Anda di halaman 1dari 19

TUGAS TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH

MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH PADA INDUSTRI SEMEN

Disusun Oleh :
Addiva Febrioka ( I0517001 )
Adistya Hilga Pratiwi Aprilia . ( I0517002 )
Affiano Akbar Nur Pratama ( I0517003 )
Ahmad Jihad ( I0517004)

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ 1


DAFTAR ISI………. ....................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 3
I.2 Rumusan Masalah.................................................................................................... 3
I.3 Tujuan………. ......................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Definisi Semen ........................................................................................................ 5
II.2 Klasifikasi Semen.................................................................................................... 5
II.3 Bahan Baku Industri Semen .................................................................................... 6
II.4 Produk Industri Semen ............................................................................................ 8
II.5 Karateristik Limbah Industri Semen........................................................................ 9
II.6 Proses Pengolahan Limbah .................................................................................... 10
II.7 Standar Baku Mutu Limbah Industri Semen ......................................................... 14
II.8 Metode Pengolahan Limbah .................................................................................. 16
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan…….… ............................................................................................... 18
III.2 Saran……...…..… .................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dewasa ini, nyaris tak ada bangunan, rumah, infrastruktur dan
gedung-gedung pencakar langit berdiri tanpa bantuan semen. Dibalik
manfaat produsi semen yang dijadikan bahan bangunan, industri semen
ternyata lekat dengan isu negatif lingkungan, antara lain bahan baku utama
adalah kapur dan tanah liat yang merupakan bahan alam yang tidak dapat
diperbaharui. Terlebih limbah yang dihasilkan juga cukup berbahaya jika
tanpa ada pengolahan yang lebih baik.
Semen mempunyai empat komponen bahan kimia utama yaitu
kapur (batu kapur), silika (pasir), alumina (tanah liat) dan besi oksida (biji
besi). Sedikit gipsum biasanya ditambahkan pada saat penghalusan untuk
memperlambat pengerasan. Suatu Industri semen atau pabrik semen
tentulah mempunyai limbah dari pengolahan-pengolahan bahan baku
tersebut, diantaranya NOx, SOx, COx, hidrokarbon, bau dan partikel yang
termasuk limbah gas dan limbah B3.
Teknologi pengolahan emisi pencemaran lingkungan oleh industri
telah berkembang seta digunakan untuk mengurangi, menurunkan, dan
menghilangkan kadar pencemaran unsur-unsur limbah proses yang
dihasilkan. Teknologi pengolahan limbah pencemar mulai dari limbah
padat, limbah cair serta limbah gas sangat diperlukan untuk mengurangi
kadar pencemar tersebut.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian semen, karakteristik, dan bahan baku semen ?
2. Bagaimana standar baku mutu limbah semen ?
3. Bagaimana metode pengolahan buangan pada industri semen ?
4. Bagaimana pengolahan limbah padat, cair, dan gas pada industri
semen ?

3
I.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi, karakteristik, dan bahan baku semen
2. Mengetahui standar baku mutu pada semen
3. Menjelaskan tentang metrode pengolahan buangan pada industri semen
4. Mengetahui pengolahan limbah padat, cair, dan gas pada industri semen

4
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Definisi Semen


Semen berasal dari bahasa latin “cementum”, dimana kata ini mula-
mula dipakai oleh bangsa Roma yang berarti bahan atau ramuan pengikat,
dengan kata lain semen dapat didefinisikan adalah suatu bahan perekat
yang berbentuk serbuk halus, bila ditambah air akan terjadi reaksi hidrasi
sehingga dapat mengeras dan digunakan sebagai pengikat (mineral glue).
Semen merupakan perekat hidraulik yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terdiri dari bahan utama silikat-silikat kalsium
dan bahan tambahan batu gypsum dimana senyawa-senyawa tersebut dapat
bereaksi dengan air dan membentuk zat baru bersifat perekat pada
bebatuan. Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang
dikandungnya. Adapun bahan utama yang dikandung semen adalah kapur
(CaO), silikat (SiO2), alumunia (Al2O3), ferro oksida (Fe2O3), magnesit
(MgO), serta oksida lain dalam jumlah kecil (Rahadja, 1990).

II.2. Klasifikasi Semen


Secara umum, semen dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu:
a. Semen non hidraulis adalah semen yang tidak dapat mengeras dalam
air atau tidak stabil dalam air. Contoh semen non hidraulis (hydraulic
binder) adalah lime dimana lime ini merupakan perekat klasik dalam
bangunan yang dibuat dengan memanaskan limestone pada suhu
850oC. CaCO3 dari limestone akan melepaskan CO2 dan menghasilakn
burn lime atau quick lime (CaO).
CaCO3 + H2O Ca(OH)2 + CO2
Produk ini bereaksi cepat dengan air menghasilkan Ca(OH)2 dalam
butiran yang halus dan Ca(OH)2 ini tidak dapat mengeras dalam air
tetapi dapat mengeras bila bereaksi dengan CO2 dari udara membentuk
CaCO3 kembali.

5
b. Semen hidraulis adalah semen yang dapat mengeras dalam air
menghasilkan padatan yang stabil dalam air. Oleh karena mempunyai
sifat hidraulis, maka semen tersebut bersifat:
 Dapat mengeras bila dicampur air
 Tidak larut dalam air
 Dapat mengeras walau didalam air
Contoh semen hidraulis adalah semen Portland, semen campur, semen
khusus dan sebagainya.

II.3. Bahan Baku Industri Semen


Bahan baku dalam pembuatan semen terdiri dari tiga kategori yaitu
bahan baku utama, bahan korektif dan bahan tambahan (aditif). Penjelasan
mengenai ketiga bahan baku tersebut:
II.3.1. Bahan Baku Utama
Bahan baku utama merupakan bahan dasar dalam industri
semen. Bahan baku utama terdiri dari:
a. Batu kapur (Limestone)
Batu kapur merupakan bahan baku utama pembuatan
semen karena memiliki kadar CaCO3 tinggi. Batu kapur
mempunyai tingkat kekerasan berbeda-beda tergantung dari
umur geologinya. Semakin tua umurnya maka akan semakin
keras. Kekerasan batu kapur secara umum adalah 1,8 – 5,0 skala
mohr dan specific gravity 2,6 – 2,8. Dalam keadaan murni, batu
kapur berwarna putih karena dipengaruhi oleh adanya
komponen tanah liat dan oksida besi. Batu kapur sebagai bahan
baku dalam pembuatan semen mempunyai kadar CaO sebesar
50% - 60% dan kadar airnya sekitar 5%.
b. Tanah liat (Clay)
Tanah liat (SiO3.2H2O) termasuk ke dalam kelompok
mineral Siliceous dan Argillaceous, yaitu mineral sumber silika
(SiO2), besi alumina (Fe2O3), serta kandungan CaCO3 kurang
dari 75%. Tanah liat pada dasarnya terdiri atas berbagai variasi

6
komposisi. Pada umumnya tanah liat merupakan senyawa
alumina silica hydrate dengan kadar H2O maksimal 25% dan
kadar A12O3 minimal 14%..
II.3.2. Bahan Korektif
Bahan korektif merupakan bahan baku penambah untuk koreksi
bahan baku ketika terjadi kekurangan. Bahan korektif antara lain:
a. Pasir Silika (SiO2)
Pada umumnya pasir ini tercampur dengan benda-benda
logam lainnya sehingga potensinya kurang dari 100%. Pasir
silika dengan kadar 95% merupakan bahan baku baik dalam
pembuatan semen.
b. Copper Slag (Fe2O3)
Copper slag digunakan sebagai pengoreksi kekurangan
kandungan Fe2O3 pada tanah liat. Pasir besi harus mempunyai
kandungan Fe2O3 yang lebih dari 75% agar dapat menambah
kekurangan kandungan besi pada tanah liat. Kekurangan besi
oksida dapat menyebabkan kehilangan kekuatan semen yang
justru menjadi sifat utama kualitas suatu produk semen. Selain
sebagai bahan baku korektif, copper slag juga berfungsi sebagai
penghantar panas pada proses pembuatan terak (klinker).
Copper slag mempunyai sifat menggumpal dan merupakan
komponen dengan berat jenis terbesar dari komponen lainnya.
c. Limestone (CaCO3)
Limestone digunakan sebagai pengoreksi apabila kadar
CaO dalam bahan baku kurang. Limestone yang digunakan
adalah yang mempunyai kadar CaO tinggi yaitu jenis High
Grade Limestone.

7
II.3.3. Bahan Tambahan (Aditif)
Bahan tersebut ditambahkan dalam klinker agar didapatkan sifat-
sifat tertentu. Bahan-bahan tambahan adalah :
II.1 Batuan gypsum (CaSO4.2H2O)
Bahan baku tersebut diperoleh dari limbah pabrik
Petrokimia. Batu gips ini dipakai sebagai bahan campuran pada
terak untuk digiling pada penggilingan akhir. Tujuan penambahan
gips pada saat penggilingan terak adalah untuk memperlambat
pengerasan pada semen, mencegah adanya false set, serta
memberikan kekuatan tekanan pada semen.
II.2 Trass
Trass adalah bahan hasil letusan gunung berapi yang
berbutir halus dan banyak mengandung oksida silika amorf (SiO2)
dan telah mengalami pelapukan hingga derajat tertentu.
II.3 Fly Ash
Fly ash merupakan abu dari sisa pembakaran batu bara
dengan kandungan oksida silika amorf (SiO2) sebesar 40,06%.
Penambahan bahan ini yaitu untuk meningkatkan kuantitas produk
semen.

II.4 Produk Industri Semen


Meninjau dari pabrik Semen Indonesia, produk yang dihasikan ada
2 jenis semen yaitu :
II.4.1. Ordinary Portland Cement (OPC)
OPC merupakan semen campuran dengan limestone sebagai
bahan tambahan pada campuran terak dan gypsum pada proses
penggilingan akhir. OPC diproduksi di Pabrik Tuban III. Semen
ini merupakan semen hidrolis untuk konstruksi khusus yang
tidak memerlukan ketahanan sulfat, persyaratan panas hidrasi,
dan kekuatan awal yang tinggi. OPC digunakan untuk industri
besar seperti gedung-gedung bertingkat, jembatan, landasan
pacu, dan jalan raya.

8
II.4.2. Portland Pozzolan Cement (PPC)
PPC merupakan semen campuran dengan pozzolan sebagai
bahan tambahan pada campuran terak dan gypsum pada proses
penggilingan akhir. PPC diproduksi di Pabrik Tuban I dan
Tuban II. Semen ini digunakan untuk konstruksi umum yang
tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Semen ini
digunakan untuk bangunan perumahan, bendungan, dam, irigasi,
bangunan tepi pantai, daerah rawa/gambut, dan bahan bangunan
(genteng dan ubin).

II.5 Karakteristik Limbah Industri Semen


Limbah yang terbesar dari industri semen atau pabrik semen adalah
debu dan partikel, yang termasuk limbah gas dan limbah B3. Udara
adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap yang
diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara
mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NOx, CO2, CO, H2, hidrokarbon
dan lain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan
alami akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara.
Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian
yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin
terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap,kabut dan fume-
Sedangkan pencemaran berbentuk gas dapat dirasakan melalui penciuman
(untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung.
Untuk beberapa bahan tertentu zat pencemar ini berbentuk padat
dan cair. Karena suatu kondisi temperatur ataupun tekanan tertentu bahan
padat/cair itu dapat berubah menjadi gas. Baik partikel maupun gas
membawa akibat terutama bagi kesehatan,manusia seperti debu batubara,
asbes, semen, belerang, asap pembakaran,uap air, gas sulfida, uap
amoniak, dan lain-lain. Untuk limbah yang tergolong B3 yang umumnya
berbentuk pelumas bekas, kami memiliki prosedur penanganan dan
pengelolaan yang ketat.

9
II.6 Proses Pengolahan Limbah
II.6.1. Limbah Padat
Pada industri semen, limbah padat yang ditimbulkan berupa
debu. Debu yang dikeluarkan melalui cerobong adalah hasil dari
suatu proses, sebagai contoh limbah debu tersebut berasal dari
raw material (lime stone, sand dan clay), raw meal, clinker,
semen serta batubara.
Penambahan alat penangkap debu dalam industri semen
sangat diperlukan, jika alat ini bekerja dengan baik maka debu
yang keluar hanya mengandung debu yang sangat halus. Emisi
debu ini dapat ditekan sampai 80 mg/m3, pabrik-pabrik baru telah
direncanakan dibangun untuk tingkat emisi tersebut. Selain
penekanan emisi debu dapat pula melakukan penanaman pohon
pada bekas areal tambang dengan menggunakan tanaman tropis.
Pabrik semen merupakan pabrik yang unik dalam hal
penanganan debu, baik dari sisi dalam pabrik maupun sisi luar
pabrik, semua menghendaki emisi debu seminimal mungkin. Dari
pihak pabrik debu identik dengan uang, sehingga makin banyak
debu yang keluar makin besar pula uang yang hilang, sehingga
dust emission treatment dilakukan untuk menekan jumlah debu
yang terlepas.
Untuk menghilangkan material dalam udara, pembersihan
udara dan pengumpulan debu dilakukan dengan berbagai macam
peralatan deduster. Cara kerja deduster diukur berdasarkan
efisiensi dan pressure dropnya, efisiensi presipitasi yaitu
perbandingan debu yang berhasil dikumpulkan dibandingkan
dengan dust total yang masuk kedalam peralatan. Pressure drop
adalah selisih antara tekanan statis pada inlet dan outlet peralatan
dedusting.
Berdasarkan evaluasi terhadap efisiensi dan emisi debu
standar, electrostatic Precipitator dan filter deduster yang baik
digunakan. Berikut uraian alatnya:

10
1. Electrostatic Precipitator
Prinsip sederhana dari electrostatic precipitator adalah
proses pemberian muatan elektrostatic pada partikel abu
dengan suatu discharge corona dan melewatkannya melalui
medan listrik yang bertujuan agar partikel tertarik
kepermukaan collecting. Unsur-unsur dasar dari sebuah
precipitator, termasuk sumber tegangan yang tidak
terkontrol, corona atau discharge electrodes, collecting
electrodes dan semua yang berhubungan dengan collecting.
Prinsip kerja dari Electrostatic Precipitator adalah
memberi muatan secara elektris pada partikel-partikel fly ash
agar dapat diikat dari flue gas. Precipitator merupakan
kombinasi dari langkah ionisasi dan collecting. Abu yang
berasal dari sisa pembakaran atau debu semen mula-mula
tidak bermuatan, setelah adanya proses emiting (pemberian
muatan negatif), abu kemudian bermuatan negatif dan
akibatnya abu akan tertarik ke collecting yang bermuatan
positif. Material yang dikumpulkan oleh Electrostatic
Precipitator adalah abu terbang (fly ash) yang jumlahnya
cukup besar.
2. Filter Deduster (Dust Collector)
Keberadaan bagian filter temyata tidak terabaikan
terutama untuk system dedusting kecil, seperti pada conveyor
system, silo, packing plant dan sebagainya. Bagian filter
dapat digolongkan dalam tiga jenis menurut jumlah gas yang
disaring, yaitu:
1. Pocket filter
Pocket filter digunakan untuk dedusting dengan jumlah
gas kecil, sampai 10.000 m3/jam.
2. Bagian filter
Bagian filter digunakan untuk dedusting dengan jumlah
gas menengah, sampai 10.000 - 40.000 m3/jam.

11
3. Bagian House
Bagian House digunakan untuk dedusting dengan jumlah
gas sangat banyak, sampai 4.000.000 m3/jam.
Teknologi yang berkembang pada saat ini dalam usaha
untuk meningkatkan efisiensi penangkap debu ada 2 jenis,
yaitu:
1. Pemakaian udara bertekanan yang dimasukkan dalam
bagian untuk pembersihan (jet cleaning)
2. Pemakaian filter media baru dalam hal ini dipakai jenis
filter media yang baru (neddle felts)
Pada dedusting digunakan bag filter, pemilihan media
penyaring menduduki peran yang sangat penting, pemilihan
media yang salah akan berakibat fatal. Kriteria pemilihan
yang dimaksudkan adalah :
1. Macam penyaringan, terutama prinsip pembersihan
2. Suhu gas yang disaring, rata-rata dan tertinggi
3. Komposisi kimia, komponen gas dan sifat-sifatnya
4. Konsentrasi debu yang akan disaring
5. Detajat pembersihan (konsentrasi debu gas bersih)
Media yang paling banyak adalah cotton dan woll,
kemudian ada serat sintetis yang digunakan. Serat kaca, serat
mineral, serat logam, juga kadang-kadang digunakan untuk
kondisi khusus. Pada intisari semen yang paling banyak
dipakai adalah polyester, polyacrynitrite dan polyamide yang
terhumidifikasi.
Berikut akan dijelaskan mengenai cara kerja alat
Filter Deduster (Dust Collector):
Udara yang mengandung debu dihisap oleh fan yang
diletakkan di ujung dekat bag filter. Sebelum dikeluarkan
udara yang mengandung debu dilewatkan kantong-kantong
penangkap debu. Debu akan menempel pada kantong
sedangkan udara bebas akan dikeluarkan lewat cerobong.

12
Pengaturan pengeluaran debu dari kantong filter dilakukan
oleh remote cyclic timer secara periodic dan solenoid valve
akan terbuka. Akibat bukaan valve ini maka udara bertekanan
akan mengalir sehingga mampu mengeluarkan debu-debu
yang menempel pada kantong penangkap debu.
II.6.2. Limbah Cair
Dibanding sektor industri yang lain, industri semen relatif
tidak menghasilkan limbah cair mengingat penggunaan teknologi
berbasis proses kering dalam pembuatan semen, tidak
menyertakan penggunaan air. Limbah cair dihasilkan dari
pencucian mesin mesin atau peralatan dan limbah minyak IDO
yang terjadi karena kebocoran pada pipa-pipa.
Penanganan limbahnya yaitu dengan mengalirkan limbah
ke parit yang kemudian akan ditampung ke dalam bak-bak
dipisahkan. Di bak-bak tersebut terdapat nozzle yang berfungsi
memisahkan antara limbah minyak dan air dengan memanfaatkan
gaya sentrifugal dan perbedaan gravitasi antara keduanya,
sehingga terpisahkan. Hasil penyaringan air akan dialirkan ke
sungai sedangkan minyak akan dipompa masuk ke dalam truck
untuk dibawa ke lahan kosong biasanya minyak ini dibakar atau
digunakan untuk pelatihan pemadam kebakaran
II.6.3. Limbah Gas
Limbah gas ini biasanya berasal dari kondisi pembakaran
yang tidak sempurna sehingga menghasilkan gas CO. Kadar CO
sangat dihindari karena apabila bereaksi lanjut dengan oksigen
akan menimbulkan panas (ledakan). Selain CO, polutan gas
lainnya adalah NOx, N2, SO2, CO2, dan O2 sisa. Komponen ini
terkandung dalam batu bara yang digunakan sebagai bahan bakar
di dalam rotary kiln.
Polutan gas utama yang perlu diperhatikan adalah CO dan
NOx, karena polutan ini mengganggu berjalannya proses apabila
terjadi kenaikan kadar. NOx terbentuk dari udara yang dipanaskan

13
pada temperature tinggi. Pada temperatur tinggi, oksigen dan
nitrogen mengalami disosiasi sehingga terbentuk NOx.
Pengukuran kadar NOx ini cukup memberikan gambaran terhadap
kondisi pembakaran di dalam kiln. Normalnya pada temperatur
1600-1700 oC, kadar NOx pada gas sekitar 50 ppm.
Penanganan limbah gas adalah dengan membuat konstruksi
cerobong asap setinggi mungkin (67 m). Hal ini bertujuan agar
gas buang tidak sampai mencemari lingkungan sekitarnya, dengan
konstruksi cerobong yang tinggi maka konsentrasi gas buang
dapat diperkecil karena terjadinya pengenceran oleh udara bebas.
Untuk penanganan limbah gas CO dilakukan pengawasan pada
inlet maupun outlet top cyclone, sehingga apabila kadar CO sudah
mencapai 1 persen maka operasi EP akan dihentikan untuk
mencegah terjadinya ledakan.

II.7. Standar Baku Mutu Limbah Industri Semen


Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 13 Tahun 1995 tanggal 7 Maret 1995
BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI SEMEN
Batas Maksimum
No Sumber Parameter
mg/m3
Total Partikel 80
Sulfur Dioxide
750
Tanur Putar (SO2)
1
(Kiln) Nitrogen Oxide
900
(NO2)
Opasitas 20 %
Pendingin Terak Total Partikel
2 80
(Clinker Cooler)
 Milling
3  Grinding Total Partikel 80
 Alat Pengangkut

14
(Conveying)
 Pengepakan
(Bagging)

Total Partikel 200

Tenaga Ketel Uap Sulfur Dioxide


4 750
(Power Boiler) (SO2)
Nitrogen Oxide
900
(NO2)

Catatan :
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Volume Gas dalam keadaan standar (25°C dan Tekanan 1 atm)
- Konsentrasi partikel untuk sumber pembakaran (misal Kiln) harus
dikoreksi sampai 10% Oksigen.
- Batas maksimum total partikel untuk :
(1) Proses basah = 250 mg/m3.
(2) Shalt Kiln = 500 mg/m3.
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan
dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan
pengamatan total partikel.
- Pemberlakukan BME untuk 95 % waktu operasi normal selama tiga
bulan ( Anonim, 2012 ).

15
II.8. Metode Pengolahan Limbah
Dibanding sektor industri yang lain, industri semen relatif tidak
menghasilkan limbah cair mengingat penggunaan teknologi berbasis
proses kering dalam pembuatan semen, tidak menyertakan penggunaan air.
Hanya sebagian kecil saja air limbah yang dihasilkan dalam bentuk air
limpasan dari proses pendinginan, yang dialirkan kembali ke empat
penampungan melalui mekanisme sirkulasi tertutup untuk kemudian
digunakan kembali (Anonim, 2011).
Pada dasarnya limbah padat bukan B3 yang dihasilkan terdiri dari
tiga jenis, yakni material rusak, sampah domestik, dan barang-barang avfal
(rusak atau bekas pakai). Material rusak adalah material dari proses
produksi pembuatan semen yang gagal, sehingga pengelolaannya
dilaksanakan dengan cara pemanfaatan kembali melalui proses daur ulang.
Untuk limbah yang tergolong B3 yang umumnya berbentuk
pelumas bekas, kami memiliki prosedur penanganan dan pengelolaan yang
ketat. Sebagian besar pelumas bekas dikelola dengan pemanfaatan kembali
untuk pelumasan peralatan pabrik, yang tidak memerlukan minyak
pelumas berkualitas bagus dalam prosedur perawatan/pemeliharaan.
Sedangkan pelumas bekas yang tidak dapat digunakan kembali dan grease
atau minyak gemuk bekas pakai, akan dicampur dengan oil sludge untuk
dibakar dan digunakan sebagai alternatif bahan bakar.
Limbah membutuhkan pengolahan bila ternyata mengandung
senyawa pencemaran yang berakibat menciptakan kerusakan terhadap
lingkungan. Suatu perkiraan harus dibuat lebih dahulu dengan jalan
mengidentifikasi:sumber pencemaran, kegunaan jenis bahan, sistem
pengolahan,banyaknya buangan dan jenisnya, kegunaan bahan beracun
dan berbahaya yang terdapat dalam pabrik. Ada limbah yang langsung
dapat dibuang tanpa pengolahan, ada limbah yang setelah diolah
dimanfaatkan kembali. Dimaksudkan tanpa pengolahan adalah limbah
yang begitu keluar dari pabrik langsung diambil dan dibuang ( Jejak
Langkah, 2011).

16
Pengolahan limbah umumnya melibatkan tiga tahap, yaitu : Primer,
Sekunder dan Tersier. Selain pengolahan, dikenal juga istilah pengobatan
untuk limbah industri. Pengobatan berarti metode, teknik, atau proses yang
dirancang untuk mengubah karakter fisik, kimia atau biologi atau
komposisi dari setiap bantalan logam, berminyak, atau limbah organik
untuk menetralisir limbah tersebut atau untuk memulihkan logam, minyak,
atau konten organik dari limbah.
1. Pengolahan Limbah Terpusat
Pengolahan limbah terpusat merupakan sebuah fasilitas yang
dirancang untuk menangani pengolahan limbah berbahaya tertentu dari
industri dengan wastestreams. Pada air limbah yang mengandung bahan
berbahaya yang diangkut ke fasilitas untuk penyimpanan yang tepat,
pengobatan, dan pembuangan.
2. Elektroplating
Elektroplating adalah proses pelapisan di mana ion logam dalam
larutan digerakkan oleh medan listrik untuk melapisi
elektroda. Digunakan juga untuk menyimpan lapisan bahan
misalnya, abrasi dan ketahanan aus, korosi perlindungan dan pelumasan
Air limbah elektroplating biasanya berasal dari mencuci, membilas
kesedahan dan pada pH rendah ~ 3-5 dan berisi bentuk larut dari berbagai
logam. Proses ini melibatkan pretreatment (pembersihan, degreasing, dan
lainnya langkah persiapan), plating, pembilasan, pasivator, dan
pengeringan.
Metode khas untuk mengurangi dan menghilangkan logam larut
dari air limbah elektroplating adalah sebagai berikut :
1. Hujan dan Pembekuan
2. Flash Mix
3. Flokulasi
4. Clarifier, Plat Inclined
5. Sludge Penanganan clarifier
6. Sludge Dewatering

17
BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
Semen merupakan perekat hidraulik yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terdiri dari bahan utama silikat-silikat kalsium
dan bahan tambahan batu gypsum. Bahan baku dalam pembuatan semen
terdiri dari tiga kategori yaitu bahan baku utama, bahan korektif dan bahan
tambahan (aditif). Pada pabrik semen terdapat limbah yaitu sisa hasil
pengolahan yang bisa dimanfaatkan dalam bentuk lain. Limbah yang
terbesar dari industri semen atau pabrik semen adalah debu dan partikel,
yang termasuk limbah gas dan limbah B3.
Pada industri semen, limbah padat yang ditimbulkan berupa debu.
Untuk menghilangkan material dalam udara, pembersihan udara dan
pengumpulan debu dilakukan dengan berbagai macam peralatan deduster
Kedua terdapat limbah cair. Penanganan limbahnya yaitu dengan
mengalirkan limbah ke parit yang kemudian akan ditampung ke dalam
bak-bak dipisahkan. Di bak-bak tersebut terdapat nozzle yang berfungsi
memisahkan antara limbah minyak dan air
Ketiga, terdapat limbah gas. Limbah gas ini biasanya berasal dari
kondisi pembakaran yang tidak sempurna sehingga menghasilkan gas CO.
Penanganan limbah gas adalah dengan membuat konstruksi cerobong asap
setinggi mungkin.

III.2 SARAN
1. Mengoptimalkan teknologi pengolahan emisi serta limbah yang
terbentuk, terutama dalam industri semen.
2. Memperketat kembali baku mutu emisi yang digunakan sebagai acuan
limbah yang dapat dilepas ke lingkungan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Duda, Walter H., 1984, “Cement Data Book”, International process Engineering
in the cement Industry, 2nd Edition, Bauverlag GmbH, Wiesbaden and
Berlin, Mc DOnal and Evan, London.
Handbook, PT.Holcim Indonesia Tbk., Pabrik Cilacap.
HolderBank. 2000, “Cement Seminar Process Technology”, Swiss
Menteri Negara KLH, 1988, “Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup No.Kep-02/MENKLH/1/1988 tentang Pedoman
Penetapan Baku Mutu Lingkugan”, Sekretariat Men.KLH, Jakarta.
Menteri Negara KLH, 1995, “Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup No.Kep-13/MENKLH/3/1995 tentang Pedoman
Penetapan Baku Mutu Lingkugan”, Sekretariat Men.KLH, Jakarta.
Peter C, Hewlett., 2004, “Chemistry of Cement and Concrete”, Four edition.
Butterworth-Heinermann, London.
Purwitono, Eko., 2013, “Laporan Praktek Kerja PT.Holcim Indonesia Tbk. Pabrik
Cilacap”, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Rosenqvist T., 2004, “Principle of Extractive Metalurgy”, Second Edition, Tapir
Academic Press, Throndeim.
Perry, R.H and Chilton, C.H., 1999,” Perry’s Chemical Engineering Handbook”,
Chemical Published Co.Inc., New York.
www.energyefficiencyasia.org/2007/12/25/Proses-Pembuatan-Semen-pada-PT.
Holcim-Indonesia-Tbk/. Diakses 2 Maret 2019

19

Anda mungkin juga menyukai