Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PRINSIP KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN PALIATIF

Dosen Pengampu: Ns Hidayah, M.Kep

Disusun Oleh:

Nama Kelompok 1 :

Hanafi (SR162100010)

Rimawati (SR162100074)

KELAS 3B SEMESTER V

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH

TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH

PONTIANAK 2018

i
ii

KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kelompok kami dapat
meneyelesaikan makalah Asuhan Keperawtan Pada kecemasan, di dalam Mata
Kuliah Keperawatan Menjelang ajal dan Paliatif yang dibimbing Oleh Ibu Hidayah
M. kep dan Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan ini dalam waktu yang telah
ditentukan.Makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankanlah penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT Yang telah meridhai pembuatan makalah dengan baik.


2. Teman kelompok yang telah membantu menyusun makalah ini
3. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa Pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan karya tulis ini sangat
penulis harapkan.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,
khususnya guna mengetahui cara memberikan dan membuat Makalah dengan baik
dan benar.

Billahifii sabililhaq Fastabiqul khairot. Wassalamualaikum Wr.wb.

Penulis,17 september 2018

Penulis
iii

DAFTAR ISI
MAKALAH ............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I ............................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Pendahuluan ....................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II ........................................................................................................................... 3

PEMBAHSAN .............................................................................................................. 3

A. Komunikasi ........................................................................................................ 3

B. Pengertian Komuniasi Terapeutik ...................................................................... 4

C. Tujuan Kumonikasi terapeutik ........................................................................... 5

D. Tahapan Komunikasi TerapeutikFase ................................................................ 6

E. Pengertian Keperawatan Paliatif ........................................................................ 6

F. Prinsip Komunikasi keperawatan Peliatif .......................................................... 7

G. Peran kemunikasi dalam Keperawatan .............................................................. 7

BAB III ....................................................................................................................... 11

PENUTUP ................................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 11

B. Saran ................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 13


BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
812/Menkes/SK/VII/2007 tantangan yang kita hadapi pada di hari-hari kemudian
nyata sangat besar. Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum
dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit
degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis,stroke, Parkinson,
gagal jantung /heart failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/
AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, disamping kegiatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitative,( Nur fitria, Cemy.2010).

Perawatan paliatif merupakan bagian penting dalam perawatan pasien


terminal yang dapat dilakukan secara sederhana, prioritas utama perawatan ini
adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan bukan kesembuhan dari penyakit
pasien (Doyle , 2003). Perawatan paliatif bertujuan untuk meningkatkan
kenyamanan pasien dalam mengontrol intensitas penyakit atau memperlambat
kemajuannya, apakah ada atau tidak ada harapan untuk sembuh. Perawatan
paliatif merupakan bagian penting dalam perawatan pasien terminal yang dapat
dilakukan secara sederhana, prioritas utama perawatan ini adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup dan bukan kesembuhan dari penyakit pasien (Doyle
, 2003). Pasien terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
penyakit/sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat
dekat dengan proses kematian (Suseno, 2004). Respon pasien dalam kondisi
terminal sangat individual tergantung kondisi fisik, psikologis, sosial yang
dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda.

1
2

Keadaan ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien
terminal. Perawat harus memahami apa yang dialami pasien dengan kondisi
terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi pasien
sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat
meninggal dengan tenang dan damai (Potter P, 2010).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka kelompok mengangkat
rumusan masalah pada makalah ini adalah prinsip komunikasi dalam
keperawatan paliatif.

C. Tujuan
1. Umum
Makalah ini kami buat untuk memenuhui tugas salah satu mata kuliah di
semester lima ini yaitu mata kuliah
2. Khusus
a. Apa pengertian komunikasi?
b. Pengertian Komuniasi Terapeutik?
c. Tujuan komunikasi terapeutik?
d. Tahapan Komunikasi Terapeutik?
e. Pengertian Keperawatan Paliatif?
f. Prinsip Komunikasi keperawatan Peliatif?
g. Peran kemunikasi dalam Keperawatan?
BAB II

PEMBAHSAN

A. Komunikasi
Kata kumunikasi berasal dari kata “ to commune” yang berarti “
yang menjadi milik bersama” yang didifinisikan oleh seorang pakar yang
bernama carl I. Hovland adalah proses seorang individu ( komonikator) mengoper
perangsang (biasanya lambing bahasa) Untuk mengubah tingkah laku individu
yang lain (komunikan) ada 2 jenis kumonikasi berdasarkan bentuknya yaitu:

1. Komunikasi verbal
komunikasi verbal merupakan pertukaran informasi dengan menggukan kata-
kata baik berbentuk lisan maupun tulisan yang disampaikan oleh komonikator
ke komunikan contoh: Ketika perawat melakukan penjelsan kepada seorang
pasien, dan memberikan promosi kesehatan kepada pasien maupun keluarga
serta perawat membuat catatan keperawatan publikasi dan pembuatan poster.
2. Komunikasi non verbal
Kumunikasi non verbal adalah biasa juga disebut juga dengan bahasa tubuh (
boby language) merupakan pertukan informasi tanpa menggunakan informasi
tanpa menggunkan bahasa atau kata-kata. Informasi dapat berupa sentuhan,
kontak mata, ekspresi wajah, postur, gerak tubuh, posisi tubuh, dan lain-
lain.contoh: Memegang tangan seseorang dan menariknya, mengajak,
meringis, nyeri, geleng kepala.

3
4

B. Pengertian Komuniasi Terapeutik


Komunikasi adalah pertukaran informasi, pikiran, ide dan perasaan dua
atau lebih individu. sedangkan komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar yang bertujuan dan kegiatan yang dilakukan dipusatkan
untuk kesembuhan pasien atau klien Sedangkan menurut ( Kariyo, 1998)
Komunikasi terapeutik merupakan cara yang efektif untuk mempengaruhi tingkah
laku manusia dan bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit, sehingga komunikasi harus dikembangkan secara terus – menerus.
Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang peranan penting, memecahkan
masalah yang dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi proposional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien
pada komunikasi terapeutik terdapat dua komonen penting yaitu proses
komunikasinya dan efek komunikasinya

1. Proses Komunikasi Terapeutik


Menurut (Setianti, Yanti. 2007) Proses ini terdiri dari unsur komunikasi
prinsip komunikasi dan tahapan
komunikasi. Unsur komunikasi terdiri dari :
a. Sumber komunikasi yaitu pengirim pesan atau sering disebut komunikator
yaitu orang yang menyampaikan atau menyiapkan pesan. Komunikator
dalam makalah ini adalah para perawat yang tugas utamanya ialah
membantu pasien dalam mengatasi masalah sakit akut, sakit kronis, dan
memberikan pertolongan pertama pada pasien dalam keadaan gawat
darurat.
Komunikator memiliki peranan penting untuk menentukan
keberhasilan dalam membentuk kesamaan persepsi dengan pihak lain
dalam makalah ini ialah pasien. Kemampuan komunikator mencakup
keahliaan atau kredibilitas daya tarik dan keterpercayaan merupakan
faktor yang sangat berpengaruh dan menentukan keberhasilan dalam
5

melakukan komunikasi ( TAN, 1981:104). Unsur komunikasi terapeutik


selain komunikator, yaitu pesan merupakan salah satu unsur penting yang
harus ada dalam proses komunikasi. Tanpa kehadiran pesan, proses
komunikasi tidak terjadi. Komunikasi akan berhasil bila pesan yang
disampaikan tepat, dapat dimengerti, dan dapat diterima komunikan.
b. Pesan
Berisi motivasi pesan-pesan yang diberikan pada pasien guna
menumnbukan rasa optimis serta kemajua pasien dalam proses
kesembuhan pesan ini harus dapat di mengerti dan dapat dimengerti
pasien.
c. Komunikan
Adalah penerima pesaan yang disampaikan oleh komunikator dimana
komunikan akan menerjemahkan pesa yang disampaikan oleh
komunikator yang bisa berupa tindakan

C. Tujuan Kumonikasi terapeutik


Ada bebrapa tujuan kumunikasi terapeutik tang dilakukan oleh perawat
kepada pasien mapun Klien sebgai berikut

1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan


pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila
klien percaya pada hal yang diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif
dan memertahankan kekuatan egonya.
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Dari tujuan di atas maka komunikasi terapeutik dan menimbulkan maaf baik bagi
klien mapun perawat yang betugas berikit manfaat dari komunikasi terapeutik:
1. Mendorong dan mengajurkan kerja sama antara perawat dengan pasien yang
akan menimbulkan hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien
sehingga mempermudah proses terapi.
6

2. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan dan mengkaji masalah yang


dialami oleh pasien dan dapat mengevaluasi tundakan yang dilakukan oleh
perawat.

D. Tahapan Komunikasi TerapeutikFase


1. Pra-Interaksi Prainteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan klien.

Perawat mengumpulkan data tentang klien, mengeksplorasi perasaan, fantasi

dan ketakutan diri dan membuat rencana pertemuan dengan klien

2. .Fase Orientasi atau Perkenalan

Fase ini dimulai ketika Pekerja sosial dengan klien bertemu untuk pertama

kalinya. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan klien meminta pertolongan

yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan Pekerja sosialklien.

3. Fase Kerja

Pada kerja dalam komunikasi terapeutik, kegiatan yang dilakukan adalah

memberi kesempatan pada klien untuk bertanya, menanyakan keluhan utama,

memulai kegiatan dengan cara baik, melakukan kegiatan sesuai rencana.

4. Fase Terminasi

Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir.

E. Pengertian Keperawatan Paliatif


Menurut wHo (2002), yang dimaksud dengan Palliative care adalah
sebuah pendekatan yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup penderita
dan keluarganya yang sedang mengalami atau menghadapi penyakit yang
mengancam kehidupan melalui pencegahan, pengkajian dan treatmenr terhadap
nyeri, dan masalah masalah fisik' psikologis serta spiritual lainnya. (WHO, 2002)
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
7

pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan


penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui
identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-
masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (KEPMENKES RI NOMOR: 812,
2007)

F. Prinsip Komunikasi keperawatan Peliatif


Prinsip - prinsip dalam paliative care Menurut chairn & Yates (2003),
hal - hal yang merupakan prinsip dalam perawatan paliatif antara lain:

1. Pasien dan keluarga merupakan unir of care


2. Penderita dilihat sebagai whole person
3. Menggunakanpendekatan interdisiplin
4. Memberikan dukungan dan support pada pasien dan keluarga termasuk
melewati proses berduka: Menghadapi kematian dengan damai
5. Spirit untuk menerima PenYakit
6. Mengatasi nyeridan keluhan fisik lainnya
7. Penggunaan terapi alternatif dimungkinkan

G. Peran kemunikasi dalam Keperawatan


Peranan komunikasi bagi perawat sangat besar sekali untuk lebih
mengembangkan kepribadian serta untuk kelancaran pelaksanaan tugas sehari
hari.Menurut Kariyoso Ada 4 (empat) keharusan bagi perawat dalam serangkaian
komunikasi dengan pasien maupun dalam penyuluhan kesehatan di
masyarakat.untuk mencapai hasil yang lebih maksimal Empat keharusan tersebut
yakni:

1. Pengetahuan
8

Mengetahui pokok permasalahan yang akan dibicarakan dan


disampaikan dalam penyuluhan. Dalam usaha berkomunikasi dengan baik,
seorang perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup sehingga
memudahkan dalam melaksanakan tugasnya setiap hari. Meskipun pasien
tidak mengetahui dengan baik tentang rencana asuhan keperawatan (nursing
care plan), namun bilaperawat mendiskusikannya dan mengajak kerjasama
dengan pasien tentang tahapan-tahapan yang dilalui dalam proses perawatan
akhirnya pasien akan menaruh kepercayaan kepada perawatan yang
bersangkutan karena telah meminta pendapatnya. Kemudahan dalam
melaksanakan tugas, sangat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang
dimiliki perawat itu sendiri.
Seorang perawat bukan sekedar menghafal nama pasien, alamat, diet
dan lain-lain akan tetapi dari cara berkomunikasi turut besar pula andilnya.
Begitu juga bila dalam memberikan penyuluhan kesehatan dimasayarakat,
pertanyaan-pertanyaan dari warga masyarakat akan dapat dijawab dengan
jelas serta memberikan tindak lanjut, daripada menganggap tugas penyuluhan
kesehatan sekedar menjalankan tugas saja oleh karena kemampuan yang
terbatas. Tepatnya perawat yang memiliki pengetahuan yang luas akan lebih
mudah berkomunikasi daripada wawasan pengetahuannya terbatas.
2. Ketulusan
Sekedar mengenal pasien dan kebutuhannya saja tidaklah cukup, tapi
kepercayaan yang sepenuh hati (tulus) tidak bisa diabaikan begitu saja.
Penampilan seorang perawat yang tulus tercermin dari sikapnya yang
sederhana, mau mendengarkan keluhan-keluhan pasien tanpa bermaksud
untuk melecehkannya atau mencemoohnya. Dalam melaksanakan tugas setiap
harinya seorang perawat sering berhadapan denagn pasien yang memiliki
bermacam-macam sifat dan tabiat.
Namun dengan sikapnya yang tulus seorang perawat dapat
membantu meringankan beban pasien tanpa membedakan antara pasien yang
9

satu dengan pasien yang lainnya Meskipun gaji Perawat bukanlah gaji yang
tinggi, namun seorang perawat memperoleh kepuasan batin apabila mampu
membantu pasien dalam mengatasi penyakitnya, lebih-lebih bila nasihat dan
saran-sarannya diterima dengan baik oleh pasien. Walaupun kehadirannya ada
yang memuji tapi tidak sedikit pula yang merasa tidak puas terhadap asuhan
perawatan yang telah diberikan, sehingga muncul istilah suster judes.
“ Saya sering di bilang suster judes oleh pasien di sini mungkin
karena saya cerewet selalu mengingatkan pasien kalau mereka tidak mau
minum obat
atau melanggar larangan yang sudah di jelaskan oleh dokter, tapi lama
kelamaan kalau kitanya sabar , pasien juga akan mengerti sendir”
ketulusannya dalam mebantu pasien dalam mengatasi kesulitan yang
berhubungan dengan penyakitnya.
3. Semangat
Dalam berkomunikasi dengan pasien, selain pengetahuan dan
ketulusan seorang perawat haruslah bersemangat. Semangat hidup yang tinggi
dapat mempengaruhi semangat pasien. Akan halnya penyakit yang diderita
oleh pasien lebih cepat sembuh bila nasihat dan saran-saran serta anjuran
dokter ditaati sepenuhnya oleh pasien. Misalnya tentang diet dan istirahat
yang cukup, kemudian bisa pula melatih bagian tubuh pasien yang kurang
berfungsi (mobilisasi) dengan kursi roda, kruk dan sebagainya sesuai instruksi
unit rehabilitasi. Dengan semangat yang terus dipompakan oleh perawat
keyakinan pasien untuk sembuh lebih besar lagi.
Selain itu sebagai penyebab ketidakmampuan pasien untuk
bekerjasama karena perasaannya terkekang dan sulit dikeluarkan, keadaan ini
dapat disebabkan kurangnya perhatian perawat sehingga pasien merasa
dikucilkan. Menghadapi situasi yang demikian, seorang perawat dengan naluri
keibuan haruslah bijaksana terutama dalam mengubah kekangan perasaan
10

pasien dengan memberikan dorongan. Jadi, selain perawat harus bersemangat


dalam bekerja juga memberikan semangat kepada pasien.
4. Praktek
Untuk dapat berbicara yang baik atau komunikatif tidaklah cukup
sekedar teori saja, namun lebih ditekankan pada praktis terapan atau praktek.
Pribadi yang tampil utuh sebagai seorang perawat bukanlah suatu hal yang
mudah. Lingkungan menuntut untuk mampu melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya, sementara kepribadian perawat juga mendapat porsi yang
sama. Untuk itu agar lebih luwes namun sigap serta tidak kaku dalam
berbicara maka latihan intensif salah satu jalan keluarnya. Dan kemmpuan
dalam rangka praktek berbicara setiap harinya harus lebih ditingkatkan hingga
mencapai kondisi yang diinginkan oleh pesawat itu sendiri. Latihan ini bisa
berupa menyebutkan
konsonan huruf hidup A, I, U, E, O tiap sehabis bangun tidur. Bisa
juga dengan menghitung dari 1 sampai 100 dan kebalikannya dari seratus
mundur hingga mencapai angka satu. Dengan latihan praktek demikian
ditambah lagi praktek berbicara di depan umum akan menghilangkan rasa
cemas hingga tidak kaku dan berani tampil. Pada akhirnya bila empat
keharusan tersebut dijalankan, niscaya tidak ada kesulitan dalam
berkomunikasi bagi perawat baik di rumah sakit maupun di puskesmas
khususnya pada saat penyuluhan kesehatan
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata kumunikasi berasal dari kata “ to commune” yang berarti “ yang
menjadi milik bersama” yang didifinisikan oleh seorang pakar yang bernama carl
I. Hovland adalah proses seorang individu ( komonikator) mengoper perangsang
(biasanya lambing bahasa) Untuk mengubah tingkah laku individu. Komunikasi
adalah pertukaran informasi, pikiran, ide dan perasaan dua atau lebih individu.
sedangkan komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar yang bertujuan dan kegiatan yang dilakukan dipusatkan untuk kesembuhan
pasien atau klien Sedangkan menurut ( Kariyo, 1998). Ada beerapa prinsip
komuniksi keperawatan paliatif diantaranya adalah Pasien dan keluarga
merupakan unir of care, Penderita dilihat sebagai whole person,
Menggunakanpendekatan interdisiplin yang perlu kita terapkan.

B. Saran
Kami berharap makalah yang kami buat ini dapat menambah pengetahuan
kawan-kawan pelajar yang ada di Kalimantan barat khususnya STIK
Muhammadiyah Pontianak dalam keperatan paliatif dan dapat meningkat kan
pengetahuan ketika pengetahuan itu ditingkatkan maka pelayanan kesehatan juga
akan meningkat yang dapat pula meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di
Kalimantan Barat terutama dengan kasus pasien paliatif.

11
12
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan. Ibnu (2009). Artikel Hubungan Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Dengan Kepuasan Klien Dalam Mendapatkan Pelayanan Keperawatan Di
Instalasi Gawat Darurat Rsud Dr. Soedarso Pontianak Kalimantan
Barat: PROGRAM Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitadiponegoro.Semarang

Suryani.(2013). Polliative Core lmproving Quality of l-ife Patients withTerminal


lllness: PPNI. Ketapang Kalimantan Barat.

Gina, Oktaria.(2017). Komunikasi Terapeutik Perawat Dalam Proses Penyembuhan


Pasien Psikosis Di Upt. Bina Laras Provinsi Riau: Universitas Riau: Riau

13

Anda mungkin juga menyukai