Disusun Oleh:
Kelompok 5
Susanti (A1D0180
Refa’i (A1D018061)
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Pendekatan
Keterampilan Proses, ”ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya
berterima kasih pada Buk Alif selaku Dosen mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan Mipa yang
telah memberikan tugas ini.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah
ini di waktu yang akan datang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru, di mana pembelajaran
dapat di artikan sebagai kegiatan yang di tunjukan untuk membelajarkan siswa. Untuk
membelajarkan siswanya, salah satu cara yang dapat di tempuh oleh guru ialah dengan
menerapkan pendekatan ketrampilan proses (PKP) dalam proses pembelajaran.
PKP merupakan pendekatan pembelajaran yang tersurat dan tersirat dalam kurikulum
pendekatan pembelajaran PKP. Maka dari itulah dalam makalah ini akan sedikit di jelaskan
tentang pendekatan-pendekatan itu, tapi lebih khususnya tentang pendekatan ketrampilan proses
atau PKP.
2. Rumusan masalah
a. Apa pengertian pendekatan ketrampilan proses?
b. Bagaimana karakteristik dari pendekatan ketrampilan proses?
c. Apa aspek-aspek pendekatan ktrampilan proses?
d. Apa alasan perlunya pendekatan PKP dalam pembelajaran sains?
e. Apa Kekurangan dan kelebihan pendekatan dan ketrampilan proses?
f. Bagaimana Strategi mengajar dengan keterampilan proses sains?
3. Tujuan
a. Mengetahui apa itu pendekatan ketrampilan proses.
b. Mengetahui karakteristik dari pendekatan ketrampilan proses.
c. Mengetahui aspek-aspek dalam pendekatan ketrampilan proses.
d. Mengetahui alasan perlunya pendekatan keterampilan proses.
e. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari pendekatan ketrampilan proses.
f. Mengetahui strategi mengajar dengan keterampilan proses.
BAB II
PEMBAHASAN
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-
kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam
Moedjiono, 1993 : 14).
Menurut Semiawan, dkk (Nasution, 2007 : 9-10) menyatakan bahwa keterampilan proses
adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan- kemampuan yang mendasar
yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan
berhasil menemukan sesuatu yang baru.
Dimyati dan Mudjiono (Sumantri, 1999: 113) mengungkapkan bahwa pendekatan keterampilan
proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan peserta didik.
Pendekatan ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan- kamapuan yang dimiliki peserta
didik.
Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang didasarkan atas suatu pengamatan, proses-
proses ini dijabarkan dari pengamatan terhadap apa yang dilakukan oleh seorang guru disebut
pendekatan ketrampilan proses. Dalam ketrampilan proses ini guru diharapkan bisa
memaksimalkan perannya, diupayakan agar siswa terlibat langsung dan aktif. Sehingga siswa
dapat mencari dan menemukan konsep serta prinsip berdasar dari pengalaman yang dilakukannya.
Mencatat setiap hasil pengamatan tentang fermentasi secara terpisah antara hasil utama dan
hasil sampingan termasuk menafsirkan atau interpretasi. Menghubung-hubungkan hasil
pengamatan tentang bentuk alat-alat gerak dengan habitatnya menunjukkan bahwa siswa
melakukan interpretasi, begitu pula jika siswa menemukan pola atau keteraturan dari satu seri
pengamatan tentang jenis-jenis makanan berbagai burung, misalnya semuanya bergizi tinggi,
dan menyimpulkan bahwa makanan bergizi diperlukan oleh burung.
3. Mengelompokkan (klasifikasi)
Keterampilan mengklasifikasi menurut Esler dan Esler merupakan ketermpilan yang
dikembangkan melalui latihan- latihan mengkategorikan benda- benda berdasarkan pada (set yang
ditetapkan sebelumnya dari ) sifat- sifat benda tersebut. Menurut Abruscato mengkalsifikasi
merupakan proses yang digunakan para ilmuan untuk menentukan golongan benda- benda atau
kegaitan- kegiatan. (Nasution, 2007 : 15).
Bentuk- bentuk yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan ini misalnya memilih bentuk-
bentuk kertas, yang berbentuk kubus, gambar- gambar hewan, daun- daun, atau kancing- kancing
berdasarkan sifat- sifat benda tersebut. Sistem- sistem klasifikasi berbagai tingkatan dapat
dibentuk dari gambar- gambar hewan dan tumbuhan (yang digunting dari majalah) dan
menempelkannya pada papan buletin sekolah atau papan panjang di kelas.
Contoh kegiatan yang lain adalah dengan menugaskan siswa untuk membangun skema
klasifikasi sederhana dan menggunakannya untuk kalsifikasi organisme- organisme dari carta yang
diperlihatkan oleh guru, atau yang ada didalam kelas, atau gambar tumbuh- tumbuhan dan hewan-
hewan yang dibawa murid sebagai sumber klasifikasi.
4. Meramalkan (prediksi)
Jadi dapat dikatakan bahwa memprediksi sebagai menyatakan dugaan beberapa kejadian
mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui Contoh kegiatan untuk melatih kegiatan
ini adalah memprediksi berapa lama (dalam menit, atau detik) lilin yang menyala akan tetap
menyala jika kemudian ditutup dengan toples (dalam berbagai ukuran) yang ditelungkupkan.
5. Berkomunikasi
Berkomunikasi adalah menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau
menyampaikan hasil penyelidikan. Berkomunikasi dapat dikembangkan dengan menghimpun
informasi dari grafik atau gambar yang menjelaskan benda-benda serta kejadain-kejadian secara
rinci (Nasution, 2007: 44 ).
Misalnya siswa diminta untuk mengamati dan mendeskripsikan beberapa jenis hewan-hewan
kecil ( seperti ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan cara geraknya), kemudain siswa tersebut
menjelaskan deskripsi tentang objek yang diamati didepan kelas.
6. Berhipotesis
Dengan berhipotesis diungkapkan cara melakukan pemecahan masalah, karena dalam rumusan
hipotesis biasanya terkandung cara untuk mengujinya. Apabila ingin diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan tumbuh, dapat dibuat hipotesis. Misalnya “Jika diberikan pupuk NPK,
maka tumbuhan akan lebih cepat tumbuh”. Dalam hipotesis tersebut terdapat dua variable (faktor
pupuk dan cepat tumbuh), ada perkiraan penyebabnya (meningkatkan), serta mengandung cara
untuk mengujinya (diberi pupuk NPK).
Sebagaimana dalam penyusunan rencana kegiatan penelitian perlu ditentukan cara mengolah
data untuk dapat disimpulkan, maka dalam merencanakan penyelidikan pun terlibat
kegiatan menentukan cara mengolah data sebagai bahan untuk menarik kesimpulan.
8. Menerapkan konsep
Hipotesis adalah sustu perkiraaan yang beralasn nruk menerangkan suatu kejadian atau
pengamatan tertentu. penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci pembuka tabir penemuan
berbagai hal baru. mengaplikasikan konsep adalah menggunakan konsep yang telah di pelajari
dalam situasi baru atau dalam menyelesaikan suatu masalah misalnya sesuatu masalah yang di
bicarakan dalam mata pelajaran lain.
Mengaplikasikan konsep adalah menggunakan konsep yang telah di pelajari dalam situasi baru
atau dalam menyelesaikan suatu masalah misalnya sesuatu masalah yang di bicarakan dalam mata
pelajaran lain.
9. Mengajukan pertanyaan
Keterampilan dalam mengukur sangat diperlukan untuk menggunakan alat ukur secara benar
dan kemampuan untuk menerapkan cara perhitungan dengan menggunakan alat- alat ukur.
Langkah pertama proses mengukur lebih menekankan pada pertimbangan dan pemilihan
instrumen (alat) ukur yang tepat untuk digunakan dan menentukan perkiraan sautu objek tertentu
sebelum melakukan pengukuran dengan suatu alat ukur untuk mendapatkan ukuran yang tepat.
Untuk melakukan latihan pengukuran, bisa menggunakan alat ukur yang dibuat sendiri atau
dikembangkan dari benda- benda yang ada disekitar. Sedangkan pada tahap selanjutnya,
menggunakan alat ukur yang telah baku digunakan sebagai alat ukur. Sebagai contoh, dalam
pengukuran jarak, bisa menggunakan potongan kayu, benang, ukuran tangan, atau kaki sebagai
satuan ukurnya. Sedangkan dalam pengukuran isi, bisa menggunakan biji- bijian atau kancing
yang akan dimasukkan untuk mengisi benda yang akan diukur.
Contoh kegiatan mengukur dengan alat ukur standar atau baku adalah siswa memperkirakan
dimensi linear dari benda- benda (misalnya yang ada di dalam kelas) dengan menggunkan satuan
centi meter (cm), dekameter (dm), atau meter (m). Kemudian siswa dapat menggunakan meteran
(alat ukur, mistar atau penggaris) untuk pengukuran benda sebenarnya.
11. Keterampilan Menginferensi
Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga sebagai
keterampilan membuat kesimpulan sementara. Menurut Abruscato , menginferensi atau menduga
atau menyimpulakan secara sementara adalah adalah menggunakan logika untuk memebuat
kesimpulan dari apa yagn di observasi( Nasution, 2007 : 49).
Contoh kegiatan untuk mengembangkan keterampilan ini adalah dengan menggunakan suatu
benda yang dibungkus sehingga siswa pada mulanya tidak tahu apa benda tersebut. Siswa
kemudian mengguncang- guncang bungkusan yang berisi benda itu, kemudian menciumnya dan
menduganya apa yang ada di dalam bungkusan ini. Dari kegiatan ini, siswa akan belajar bahwa
akan muncul lebih dari satu jenis inferensi yang dibuat untuk menjelaskan suatu hasil observasi.
Disamping itu juga belajar bahwa inferensi dapat diperbaiki begitu hasil observasi dibuat.
Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu menurut Esler dan Esler meliputi
keterampilan menjelaskan posisi suatu benda terhadap lainnya atau terhadap waktu atau
keterampilan megnubah bentuk dan posisi suatu benda setelah beberapa waktu. Sedangkan
menurut Abruscato menggunakan hubungan ruang- waktu merupakan keterampilan proses yan
gberkaitan dengan penjelasan- penjelasan hubungan- hubunagn tentang ruang dan waktu beserta
perubahan waktu.
Untuk membantu mengembangkan pengertian siswa terhadap hubungan waktu- ruang, seorang
guru dapat memberikan pelajaran tentang pengenalan dan persamaan bentuk- bentuk dua dimensi
(seperti kubus, prisma, elips). Seorang guru dapat menyuruh sisiwa menjelaskan posisinya
terhadap sesuatu, misalnya seorang siswa dapat menyatakan bahwa ia berada ia berada di baridsan
ketiga bangku kedua dari kiri gurunya.
Keterampilan mengenal hubungan bilangan- bilangan menurut Esler dan Esler meliputi
kegaitan menemukan hubungan kuantitatif diantara data dan menggunakan garis biangan untuk
membuat operasi aritmatika (matematika). Carin mengemukakan bahwa menggunakan angka
adalah mengaplikasikan aturan- aturan atau rumus- ruumus matematik untuk menghitung jumlah
atau menentukan hubungan dari pengukuran dasar. Menurut Abruscato, menggunakan bilangan
merupakan salah satu kemampuan dasar pada keterampilan proses.( Nasution, 2007:61- 62).
Kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan ini adalah menentukan nilai pi
dengan mengukur suatu rangkaian silinder, menggunakan garis bilangan untuk operasi
penambahan dan perkalian. Latihan- latihan yang mengharuskan siswa untuk mengurutkan dan
membandingkan benda- benda atau data berdasarkan faktor numerik membantu untuk
mengembangkan keterampilan ini. contoh pertanyaan yang membantu siswa agar mengerti tentang
hubungan bilangan antara lain adalah : “ lebih jauh mana benda A jika dibandingkan dengan benda
B?” “ Berapa derajat suhu tersebut turun dari – 100 C ke – 200 C ? ”.
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat sehingga tidak mungkin guru mengajarkan
semua fakta dan konsep kepada siswa. Siswa harus berusaha untuk aktif mencari dan membangun
pengetahuannya sendiri.
Secara psikologis siswa dalam usia perkembangan lebih mudah memahami konsep yang rumit
dan abstrak jika disertai contoh konkret dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Ilmu
pengetahuan bersifat relatif, artinya suatu teori dapat terbantahkan bila ditemukan teori yang lebih
baik.
Dalam proses pembelajaran seharusnya pengembangan konsep tidak lepas dari pengembangan
sikap dan nilai dalam diri anak didik, selain mengajar guru seharusnya pandai memotivasi agar
siswa memiliki rasa ingin tahu dan berusaha mencari jawaban atas keingintahuannya.
1) Metode Penugasan
Metode Penugasan atau pemberian tugas merupakan salah satumetode yang ingin menerapkan
asas “learning by doing” dengan pemberiantugas kepada mahasiswa, baik secara individu maupun
kelompok di dalamkelas maupun di luar kelas dalam jangka waktu tertentu. Metode
pemberiantugas merupakan pola mengajar yang membina pemahaman danketerampilan tertentu
melalui pembuatan atau pengerjakan tugas.
Tugas yang dapat diberikan dosen banyak sekali ragamnya,misalnya tugas membaca buku
panduan praktikum tertentu, tugas membuatperencanaan percobaan, tugas melaksanakan
percobaan, tugas mengamatisuatu objek tertentu, tugas presentasi, dan tugas membuat
laporanpraktikum. Metode pemberian tugas ini meliputi tiga fase yakni pendidikmemberikan
tugas, anak didik melaksanakan tugas, dan anak didikmempertnggungjawabkan kepada pendidik
tentang tugas yangdikerjakannya.
Metode pemberian tugas dapat dilaksanakan dengan berpedomanpada hal-hal sebagai berikut:
a) Tugas yang akan diberikan hendaknyadipersiapkan dengan baik. Tugas tersebut hendaknya
dapat melatihkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan tertentu;
b) Tugas hendaknyadiberikan pada saat masalah masih hangat dalam pikiran mahasiswa (saatyang
psikologis), misalnya tugas diberikan segera setelah pembelajaranusai;
c) Dosen hendaknya memberikan penjelasan yang cukup tentangtugas yang diberikannya hingga
tidak terjadi salah pengertian , danberusaha menunjukkan atau menganalisis kesulitan yang
akan dihadapimahasiswa dan cara menghadapinya, serta menunjukkan sumber atau bahan
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Manfaat yang bisa diperoleh dengan metode penugasan antara lain sebagai berikut:
a) Tugas-tugas akan merupakan pengulangan dan pemantapan pengertian mahasiswa atas materi
yang diberikan. Dengan mengerjakan sendiri “learning by doing” maka diharapkan kesan pada
diri mahasiswa akan lebih mendalam dan mudah diingat;
b) Sikap dan pengalaman akan suatu masalah dari para mahasiswa akan dapat dibina lebih kuat
dengan tugas-tugas dari pada hanya dengar saja seperti pada metode ceramah;
c) Dengan pemberian tugas, maka keterbatasan waktu di kelas untuk memecahkan suatu masalah
atau pemahaman suatu materi kuliah akan dipecahkan dan mahasiswa mempunyai peluang
serta didorong untuk mencari sendiri bahan/sumber pengetahuan yang berkenaan dengan apa
yang mereka telah dipelajari di kelas.
Disamping manfaat, terdapat kelemahan metode pemberian tugas yakni sebagai berikut:
a) siswa terkadang melakukan penipuan diri sendiri, dengan jalan meniru pekerjaan orang lain
tanpa mengalami proses belajar;
b) sulit mengadakan pengawasan apakah tugas yang diberikan pada siswa dikerjakan oleh orang
lain atau tidak apbila dijadikan pekerjaan rumah;
c) tugas yang terlalu sering dan sukar menjadi beban mental bagi siswa;
d) Tugas yang monoton (tanpa variasi) akan menimbulkan rasa bosan bagi siswa untuk
melakanakannya.
2) Metode Eksperimen
Metode eksperimen banyak digunakan dalam pengajaran sains dan jarang sekali
diterapkandalam ilmu-ilmu sosial. Dalam metode ini mengajar dikembangkan melalui
pengembangan suatu percobaan tentang sesuatu aspek pengetahuan yang perlu diverifikasi atau
diuji.
c) membuat hipotesis.
e) Membuat kesimpulan.
a) Menumbuhkan kesanggupan menguasai data atau factor-faktor tertentu dalam ikatan proses
tertentu.
c) Usahakan supaya waktu untuk penyelengaraan eksperimen tidak terlampau lama hingga
menimbulkan kebosanan. d) Adakanlah suatu diskusi pendek tentang eksperimen yang baru
dilakukan sebelum mengambil sesuatu kesimpulan.
Team teaching merupakan suatu metode mengajar dimana pelajaran disajikan oleh lebih
dari satu orang guru atau dosen secara bersama-sama dalam satu waktu pada kelas yang sama.
Mungkin juga ada beberapa dosen untuk satu mata pelajaran dimana waktu pemberiannya
bergiliran pada kelas yang sama.
a) Menyusun dan menetapkan anggota tim pengajar yang memiliki keahlian masing-masing
sehingga pada saat kerja sama dapat saling melengkapi;
b) Merumuskan tujuan pembelajaran dan pedoman penilaian serta membagi tugas di antara
anggota tim;
c) Pengaturan giliran pelaksanan pengajaran dan bagi yang tidak kebagian giliran setidaknya dapat
bertindak sebagai fasilitator.
a) Bila dosen satu berhalangan dapat diganti oleh dosen lain sehingga pembatalan pembelajaran
dapat dihindari;
c) Proses pembelajaran dapat lebih mantap dan lengkap karena adanya bantuan dosen lain;
d) Mahasiswa akan memperoleh pengetahuan dari beberapa sumber karena tidak hanya dari
seorang dosen;
PENUTUP.
A. Kesimpulan
ketrampilan proses merupakan keseluruhan ketrampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun
psikomotorik) yang dapat di gunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip, atau teori untuk
mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya ataupun untuk melakukan penyangkalan
terhadap suatu penemuan (Indrawati dalam Trianto, 2008:72).
http://faizalnizbah.blogspot.com/2013/05/pendekatan-keterampilan-proses.html
http://massofa.wordpress.com/2011/08/16/pendekatan-ketrampilan-proses-dalam-belajar-
mengajar/
http://safnowandi.wordpress.com/2012/11/15/pembelajaran-keterampilan-proses/