis Syok Kardiogenik.
6) Penatalaksanaan Syok Kardiogenik.
7) Komplikasi Syok Kardiogenik

2
D Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah :
1. Untuk Penulis :
a. Agar penulis mampu menyusun makalah secara benar dan cermat.
b. Untuk memperluas wawasan keilmuan penulis agar mempunyai pandangan yang
luas terhadap asuhan keperawatan management syok kardiogenik.
c. Memberikan sumbangan pemikiran baik berupa konsep teoritis maupun konsep
praktis.
2. Untuk pembaca
Agar mereka dapat mengetahui bagaimana konsep management syok kardiogenik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Syok adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan adanya gangguan system
sirkulasi yang mengakibatkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi untuk
mempertahankan metabolism aerobic sel secara normal (Rifki Az, 2013)
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung
kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot jantung
kehilangan kekuatan kontraktilitasnya, menimbulkan penurunan curah jantung dengan
perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung,otak, ginjal). Derajat syok
sebanding dengan disfungsi ventrikel kiri. Meskipun syok kardiogenik biasanya sering
terjadi sebagai komplikasi MI, namun bisa juga terajdi pada temponade jantung,
emboliparu, kardiomiopati dan disritmia. (Brunner & Suddarth, 2001). Syok kardiogenik
adalah dyok yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak adekua, seperti pada
infark miokard atau obstruksi mekanik jantung; manifestasinyameliputi hipovolemia,
hipotensi, kulit dingin, nadi yang lemah, kekacauan mental, dankegelisahan. (Kamus
Kedokteran Dorland, 1998)
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali
untukmemenuhi kebutuhan metabolisme. Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan
fungsi ventrikel, yang mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan
penghantaran oksigen ke jaringan.
B. Etiologi
Terdapat beberapa penyebab dari terjadinya shock kardiogenik, menurut Manurung
(2016) etiologi syok kardiogenik:
1. Koroner
Syok kardiogenik koroner lebih sering dan tampak paling sering terjadi pada
pasien dengan infark miokard.
2. Non Koroner
a. Tamponade jantung
b. Embolisme pulmonal
c. Kardiomiopati
d. Kerusakan katup

4
e. Disritmia
Syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh karena gangguan mendadak fungsi
jantung atau akibat penurunan fungsi kontraktilitas jantung kronik. Secara praktis, syok
kradiogenik timbul karena gangguan mekanik atai miopatik. Etiologi syok kardiogenik
menurut (Bakta dan Suastika, 1999 dalam Mayoclinic, 2014) adalah:
1. Infark miokard akut
Kebanyakan IMA terjadi akibat dari PJK. Plak menurunkan aliran darah ke
jantung sehingga akan menyebabkan sumbatan.
a. Gangguan fungsi miokard :
1) Infark miokard akut yang cukup jelas (>40%), infark ventrikel kanan.
2) Penyakit jantung arteriosklerotik.
3) Miokardiopati: Kardiomiopati restriktif kongestif atau kardiomiopati
hipertropik.
b. Mekanis :
1) Regurgitasi mitral/aorta
2) Ruptur septum interventrikel
3) Aneurisma ventrikel masif
c. Obstruksi :
1) Pada aliran keluar (outflow) : stenosis atrium
2) Pada aliran masuk (inflow) : stenosis mitral, miksoma atrium kiri/thrombus,
perikarditis/efusi perikardium.
2. Miokarditis akut
3. Tamponade jantung akut
4. Endokarditis infektif
5. Trauma jantung
6. Ruptur septal ventrikular (biasanya terjadi karena komplikasi post-IMA
7. Ruptur korda tendinea spontan
8. Kardiomiopati tingkat akhir
9. Stenosis valvular berat
10. Regurgitasi valvular akut
11. Miksoma atrium kiri
12. Komplikasi bedah jantung
Menurut Reni (2015) dari berbagai penelitian dilaporkan adanya faktor predisposisi
timbulnya syok kardiogenik:

5
1 Umur yang relatif lebih tua pada syok kardiogenik, umunya lebih dari 60 tahun.
2 Telah terjadi payah jantung sebelumnya.
3 Adanya infark lama dan baru.
4 Lokasi pada dinding anterior lebih sering menimbulkan syok.
5 Infark miokard yang meluas secara progresif.
6 Komplikasi mekanik infark mikard akut, anatara lain septum sobek, insufisiensi
mitral, disenergi ventrikel.
7 Gangguan irama dan nyeri hebat
8 Faktor ekstramiokardial: obat-obatn penyebab hipotensi atau hipovolemia
C. Manifestasi Klinis
Menurut Manurung (2016) tanda dan gejala syok kardiogenik:
1 Kulit pucat dan dingin
2 Denyut nadi menurun
3 Hipotensi
4 Nyeri dada
5 Gelisah
6 Ansietas
7 Penurunan curah jantung
8 Takikardia
9 Distress pernafasan
10 Perubahan tingkat kesadaran: apatis, letargi, setengah sadar, koma.
Menurut Reni (2015) timbulnya syok kardiogenik dalam hubungan dengan infark
miokard akut dapat dikategorikan dalam:
1. Timbul tiba-tiba dalam waktu 4-6 jam setelah infark akibat gangguan miokard masif
atau ruptur dinding ventrikel kiri.
2. Timbul secara perlahan dalam beberapa hari sebagai akibat dari infark yang berulang.
3. Timbul tiba-tiba 2 hingga 10 hari setelah infark disertai timbulnya nising mitral
sistolik, ruptur septum atau disosiasi elektromekanik. Episode ini daoat disertai atau
tanpa nyeri dada, tapi sering disertai dengan sesak napas akut.
Keluhan nyeri dada pada IMA biasanya di daerah substernal, rasa seperti ditekan,
diperas, seperti diikat, rasa dicekik. Rasa nyeri menjalar ke leher, rahang, lengan, dan
punggung, nyeri biasanya hebat, ebrlangsung lebih dari ½ jam, tidak menghilang dengan
obat-obatan nitrat. Syok kardiogenik yang berasal dari penyakit jantung lainnya,

6
keluhannya sesuai dengan penyakit dasarnya (Eliastam et al., 1998 dalam Muttaqin
2012). Menurut Mubin (2010), diagnosis syok kardiogenik adalah berdasarkan
1 Keluhan Pokok
a Oliguri (urin < 20 mL/jam).
b Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).
c Nyeri substernal seperti IMA.
2 Tanda Penting
a Tensi turun < 80-90 mmHg
b Takipneu dan dalam
c Takikardi
d Nadi cepat
e Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru
f Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar
g Sianosis
h Diaforesis (mandi keringat)
i Ekstremitas dingin
j Perubahan mental
3 Kriteria
Adanya disfungsi miokard disertai :
a. Tekanan darah sistolis arteri < 80 mmHg
b. Produksi urin < 20 mL/jam
c. Tekanan vena sentral > 10 mmH2O
d. Ada tanda-tanda: gelisah, keringat dingin, akral dingin, takikardi (Mubin, 2010).
D. Patofisiologi
Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi gagal

jantung. Infark miokard akut, tamponade jantung, trauma jantung, stenosis valvular berat,

endokarditias infektif, kardiomiopati tingkat akhir serta beberapa pengebab lainnya

menyebabkan Kontraktilitas otot jantung menurun dan iskemia. Kontraktilitas otot

jantung menurun menyebabkan suplay darah ke seluruh tubuh menjadi berkurang

sehingga menimbulkan masalah keperawatan pada penurunan curah jantung. Dari

penurunan curah jantung tersebut, menyebabkan gangguan pada fungsi paru dan ginjal.

7
Menurunnya curah jantung menyebabkan: paru-paru tidak mendapatkan suplay oksigen

yang cukup, pengembangan paru tidak efektif, sehingga terjadilah masalah keperawatan

yaitu pola nafas tidak efektif. Pada ginjal, menurunnya curah jantung menyebabkan ginjal

tidak mendapatkan suplay darah yang cukup sehingga menyebabkan: penurunan GFR

nefron, vaokontriksi ginjal, Retensi Na dan H2O dalam ginjal, Urin output menurun dan

volume plasma meningkat, sehingga terjadilah masalah keperawatan yaitu resiko tinggi

kelebihan volume cairan. Menurunnya kontraktilitas otot jantung juga menyebabkan;

penurunan isi sekuncup, hipotensi dan terjadilah syok kardiogenik. Dari syok kardiogenik

tersebut maka menyebabkan hipoperfusi jaringan sehingga timbullah masalah

keperawatan yaitu gangguan perfusi jaringan.

Iskemia menyebabkan; kardiak output menurun, Suplai O2 ke jantung menurun

(menyebabkan masalah keperawatan yaitu nyeri), Hipoperfusi miokard, Metabolisme

asam, Memperburuk iskemia miokard sehingga menyebabkan hipotensi. Hipotensi akan

menyebabkan; tekanan arteri pulmonary meningkat, Cairan pulmonary selaput interstisial

atau alveoli menurunkan daerah permukaan sehingga menyebabkan dispnea dan

penumpukkan secret. Dari dispnea tersebut akan menimbulkan masalah keperawatan

kerusakan pertukaran gas. Sedangkan dari penumpukkan secret akan menimbulkan

masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif.

E. Pathway

8
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Electrocardiography (elektrokardiografi)
a. Elevasi segmen ST dapat terobservasi. Right-sided leads dapat menunjukkan suatu
pola infark ventrikel kanan, yang mengindikasikan terapi yang berbeda dari terapi
untuk penyebab–penyebab lainnya dari syok kardiogenik.
b. Pada pasien karena infark miokard akut dengan gagal ventrikel kiri (LV failure),
gelombang Q (Q waves) dan/atau >2-mm ST elevation pada multiple leads atau
left bundle branch block biasanya tampak. Lebih dari setengah (> 50%) dari
semua infark yang berhubungan dengan syok adalah anterior. Global ischemia
karena severe left main stenosis biasanya disertai dengan depresi ST berat (>3
mm) pada multiple leads.
2. Radiografi
Radiografi dada (chest roentgenogram) dapat terlihat normal pada mulanya atau
menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif akut (acute congestive heart
failure), yaitu:
a Cephalization karena dilatasi pembuluh darah-pembuluh darah pulmoner.
b Saat tekanan diastolik akhir ventrikel kiri (left ventricular end-diastolic pressures)
meningkat, akumulasi cairan interstitial ditunjukkan secara radiografis dengan
adanya gambaran fluffy margins to vessels, peribronchial cuffing, serta garis
Curley A dan B. Dengan tekanan hidrostatik yang sangat tinggi, cairan dilepaskan
(exuded) ke alveoli, menyebabkan diffuse fluffy alveolar infiltrates.
c Gambaran foto/rontgen dada (chest x-ray) lainnya yang mungkin tampak pada
penderita syok kardiogenik:
1) Kardiomegali ringan
2) Edema paru (pulmonary edema)
3) Efusi pleura
4) Pulmonary vascular congestion
5) Ukuran jantung biasanya normal jika hasil syok kardiogenik berasal dari
infark miokard yang pertama, namun membesar jika ada riwayat infark
miokard sebelumnya.
3. Bedside echocardiography
Ini berguna untuk menunjukkan:
a Fungsi ventrikel kiri yang buruk (poor left ventricular function).
b Menilai keutuhan katub (assessing valvular integrity).

11
c Menyingkirkan penyebab lain syok, seperti: cardiac tamponade.
4. Laboratorium
Penemuan laboratorium :
a Hitung leukosit secara khas meningkat disertai dengan left shift.
b Tidak adanya prior renal insufficiency, fungsi ginjal pada mulanya normal, namun
blood urea nitrogen (BUN) dan creatinine meningkat secara cepat (rise
progressively).
c Hepatic transaminases jelas meningkat karena hipoperfusi hati (liver
hypoperfusion).
d Perfusi jaringan yang buruk (poor tissue perfusion) dapat menyebabkan anion gap
acidosis dan peningkatan (elevation) kadar asam laktat (lactic acid level).
e Gas darah arteri (arterial blood gases) biasanya menunjukkan hypoxemia dan
metabolic acidosis, dimana dapat dikompensasi oleh respiratory alkalosis.Petanda
jantung (cardiac markers), creatine phosphokinase dan MB fractionnya, jelas
meningkat, begitu juga troponins I dan T
G. Penatalaksanaan
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk
memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan suhu
tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus segera
ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal.
1 Pengkajian primer
a. Circulation : dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output serta
adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit,
nadi.
b. Airway : penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan mengenai
adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara
dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas
tambahan seperti snoring.
c. Breathing : frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan,
retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi
suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji
adanya trauma pada dada.
d. Disability : nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.
2. Pengkajian sekunder

12
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat
menggunakan format AMPLE (alergi, medikasi, past illness, last meal, dan
environment). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula
ditambahkan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti foto thoraks,dll
Tujuan utama pertolongan kegawatdaruratan adalah untuk meningkatkan aliran darah
(oksigen dan nutrisi) ke organ tubuh (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011).
a. Emergency Life Support
Penatalaksanaan emergency life support dibutuhkan pada semua tipe syok.
Tindakan ini akan membantu mengalirkan darah kaya oksigen ke otak, ginjal, dan
organ lainnya. Mempertahankan aliran darah ke organ akan mencegah kerusakan
organ jangka panjang. Tindakan ini meliputi:
a. Berikan oksigen pada pasien. Pada tahap awal syok, suplemen oksigen diberikan
melalui nasal kanul 3-5 L/menit (Muttaqin, 2010)
b. bantuan napas jika diperlukan
c. Berikan cairan melalui IV
2. Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan meliputi (National Heart, Lung, and Blood Institute,
2011):
a. Obat-obatan yang mencagah pembentukan blood clot
b. Obat-obatan untuk meningkatkan kontraksi otot jantung berikan dopamin 2-15
µg/kg/m, norepinefrim 2-20 µg/kg/m atau dobutamin 2,5-10 µg/kg/m untuk
meninggikan tekana perfusi srterial dan kontraktilitas (Bakta dan Suastika, 1999
dalam Mayoclinic, 2014).
c. Obat-obatan untuk serangan jantung
Obat-obatan untuk mengatasi syok kardiogenik bekerja untuk meningkatkan
aliran datrah ke jantungg dan meningkatkan daya pompa jantung, antara lain
(Mayoclinic, 2014):
1) Aspirin
Aspirin dapat menurunkan proses pembentukan blood clot dan membantu
menjaga aliran darah.
2) Agen trombolitik
Agen trombolitik akan menghancurkan blood clot yang menyumbat aliran
darah ke jatung. Semakin cepat pasien mendapatkan agen trombolitik, maka

13
semakin besar pula kesempatan hidupnya. Trombolitik akan diberikan jika
emergency cardiac catheterization tidak tersedia.
3) Superaspirin
Obat ini akan mencegah permbentukan blood clot, misalnya clopidogrel
oral, platelet glycoprotein Iib/IIIa receptor blocker.
4) Antikoagulan
Obat-obatan ini misalnya heparin, yang berfungsi untuk mencegah
terjadinya blood clot.Heparin dberikan secara IV atau injeksi yang diberikan
selama beberapa hari pertama setelah serangan jantung.
5) Agen inotropik
H. Komplikasi
Menurut Reni (2015) komplikasi yang bisa terjadi akibat dari syok kardiogenik
adalah:
1. Henti jantung paru
2. Disritmia
3. Gagal multisistem organ
4. Gagal ginjal
5. Kerusakan hati
6. Stroke
7. Trombroemboli

14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Satu bentuk syok yang amat berbahaya dan mengancam jiwa penderitanya adalah
syok kardiogenik. Syok kardiogenik didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda hipoperfusi
jaringan yang diakibatkan oleh gagal jantung rendah preload dikoreksi. Tidak ada definisi
yang jelas dari parameter hemodinamik, akan tetapi syok kardiogenik biasanya ditandai
dengan penurunan tekanan darah (sistolik kurang dari 90 mmHg, atau berkurangnya
tekanan arteri rata-rata lebih dari 30 mmHg) dan atau penurunan pengeluaran urin
(kurang dari 0,5 ml/kg/jam) dengan laju nadi lebih dari 60 kali per menit dengan atau
tanpa adanya kongesti organ

Syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh karena gangguan mendadak fungsi


jantung atau akibat penurunan fungsi kontraktilitas jantung kronik. Tanda dan gejala dari
syok kardiogenik meliputi: Kulit pucat dan dingin, denyut nadi menurun, hipotensi, nyeri
dada, gelisah, ansietas, penurunan curah jantung, takikardia, distress pernafasan,
perubahan tingkat kesadaran: apatis, letargi, setengah sadar, koma.

Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk


memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan suhu
tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus segera
ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal.

B. Saran
Saran bagi mahasiswa keperawatan dan tenaga kesehatan diharapkan mampu
mengetahui ciri-ciri pasien dengan syok kardiogenik serta mampu melakukan penanganan
gawat darurat terhadap pasien dengan syok kardiogenik sehingga nyawa pasien dapat
terselamatkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Manurung, Nixson. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta:


CV.Trans Info Medika.

Marya, R.K. (2013). Buku Ajar Patofisiologi. Tangerang Selatan: BINARUPA AKSARA
Publisher.

Muttaqin, Arif. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Homenta, Rampengan Starry. (2014). Buku Praktis Kardiologi. Jakarta: FKUI

16

Anda mungkin juga menyukai