DISUSUN OLEH :
Kelompok 5
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan dibagi menjadi dua fase yaitu fase
embrionik dan pasca embrionik. Fase embrionik diawali ketika telah terjadi pembuahan
(fertilisasi) antara telur sel telur dan sperma. Hasil pembuahan ini diawali adalah zigot, zigot
akan berkembang menjadi embrio. Fase ini meliputi beberapa tahapan, diantaranya fase
morulasi, blastulasi, gastrulasi, dan organogenesis.
Pada Praktikum kali ini mengenai perkembangan embrio katak atau kodok. Dengan bahan
yang digunakan adalah Katak atau kodok. Tujuan praktikum kali ini adalah Pekembangan
Kodok atau katak menggunakan stage dan bagian tubuh yang telah ada pada embrio
B. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Telur Amphibi memiliki sejumlah kecil kuning telur. Pembelahan pertama pada zigot
katak dilakukan secara vertical melalui animaldan vegetal. Blastomer lalu memiliki jumlah yolk
yang sama. Pembelahan yang kedua terjadi sudut kanan pembelahan pertama. Dengan cara ini,
empat buah blastomer yang sama bentuknya. Pembelahan selanjutnya terjadi di atas aquator
(Ferl, 1990).
Pada saat telur katak dibuahi oleh sperma, meiosis telur telah diselesaikan. Sabit abu-abu
muncul serta bersebrangan dengan tempat di mana sperma masuk. Setelah bagian vital dalam
proses pembuahan ini maka pembelahan pertama berlangsung, nukleus zigot membelah secara
mitosis dan muncul sebuah alur yang memanjang secara membujur melalui kutub tersebut.
Pembelahan semuanya terjadi satu jam setelah pembelahan pertama yang mengikuti
alur membujur. Empat sel hasil pembelahan tersebut lalu membelah secara serentak pada bidang
horizontal (Kimball, 1993).
Tahap neurula dicirikan dengan adanya penebalan pada lapisan ektoderm membentuk
neural plate kemudian membentuk neural groove dan neural fold dan diakhiri dengan
terbentuknya neural tube (bumbung neural) (Kasmeri,2015).
Untuk mempelajari perkembangan tingkat awal, tidak mungkin hanya bersumber pada
satu bahan yang menyendiri atau tunggal, karena tidak mungkin bahan yang demikian dapat
menyediakan dasar-dasar yang mencukupi. Selain menarik dan ada hubungan langsung dengan
kepentingan kita, dalam mempelajari gametogenesis lebih cocok digunakan bahan dari manusia,
dan bahan ini mudah dicari. Bahan dari amphibia sangat cocok untuk mempelajari pembelahan
segmentasi dan pembentukan lapisan lembaga, ekto, ento dan mesoderma. Kandungan vitelus
pada telur amphibi, cukup untuk memperlihatkan bagaimana vitelus dapat mempengaruhi
mekanisme pembelahan segmentasi dan gastrulasi dan jumlah vitelus pada telur amphibi, belum
terlalu banyak, sehingga tidak terlalu membuat bingung sifat proses segmentasi dan gastrulasi
tersebut (Patten,1974).
Seluruh berudu berada dalam stage 25 (berudu telah menetas dari telur dan belum
berkaki) dan dipreservasi dalam keadaan sempurna. Berudu B. melanostictus memiliki bintik-
bintik hitam yang sangat banyak dan rapat pada bagian dorsal dan ekor sehingga tampak seperti
berwarna hitam seluruhnya. Bagian ventral dan dorsal fin pada ekor dan pada bagian luar kulit
tubuh tidak berpigmen (Rahman,2016).
Adanya penggunaan berbagai tipe habitat oleh berudu dapat mempengaruhi struktur
komunitasnya. Penggunaan tipe habitat diantaranya yaitu sebagai tempat berkembangbiak, tempat
makan serta melakukan aktivitas harian. Dalam mempelajari struktur komunitas, perlu diperhatikan
berbagai faktor diantaranya seperti persaingan, pemangsaan dan iklim. struktur komunitas berudu dapat
dipengaruhi oleh adanya berbagai tekanan selektif. Berudu Anura hidup pada habitat yang berbeda
dengan individu dewasanya yaitu di sungai, rawa, genangan air dan kolam (Ningsih,2015).
proses biokimia yang terjadi pada proses metamorfosis yaitu adanya peran hormon tiroid.
Pada dasarnya ekor tidak mengalami degenerasi sampai terbentuk dan berkembangnya organ-
organ lokomosi, seperti berkembangnya ekstremitas atas dan ekstremitas bawah untuk
pergerakan.Kelenjar tiroid mulai berfungsi pada 10 hari setelah fase pembuahan, TH (Tyroid
hormone) mengontrol satu jenis sel, yang mempengaruhi sel-sel lain pada anggota gerak. Pada
proses ini kecebong berganti dari tipe ekor perenang kemudian menyelesaikan proses
metamorfosisnya dengan menyerap ekornya. Hormon paratiroid (PTH) menstimulasi osteoklas
untuk melepaskan kalsium dan fosfat dari tulang sehingga meningkatkan resorbsi tulanng
(Suryanti,2020).
Konduktivitas merupakan salah satu parameter yang penting untuk melihat kelimpahan
suatu spesies yang bergantung pada air. Tingkat konduktivitas yang merupakan salah satu
komponen abiotik lingkungan akan berdampak juga pada keberhasilan reproduksi. Berdasarkan
toleransi fisiologi dari suatu spesies, faktor abiotik dapat mengakibatkan kelangsungan hidup
populasi. Banyak hewan amfibi, termasuk L.borbonica yang hidupnya tergantung pada habitat
akuatik, karena fisiologi dan evolusi mereka. Hampir semua amfibi memiliki tingkat
permeabilitas kulit yang tinggi, sehingga berudunya pun mempunyai kerentanan khusus terhadap
unsur kimia dan unsur fisik dalam air tempatnya hidup (Ardiansyah,2015).
METODOLOGI PENELITIAN
a. Alat
Kamera
Kaca bening
Kain hitam/putih (background)
b. Bahan
Kecebong Katak/Kodok
Xenopuslaevis stage
series: complete (8)
Xenopuslaevis stage
series: complete (10)
B. Pembahasan
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini
merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi.
Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Tahapan embrionik
merupakan tahap pertumbuhandan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yg diawali
dg fertilisasi sampai terbentuknya janin.
Kecebong atau berudu adalah hewan yang proses tahapan pada siklus kehidupan amfibia,
yaitu tahap pradewasa atau larva. Kecebong sering disebut sebagai anak katak atau kodok, dan
hewan amfibia lain. Kecebong adalah sebagai salah satu contoh dari sekian banyak makhluk
hidup yang mempunyai kemampuan dalam regenerasi organ.Ekor yang diputuskan tersebut akan
tergantikan kembali melalui proses regenerasi organ yang memerlukan waktu tertentu dalam
proses pembentukannya.
Pada praktikum ini, pengamtan pada embriologi katak dilakukan selama 5 hari, pada
pengamatan hari pertama sudah berada pada tahap pembentukan operculum dan gigi tanduk
(umur 216 jam, panjang embrio 9,0 mm). Tahap ini ditandai dengan menutupnya insang yang
dimulai dengan terbentuknya operculum bagian kiri. Gigi tanduk mulai muncul bersamaan
dengan itu tampak pula calon lidah. Kelenjar carotid mulai terbentuk diikuti dengan hilangnya
sumbat esofagus. Calon pankreas, arteri pharyngealis dan lamina precordalis sebagai
pembentuk dasar plexus choroidicus mulai timbul. Disusul kemudian dengan timbulnya lobus
opticus cerrebellum dan nervus cranialis.
Pada hari kedua memasuki tahap penutupan insang kanan (umur 240 jam, panjang
embrio 10,0 mm). Pada tahap ini, Kelenjar mukus mengalami atropi, mulut mulai melebar
dengan susunan gigi tanduknya. Berudu mulai makan tumbuh-tumbuhan. Intestinum cukup
panjang dan tampak sebagai lingkaran-lingkaran. Operculum kanan mulai terbentuk dan
menutupi insang bagian ini. Kelenjar tiroid mulai berfungsi disertai dengan mulai terbentuknya
calon lien. Celah branchial mulai tembus sebagai terusan. Mesonephros berkembang diikuti
dengan terpisahnya utricula dengan saccula. Canalis semicircularis, lobus opticus, vena
cardinalis medianus dan vena cava mulai terbentuk.
Pada hari ketiga sudah terjadi tahap penutupan insang sempurna (umur 284 jam, panjang
embrio 11,0 mm). Pada tahap ini Silia menghilang, kecuali pada bagian ekor. Spiraculum mulai
terbentuk. Gigi parut mulai tampak pada bagian bibir berudu. Sementara itu diferensiasi
esofagus dan ventriculus mulai terjadi. Kuntum paru-paru mulai memanjang diikuti dengan
perkembangan pronephros yang mencapai puncaknya. Retina mengalami diferensiasi lebih
lanjut. Choanae interna mulai terbuka dan dilanjutkan dengan pembentukan nervus olfactorius
serta nervus abducent.
Pada hari keempat sudah memasuki stadium premetamorfosis. Pada saat panjang embrio
telah mencapai 12 mm, mulai terbentuk hidung. Organ thymus terbentuk pada posisi
terakhirnya. Panjang badan embrio mencapai 15 mm, kartilago sekeliling chorda dorsalis dan
segmentasi vertebrae mulai terbentuk. Saccula mulai berkembang dan membentuk lagena.
Rongga basilaris, sistem lateralis mencapai puncak perkembangannya. Tubulus
mesonephridicus mulai berasosiasi dengan vena cardinalis. Pronephros mencapai puncak
perkembangannya dan pada saat panjang embrio mencapai 20 mm, terjadi degenerasi. Cortex
adrenalis menjadi lebih jelas dan primordia gonade terbentuk.
Pada hari kelima terjadi Stadium metamorfosis. Pada tahap ini, gigi tanduk mulai
tanggal, mulut menjadi lebih lebar, intestinum memendek yang diikuti dengan perubahan
histologis dinding penyusunnya. Sementara itu ekor mengalami degenerasi sampai sejumlah 32
pasang somit. Dua pasang kaki berkembang pesat, linea lateralis menghilang, lidah
berkembang dan kelenjar endokrin mulai aktif. Selanjutnya diikuti oleh semakin sempurnanya
perkembangan gonade sebagai calon testis atau ovarium.
Ananda P A1D018044
4 Berdasarkan
pengamatan hari 4,
Stage 44, ventral view 3 days, 20 hrpf @ kecebong masuk ke
23° dalam stage 44. Pada
Xenopuslaevis stage series: fase ini, struktur tubuh
complete (9) larva atau berudu katak
meliputi kepala, badan,
ekor, usus yang sirkuler
dan transparan (belum
terpigmentasi),
lokomosi menggunakan
sirip ekor, bernapas
dengan insang, dan
berhabitat akuatik.
Pada bagian bawah
tubuh sudah terbentuk
seperti kaki kecil
namun belum terlalu
berkembang
5 Berdasarkan
pengamatan hari 5,
kecebong masuk ke
Stage 45, lateral view 4 days, 2 hrpf @ dalam stage 45. Pada
23°c fase ini,truktur tubuh
larva atau berudu katak
Xenopuslaevis stage series: meliputi kepala, badan,
complete (10) ekor, usus yang sirkuler
dan transparan (belum
terpigmentasi),
lokomosi menggunakan
sirip ekor, bernapas
dengan insang, dan
berhabitat akuatik.
Ananda P A1D018044
B. Pembahasan
Pada praktikum ini melakukan pengamatan pada embrio katak atau kodok. Pengamatan
berlangsung selama 5 hari. Pengamatan dilakukan untuk melihat perubahan pada morfologi
embrio yang berubah setiap hari nya. Berdasarkan pengamatan hari 1, kecebong masuk ke dalam
stage 41. Pada fase ini, kecebong memiliki insang dan lokomosinya dengan ekor berselaput.
Bagian organ dalamnya masih sederhana dan belum terbagi secara kompleks. Bagian usus dan
perutnya masih transparan. Pada tahapan ini kecebong bergerak aktif (Muscular response).
Bentuk jelas sebagai kecebong yang kelihatan dengan mata biasa. Sumbat esofagus mulai
terbentuk dan timbul aorta dorsalis maupun vena vitellina. Hal ini sejalan dengan literatur yaitu
proses biokimia yang terjadi pada proses metamorfosis yaitu adanya peran hormon tiroid. Pada
dasarnya ekor tidak mengalami degenerasi sampai terbentuk dan berkembangnya organ-organ
lokomosi, seperti berkembangnya ekstremitas atas dan ekstremitas bawah untuk
pergerakan.Kelenjar tiroid mulai berfungsi pada 10 hari setelah fase pembuahan, TH (Tyroid
hormone) mengontrol satu jenis sel, yang mempengaruhi sel-sel lain pada anggota gerak. Pada
proses ini kecebong berganti dari tipe ekor perenang kemudian menyelesaikan proses
metamorfosisnya dengan menyerap ekornya. Hormon paratiroid (PTH) menstimulasi osteoklas
untuk melepaskan kalsium dan fosfat dari tulang sehingga meningkatkan resorbsi tulanng
(Suryanti,2020).
Berdasarkan pengamatan hari 2, kecebong masuk ke dalam stage 42. Pada fase ini, struktur tubuh
larva atau berudu katak meliputi kepala, badan, ekor, usus yang sirkuler dan transparan (belum
terpigmentasi), lokomosi menggunakan sirip ekor, bernapas dengan insang, dan berhabitat
akuatik. Pada bagian perut, ususnya sudah mulai berkembang. Pada tahapan ini insang seperti
jari-jari dari kapiler darah. Pada tahapan ini sudah terlihat mulut jernih, mata kelihatan hidup dan
perut tampak langsing.
Berdasarkan pengamatan hari 3, kecebong masuk ke dalam stage 43. Pada fase ini, struktur tubuh
larva atau berudu katak meliputi kepala, badan, ekor, usus yang sirkuler dan transparan (belum
terpigmentasi), lokomosi menggunakan sirip ekor, bernapas dengan insang, dan berhabitat
akuatik. Berdasarkan pengamatan hari 4, kecebong masuk ke dalam stage 44. Pada fase ini,
struktur tubuh larva atau berudu katak meliputi kepala, badan, ekor, usus yang sirkuler dan
transparan (belum terpigmentasi), lokomosi menggunakan sirip ekor, bernapas dengan insang,
dan berhabitat akuatik.. Pada fase ini bagian mata semakin terlihat jelas terlihat selapus
pembungkus ekor semakin transparan disamping insang semakin jelas dan bagian tubuh tidak
berpigmen, hal ini sesuai dengan literatur (Rachman,2016) Seluruh berudu berada dalam stage 25
(berudu telah menetas dari telur dan belum berkaki) dan dipreservasi dalam keadaan sempurna.
Berudu B. melanostictus memiliki bintik-bintik hitam yang sangat banyak dan rapat pada bagian
dorsal dan ekor sehingga tampak seperti berwarna hitam seluruhnya. Bagian ventral dan dorsal
fin pada ekor dan pada bagian luar kulit tubuh tidak berpigmen.
Berdasarkan pengamatan hari 5, kecebong masuk ke dalam stage 45. Pada fase ini,truktur tubuh
larva atau berudu katak meliputi kepala, badan, ekor, usus yang sirkuler dan transparan (belum
terpigmentasi), lokomosi menggunakan sirip ekor, bernapas dengan insang, dan berhabitat
akuatik. Habitat disini sangat mempengaruhi keberlangsungan hidup kecebong dan hal ini sejalan
dengan literatur Adanya penggunaan berbagai tipe habitat oleh berudu dapat mempengaruhi
struktur komunitasnya. Penggunaan tipe habitat diantaranya yaitu sebagai tempat
berkembangbiak, tempat makan serta melakukan aktivitas harian. Dalam mempelajari struktur
komunitas, perlu diperhatikan berbagai faktor diantaranya seperti persaingan, pemangsaan dan
iklim. struktur komunitas berudu dapat dipengaruhi oleh adanya berbagai tekanan selektif.
Berudu Anura hidup pada habitat yang berbeda dengan individu dewasanya yaitu di sungai, rawa,
genangan air dan kolam (Ningsih,2015). Ananda Putri
(A1D018044)
A. Hasil
B. Pembahasan
Pada praktikum perkembangan hewan dengan judul pengamatan embrio katak atau kodok
ini kami melakukan pengamatan mandiri di rumah masing-masing. Pengamatan mandiri ini
dilakukan selama lima hari dengan objek kecebong katak atau kodok yang diperoleh di sekitar
rumah masing-masing. Setiap hari diamati perkembangan kecebong tersebut secara berkala setiap
2 jam yang dilakukan lima kali dalam satu hari (dilakukan pada yang sama).
Pada pengamatan embrio katak ini, saya melakukan pengamatan mulai dari senin, 27
April 2020 hingga jumat, 1 Mei 2020. Waktu pengamatan setiap pukul 13.00, 15.00, 17.00,
19.00, dan 21.00 WIB. Kecebong yang saya amati sedang dalam stage 56 dan 57. Pada stage 56
berlangsung selama tiga hari, yaitu pada hari pengamatan pertama hingga ketiga, sedangkan stage
57 berlangsung selama dua hari, yaitu pada hari pengamatan keempat dan kelima.
Pada stage 56, terdapat beberapa ciri yang tampak pada kecebong yang saya amati.
Pengamatan hari pertama, pada kecebong sudah terdapat insang sebagai organ pernapasan, ekor
yang cukup panjang, kaki depan yang ukurannya masih cukup besar, dan pada bagian tubuh atas
hingga ekor terdapat bintik-bintik hitam. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahman (2016),
menyatakan bahwa berudu B. melanostictus memiliki bintik-bintik hitam yang sangat banyak dan
rapat pada bagian dorsal dan ekor sehingga tampak seperti berwarna hitam seluruhnya.
Selanjutnya, pada pengamatan hari kedua dan ketiga perkembangan yang tampak masih sama
dengan hari pertama.
Pada pengamatan hari keempat, kecebong sudah menunjukkan perkembangan yang berbeda.
Perbedaan ini mulai tampak pada pukul 17.00, yaitu ekor mulai memendek, ukuran tubuh
bertambah besar, namun ukuran kaki depan yang mulai mengecil. Selanjutnya, pada pengamatan
hari kelima masih menunjukkan perkembangan yang sama, namun bintik-bintik hitam semakin
banyak dan tubuh bertambah besar.
A. Hasil
Foto samping
Foto bawah
Foto samping
Foto bawah
Foto samping
Foto bawah
Foto samping
Foto bawah
5 HARI (Sabtu,02 April 2020) Stage 59, lateral view 45 days
pf @ 23°c
Foto atas Stage 59, ventral view 45 days
pf @ 23°c
Xenopus laevis stage
series: complete (13)
Foto samping
Foto bawah
ANGGUN TRI SEPTI (A1D018039)
B. Pembahasan
Pada Kali ini kita akan membahas mengenai pratikum embryogenesis pada hewan katak.
Berudu yang saya jumpai di air yang ada pada drum bekas. Sebagaimana yang kita ketahui
berudu ini merupakan fase setelah telur dalam metamarfosis pada katak. Embryogenesis adalah
proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel
setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embryogenesis meliputi pembelahan sel dan
pengaturan tingkat sel. Sel pada embryogenesis disebut sebagai sel embriogenik.
Pada berudu memiliki berbagai macam jenis dikarenakan sebagaimana yang kita ketahui
katak memiliki beraneka ragam jenis. Pada praktikum yang saya lakukan berudu yang saya ambil
beberapa mati, saya kemudian mencari solusi agar yang lain juga tidak ikut mati. Akhirnya saya
tau ternyata saya lupa memberikan yang namanya rumput beserta akar pada air tempat berudu
saya, Dapat disimpulkan bahwa berudu ini tidak bisa hidup disembarang tempat. Sesuai dengan
literasi berdasarkan literasi Ningsih,2015 yang menyatakan bahwa adanya penggunaan berbagai
tipe habitat oleh berudu dapat mempengaruhi struktur komunitasnya. Penggunaan tipe habitat
diantaranya yaitu sebagai tempat berkembangbiak, tempat makan serta melakukan aktivitas
harian. Dalam mempelajari struktur komunitas, perlu diperhatikan berbagai faktor diantaranya
seperti persaingan, pemangsaan dan iklim. struktur komunitas berudu dapat dipengaruhi oleh
adanya berbagai tekanan selektif. Berudu Anura hidup pada habitat yang berbeda dengan
individu dewasanya yaitu di sungai, rawa, genangan air dan kolam.
Pada hasil pengamatan saya berudu yang ditemukan yaitu pada stage 47 ditempat yang
saya temukan sudah tidak terlalu banyak berudunya kemungkinan sudah banyak yang mati,
berudu banyak dijumpai pada kisaran tahap 24-28 (berudu belum terlihat kaki) baik pada musim
hujan maupun musim kemarau. Hal ini menunjukkan bahwa jenis-jenis yang diteliti bereproduksi
sepanjang musim. Namun, pada kisaran 29-35, 36-40, dan 41-46 jumlah berudu yang ditemukan
cenderung sedikit. Kondisi ini diduga bahwa berudu pada tahap 24-28 mengalami kematian
sehingga tidak berkembang dengan baik.
Kemudian dihari selanjutnya terjadi sebuah perubahan pada hari Rabu mengalami stage
49, hari Kamis mengalami stage 50, Jumat stage 51. Dihari terakhir tejadinya perubahan yang
sangat banyak yaitu stage 59 dimana sudah terdapat yang namanya kaki dan tangan pada berudu.
Pada stage 50 dan 49 belum ada tanduk yang berada didekat hidung yang menyerupai seperti ikan
lele. Hal tersebut terjadi pada stage 51.
Berudu yang saya amati berakhir pada stage 59, dia masih memiliki ekor seperti berudu
pada umumnya. Pada berudu ketika menjadi katak muda dia akan mengalami perubahan pada
sistem pernapasannya, yaitu dari insang menjadi ke paru – paru. Ada beberapa faktor kimia yang
berperan pada pertumbuhan ekor berudu. Berdasarkan literasi Suryanti,2020 yang menyatakan
bahwa proses biokimia yang terjadi pada proses metamorfosis yaitu adanya peran hormon tiroid.
Pada dasarnya ekor tidak mengalami degenerasi sampai terbentuk dan berkembangnya organ-
organ lokomosi, seperti berkembangnya ekstremitas atas dan ekstremitas bawah untuk
pergerakan.Kelenjar tiroid mulai berfungsi pada 10 hari setelah fase pembuahan, TH (Tyroid
hormone) mengontrol satu jenis sel, yang mempengaruhi sel-sel lain pada anggota gerak. Pada
proses ini kecebong berganti dari tipe ekor perenang kemudian menyelesaikan proses
metamorfosisnya dengan menyerap ekornya. Hormon paratiroid (PTH) menstimulasi osteoklas
untuk melepaskan kalsium dan fosfat dari tulang sehingga meningkatkan resorbsi tulanng
A. Hasil
2 Berdasarkan
pengamatan hari 2,
kecebong masuk ke
Stage 47, lateral view 5 days, 12 hr pf @
23°c dalam stage 47. Pada
fase ini, struktur tubuh
larva atau berudu katak
meliputi kepala, badan,
ekor, usus yang sirkuler
dan transparan (belum
terpigmentasi), lokomosi
menggunakan sirip ekor,
bernapas dengan insang,
dan berhabitat akuatik
3 Berdasarkan
pengamatan hari 3,
kecebong masih berada
Stage 47, lateral view 5 days, 12 hr pf @
23°c dalam stage 47. Pada
fase ini, struktur tubuh
larva atau berudu katak
meliputi kepala, badan,
ekor, usus yang sirkuler
dan transparan (belum
terpigmentasi), lokomosi
menggunakan sirip ekor,
bernapas dengan insang,
dan berhabitat akuatik
Berdasarkan
4 pengamatan hari 4,
kecebong masih berada
dalam stage 57. Pada
Stage 57, lateral view 41 days pf @ 23°c fase ini, kecebong
memiliki ciri-ciri sudah
terdapat insang sebagai
organ pernapasan, ekor
mulai memendek,
ukuran tubuh bertambah
besar, namun ukuran
kaki depan yang mulai
mengecil.
5 Berdasarkan
pengamatan hari 5,
kecebong berada dalam
stage 59. Pada fase ini,
A1D018035
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami melakukan praktikum mandiri mengenai perkembangan
embriologi katak dengan tujuan mengamati pekembangan kodok atau katak menggunakan
stage dan mengamati perkembangan pada bagian tubuh yang telah ada pada embrio katak atau
kodok.
Sebelumnya, saya sendiri menggunakan 2 berudu dalam melaksanakan pengamatan
embrio katak ini. Hal ini dikarenakan berudu pertama mati pada hari ke empat, sehingga
menyebabkan saya mengamati fase stage pertumbuhan berudu cadangan yang sebelumnya
sudah saya sediakan. Alasan saya memilih untuk mengamati berudu pertama diawal
pengamatan ini adalah karena berudu pertama bergerak lebih aktif daripada berudu nomor 2
sehingga saya menarik hipotesa bahwa berudu yang bergerak aktif lah yang dapat bertahan
hidup selama 5 hari kedepan sehingga bisa melancarkan saya dalam menjalankan praktikum
mandiri ini. Namun ternyata justru berudu nomer dua lah yang dapat bertahan hidup. Berudu
pertama mati diduga karena faktor eksternal seperti kurangnya asupan makanan dan kadar
oksigen air yang rendah.
Adapun pengamatan kecebong katak pada hari pertama, kecebong masuk ke dalam stage
45. Pada fase ini,truktur tubuh larva atau berudu katak meliputi kepala, badan, ekor, usus yang
sirkuler dan transparan (belum terpigmentasi), lokomosi menggunakan sirip ekor, bernapas
dengan insang, dan berhabitat akuatik. Habitat disini sangat mempengaruhi keberlangsungan
hidup kecebong dan hal ini sejalan dengan literatur Adanya penggunaan berbagai tipe habitat
oleh berudu dapat mempengaruhi struktur komunitasnya. Penggunaan tipe habitat diantaranya
yaitu sebagai tempat berkembangbiak, tempat makan serta melakukan aktivitas harian. Dalam
mempelajari struktur komunitas, perlu diperhatikan berbagai faktor diantaranya seperti
persaingan, pemangsaan dan iklim. struktur komunitas berudu dapat dipengaruhi oleh adanya
berbagai tekanan selektif. Berudu Anura hidup pada habitat yang berbeda dengan individu
dewasanya yaitu di sungai, rawa, genangan air dan kolam.
Selanjutnya yaitu pengamatan kecebong pada hari ke dua, dimana kecebong memasuki
stage 47. Pada fase ini, struktur tubuh larva atau berudu katak meliputi kepala, badan, ekor,
usus yang sirkuler dan transparan (belum terpigmentasi), lokomosi menggunakan sirip ekor,
bernapas dengan insang, dan berhabitat akuatik. Di hari ketiga pun kecebong masih berada
dalam stage 47. Pertumbuhan kecebong tidakmeningkat diduga karena faktor eksternal seperti
kurangnya kadar oksigen didalam air serta tinggi nya tingkat stress yang dialami pada
kecebong.
Pada hari ke empat, kecebong yang diamati mati sehingga dilakukan pengamatan pada
kecebong lain. Kecebong nomor 2 ini memiliki modifikasi tubuh yang jauh lebih kompleks
daripada kecebong pertama. Setelah dibandingkan sesuai literatur yang ada, Kecebong pada
hari ke empat ini memasuki stage 57. Pada fase ini, kecebong memiliki ciri-ciri sudah terdapat
insang sebagai organ pernapasan, ekor mulai memendek, ukuran tubuh bertambah besar,
namun ukuran kaki depan yang mulai mengecil.
Selanjutnya pada hari terakhir, yaitu hari kelima, kecebong berada dalam stage 59. Pada
fase ini, kecebong memiliki ciri-ciri sudah semakin sempurna dari stage sebelumnya. Dimana
terdapat insang sebagai organ pernapasan, ekor mulai memendek, ukuran tubuh bertambah
besar, dan sepasang kaki yang mulai tampak jelas. Kaki belakang berukurang lebih besar
daripada kaki depannya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tahap perkembangan mahluk hidup di dahului dengan adanya proses fertilisasi yaitu
peleburan sperma dan ovum yang akan menghasilkan inti zigot yang diploid. Dan setelah zigot
terbentuk akan mengalami pembelahan mitosis dan memulai tahapan perkembangan embrio.
Tahap perkembangan embrionik ini disebut juga embriogenesis yaitu proses perkembangan dari
zigot dengan perkembangan organ tubuh (organogenesis). Sehingga terbentuk individu yang
fungsional. Proses tersebut meliputi proses pembelahan morulasi, blastulasi, gastrulasi, neurulasi,
dan organogenesis. Kecepatan pembelahan masing-masing organisme berbeda-beda tergantung
dari tipe sel telur atau jumlah dan penyebaran yolknya. Makin banyak yolk maka makin lambat
kecepatan pembelahannya, begitu pula sebaliknya. Jumlah yolk juga mempengaruhi pembelahan
yang merata dan tidak merata pada waktu morula.
Metamorfosis adalah perubahan bentuk secara bertingkat dari masa muda hewan menjadi
dewasa. Metamorphosis dibagi menjadi dua jenis yaitu metamorphosis sempurna dan
metamorphosis tidak sempurna. Katak termasuk kedalam kelompok amphibi yang tergolong
kedalam hewan dengan metamorphosis sempurna. Yaitu dari bentuk telur, menjadi berudu,
kemudian berudu berkaki, katak berekor, dan katak dewasa.
B. Saran
1. Dengan adanya makalah ini, pembaca dapat mempelajari dan lebih mengenal tentang
proses perkembangan Katak dan Amphioxus.
2. Diharapkan makalah ini mampu dijadikan sebagai bahan bacaan yang erat kaitannya
dengan alam dan proses kehidupan suatu makhluk hidup yang tak bisa lepas dari
kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah,dkk.2015. Kelimpahan Kodok Jam Pasir Leptophryne Borbonica Di Sepanjang Aliran
Sungai Cisuren, Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/bioma/article/download/2050/1616 diakses 2 Mei 2020
Kasmeri,Ria. 2015. Induksi Kejutan Suhu 360 C Terhadap Perkembangan Embrio Dan
Keberhasilan Poliploidisasi Katak (Rana Cancrivora). http://dx.dot.org/10,2220/jp.2015.v6i.299
diakses 2 Mei 2020
Kimball, J.W. 1993. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga: Jakarta.
Patten, B.M. 1974. Foundations of Embryology. New Delhi: McGrawHillbook Co., Inc.
Rahman,dkk.2016. Berudu Anura Di Sungai Kedurang, Bengkulu Selatan Dan Pusat Pendidikan
Konservasi Alam Bodogol, Jawa Barat. 12950-journal Text-37866-1-10-20160818.pd diakses 2
Mei 2020
Suryanti,dkk.2020. Studi Osifikasi dan Morfokinetik Berudu Katak Rana catesbeiana Shaw.
dengan Alizarin Red.
http://biosaintropis.unisma.ac.id/index.php/biosaintropis/article/download/240/192/ diakses 2 Mei
2020
Foto
Atas
Foto
Sampi
ng
Foto
Bawah
Peraku Hari 2
an 1 2 3 4 5
Foto
Atas
Foto
Sampi
ng
Foto
Bawah
Peraku Hari 3
an 1 2 3 4 5
Foto
Atas
Foto
Sampi
ng
Foto
Bawah
Peraku Hari 4
an 1 2 3 4 5
Foto
Atas
Foto
Sampi
ng
Foto
Bawah
Perakua Hari 5
n 1 2 3 4 5
Foto
Atas
Foto
Samping
Foto
Bawah
Perakuan Hari 1
1 2 3 4 5
Foto Atas
Foto
Samping
Foto Bawah
Perakuan Hari 2
1 2 3 4 5
Foto Atas
Foto
Samping
Foto Bawah
Perakuan Hari 3
1 2 3 4 5
Foto Atas
Foto
Samping
Foto Bawah
Perakuan Hari 4
1 2 3 4 5
Foto Atas
Foto
Samping
Foto Bawah
Perakua Hari 5
n 1 2 3 4 5
Foto
Atas
Foto
Samping
Foto
Bawah
2 (Selasa,
28 April
2020)
3 (Rabu,
29 April
2020)
4 (Kamis,
30 April
2020)
5 (Jumat, 1
April
2020)
Lampiran ( Amabel Reynaldo Adika A1D018035)
3 (Minggu
, 26 April
2020)
4 (Senin,
27 April
2020)
5 (Jumat, 1
Mei 2020)