Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuransi pada dasarnya merupakan persiapan yang dibuat oleh


sekelompok orangyang masing-masing menghadapi kerugian kecil sebagai
sesuatu yang tidak dapatdiduga. Apabila kerugian itu menimpa salah
seorang anggota dari perkumpulantersebut, maka kerugian itu akan
ditanggung bersama. Dalam setiap kehidupanmanusia senantiasa
menghadapi kemungkinan terjadinya suatu malapetaka, musibahdan
bencana yang dapat melenyapkan dirinya atau berkurangnya nilai
ekonomiseseorang baik terhadap diri sendiri, keluarga, atau perusahaannya
yang diakibatkanoleh meninggal dunia, kecelakaan, sakit, ataupun lanjut
usia. Kehilangn fungsi daripada suatu benda, seperti kecelakaan,
kehilangan akan barang dan juga kebakaran.Masyarakat sekarang
melakukan asuransi untuk melindungi harta dan keluargamereka dari
akibat musibah. Usaha yang sudah maju dan menguntungkan mungkinbisa
bangkrut dalam seketika ketika kebakaran melanda tempat usahanya.
Keluargayang terlantar ditinggal pemberi nafkah, dan usaha yang bangkrut
karena kebakaransebenarnya tidak perlu terjadi kalau saja ada
perlindungan dari asuransi. Asuransi memang tidak bisa mencegah
musibah, tapi setidaknya bisa menanggulangi akibatkeuangan yang terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Asuransi Syariah ?
2. Apa Saja Dasar Hukum ?
3. Bagaimana Perbedaan Asuransi Syariah Dan Asuransi Konvensional ?
4. Apa Saja Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah ?
5. Apa Saja Produk Asuransi Syariah ?
6. Bagaimana Penyajian Laporan Keuangan?
7. Apa Yang Dimaksud Pengakuan Pendapatan Dan Beban ?
8. Apa Saja Exposure Darf Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah
Menurut PSAK N0. 108 ?

1.3 Tujuan Dan Manfaat


1. Untuk Mengetahui Apa Itu Asuransi Syariah
2. Untuk Mengetahui Dasar Hukum Asuransi Syariah
3. Agar Bisa Membedakan Asuransi Syariah Dan Asuransi Konvensial
4. Untuk Mengetahui Apa Itu Prinsip Asuransi Syariah
5. Untuk Mengetahui Apa Saja Asuransi Syariah
6. Untuk Mengetahui Cara Penyajian Laporan Keuangan

1
7. Untuk Mengetahui Apa Itu Pendapatan Dan Beban
8. Untuk Mengetahui Apa Itu Exposure Darf Akuntansi Transaksi
Asuransi Syariah Menurut PSAK NO. 108

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Asuransi Syariah


Secara umum pengertian asuransi syariah hampir sama dengan
pengertian asuransi pada umumnya. Pengertian asuransi syariah menurut
DSN MUI atau Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia adalah
suatu usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah
orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset (dana tabarru) yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui
akad atau perjanjian ikatan yang sesuai dengan syariah islam. Jadi, dalam
hal ini perusahaan asuransi syariah bertanggung jawab untuk mengelola
dana tabarru tersebut.

Dalam praktek atau menjalankan kegiatannya, perusahaan asuransi


syariah akan menggunakan prinsip syariah atau prinsip yang sesuai dengan
aturan islam yakni prinsip tolong menolong. Hal ini tentu berbeda dengan
perusahaan asuransi konvensional yang menerapkan kontrak jual beli.

Sama seperti asuransi konvensional, asuransi syariah juga memiliki


banyak jenis produk seperti asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi kendaraan dan lain sebagainya

Berdasarkan asuransi syariah harus dalam prinsip umum syariah


yang sesuai dengan Fatwa DSN No. 21 / DSN-MUI / X / 2001:

1. Asuransi Syariah (ta'min, takaful atau tadhamun) adalah usaha yang


saling mendukung dan membantu menabung orang lain / pihak
melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru 'yang
menberikan pola pinjaman untuk mengahadapi masalah keuangan
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah .
2. Akad yang sesuai syariah yang disetujui pada poin (1) adalah yang
tidak mengandung gharar (meminta), maysir (perjudian), riba, zhulm
(penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.
3. Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan
komersial.
4. Akad tabarru 'adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan
tujuan kebajikandan tolong menolong, bukan hanya untuk tujuan
komersial.
5. Premi adalah peserta asuransi untuk menyediakan dana untuk
perusahaan asuransi sesuai kesepakatan dalam akad.
6. Klaim adalah hak peserta asuransi yang diharuskan oleh perusahaan
asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

3
2.2 Dasar Hukum
Perintah Allah untuk persiapan hari depan (Qsal-Hasyr: 18)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


pergilah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok
(masa depan). Dan bertakwalah kepada Allah yang memahami Allah
Maha Mengetahui yang kamu kerjakan ”

Hadits tentang anjuran menghilangkan kesulitan seseorang

Diriwayatkan oleh Abu Hurairahra, Nabi Muhammad bersabda:


“Baarangsiapa yang menghilangkan kesulitan duniawinya sebagai
mukmin, maka Allah SWT. Akan menghilangkan kesulitannya pada hari
kiamat. Barangsiapa yang mempermudah seseorang maka Allah akan
memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat. ”

Dalam hukum positif yang menjadi dasar hukum dalam asuransi


syariah adalah UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang
masih bersifat global. Sementara, dalam pelaksanaan usahanya, syariah,
perusahaan asuransi dan reasuransi syariah menggunakan fatwa DSN MUI
No. 21 / DSN-MUI / X / 2001 tentang pedoman umum asuransi
syariah. oleh karena fatwa DSN ini tidak memiliki kekuatan hukum maka
dibentauk peraturan perundangan oleh pemerintah yang terkait dengan
asuransi syariah .

2.3 Perbedaan Ansuransi Syariah dan Asuransi Konvensial

Dimensi Syariah Konvensional


Landasan Mencari ridha Allah Orientasi dunia saja
Sejarah Berasal dari al-qur’an Diambil dari kisah
seperti ta’wil mimpi masyarakat babylonia
nabi yusuf
Sumber hukum Al-qur’an, Hadis dan Undang-undang dan
hukum positif hukum positif
Akad Akad utama Lebih pada jual beli
(akad Tabarru) dengan adanya
Akad Komersial ketidakpastian
(Mudharabah,
mutsyarakah, dll)
Sistem Sharing risk Transfer of risk
Struktur Ada Dewan Pengawas Tidak Ada
Syariah
Sistem akutansi Pemisahan dana yang Tidak ada pemisahan
masuk antara dana dana

4
tabarru dan dana
investasi
Peran perusahaan Perusahaan hanya Perusahaan jadi
sebagai pengelola pemilik dana peserta
Desain produk Terhindar dari riba, Produknya sering
maysir dan gharar melibatkan unsur riba,
maysir dan gharar
Objek wisata Dana investasi asuransi Tidak ada larangan
disertakan ke investasi untuk itu, bisa
yang sesuai dengan diinvestasikan pada apa
hukum syariah saja
Pola marketing Terikat dengan etika Tidak
ekonomi dan bisnis
islam
Pembayaran klaim Berasal dari Berasal dari rekening
dana tabarru perusahaan
Surplus under writing Dibagikan kembali Menjadi milik
kepada peserta perusahaan
Kebijakan Dana Tidak Ada Ada
Hangus
Budaya perusahaan Berdasarkan budaya Berdasarkan nilai
kerja islami universal dan
kemanusiaan
GCG GCG mengacu pada GCG hanya mengacu
hukum syariah dan pada hukum positif
positif
Kewajiban lain Dibebani beban pajak Tidak ada kewajiban
pajak

2.4 Prinsip-prinsip Dasar Asuransi Syariah


1. Tauhid (unity)
prinsip tauhid adalah dasar utama dari setiap bentuk tabungan yang
ada dalam syari’ah islam. Setiap bangunan dan aktivitas kehidupan
manusia harus didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan.

2. Tolong menolong (ta’awun)


Prinsip dasar yang lain dalam melkasnakan kegiatan berasuransi
harus didasari dengan adanya rasa tolong menolong antara anggota.
Praktik tolong menolong dalam asuransi adalah unsur utama pembentuk
(DNA-Chromosom) bisnis transkasi.

3. Kerja sama (cooperation)


Prinsip kerja sama merupakan prinsip universal yang selalu ada
dalam literatur ekonomi islami.

5
4. Amanah ( trustworthy / al-amanah )
Prinsip amanah dalam organisasi perusahan dapat terwujud dalam
nilai-nilai akuntabilitas (pertanggungjawaban) perusahaan melalui
penyajian laporan keuangan tiap periode.

5. Kerelaan ( al-ridha )
Dalam bisnis asuransi, kerelaan (al-ridha) dapat diterapkan pada
setiap anggota (nasabah) asuransi agar mempunyai motivasi dari awal
untuk merelakan sejumlah dana (premi) yang disetorkan ke perusahan
asuransi, yang difungsikan sebagai dana sosial (tabarru).

6. Larangan riba

Secara bahasa adalah tambahan. Sedangakan menurut


syari’atm,enambah sesuatu yang khusus. Jadi riba adanya unsur
penambahan nilai.

7. Larangan maisir ( judi )


Allah SWT telah memberi penegasan terhadap keharaman
melakukan aktivitas ekonomi yang memepunyai unsur maisir (judi).
Maisir dari kata yusr artinya mudah.

8. Larangan gharar
Gharar dalam pengertian bahasa adalah al-khida’ yaitu suatu
tindakan yang di dalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan.

2.5 Bentuk Dan Model Asuransi Syariah


1. Non Profit Model
Model ini biasanya dipakai oleh perusahaan social milik Negara
atau organisasi yang dikelola secara non profita( Nirlaba). Model ini
sesungguhnya paling mendekati konsep dasar asuransi syariah karena
selaras dengan kaidah-kaidah berikut :
 Saling Tanggung Jawab
 Saling Bekerja Sama
 Saling Melindungi
2. Al mudharabah Model
Al Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama menyediakan 100% modal sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola.

6
3. Wakalah
Berbeda dengan akad mudharabah, yaitu akad wakalah , Takaful
berfungsi sebagai wakil peserta dimana dalam menjalankan fungsinya
(sebagai wakil), Takaful berhak mendapatkan biaya jasa (fee) dalam
mengolah keuangan mereka. Dalam konteks yang ideal , Takaful tidak
lagi mendapatkan bagi hasil karena seluruh dana beserta hasil
investasinya menjadi hak penuh peserta, namun pihak pengelola
berhak mengenakan biaya manajemen atau biaya Operasional.
2.6 Penyajian Laporan Keuangan
1. Neraca
Dalam penyajian Neraca, Aktiva, dan Kewajiban tidak
dikelompokan berdasarkan lancar dan tidak lancar ( unclassfield ) tetapi
mendahulukan kelompok akun investasi dan kelompok akun kewajiban
kepada tertanggung. Dengan demikian laopran keuangan menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya kepada
tertanggung. Aktiva disajikan dengan menempatkan akun investasi pada
urutan pertama diikuti akun akun aktiva yang lain disajikan berdasarkan
urutan likuiditas. Kewajiban disajikan dengan menetapkan akun kewajiban
kepada tertanggung pada urutan pertama dan diikuti oleh akun – akun
kewajiban yang lain dan sebelum ekuitas
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi disajikan dalam bentuk multi step. Pendapatan
permi disajian sedemikian rupa, sehingga menunjukan permi bruto, permi
asuransi dan kenaikan ( penurunan) permi yang belum merupakan
pendapatan. Permi asuransi disajikan sebagai pengurangan permi bruto.
Bagian reasedur atas klaim yang akan disetujui atau dibayar dan
estimasi reasedur atas klaim yang terjadi namun belum dilaporkan,
disajikan pengurangan beban klaim.
Komisi yang diperoleh dari transaksi reasuransi merupakan
pengurangan beban komisi. Dalam hal jumlah komisi yang diperoleh lebih
besar dari jumlah beban komisi, maka selisih tersebut disajikan sebagai
pendapatan dalam laporan laba rugi.
3. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan meliputi pengungkapan seperti
ditentukan pleh prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali
dinyatakan lain seperti yang ditentukan dalam paragraph 45 PSAK No.
36 yaitu :
 Kebijakan akuntansi
 Biaya Akusisi Ditangguhkan
 Kewajiban Kepada Pemegang Polis

7
 Hutang Subordinasi
 Ekuitas Asuransi Jiwa Bersama
 Pendapatan Permi Bruto
 Klaim dan Manfaat

2.7 Pengakuan Pendapatan Dan Beban


1) Pengakuan Pendapatan
a. Apabila jumlah permi dapat diestimasi secara layak, maka
penadapatan permi diakui selama periode kontrak dan jumlah
permi tersebut disesuaikan setiap periode untuk mencerminkan
jumlah permi yang sebenarnya.
b. Apabila jumlah permi tidak dapat diestimasi secara layak, maka
permi diperlakukan dengan menggunakan metode uang muka
(deposit methode) sampai jumlah permi dapat diestimasi secara
layak.

2) Pengakuan Beban
a. Beban Klaim
Klaim sehubungan dengan terjadinya peristiwa kerugiaan
terhadap objek asuransi yang dipertanggungkan, meliputi klaim
yang disetujui ( settled claim ) kali dalam proses penyelsaian (
outstanding claim ), klaim yang terjadi namun belum dilaporkan
dan beban penyelsaian klaim ( claim settlement expenses ) diakui
sebagai beban klaim pada saat timbulnya kewajiban untuk
memenuhi klaim. Hak subrogasi diakui sebagai pengurang beban
klaim pada saat realisasi. Jumlah klaim dalam penyelsaian
termasuk klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, ditentukan
berdasarkan estimasi kewajiban klaim, sebagai akibat proses
penelaahan lebih lanjut dan perbedaan antara jumlah estimasi
kalim dengan klaim yang dibayarkan diakui dalam laporan laba
rugi pada periode terjadinya perubahan.
b. Beban Akuisisi
Biaya akuisisi dialokasikan berdasarkan perhitungan aktuaria
karena kewajiban manfaat polis masa depan menggunakan
metode tingkat permi murni ( Net Level Premium Method)

2.8 Exposure Darf Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah Menurut


PSAK N0. 108

1. Pengertian Asuransi Syariah

8
 Akad asuransi syariah jangka pendek adalah akad asuransi
sariah yang memberikan periode sampai dengan dua belas
bulan.
 Akad asuransi syariah jangka panjang adalah akad asuransi
selain akad asuransi syariah jangka pendek
 Dana peserta adalah semua dana milik peserta secara individual
dan kolektif berupa dana tabarru dan dana investasi.
 Kontribusi peserta adalah jumlah bruto yang menjadi kewajiban
peserta untuk porsi resiko dan ujrah
 Alokasi surplus/defisit underwriting
2. Karakteristik
Karakteristik dari transaksi asuransi syariah itu sendiri memiliki
perbedaan dengan asuransi konvensional yaitu :

 Asuransi syariah adalah system menyeluruh yang pesertanya


mendominasikan sebagian atau seluruh kontribusinya digunakan
untuk membayar klaim atas resiko tertentu.
 Premi adalah milik peserta secara kolektif
 Prinsip dasar ta’awuni dan takafuli
 Akad tabarru’ antar peserta dan tijari antara peserta dan
pengelola
 Premi dapat berupa kontribusi atau kontribusi dan investasi
 Sumber dana tabarru’ donasi, hasil investasi, akumulasi
cadangan surplus underwriting
 Pembayaran klaim dari dana tabarru’

3. Definisi
Cadangan dana tabarru’ adalah cadangan yang dibentuk dari
surplus underwriting yang tidak dibagikan kepada peserta dan entitas
pengelola.

Dana peserta adalah semua dana baik berupa dana tabarru’ maupun
dana investasi.

Klaim yang masih dalam proses (outstanding claims) adalah


jumlah beban penyisihan untuk klaim yang terjadi dan dilaporkan sampai
akhir periode berjalan. Penyisihan tersebut termasuk beban
penanganan dikurangi beban klaim yang menjadi kewajiban reasuransi.

Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan (claim incurred but not
reported) adalah jumlah penyisihan untuk klaim yang terjadi, tetapi belum
dilaporkan sampai akhir periode berjalan. Penyisihan tersebut termasuk

9
beban penanganan dikurangi beban klaim yang menjadi kewajiban
reasuransi.

Kontribusi (contribution) adalah jumlah bruto yang menjadi


kewajiban peserta untuk porsi risiko dan ujrah.

Kontribusi yang belum menjadi hak (unearned


contributions) adalah bagian kontribusi yang diterima oleh entitas
pengelola pada periode berjalan, tetapi periode asuransinya meliputi satu
atau lebih periode mendatang. Oleh karena itu, bagian kontribusi tersebut
tidak diakui pada periode berjalan.

Kontribusi yang sudah menjadi hak (earned contributions) adalah


bagian dari kontribusi kontrak asuransi yang diakui pada periode berjalan.

Penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak (unearned


contributions provision) adalah jumlah penyisihan untuk memenuhi risiko
yang timbul pada periode yang akan datang.

4. Pengakuan Awal
 Kontribusi dari peserta diakui sebagai bagian dari dana tabarru’
dalam dana peserta.
 Bagian pembayaran dari peserta untuk investasi diakui sebagai:
a. dana syirkah temporer jika menggunakan akad mudharabah
atau mudharabah musytarakah; dan atau
b. kewajiban jika menggunakan akad wakalah.
 Pada saat entitas asuransi menyalurkan dana investasi yang
menggunakan akad wakalah bil ujrah, entitas mengurangi
kewajiban dan melaporkan penyaluran tersebut dalam laporan
perubahan dana investasi terikat.
 Bagian kontribusi untuk ujrah/fee diakui sebagai pendapatan
dalam laporan laba rugi dan menjadi beban dalam laporan surplus
defisit underwriting dana tabarru’.

5. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal


 Surplus dan Defisit Underwriting Dana Tabarru’
 Penyisihan Teknis (Technical Provision)
 Cadangan Dana Tabarru’
Surplus Underwriting Dana Tabarru

Penetapan besaran surplus underwriting dana tabarru’


tergantung kepada peserta secara kolektif, regulator atau kebijakan
manajemen:

 seluruh surplus sebagai cadangan dana tabarru’;

10
 sebagian sebagai cadangan dana tabarru’ dan sebagian lainnya
didistribusikan kepada peserta; atau
 sebagian sebagai cadangan dana tabarru’, sebagian
didistribusikan kepada peserta, dan sebagian lainnya
didistribusikan kepada entitas asuransi syariah.
Bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang
didistribusikan kepada peserta dan bagian surplus underwriting
dana tabarru’ yang didistribusikan kepada entitas pengelola diakui
sebagai pengurang surplus dalam laporan perubahan dana tabarru’.

Surplus underwriting dana tabarru’ yang diterima entitas


pengelola diakui sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi, dan
surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada
peserta diakui sebagai kewajiban dalam neraca.

Defisit underwriting dana tabaru

Pinjaman qardh dalam neraca dan pendapatan dalam


laporan surplus defisit underwriting dana tabarru’ diakui pada saat
entitas pengelola menyalurkan dana talangan sebesar jumlah yang
disalurkan

Defisit tabarru’ artinya dalam ekuitas pemegang polis


terjadi saldo surplus yang negatif atau saldo surplus pada posisi
debet.

Pinjaman oleh perusahaan diberikan bukan untuk


mengkreditkan saldo surplus tetapi melainkan sebagai ‘bantuan
cash flow’ dari dana pengelola kepada dana pemegang polis.

Penyisihan teknis untuk asuransi syariah terdiri dari:

1) Penyisihan kontribusi yaitu jumlah untuk memenuhi klaim


yang terkait dengan kontribusi yang timbul pada periode
berjalan atau periode mendatang (penyisihan kontribusi
yang belum menjadi hak).
2) Klaim yang masih dalam proses yaitu jumlah penyisihan
atas ekspektasi klaim yang terjadi dan dilaporkan sampai
dengan akhir periode berjalan. Penyisihan tersebut termasuk
beban penanganan dikurangi beban klaim yang menjadi
kewajiban reasuransi.
3) Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan yaitu jumlah
penyisihan atas klaim yang telah terjadi tetapi tidak

11
dilaporkan sampai dengan akhir periode berjalan.
Penyisihan tersebut termasuk beban penanganan dikurangi
beban klaim yang menjadi kewajiban reasuransi.
Penyisihan teknis diakui pada saat akhir periode pelaporan
sebagai beban dalam laporan surplus defisit underwriting dana
tabarru’. Penyisihan teknis diukur sebagai berikut:

1) Penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak dihitung


menggunakan metode yang berlaku dalam industri
perasuransian.
2) Klaim yang masih dalam proses diukur sebesar jumlah
estimasi klaim yang masih dalam proses oleh entitas
pengelola. Jumlah estimasian tersebut harus mencukupi
untuk mampu memenuhi klaim yang terjadi dan
dilaporkan sampai dengan akhir periode pelaporan, setelah
mengurangkan bagian reasuransi dan bagian klaim yang
telah dibayarkan.
3) Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan diukur sebesar
jumlah estimasi klaim yang diekspektasikan akan
dibayarkan pada tanggal neraca berdasarkan pada
pengalaman masa lalu yang terkait dengan klaim paling
kini yang dilaporkan dan metode statistik.
Cadangan dana tabarru’ digunakan untuk:

 menutupi defisit yang akan terjadi di periode mendatang;


dan
 tujuan memitigasi dampak risiko kerugian yang luar biasa
yang terjadi pada periode mendatang untuk jenis asuransi
(class of business) yang menunjukkan derajat volatilitas
klaim yang tinggi.
Cadangan dana tabarru’ diakui pada saat dibentuk sebesar
jumlah yang dianggap mencerminkan kehatihatian (deemed
prudent) agar mencapai tujuan pembentukannya yang bersumber
dari surplus underwriting dana tabarru’.

Pada akhir periode pelaporan, jumlah yang diperlukan untuk


mencapai saldo cadangan dana tabarru’ yang dibutuhkan
diperlakukan sebagai penyesuaian atas surplus underwriting dana
tabarru’.

6. Penyajian
Bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang
didistribusikan kepada peserta disajikan secara terpisah pada pos

12
“bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan
kepada peserta” dan bagian surplus yang didistribusikan kepada
entitas asuransi syariah disajikan secara terpisah pada pos “bagian
surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada
pengelola” dalam laporan perubahan dana tabarru’.
Penyisihan teknis disajikan secara terpisah pada kewajiban
dalam neraca. Dana tabarru’ disajikan sebagai dana peserta yang
terpisah dari kewajiban dan ekuitas dalam neraca. Cadangan dana
tabarru’ disajikan secara terpisah pada laporan perubahan dana
tabarru’.

7. Pengungkapan
Entitas asuransi syariah mengungkapkan terkait kontribusi,
tetapi tidak terbatas pada:

1) Kebijakan akuntansi untuk:


 kontribusi yang diterima dan perubahannya;
 pembatalan polis asuransi dan
konsekuensinya
 Piutang kontribusi dari peserta, entitas
asuransi, dan reasuransi;
 Rincian kontribusi berdasarkan jenis
asuransi;
 Jumlah dan persentase komponen kontribusi
untuk bagian risiko dan ujrah dari total
kontribusi per jenis asuransi;
 Kebijakan perlakuan surplus atau defisit
underwriting dana tabarru’
 Jumlah pinjaman (qardh) untuk menutup
defisit underwriting (jika ada).
Entitas asuransi syariah mengungkapkan terkait dengan
dana investasi, tetapi tidak terbatas pada:

 Kebijakan akuntansi untuk pengelolaan


dana investasi yang berasal dari peserta; dan
 Rincian jumlah dana investasi berdasarkan
akad yang digunakan dalam pengumpulan dan
pengelolaan dana investasi.
Entitas asuransi syariah mengungkapkan terkait penyisihan
teknis, tetapi tidak terbatas pada:

13
 Jenis penyisihan teknis (saldo awal, jumlah yang
ditambahkan dan digunakan selama periode
berjalan, dan saldo akhir);
 Dasar yang digunakan dalam penentuan jumlah
untuk setiap penyisihan teknis dan perubahan basis
yang digunakan.
Entitas asuransi syariah mengungkapkan terkait cadangan
dana tabarru’, tetapi tidak terbatas pada:

 Dasar yang digunakan dalam penentuan dan


pengukuran cadangan dana tabarru’;
 Perubahan cadangan dana tabarru’ per jenis tujuan
pencadangannya (saldo awal, jumlah yang
ditambahkan dan digunakan selama periode
berjalan, dan saldo akhir);
 Pihak yang menerima pengalihan saldo cadangan
dana tabarru’ jika terjadi likuidasi atas produk atau
entitas;
 Jumlah yang dijadikan sebagai dasar penentuan
distribusi surplus underwriting.
Entitas asuransi syariah mengungkapkan aset dan
kewajiban yang menjadi milik dana tabarru’

14
BAB III

STUDY KASUS

3.1 Kondisi Asuransi Syariah Di Indonesia


1. Kondisi Asuransi Syariah di Indonesia
Data Departemen Keuangan menunjukkan market share asuransi
syariah pada tahun 2001 baru mencapai 0.3% dari total premi asuransi
nasional. Dibidang aturan hukum saat ini sedang digodog aturan khusus
mengenai asuransi syariah yang diharapkan dapat memberi dampak yang
signifikan sebagaimana dampak dari UU Perbankan tahun 1998.

2. Hambatan Pengembangan Asuransi Syariah


Instrumen tidak dikenal masyarakat luas Anggapan masyarakat
Indonesia pengurusn klaim asuransi menyulitkan Instrumen Asuransi
kalah bersaing dengan isntrumen investasi seperti surat berharga Asuransi
syariah belum tersosialisasikanluas seperti perbankan syariah

3. Peluang pengembangan Asuransi Syariah


Alternatif pilihan proteksi bagi pemeluk agama Islam yang
menginginkan produk yang sesuai dengan hukum Islam Perkembangan
Perbankan Islam menuntut peranan asuransi syariah untuk
pengamanan aset dan transaksi perbankan
4. Peluang pengembangan Asuransi Syariah.
Beberapa kebijakan pemerintah yang mendukung perkembangan
Asuransi Syariah adalah ditetapkannnya kewajiban agar asuransi haji
dikelola oleh perusahaan asuransi syariah.

3.2 Contoh Kasus Pada Pt. Prudential Life Assurance

Perusahaan besar harus siap dengan ujian besar pula. Di tengah


pergeseran tren masyarakat yang mulai menunjukkan minat terhadap
sistem asuransi, perusahaan asuransi pun harus menunjukkan bahwa ia
betul-betul dapat menjadi andalan dan harapan masyarakat yang
membutuhkan“perlindungan”nya. Sedikit memantau. Setelah dahulu
pernah bermasalah (digugat pailit) oleh salah satu agen penjualnya,
PT.Prudential Life Assurance harus berjibaku kembali, kali inidengan
pihak nasabahnya. Pokok perkaranya adalah “klaim” asuransi yang tidak
dibayarkan.
Sebagai pengingat, PT. Prudential, yang secara umum layak diakui
prestasinya.Terutama dalam menjaring nasabah. Digugat oleh Victor Joe
Sinaga, suami dari almarhumah Eva Pasaribu yang merupakan nasabah
perusahaan asuransi jiwa tersebut. Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan.

15
melanjutkan sidang kasus ini kemarin (18/10) setelah sebelumnya proses
mediasi menemui jalan buntu. Pada sidang hari itu acara yang
dilaksanakan adalah Jawaban dari Prudential atas Gugatan Victor. Inti
jawaban Prudential adalah membantah seluruh tuduhan Victor yang
menyatakan Prudential telah melanggar perjanjian Polis Asuransi dengan
Eva. Justru sebaliknya Prudential menuduh Eva telah berbohong karena
ketika mengajukan asuransi pokok dan tambahan, ia tidak mengaku kalau
mengidap penyakit jantung. Itu lah yang menjadi dasar bagi penolakan
klaim Victor ketika istrinya meninggal dunia. Itu lah intinya. Oke. Detail
perkara dan proses persidangan itu biarlah berjalan. Adu dalil atau
bantahan biarlah menjadi jatah para kuasa hukum (pengacara) mereka.
Yang hendak penulis garis bawahi adalah preseden apa dari kasus ini
ditinjau dari sisipengaruhnya terhadap masyarakat. Memang jika dilihat
dari argumen-argumen kedua pihak yang berperkara ini sama-sama punya
alasan. Yang satunya menggugat wanprestasi dan menuntut klaimnya
dibayar, sedangkan lawannya menolak karena merasa nasabah
menyembunyikan penyakitnya. Ini memang debatable. Sepengetahuan
penulis, selama ini memang calon nasabah yang hendak mengikuti
program asuransi dilarang menyembunyikan riwayat penyakitnya. Yang
menjadi masalah di sini adalah sangat jarang, bahkan mungkin belum
pernah ditemui adanya syarat formal sebuah medical check up kesehatan
calon nasabah. Hal ini akan menjadi masalah besar jika ternyata“nasabah
sendiri tidak mengetahui bahwa ia mengidap suatupenyakit”Ada sebuah
lubang besar persengketaan disini. Yang bisa menjadi penghambat
kepastian berasuransiitu. Di sadari atau tidak ini akan sangat “menakut”
kan nasabah. Bisa terjadi kekhawatiran yangberalasan bagi nasabah lain.
Tentu saja mengenai kepastian pembayaran klaim itu. Terhadap kasus ini.
Mengingat mediasi yang diharapkan menjadi penyelesaian terbaik ternyata
gagal. Yang akan sangat berperan nantinya adalah bukti. Sebuah
pembuktian bahwa :
 Apakah benar Almarhumah Eva menyembunyikan riwayat
penyakit jantungnya?
 Apakah benar Prudential telah wanprestasi (ingkar janji) terhadap
perjanjian yang telah tercantum di polis asuransi?
Untuk bukti yang pertama jelas adalah kewajiban Prudential
untukmembuktikannya. Jika ia bisa membuktikan secara tertulis,
diantaranya hasil medical check up nasabah sebelum perjanjian polis yang
jelas menyatakan bahwa Almarhumah Eva mengidap penyakit jantung.
Dan riwayat ini tidak diserahkan oleh calon nasabah. Maka jelas
penolakan klaim oleh prudential itu layak diterima secara hukum. Namun
jika tidak ada, atau bukti yang diajukan adalah hasil pemeriksaan setelah
yang bersangkutan meninggal. Maka bukti itu akan sangat lemah. Apalagi

16
jika dalam syarat penandatanganan polis asuransi tidak di perjanjikan
adanya medical check up. Terkecuali pihak Prudential menganggap
memiliki bukti lain yang cukup untuk itu. Untuk bukti yang kedua tentu
saja masih sangat terkait dengan bukti pertama. Yakni polis asuransi itu
sendiri. Bukti ini menjadi penguat saat kebohongan/penyembunyian
riwayat penyakit nasabah ini terbukti atau tidak terbukti. Di luar itu
semua. Penulis sangat menyayangkan kegagalan proses mediasi itu.
Karena jikaPrudential berpikir panjang dengan menimbang masih adanya
“lubang-lubang” persengketaan itu. Yang tentu saja nantinya harus
diperbaiki secara profesional. Maka langkah yang paling bijak
sesungguhnya adalah membayar saja klaim itu. Almarhumah Eva menurut
riwayatnya telahmenjadi nasabah perusahaan asuransi ini sejak tahun 2007
dan meninggal pada tahun 2009. Dapatlah dianggap cukup loyal. Apalagi
diketahui bahwa kubu Victor ternyata dalam proses mediasi bersedia
menurunkan tuntutan klaim asuransi menjadi sebesar Rp.80 juta saja.
Suatu jumlah yang “kecil” untuk perusahaan asuransi semapan Prudential.
Belum lagi jika Prudential mau mempertimbangkan efek positif terhadap
pembayaran klaim itu. Yaitu kepercayaan masyarakat yang semakin
meningkat dalam hal sadar berasuransi. Dengan memandang kepastian
dalam asuransi itu. Wacana ini tentu saja bukan untuk Prudential saja. Tapi
secara umum untuk perusahaan lain para pelaku bisnis asuransi. Harap
diingat, tren menanjakknya jumlah nasabah bukan semata karena tawaran
perlindungannya namun cenderung adalah karenabumbu pemikat
investasinya yaitu“unit link” misalnya. Maka kepercayaan dan kepastian
perlindungan itu haruslah diperhatikan kembali dengan seksama. Saya
berkeyakinan jika produk tambahan seperti unit link ini tidak ditawarkan.
Jumlah peminat asuransi (jiwa) akan jalan di tempat. Mudah-mudahan
sengketa ini dapat diselesaikan dengan baik. Perdamaian tetap dapat
dilaksanakan meskipun proses beracara itu tetap berjalan. Yang jelas
komitmen untuk menjadikan masyarakat sadar dan yakin berasuransi
haruslah tetap dikedepankan.Tak terlalu penting sebuah kemenangan atau
pun kekalahan jika telah berproses secara mati-matian di pengadilan.
Tidak terlalu nyata/ada untungnya. Menang jadi arang kalah jadi abu.
Berdamailah. Carilah jalan terbaik untuk semua.

17
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pengertian asuransi syariah menurut DSN MUI atau Dewan Syariah


Nasional Majelis Ulama Indonesia adalah suatu usaha saling melindungi
dan tolong menolong di antara sejumlah orang atau pihak melalui investasi
dalam bentuk aset (dana tabarru) yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad atau perjanjian ikatan yang
sesuai dengan syariah islam. Jadi, dalam hal ini perusahaan asuransi
syariah bertanggung jawab untuk mengelola dana tabarru tersebut.

Sama seperti asuransi konvensional, asuransi syariah juga memiliki


banyak jenis produk seperti asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi kendaraan dan lain sebagainya. Berdasarkan asuransi
syariah harus dalam prinsip umum syariah yang sesuai dengan Fatwa DSN
No. 21 / DSN-MUI / X / 2001.

Bentuk Dan Model Asuransi Syariah dibagi menjadi 3 yaituNon


Profit Modal,Al Mudhrabah Modal dan Wakalah. Penyajian laporan
keuangan terdiri dari Neraca, Laporan laba rugi dan catatan laporan
keuangan

4.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih belum
sempurna. Penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifat nya
membangun untuk kesempurnaan makalah ini dan penyusun juga berharap
pembaca dapat mengambil manfaat dan meningkatkan wawasan serta
pengetahuan tentang asuransi syariah.

18

Anda mungkin juga menyukai