Anda di halaman 1dari 11

LOKASI INJEKSI

Dosen Pembimbing :
Rini Ambarwati, S.Kep.Ns., M.Si.

Disusun Oleh :
Cintia Muiara Nanda
I Regular B
(P27820117045)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO
Jl. Prof. Dr. Moestopo No. 8c Surabaya
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
Macam-macam Injeksi

1. Injeksi Intramuskular (IM)


Pengertian pemberian obat secara intramuskular adalah pemberian
obat/cairan dengan cara dimasukkan langsung kedalam otot (muskulus).
Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada bagian tubuh yang berotot
besar, agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk saraf, misalnya pada
bokong dan kaki bagian atas atau pada lengan bagian atas. Pemberian obat
seperti ini memungkinkan obat akan dilepas secara berkala dalam bentuk
depot obat.

Intramuskuler (IM), rute IM dapat mengabsorpsi obat lebih cepat


daripada rute SC karena pembuluh darah pada otot lebih banyak daripada
di kulit. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot
yang dalam, tetapi bila tidak berhati-hati ada resiko menginjeksi obat
langsung ke pembuluh darah. Dengan injeksi di dalam otot yang terlarut
berlangsung dalam 10-30 menit, guna memperlambat adsorbsi dengan
maksud memperpanjang kerja obat, seringkali digunakan larutan atau
suspensi dalam minyak, contohnya suspense penicilin dan hormone
kelamin.

Tujuan pemberian obat secara intramuskular yaitu agar obat


diabsrorbsi tubuh dengan cepat. Indikasi pemberian obat secara
intramuskular biasa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau
bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberika obat secara oral,
bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf
besar dibawahnya. Pemeberian obat secara intramuskular harus dilakukan
atas perintah dokter. Kontra indikasi dalam pemberian obat secara
intramuskular yaitu: infeksi, lesi kulit, jaringan parut, benjolan tulang, otot
atau saraf besar dibawahnya.

Daerah penyuntikan dalam pemberian obat secara


intramuskular antara lain :

a. Paha (vastus lateralis)

posisi klien terlentang dengan lutut agak fleksi. Area ini


terletak antar sisi median anterior dan sisi midlateral paha. Otot
vastus lateralis biasanya tebal dan tumbuh secara baik pada
orang deawasa dan anak-anak. Bila melakukan injeksi pada
bayi disarankan menggunakan area ini karena pada area ini
tidak terdapat serabut saraf dan pemubuluh darah besar. Area
injeksi disarankan pada 1/3 bagian yang tengah. Area ini
ditentukan dengan cara membagi area antara trokanter mayor
sampai dengan kondila femur lateral menjadi 3 bagian, lalu
pilih area tengah untuk lokasi injeksi. Untuk melakukan injeksi
ini pasian dapat diatur miring atau duduk.
b. Ventrogluteal

Posisi klien berbaring miring, telentang, atau telentang


dengan lutut atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi
fleksi. Area ini juga disebut area von hoehstetter. Area ini
paling banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area
ini tidak terdapat pembuluh darah dan saraf besar. Area ini ini
jauh dari anus sehingga tidak atau kurang terkontaminasi.

c. Dorsogluteal

Dalam melakukan injeksi dorsogluteal, perawat harus teliti


dan hati- hati sehingga injeksi tidak mengenai saraf skiatik dan
pembuluh darah. Lokasi ini dapat digunakan pada orang
dewasa dan anak-anak diatas usia 3 tahun, lokasi ini tidak
boleh digunakan pada anak dibawah 3 tahun karena kelompok
usia ini otot dorsogluteal belum berkembang. Salah satu cara
menentukan lokasi dorsogluteal adalah membagi area glutael
menjadi kuadran-kuadran. Area glutael tidak terbatas hanya
pada bokong saja tetapi memanjang kearah Kristal iliaka. Area
injeksi dipilih pada kuadran area luar atas.

d. Rectus femoris

Pada orang dewasa, rectus femoris terletak pada sepertiga


tengah paha bagian depan.Pada bayi atau orang tua, kadang-
kadang kulit di atasnya perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk
membantu jarum mencapai kedalaman yang tepat. Volume
injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-3 ml).Lokasi ini
jarang digunakan, namun biasanya sangat penting untuk
melakukan auto-injection, misalnya pasien dengan riwayat
alergi berat biasanya menggunakan tempat ini untuk
menyuntikkan steroid injeksi yang mereka bawa kemana-mana

e. Otot Deltoid di lengan atas

Posisi klien duduk atau berbaring datar dengan lengan


bawah fleksi tetapi rileks menyilangi abdomen atau pangkuan.
Area ini dapat ditemukan pada lengan atas bagian luar. Area ini
jarang digunakan untuk injeksi intramuscular karena
mempunyai resiko besar terhadap bahaya tertusuknya
pembuluh darah, mengenai tulang atau serabut saraf. Cara
sederhana untuk menentukan lokasi pada deltoid adalah
meletakkan dua jari secara vertical dibawah akromion dengan
jari yang atas diatas akromion. Lokasi injekssi adalah 3 jari
dibawah akromion.

Gambar 1 : Lokasi Injeksi Intramukular


2. Injeksi Intravena (IV)
Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh
darah vena dengan menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena
adalah pembuluh darah yang menghantarkan darah ke jantung.
Jalur vena di pakai khususnya untuk tujuan agar obat yang
diberikan dapat bereaksi dengan cepat misalnya pada situasi gawat darurat,
obat dimasukkan ke vena sehinnga obat langsung masuk sistem sirkulasi
menyebabkan obat dapat beraksi lebih cepat di banding dengan cara
enternal atau parental yang lain yang memerlukan waktu absorbsi.
Pemberian obat intervena dilakukan dengan berbagai cara. Pada
pasien yang tidak dipasang infus, obat di injeksikan langsung pada vena.
Biasanya di cari vena besar yaitu vena basilika atau vena sefalika pada
lengan. Pada pasien yang di pasang infus, obat dapat di berikan melalui
botol infus atau melalui karet pada selang infus yang dibuat untuk
memasukkan obat.
Dapat dilakukan pada ( Indikasi ) :
 Pasien yang membutuhkan, agar obat yang di berikan dapat
di berikan dengan cepat.
 Pasien yang terus menerus muntah – muntah
 Pasien yang tidak di perkenankan memasukkan apapun
juga lewat mulutnya.
 Typoid
 Sesak nafas
 Epilepsi atau kejang – kejang.
Daerah penyuntikan dalam pemberian obat secara intravena antara
lain :

a. vena medianan cubitus / cephalika ( daerah lengan ),

b. vena saphenous ( tungkai ),

c. vena jugularis ( leher )

d. vena frontalis / temporalis di daerah frontalis dan temporal dari kepala.


Gambar 2 : Lokasi Injeksi Intravena

Cara melakukan injeksi intravena :


o Spuit dipegang dengan tangan kanan, bevel jarum menghadap ke
atas.
o Jarum ditusukkan dengan sudut 150 – 300 terhadap permukaan
kulit ke arah proksimal sehingga obat yang disuntikkan tidak akan
mengakibatkan turbulensi ataupun pengkristalan di lokasi suntikan.
o Lakukan aspirasi percobaan.
o Bila tidak ada darah, berarti ujung jarum tidak masuk ke dalam
pembuluh darah. Anda boleh melakukan probing dan mencari
venanya, selama tidak terjadi hematom. Pendapat yang lain
menganjurkan untuk mencabut jarum dan mengulang prosedur.
o Bila darah mengalir masuk ke dalam spuit, berwarna merah terang,
sedikit berbuih, dan memiliki tekanan, berarti tusukan terlalu
dalam dan ujung jarum masuk ke dalam lumen arteri. Segera tarik
jarum dan langsung lakukan penekanan di bekas lokasi injeksi tadi.
o Bila darah yang mengalir masuk ke dalam spuit berwarna merah
gelap, tidak berbuih dan tidak memiliki tekanan, berarti ujung
jarum benar telah berada di dalam vena. Lanjutkan dengan langkah
berikutnya.
o Setelah terlihat darah memasuki spuit, lepaskan torniket dengan
hati-hati (supaya tidak menggeser ujung jarum dalam vena) dan
tekan plunger dengan sangat perlahan sehingga isi spuit memasuki
pembuluh darah.
o Setelah semua obat masuk ke dalam pembuluh darah pasien, tarik
jarum keluar sesuai dengan arah masuknya.
o Tekan lokasi tusukan dengan kapas kering sampai tidak lagi
mengeluarkan darah, kemudian pasang plester.

3. Injeksi Intracutan (IC)


Injeksi intracutan (IC) adalah pemberian obat kedalam lapisan
dermal kulit tepat dibawah epidermis. Biasanya hanya sejumlah kecil
larutan yang digunakan (contoh 0,1 ml). Metode pemberian ini sering kali
digunakan untuk uji alergi dan penapisan tuberkulosis.
Injeksi intracutan diberikan ke dalam dermis, tepat di bawah
epidermis. Jalur intracutan memiliki waktu absorpsi terlama dari semua
pareteral. Untuk alasan inilah injeksi intracutan digunakan untuk tes
sensitivitas, seperti tes tuberkulin dan tes alergi, serta anestesi lokal.
Keuntungan jalur intracutan untuk tes – tes ini adalah reaksi tubuh
terhadap substansi tersebut mudah diamati, dan derajat reaksi dapat
dibedakan melalui studi perbandingan.
Peralatan yang digunakan untuk injeksi intracutan adalah siring
tuberkulin yang dikalibrasi dalam puluhan dan ratusan ml dan jarum
berukuran ¼ – ½ inci, 26 atau 27 gauge. Dosis yang diberikan secara
intracutan kecil, biasanya kurang dari 0,5 ml. Sudut pemberian injeksi
intracutan adalah 10 – 15 derajat.

Indikasi dan Kontra Indikasi Injeksi Intracutan


Indikasi injeksi intracutan adalah pada klien yang akan
dilakukan skin test, misalnya pada tes tuberkulin atau tes terhadap reaksi
alergi obat tertentu. Tidak ada kontra indikasi pada injeksi intracutan.

Daerah penyuntikan dalam pemberian obat secara intracutan

Lokasi injeksi intracutan biasanya pada lengan bawah bagian


dalam,dada atas dan punggung dibawah skapula. Lengan kiri umumnya
digunakan untuk penapisan TBC dan lengan kanan digunakan untuk
semua pemeriksaan lain.

Gambar 3 : Lokasi Injeksi Intracutan


4. Injeksi Subcutan
Obat diinjeksikan ke dalam jaringan di bawah kulit (subkutis).
Obat yang diinjeksikan secara subkutan biasanya adalah obat yang
kecepatan absorpsinya dikehendaki lebih lambat dibandingkan injeksi
intramuskuler atau efeknya diharapkan bertahan lebih lama. Obat yang
diinjeksikan secara subkutan harus obat-obat yang dapat diabsorpsi dengan
sempurna supaya tidak menimbulkan iritasi jaringan lemak subkutan.
Indikasi injeksi subkutan antara lain untuk menyuntikkan adrenalin pada
shock anafilaktik, atau untuk obat-obat yang diharapkan mempunyai efek
sistemik lama, misalnya insulin pada penderita diabetes.

Daerah penyuntikan dalam pemberian obat secara subcutan

Injeksi subkutan dapat dilakukan di hampir seluruh area tubuh,


tetapi tempat yang dipilih biasanya di sebelah lateral lengan bagian atas
(deltoid), di permukaan anterior paha (vastus lateralis) atau di pantat
(gluteus). Area deltoid dipilih bila volume obat yang diinjeksikan
sebanyak 0.5 – 1.0 mL atau kurang. Jika volume obat lebih dari itu
(sampai maksimal 3 mL) biasanya dipilih di area vastus lateralis.

Gambar 4 : Lokasi Injeksi Subcutan


Cara melakukan injeksi subkutan adalah :

 Pilih area injeksi.


 Sterilkan area injeksi dengan kapas alkohol 70% dengan gerakan
memutar dari pusat ke tepi. Buka tutup jarum dengan menariknya
lurus ke depan (supaya jarum tidak bengkok), letakkan tutup jarum
pada tray/ tempat yang datar.
 Stabilkan area injeksi dengan mencubit kulit di sekitar tempat injeksi
dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri (jangan menyentuh tempat
injeksi).
 Pegang spuit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan, bevel
jarum menghadap ke atas.
 Jarum ditusukkan menembus kulit, sampai jaringan lemak di bawah
kulit sampai kedalaman kurang lebih ¾ panjang jarum. Arah jarum
pada injeksi subkutan adalah membentuk sudut 450 terhadap
permukaan kulit.
 Lepaskan cubitan dengan tetap menstabilkan posisi spuit.
 Aspirasi untuk mengetahui apakah ujung jarum masuk ke dalam
pembuluh darah atau tidak.
 Injeksikan obat dengan menekan plunger dengan ibu jari perlahan dan
stabil, karena injeksi yang terlalu cepat akan menimbulkan rasa nyeri.
 Tarik jarum keluar tetap dengan sudut 45 derajat terhadap permukaan
kulit. Letakkan kapas alkohol di atas bekas tusukan.
 Berikan masase perlahan di atas area suntikan untuk membantu
merapatkan kembali jaringan bekas suntikan dan meratakan obat
sehingga lebih cepat diabsorpsi.
Daftar Pustaka
Apriliana,Heppy. 2016. “Injeksi Intramuskular”. [Online]. Tersedia :
https://bidanheppyaprilina.wordpress.com/2016/04/09/injeksi-intramuskular/
(26 mei 2018)

Nadira,Elvina. 2017. “Bagaimana Cara Melakukan Injeksi Yang Baik Pada


Pasien”. [Online]. Tersedia : https://www.dictio.id/t/bagaimana-cara-
melakukan-injeksi-yang-baik-pada-pasien/12070/3 (26 mei 2018)

Wulandari,Eny 2014. “Injeksi Intracutan”. [Online]. Tersedia :


https://www.google.co.id/amp/s/enywulandari95blog.wordpress.com/2014/06/
06/injeksi-intracutan/amp/ (26 mei 2018)

Yuniart,Vina. 2013. “Injeksi Intramuskuler”. [Online]. Tersedia :


http://vinayuniarti.blogspot.co.id/2013/04/injeksi-intramuskuler_9.html?m=1
(26 mei 2018)

Anda mungkin juga menyukai