Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia atau


xenobiotik yang merugikan bagi organisme hidup. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat
menimbulkan kerusakan pada sistem biologis. Apabila zat kimia dikatakan beracun (toksik),
maka kebanyakan diartikan sebagai zat yang berpotensial memberikan efek berbahaya
terhadap mekanisme biologi tertentu pada suatu organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa
ditentukan oleh dosis, konsentrasi racun di tempat aksi, sifat zat tersebut, kondisi
bioorganisme atau sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang
ditimbulkan. Sedangkan toksisitas adalah kemampuan suatu zat asing atau xenobiotik dalam
menimbulkan kerusakan pada organisme baik saat digunakan atau saat berada di lingkungan.
Toksikologi, yang didefinisikan sebagai ilmu tentang aksi berbahaya zat kimia atas
mekanisme biologi, telah berkembang menjadi tiga bagian pokok, yakni:
a. Toksikologi lingkungan
Toksikologi lingkungan terutama menyangkut efek berbahaya zat kimia yang baik secara
kebetulan dialami oleh manusia karena zat kimia itu berada di udara, maupun karena
kontak pada waktu bekerja atau rekreasi, dengan senyawa makanan yang secara alami
mengandung senyawa toksik atau sisa zat kimia, atau air yang mengandung kontaminan
kimia atau biologi.
b. Toksikologi ekonomi
Toksikologi ekonomi merupakan cabang toksikologi yang menguraikan efek berbahaya
zat kimia, yang dengan sengaja diberikan pada jaringan biologi dengan maksud untuk
mencapai suatu efek khusus. Banyak zat kimia sintetik maupun alami yang cukup
selektif efek toksiknya bila digunakan oleh manusia, dengan maksud menghilangkan
bentuk organisme tertentu yang tidak diharapkan. Sesungguhnya, infeksi bakteri atau
infestasi parasit dapat disembuhkan dengan zat kimia yang memiliki sifat letal seselektif,
yakni zat kimia yang menimbulkan suatu efek letal pada parasit tanpa menimbulkan efek
yang serupa pada inangnya.
c. Toksikologi kehakiman (forensik)
Toksikologi kehakiman adalah cabang toksikologi yang menangani aspek medis dan
aspek hukum dari efek berbahaya zat kimia pada manusia. Aspek medis dikaitkan

1
dengan diagnosis dan penyembuhan dari efek berbahaya zat kimia. Aspek hukum
menyangkut hal didapatnya informasi mengenai hubungan sebab-akibat antara
pemejanan dengan suatu zat kimia dan efek berbahaya zat kimia tersebut. Kedua
aspektersebut melibatkan tata kerja analisis yang ditujukan untuk mendeteksi dan
kuantitasi zat kimia dalam jaringan dengan metodologi kimia analitik.

2. TUJUAN
Makalah ini dibuat untuk membahas tentang pembagian toksikologi, pengertian
toksisitas, dan faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Toksisitas adalah kemampuan suatu bahan kimia atau xenobiotik dalam menimbulkan
kerusakan pada organisme baik saat digunakan atau saat berada di lingkungan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi toksisitas terdiri dari:

1. Faktor intrinsik racun


Faktor intrinsik racun merupakan faktor yang berasal dari racun itu sendiri. Faktor-faktor
ini yaitu:
a. Faktor kimia
Ada banyak senyawa kimia, yang membedakan senyawa kimia yang satu
dengan yang lain adalah sifat kimia-fisika dan struktur kimianya. Contohnya
metanol dan etanol. Kedua senyawa ini sama turunan dari alkohol dan memiliki sifat
fisika dan kimia hampir sama salah satunya yaitu cairan tidak berwarna dah mudah
menguap, tetapi efek toksik yang dihasilkan antara keduanya lebih toksik metanol.
Struktur kimia dari metanol CH3OH dan etanol C2H5OH.
Faktor kimia merupakan interaksi bahan kimia didalam tubuh dan
menimbulkan efek. Efek yang terjadi dapat dibedakan dalam :
Efek aditif yakni pengaruh yang saling memperkuat akibat kombinasi dari dua
zat kimia atau lebih.
Efek sinergi yaitu suatu keadaan dimana pengaruh gabungan dari dua zat kimia
jauh lebih besar dari jumlah masing-masing efek bahan kimia.
Potensiasi yaitu apabila suatu zat yg seharusnya tidak memiliki efek toksik akan
tetapi apabila zat ini ditambahkan pada zat kimia lain maka akan mengakibatkan
zat kimia lain tersebut menjadi lebih toksik.
Efek antagonis yakni apabila dua zat kimia yg diberikan bersamaan, maka zat
kimia yg satu akan melawan efek zat kimia yg lain.
b. Kondisi pemejaan
Kondisi pemejaan dibagi menurut waktu menjadi 4, yaitu:
Akut : pemaparan bahan kimia selama kurang dari 24 jam.
Contohnya, kecelakaan kerja/keracunan mendadak

3
Sub akut : pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu
1 bulan atau kurang.
Misalnya, proses kerja dengan bahan kimia kurang dari 1 bulan.
Subkronik : pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka
waktu 3 bulan.
Misalnya, proses kerja dengan bahan kimia selama 1 tahun/lebih
Kronik : pemaparan berulang terhadap bahan kimia untuk jangka waktu lebih
dari 3 bulan.
Misalnya, bekerja untuk jangka waktu lama dengan bahan kimia
2. Faktor intrinsik makhluk hidup
a. Keadaan Fisiologi
Berat badan
Berat badan berpengaruh pada masuknya racun dalam tubuh. Jika berat
badannya besar terpapar racun dalam dosis minimal tidak akan menimbulkan
efek, karena berat badan besar memiliki cadangan lemak yang banyak.
Sedangkan berat badan yang kecil terpapar racun dalam dosis minimal akan
menimbulkan efek, karena cadangan lemak yang terlalu sedikit dalam berat
badan yang kecil.
Jenis kelamin
Hormon antara laki-laki dan perempuan berbeda. Zat kimia dapat
mempengaruhi kondisi hormon. Contohnya, Nikotin seperti pada rokok
dimetabolisme secara berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Umur
Umur berpengaruh pada dosis obat, jika dosis yang diberikan pada pengguna
tidak sesuai maka akan terjadi toksisitas. Contohnya, tetrasiklin yang diberikan
pada anak 1 tahun dapat menyebabkan warna gigi menjadi coklat. Dan,
Ciprofloksasin jika di konsumsi pada anak dibawah umur makan akan
menghambat pertumbuhan, sehingga tidak dapat tumbuh tinggi.
Kecepatan aliran darah
kehamilan
Penggunaan zat pada kehamilan dimana terjadi perkembangan janin pada
kandungan dapat mempengaruhi kondisi perkembangan organ yang terbentuk.

4
Status gizi
Mempengaruhi aktifitas enzim metabolisme terutama apabila kekurangan
protein dan vitamin. Ketidakcukupan sintesis protein mengakibatkan
hipoalbuminemie sehingga berkurangnya tempat pengikatan zat racun didalam
darah dan perubahan distribusi racun di dalam tubuh sehingga peningkatan
ketoksikan suatu racun.
Genetik
Penggolongan toksisitas berdasarkan mekanisme genetika ini dijelaskan
sebagai berikut:
 Pertama, akumulasi zat kimia sebagai akibat dari tidak sempurnanya atau
tidak adanya mekanisme transformasi metabolik (sistem enzim) secara
genetika, dalam hal mana zat kimia yang diberikan merupakan zat toksik
utamanya. Kondisi ini akan segera terjadi pada obat yang diberikan dalam
dosis berganda pada interval pemberian tertentu. Contohnya adalah adanya
variasi diantara individu berkaitan dengan asetilasi isoniazid, dan variasi
yang berkaitan dengan metabolisme Dikumarol dalam berbagai macam
anggota spesies tertentu.
 Kedua, perpanjangan aksi zat kimia sebagai akibat taksempurnanya
mekanisme biotransformasi, yaitu zat kimia yang diberikan merupakan zat
toksik utamanya. Kondisi ini ditunjukkan oleh perpanjangan apnea yang
disebabkan oleh suksinilkolina pada manusia yang secara genetika
mengalami kekurangan enzim kolinesterase.
 Ketiga, hipersensitifitas, meliputi enzim cacat yang menyebabkan tingkat
aktivitas yang minim dengan gejala defisiensi enzim yang mini, bila zat
kimia yang diberikan merupakan zat toksik utamanya. Contoh kondisi ini
menyertakan anemia hemolitika yang disebabkan oleh primakuina, dimana
secara genetika terdapat perubahan stabilitas glutation tereduksi dan
perubahan aktivitas glukosa-6-fosfodehifrogenesa. Contoh lainnya ialah
hemoglobin abnoramal dimana terdapat perubahan kemampuan hemoglobin
untuk bertahan pada tingkat tereduksi. Dan, porfiria yang disebabkan oleh
sulfonamida serta barbiturat, yang terjadi karena defisiensi sistem
penghambat tertentu yang biasanya mengendalikan tingkat asam α-amino
levulinat sintesa.

5
b. Keadaan Patologi
Keadaan patologi meliputi kondisi dan jenis penyakit menjadi faktor penting dalam
menentukan keefektifan metabolisme senyawa toksik. Berkaitan dengan aneka
ragam penyakit yang dapat mengurangi aliran darah ke tempat metabolisme seperti
komplikasi jantung, syok dan hipotensi, atau yang berpengaruh langsung terhadap
fungsi organ atau jaringan tempat metabolisme, misalnya hepatitis, sakit kuning
obstruktif, sirosis, kanker hati, kerusakkan ginjal, tukak duodenum dan lain
sebagainya
Penyakit ginjal
Penyakit ginjal merupakan gudang penyimpan racun yang sangat poten. Ginjal
juga tempat terpenting bagi eliminasi, berturut-turut sebagai tempat
metabolisme dan ekskresi.
Pada umumnya racun yang bersifat basa akan lebih mudah diekskresi apabila
urinnya bersifat asam, sebaliknya racun yang bersifat asam lebih mudah
diekskresi bila urin bersifat basa. Pengetahuan ini tentunya sangat penting bagi
terapi penawar racun.
Ginjal menerima kurang lebih 25 % curah jantung, karena itu, ginjal mampu
menyaring dan terpejani dengan senyawa racun dalam jumlah yang cukup besar.
Ekskresi ke dalam air kencing atau urin melibatkan salah satu dari tiga
mekanisme : filtrasi dari darah melalui pori glomerulus, difusi dari aliran darah
ke dalam tubulus (sekresi aktif), dan sekresi aktif ke dalam cairan tubular atau
reabsorbsi pasif non ion ke dalam aliran darah.
Cadmium (Cd) adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Cadmium
didapat bersama-sama Zn (Seng), Cu (Calsium), Pb (Timbal), dalam jumlah
yang kecil. Cadmium didapat pada industri pemurnian Zn, pestisida, dan lain-
lain. Tubuh manusia tidak memerlukan cadmium dalam fungsi
pertumbuhannya, karena Cadmium sangat beracun bagi manusia. Keracunan
akut akan menyebabkan gejala gastrointestial, dan penyakit ginjal. Gejala klinis
keracunan cadmium sangat mirip dengan penyakit glomerulo-nephiritis biasa.
Hanya pada fase lanjut dari keracunan cadmium ditemukan pelunakan dan
fraktur (patah) tulang punggung. Cadmium ditemukan dalam pembuatan baterai,
plastik PVC, pigmen cat, pupuk, rokok, kerang dan minuman kaleng yang
berada di sekitar lingkungan pabrik. Keracunan logam cadmium terdiri dari 15-
50% penyerapan melalui sistem pernafasan dan 2-7% melalui sistem
6
pencernaan. Target cadmium adalah organ hati, plasenta, ginjal, paru-paru, otak,
dan tulang.
Penyakit saluran pencernaan
Sistem pencernaan yang tidak baik dapat menciptakan toksisitas dan
menghambat kesehatan, terutama estrogen. Keseimbangan bakteri dan frekuensi
buang air besar menjadi proses penting untuk membersihkan tubuh dari
kelebihan estrogen, yang diketahui dapat meningkatkan risiko kanker dan berat
badan, baik pada wanita maupun pria.
Keracunan zat besi sering terjadi pada anak-anak yang berusia di bawah 5
tahun. Zat besi tersedia dalam bentuk : ferrous sulfat, ferrous fumarat, dan
ferrous glukonat, sebagai vitamin saat hamil dan multivitamin. Tablet besi
banyak digunakan dan bisa dibeli bebas tanpa resep dokter. Selain itu, tablet
besi memiliki tampilan seperti permen, yang bisa menarik anak-anak untuk
memakannya. Tingkat keracunan zat besi tergantung dari seberapa banyak zat
besi yang masuk ke dalam tubuh. Anak-anak dapat menunjukkan tanda-tanda
toksisitas dengan menelan 10-20 mg/kg tablet besi elemental. Keracunan berat
bisa terjadi jika anak mengkonsumsi lebih dari 60 mg/kg tablet besi elemental.
Keracunan zat besi adalah penyebab keracunan yang fatal pada anak-anak
berusia kurang dari 5 tahun. Kadar zat besi yang tinggi mengiritasi lambung dan
saluran cerna, sehingga terkadang menyebabkan terjadinya perdarahan. Dalam
waktu beberapa jam, zat besi masuk ke dalam sel-sel tubuh dan mengganggu
reaksi kimia di dalamnya. Dalam waktu beberapa hari, bisa terjadi kerusakan
hati. Beberapa minggu setelah pemulihan, bisa terbentuk jaringan parut akibat
iritasi sebelumnya pada lambung, saluran cerna, dan hati.

Penyakit hati

Pasien dengan fungsi hati yang sangat terbatas pada umumnya dalam keadaan
dekompensasi (kegagalan) ketika timbul penyakit lain yang menambah beban
pada fungsi hati (misalnya, perdarahan gastrointestinal, infeksi sitemik,
gangguan elektrolit, stres fisiologi yang berat, pemberian obat dengan dosis
yang bagi hati normal bersifat nontoksik). Sebagian pasien bertahan hidup
hanya dengan tindakan suportif, sebagian lainnya membutuhkan transplantasi
hati. Keadaan berikut dapat menyebabkan gagal hati:

7
 Nekrosis hati yang masif seperti yang terjadi karena hepatitis virus yang
fulminal atau karena terpajan obat-obat dan zat kimia hepatotoksik
(misalnya, asetaminofen, halotan, keracunan cendawan) yang dapat
menimbulkan gagal hati.

 Penyakit hati yang kronis merupakan cara paling sering untuk menuju
kegagalan hati, sebab-sebabnya meliputi hepatitis kronis persisten
(termasuk kelainan metabolik bawaan) yang berakhir sebagai sirosis.

 Disfungsi hepatik tanpa nekrosis yang nyata dapat terjadi pada toksisitas
tetrasiklin, pada perlemakan hati yang akut kehamilan, atau pada
disfungsi mitokondria yang disebabkan oleh terapi HIV.

Penyakit kardiovaskuler
Kardiovaskuler merupakan suatu sistem yang kompleks melibatkan beberapa
organ utama yaitu jantung, pembuluh darah, ginjal, maupun sistem saraf pusat
dan otonom.

c. Kapasitas Fungsional Cadangan


Pada dasarnya berbagai organ memiliki kapasitas cadangan untuk melakukan
keseluruhan fungsinya. Satu peragaan tentang kerusakan pada organ hidup yang
disebabkan oleh zat kimia biasanya melibatkan satu atau lebih bentuk uji yang
dirancang untuk mengukur fungsi organ tersebut. Karena telah dinyatakan bahwa
sebagian besar organ dapat dirusak sebelum kapasitas cadangannya berkurang cukup
banyak untuk mendorong terjadinya gangguan fungsionalnya, maka mungkin sekali
terjadi bahwa uji fungsi yang dilakukan tidak akan memperlihatkan kerusakan
karena zat kimia yang sedikit. Sepanjang organ tersebut masih mempertahankan
kapasitas (kelebihan) cadangan untuk melakukan keseluruhan fungsinya, maka
organ melangsungkan fungsinya pada tingkat maksimal.
Kadar akhir zat kimia tambahan pada berbagai daerah diseluruh organ itu
besarnya berbeda-beda tergantung atas kemampuan membrannya untuk menjadi
tidak bermateri, untuk meningkat, atau menghambat perpindahan zat kimia yang
dimaksud melewati organ.
Jika pada satu kesempatan organ tersebut dicerca dengan kadar toksik minimal
suatu zat kimia asing, maka tidak diharapkan akan memperlihatkan keseluruhan

8
toksisitasnya, yang terrjadi sebagai akibat cercaan yang berkesinambungan oleh
kadar zat kimia yang sama selama jangka waktu yang panjang
.
d. Penyimpanan racun dalam diri makhluk hidup
Bila zat kimia masuk kedalam sistem sirkulasi, maka zat itu harus dieliminasi
dari sistem sirkulasi itu sebelum makhluk hidup bebas dari zat kimia. Bila zat kimia
itu ada dalam bentuk larutan sebagai gas pada suhu tubuh, maka zat tersebut akan
muncul didalam udara yang duhembuskan pada pernafasan makhluk hidup, dan bila
merupakan suatu senyawa yang tak menguap, maka mungkin melibatkan ekskresi
oleh ginjal melalui sistem kencing, keringat, ataupun ludah.
Zat kimia yang di metabolisme dan dideposit didalam lemak mengalami rentang
kehidupan yang pendek dalam darah dan jaringan tak berlemak. Hal ini terjadi
karena zat kimia yang berada didalam darah dengan segera mengalami perubahan
menjadi bentuk takanestesia dan sisanya dideposit didalam lemak. Kemudian begitu
obat menyebar dari lemak kedalam darah segera diubah menjadi bentuk obat tak
aktif supaya darah tetap secara esensial bebas dari kadar efektifnya.
Pada umumnya pemejaan tunggal suatu organisme eksperimental dengan zat
kimia tertentu menghasilkan pengambilan zat kimia tersebut oleh organisme dan
selanjutnya terjadi eliminasi dari organisme itu. Laju eliminasi zat kimia itu akan
dipengaruhi oleh mekanisme, pengikatan, dan penyimpanan yang teresedia bagi zat
kimia tersebut didalam organisme.

e. Toleransi dan resistensi


Toleransi : Kemampuan makhluk hidup untuk memperlihatkan respon yang kurang
terhadap dosis xenobiotika yang diperlihatkan sebelumnya dengan dosis yang sama.
Toleransi terhadap zat kimia sangat penting dalam toksikologi, sebab kita
menggambarkan suatu mekanisme dengan jalan mana spesimen biologi tertentu
dilindungi dari serangan efek berbahaya dari zat kimia. Toleransi antara zat kimia
yang serupa adalah suatu mekanisme dari adaptasi atau kekebalan terhadap efek
berbahaya zat kimia yang deperoleh secara alami, dan mungkin bertanggung jawab
terhadap fariasai dalam reaksi zat kimia-biologi diantara anggota spesies tertentu.
Resisten : Lebih tahan terhadap dosis toksis suatu xenobiotika dari pada yang
ditunjukan oleh individu lainnya

9
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Toksisitas adalah kemampuan suatu bahan kimia atau xenobiotik
dalam menimbulkan kerusakan pada organisme baik saat digunakan atau saat
berada di lingkungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas terdiri dari: Faktor
intrinsik racun, dan faktor intrinsik makhluk hidup. Faktor intrinsik racun
terdiri dari faktor kimia dan kondisi pemejaan. Faktor intrinsik makhluk hidup
terdiri dari keadaan fisiologi, keadaan patologi, kapasitas fungsional cadangan,
Penyimpanan racun dalam diri makhluk hidup, toleransi dan resistensi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Loomis, Ted A.1978. Toksikologi Dasar. Edisi Ketiga. IKIP semarang press. Semarang

Fausto, Mitchell Kumar Abbas. 2006. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Wirasuta, I Made Agus Gelgel., Niruri, Rasmaya. 2006. Toksikologi Umum. Universitas
Udayana. Bali.

Nugroho, Agung Endro. 2012. Farmakologi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Keracunan Zat Besi


http://chatcit.com/keracunan-zat-besi/ (diakses tanggal 26 maret 2014; 13:00 WIB)

Etanol - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


id.wikipedia.org/wiki/Etanol (diakses tanggal 27 maret 2014; 18:00 WIB)

Toksikologi | HealthyEnthusiast
healthyenthusiast.com/toksik (diakses tanggal 27 maret 2014; 16:00 WIB)

11

Anda mungkin juga menyukai