Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengangguran
A. Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali,
sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang
yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya
disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding
dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran
seringkali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan adanya
pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga
dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

B. Jenis-jenis Pengangguran
1. Berdasarkan jam kerja
a. Pengangguran terselubung (disguised unemployment) adalah tenaga kerja
yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
b. Pengangguran setengah menganggur (under unemployment) adalah tenaga
kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan,
biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang
bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
c. Pengangguran terbuka (open unemployment) adalah tenaga kerja yang
sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup
banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha
secara maksimal.
2. Berdasarkan penyebab terjadinya
a. Pengangguran friksional (frictional unemployment) adalah pengangguran
yang disebabkan adanya kesulitan mempertemukan antara pihak yang
membutuhkan tenaga kerja dengan pihak yang memiliki tenaga kerja
(angkatan kerja).
b. Pengangguran struktural (Structural unemployment) adalah pengangguran
yang disebabkan oleh penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak
mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja.

2
3

c. Pengangguran teknologi (Technology unemployment) adalah pengangguran


yang disebabkan perkembangan/pergantian teknologi. Perubahan ini dapat
menyebabkan pekerja harus diganti untuk bisa menggunakan teknologi yang
diterapkan.
d. Pengangguran kiknikal adalah pengangguran yang disebabkan kemunduran
ekonomi yang menyebabkan perusahaan tidak mampu menampung semua
pekerja yang ada. Contoh penyebabnya, karena adanya perusahaan lain
sejenis yang beroperasi atau daya beli produk oleh masyarakat menurun.
e. Pengangguran musiman adalah pengangguran akibat siklus ekonomi yang
berfluktuasi karena pergantian musim. Umumnya pada bidang pertanian dan
perikanan. Contohnya adalah para petani dan nelayan.
f. Pengangguran setengah menganggur adalah pengangguran di saat pekerja
yang hanya bekerja di bawah jam normal (sekitar 7-8 jam per hari).
g. Pengangguran keahlian adalah pengangguran yang disebabkan karena tidak
adanya lapangan kerja yang sesuai dengan bidang keahlian. Pengangguran
jenis ini disebut juga pengangguran tidak kentara dikarenakan mempunyai
aktivitas berdasarkan keahliannya tetapi tidak menerima uang. Contohnya
adalah anak sekolah (siswa) atau mahasiswa. Mereka adalah ahli pencari
ilmu, tetapi mereka tidak menghasilkan uang dan justru harus mengeluarkan
uang atau biaya, misalnya harus membeli paket buku LKS atau membayar
biaya kursus yang diselenggarakan oleh sekolahnya sendiri. Contoh lainnya
adalah (misalnya) seorang pelatih pencak silat yang tidak meminta gaji dari
organisasinya. Pengangguran tidak kentara ini, juga bisa disebut sebagai
pengangguran terselubung.
h. Pengangguran total adalah pengangguran yang benar-benar tidak mendapat
pekerjaan, karena tidak adanya lapangan kerja atau tidak adanya peluang
untuk menciptakan lapangan kerja.

C. Penyebab pengangguran
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak
sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya.
4

Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan


adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang
sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial
lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan membandingkan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek
psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran
yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial
sehingga mengganggu proses pembangunan.

D. Akibat pengangguran
1. Bagi perekonomian negara
a. Penurunan pendapatan perkapita.
b. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
c. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
d. Dapat menambah hutang negara.
2. Bagi masyarakat
a. Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
b. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan
apabila tidak bekerja.
c. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik

E. Statistik pengangguran
Tingkat pengangguran adalah persentase mereka yang ingin bekerja, namun
tidak memiliki pekerjaan. Tingkat pengangguran diperoleh melalui survei terhadap
ribuan rumah tangga. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara
membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang
dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus
mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat
5

menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.


Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik
keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya produk nasional bruto (PNB,
GNP) dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti
Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang
semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak
orang.

Jumlah pengangguran biasanya seiring dengan pertambahan jumlah


penduduk serta tidak didukung oleh tersedianya lapangan kerja baru atau keengganan
untuk menciptakan lapangan kerja (minimal) untuk dirinya sendiri atau memang
tidak memungkinkan untuk mendapatkan lapangan kerja atau tidak memungkinkan
untuk menciptakan lapangan kerja. Sebenarnya, kalau seseorang menciptakan
lapangan kerja, menciptakan lapangan kerja (minimal) untuk diri sendiri akan
berdampak positif untuk orang lain juga, misalnya dari sebagian hasil yang diperoleh
dapat digunakan untuk membantu orang lain walau sedikit saja. Pada perekonomian
yang maju, sebagian besar orang yang menjadi pengangguran memperoleh pekerjaan
dalam waktu singkat. Meskipun demikian, sebagian besar pengangguran yang
diamati dalam periode tertentu dapat disebabkan oleh sekelompok orang yang tidak
bekerja untuk waktu yang lama.

F. Kebijakan-kebijakan pengangguran
Adanya bermacam-macam pengangguran membutuhkan cara-cara
mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu
sebagai berikut:
1. Cara mengatasi pengangguran struktural
a. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
b. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang
kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
c. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan
(lowongan) kerja yang kosong, dan
6

d. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami


pengangguran.
2. Cara mengatasi pengangguran friksional
a. Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru,
terutama yang bersifat padat karya.
b. Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang
timbulnya investasi baru.
c. Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry.
d. Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor
agraris dan sektor formal lainnya.
e. Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan
jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap
tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari
kalangan swasta.
3. Cara mengatasi pengangguran musiman
a. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain.
b. Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu
ketika menunggu musim tertentu.
4. Cara mengatasi pengangguran siklis
a. Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa.
b. Meningkatkan daya beli masyarakat.
7

2.2 Inflasi

A. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan perekonomian di suatu negara dimana terjadi


kecenderungan kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum dalam waktu
yang panjang (kontinu) disebabkan karena tidak seimbangnya arus uang dan barang.

Kenaikan harga yang sifatnya sementara tidak termasuk dalam inflasi,


misalnya kenaikan harga-harga menjelang hari raya Idul Fitri. Pada umumnya inflasi
terjadi ketika jumlah uang yang beredar di masyarakat lebih banyak daripada yang
dibutuhkan. Inflasi adalah gejala ekonomi yang tidak mungkin dihilangkan secara
tuntas. Berbagai upaya yang dilakukan biasanya hanya sebatas pengendalian inflasi
saja.

Pengertian Inflasi Menurut Para Ahli

1. Boediono

Menurut Boediono, pengertian inflasi adalah suatu kecenderungan mengenai


harga-harga agar naik secara umum dan secara terus-menerus. Keadaan ketika harga
dari satu atau beberapa barang naik, maka itu bukanlah dapat dikatakan sebagai
inflasi. Namun, jika harga barang yang naik tersebut meluas dan menyebabkan
naiknya sebagian besar dari barang-barang lainnya itulah yang dinamakan dengan
inflasi.

2. Winardi

Menurut Winardi, pengertian inflasi adalah suatu periode pada masa tertentu,
dimana terjadi penurunan kekuatan dalam membeli terhadap kesatuan moneter.
Inflasi dapat timbul apabila nilai uang yang didepositokan beredar lebih banyak
dibandingkan atas jumlah barang atau pun jasa yang ditawarkan.
8

3. Sadono Sukirno

Menurut Sadono Sukirno, pengertian inflasi adalah suatu proses terjadinya


kenaikan harga-harga yang terjadi dalam suatu perekonomian.

4. Dwi Eko Waluyo

Menurut Dwi Eko Waluyo, arti inflasi adalah bentuk penyakit-penyakit


ekonomi yang sering timbul dan dialami hampir di seluruh negara. Kecenderungan
dari kenaikan harga-harga pada umumnya serta terjadi secara terus-menerus.

5. Bank Indonesia (BI)

Menurut Bank Indonesia (BI), pengertian inflasi adalah kecenderungan harga-


harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus.

B. Penyebab Inflasi

1. Meningkatnya Permintaan (Demand Pull Inflation)

Inflasi yang terjadi disebabkan karena peningkatan permintaan untuk jenis


barang/ jasa tertentu. Dalam hal ini, peningkata permintaan jenis barang/ jasa
tersebut terjadi secara agregat (agregat demand).

Hal ini terjadi bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:

 Meningkatnya belanja pemerintah


 Meningkatnya permintaan barang untuk diekspor
 Meningkatnya permintaan barang untuk swasta
9

2. Meningkatnya Biaya Produksi (Cost Pull Inflation)

Inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya produksi. Adapun


peningkatan biaya produksi disebabkan oleh kenaikan harga bahan-bahan baku,
misalnya:

 Harga bahan bakar naik


 Upah buruh naik

3. Tingginya Peredaran Uang

Inflasi yang terjadi karena uang yang beredar di masyarakat lebih banyak
dibanding yang dibutuhkan. Ketika jumlah barang tetap sedangkan uang yang
beredar meningkat dua kali lipat, maka bisa terjadi kenaikan harga-harga hingga
100%.

Hal ini bisa terjadi ketika pemerintah menerapkan sistem anggaran defisit,
dimana kekurangan anggaran tersebut diatasi dengan mencetak uang baru. Namun
hal tersebut membuat jumlah uang yang beredar di masyarakat semakin bertambah
dan mengakibatkan inflasi.

C. Jenis-Jenis Inflasi

1. Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya

a. Inflasi Ringan, yaitu inflasi yang mudah untuk dikendalikan dan belum begitu
menganggu perekonomian suatu negara. Terjadi kenaikan harga barang/ jasa
secara umum, yaitu di bawah 10% per tahun dan dapat dikendalikan.
b. Inflasi Sedang, yaitu inflasi yang dapat menurunkan tingkat kesejahteraan
masyarakat berpengahsilan tetap, namun belum membahayakan aktivitas
perekonomian suatu negara. Inflasi ini berada di kisaran 10% – 30% per
tahun.
c. Inflasi Berat, yaitu inflasi yang mengakibatkan kekacauan perekonomian di
suatu negara. Pada kondisi ini umumnya masyarakat lebih memilih
10

menyimpan barang dan tidak mau menabung karena bunganya jauh lebih
rendah ketimbang nilai inflasi. Inflasi ini berada di kisaran 30% – 100% per
tahun.
d. Inflasi Sangat Berat (Hyperinflation), yaitu inflasi yang telah mengacaukan
perekonomian suatu negara dan sangat sulit untuk dikendalikan meskipun
dilakukan kebijakan moneter dan fiskal. Inflasi ini berada di kisaran 100% ke
atas per tahun.

2. Jenis Inflasi Berdasarkan Penyebabnya

a. Demand pull inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena permintaan akan
barang/ jasa lebih tinggi dari yang bisa dipenuhi oleh produsen.
b. Cost push inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena terjadi kenaikan biaya
produksi sehingga harga penawaran barang naik.
c. Bottle neck inflation, yaitu inflasi campuran yang disebabkan oleh faktor
penawaran atau faktor permintaan.

3. Jenis Inflasi Berdasarkan Sumbernya

a. Domestic inflation, yaitu inflasi yang bersumber dari dalam negeri. Inflasi ini
terjadi karena jumlah uang di masyarakat lebih banyak daripada yang
dibutuhkan. Inflasi jenis ini juga dapat terjadi ketika jumlah barang/ jasa
tertentu berkurang sedangkan permintaan tetap sehingga harga-harga naik.
b. Imported inflation, yaitu inflasi yang bersumber dari luar negeri. Inflasi ini
terjadi pada negara yang melakukan perdagangan bebas dimana ada kenaikan
harga di luar negeri. Contoh, Indonesia melakukan impor barang modal dari
negara lain. Ternyata harga barang-barang modal di negara tersebut naik,
kenaikan harga tersebut berdampak bagi Indonesia sehingga mengakibatkan
inflasi.

D. Dampak Inflasi

1. Dampak Inflasi Terhadap Pendapatan

Inflasi dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap pendapatan


masyarakat. Pada kondisi tertentu, misalnya inflasi lunak, justru akan mendorong
para pengusaha untuk memperluas produksi sehingga meningkatkan perekonomian.
11

Namun, inflasi akan berdampak buruk bagi mereka yang berpenghasilan tetap
karena nilai uangnya tetap sedangkan harga barang/ jasa naik.

2. Dampak Inflasi Terhadap Ekspor

Kemampuan ekspor suatu negara akan berkurang ketika mengalami inflasi,


karena biaya ekspor akan lebih mahal. Selain itu, daya saing barang ekspor juga
mengalami penurunan, yang pada akhirnya pendapatan dari devisa pun berkurang.

3. Dampak Inflasi Terhadap Minat Menabung

Seperti yang telah disebutkan pada pengertian inflasi di atas, pada kondisi
inflasi minat menabung sebagian besar orang akan berkurang. Alasannya, karena
pendapatan dari bunga tabungan jauh lebih kecil sedangkan penabung harus
membayar biaya administrasi tabungannya.

4. Dampak Inflasi Terhadap Kalkulasi Harga Pokok

Kondisi inflasi akan mengakibatkan perhitungan penetapan harga pokok


menjadi sulit karena bisa menjadi terlalu kecil atau terlalu besar. Persentase inflasi
yang terjadi di masa depan seringkali tidak dapat diprediksi dengan akurat.

Hal ini kemudian akan membuat proses penetapan harga pokok dan harga jual
menjadi tidak akurat. Pada kondisi tertentu, inflasi akan membuat para produsen
kesulitan dan mengakibatkan kekacauan perekonomian.

E. Teori Inflasi

Ada tiga teori inflasi yang digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan
mengapa inflasi terjadi, yaitu:

1. Terori Kuantitas

Seperti yang disebutkan pada pengertian inflasi di atas, semakin banyak uang
yang beredar maka harga-harga akan naik.

2. Teori Keynes

Menurut Teori Keynes, inflasi bisa terjadi ketika suatu golongan masyarakat
ingin hidup melebihi batas kemampuan ekonominya dengan membeli barang dan
12

jasa secara berlebihan. Sesuai hukum ekonomi, semakin banyak permintaan


sedangkan penawaran tetap, maka harga-harga akan naik.

3. Teori Struktural

Inflasi juga dapat terjadi ketika produsen tidak bisa mengantisipasi dengan
cepat terjadinya kenaikan permintaan akibat pertambahan penduduk.

2.3 Hubungan Antara Pengangguran dan Inflasi


Arti pengangguran dan inflasi telah dijelaskan diatas secara singkat,
sebagaimana diketahui bahwa manakala inflasi terlalu tinggi, maka masyarakat
cenderung tidak ingin menyimpan uangnya lagi, tetapi akan diubah dalam bentuk
barang, baik barang yang siao dipakai atau harus melalui proses produksi (membuat
rumah misalnya). Sementara pengangguran adalah orang yang tidak bekerja dan
sedang mencari pekerjaan.
Dalam kondisi tingkat inflasi yang relatif tinggi, maka secara teoritis para
pengangguran akan banyak memperoleh pekerjaan, bukan saja karena banyak
masyarakat membutuhkan tenaganya, tetapi juga para produsen seharusnya akan
memanfaatkan momentum kenaikan harga barang dengan menambah produksinya
yang tentu saja harus membuka kapasitas produksi baru dan ini tentu memerlukan
tenaga kerja baru sampai pada tingkat full employment.
Sampai sebegitu jauh agaknya inflasi yang tinggi banyak memberikan
dampak yang negatif daripada positif bagi suatu bangsa dalam perekonomiannya.
Alasannya, sederhana saja karena banyak negara yang mengelola ekonominya tidak
efesien, hambatan investasi, dan masih tergantung sangat besar (baik dari segi
kualitas maupun kuantitas) pada bahan baku impor.
Kenyataannya inflasi yang relatif tinggi membuat masyarakat hidup
berhemat, banyak PHK dan penurunan jumlah produksi sehingga terjadi kelangkaan
barang di pasar, dan ini justru akan menjadi inflasi yang sudah tinggi menjadi lebih
tinggi.
Prof. A. W Phillips dari London School of Economic, Inggris meneliti data
dari berbagai negara mengenai tingkat pengangguran dan inflasi. Secara empiris
tanpa disadari teori yang kuat ditemukan suatu bukti bahwa ada hubungan yang
terbalik antara tingkat inflasi dan pengangguran. Dalam arti apabila inflasi naik,
13

maka pengangguran turun, dan sebaliknya apabila inflasi turun, maka pengangguran
naik.
Secara teori, Lipsey menerangkan hubungan antara tingkat inflasi dengan
pengangguran melalui teori pasar tenaga kerja. Menurutnya, upah tenaga kerja akan
cenderung turu bila pengangguran relatif banyak, karena banyaknya tingkat
pengangguran mencerminkan adanya kelebihan penawaran tenaga kerja. Sebaliknya
upah tenaga kerja naik bila tingakt penggangguran relatif rendah, karena adanya
kelebihan permintaan tenaga kerja. Namun, meskipun pada suatu kondisi terdapat
keseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja yang memberikan
tingkat upah tertentu, pengangguran masih saja tetap ada, hal ini dikarenakan
informasi yang kurang keahlian yang tidak sesuai dengan lowongan dan sebagainya.
Jadi menurut Lipsey, sehubungan dengan teori Phillips, penawaran dan permintaan
itu menentukan tingkat upah dan perubahan tingkat upah tergantung dari adanya
kelebihan permintaan tenaga kerja. Dengan demikian, makin besar kelebihan
permintaan tenaga kerja, maka tingkat upah akan semakin besar, ini berarti tingkat
pengangguran akan semakin kecil/rendah. Karena hubungan antara kelebihan
permintaan tenaga kerja sebanding dengan kenaikan upah, maka berarti bila tingkat
upah tinggi maka pengangguran rendah, sebaliknya bila tingkat upah rendah, maka
pengangguran tinggi. Namun, bila dibalik pernyataanya menjadi bila tingkat
pengangguran tinggi, maka upah rendah dan bila pengangguran rendah, maka upah
tinggi. Perlu diingat bahwa asumsi dasar teori ini adalah bahwa bila upah riil sama
dengan upah nominal, dimana upah riil adalah upah nominal dibagi dengan harga
yang berlaku.
Yang menjadi pertanyaannya adalah dimanakah hubunga antara tingkat upah
dengan inflasi sebuhungan dengan penjelasan teoritis. Lihatlah kembali salah satu
penyebab inflasi yang dijelaskan diatas, yaitu cost push inflastion, dimana salah satu
penyebab naiknya harga barang adalah tuntunan kenaikan upah, sehingga untuk
mengatasi biaya produksi dan operasi, maka harga produk dijual dengan harga relatif
mahal dari sebelumnya (artinya manakala upah tinggi, maka tingkat inflasi tinggi,
dan sebaliknya).

Anda mungkin juga menyukai