Sistem Koordinasi1 PDF
Sistem Koordinasi1 PDF
Deskripsi singkat :
Sistem saraf merupakan sistem yang memiliki fungsi regulasi pada tubuh
manusia selain sistem endokrin. Sistem saraf menerima dan memroses stimulus
dari lingkungan dan dari dalam tubuh sendiri dengan sistem sensorik serta
mengatur berbagai fungsi organ tubuh dengan sistem motorik baik yang disadari
maupun yang otonom. Berbagai fungsi yang kompleks tersebut dilakukan oleh
jaringan saraf yang terdiri dari sistem saraf pusat (otak dan medulla spinalis) dan
sistem saraf perifer. Sistem indera merupakan bagian sistem sensorik yang
menerima stimulus dari dalam tubuh sendiri maupun dari luar. Stimulus tersebut
akan diterjemahkan menjadi impuls saraf yang akan disampaikan ke sistem saraf
pusat untuk diolah dan akan menjadi dasar fungsi sistem motorik pada sistem
saraf. Berbagai kelainan pada sistem saraf dan indera menghasilkan berbagai
penyakit terutama kelainan neurologis dan psikiatris yang sebagian besar
menyebabkan kelainan permanen dengan biaya perawatan yang besar. Untuk itu
pemahaman tentang struktur dan fungsi dasar sistem saraf dan indera diperlukan
dalam upaya mempelajari pencegahan dan penanggulangan berbagai penyakit.
Pada modul sistem saraf dan indera yang diberikan pada minggu ke 3 dan ke 4
blok 3 ini, mahasiswa diharapkan mempelajari dasar-dasar sistem saraf dan
indera sehingga dapat digunakan sebagai dasar mempelajari fungsi yang lebih
kompleks dari sistem saraf beserta kelainan - kelainan yang banyak dijumpai di
klinis pada blok-blok yang lebih lanjut.
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari modul ini maka mahasiswa diharapkan dapat
menjelaskan struktur & fungsi sistem saraf dan sistem indera serta perannya
dalam homeostasis.
Materi pembelajaran :
1. Prinsip umum jaringan saraf
2. Penjalaran impuls saraf
3. Regulasi fungsi visceral
4. Sistem somatosensorik, propriosepsi dan nyeri
5. Sistem somatomotorik
6. Indera kimiawi
7. Mata dan fungsi penglihatan
8. Telinga dan fungsi pendengaran
9. Sensasi vestibularis
Outcome pembelajaran :
Setelah mempelajari modul ini maka mahasiswa diharapkan dapat
1. menjelaskan prinsip umum struktur dan fungsi jaringan saraf dalam
hubungannya dengan homeostasis
2. menjelaskan mekanisme dasar pada sel saraf dalam menyampaikan
informasi
3. menjelaskan kontrol fungsi visceral oleh jaringan saraf
4. menjelaskan sistem somatosensorik, propriosepsi dan nyeri
5. menjelaskan sistem somatomotorik dan reflex
6. menjelaskan deteksi sensasi kimiawi
7. menjelaskan deteksi sensasi penglihatan
8. menjelaskan deteksi sensasi pendengaran
9. Menjelaskan deteksi sensasi vestibularis
Rencana kegiatan pembelajaran harian :
Minggu 1
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
07.00 – K: Sistem
08.00 Somato
sensorik
08.00 – K: Dasar K: Pratikum Pratikum K: Sistem Seminar
09.00 Struktur Penjalaran A. Anat D. Anat Somato mahasis-
dan sinyal pada Sistem Sistem motorik wa
Fungsi sel saraf saraf tepi saraf tepi
system
saraf
09.00 – Tutorial K: Tutorial
10.00 Pengaturan
fungsi
visceral
10.00 – Rapat
11.00 Seminar
11.00 – Pratikum Pratikum Pratikum Pratikum
12.00 A. Anat C. Anat B. Anat C. Anat
12.00 – Sistem Sistem Sistem Sistem
13.00 saraf saraf pusat saraf tepi saraf tepi
13.00 – pusat B. Faal D. Faal A. Faal
14.00 C. Faal Refleks Refleks Refleks
Refleks
14.00 – Pratikum Pratikum
15.00 B. Anat D. Anat
15.00 – Sistem Sistem
16.00 saraf saraf pusat
16.00 – pusat
17.00
Minggu 2
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
07.00 – K: Telinga
08.00 dan fungsi
Pendengaran
08.00 – K: Pratikum Pratikum K: Sistem Seminar
09.00 Stimulus A. Anat D. Anat vestibularis mahasiswa
Kimiawi Mata & Mata &
09.00 – Tutorial K: Mata Telinga Telinga Tutorial
10.00 dan fungsi
penglihtan
10.00 – Rapat
11.00 seminar
11.00 – Pratikum Pratikum Pratikum Pratikum
12.00 C.Faal B.Faal B. Anat C. Anat
12.00 – Visus & Visus & Mata & Mata &
13.00 sensasi sensasi Telinga Telinga
13.00 – taktil taktil D.Faal A.Faal
14.00 Visus & Visus &
sensasi sensasi
taktil taktil
Penjabaran rencana kegiatan pembelajaran harian :
1. DISKUSI TUTORIAL
Kegiatan tutorial dilakukan pada kelompok kecil berjumlah 10 orang
sehingga secara keseluruhan ada 16 kelompok tutorial yang masing-masing
didampingi oleh seorang tutor. Diskusi tutorial dilakukan 2 kali @ 2 jam per
minggu di ruang diskusi kelompok. Tutor berfungsi sebagai fasilitator diskusi dan
tidak melakukan kuliah di dalam diskusi kelompok tersebut. Setiap minggu
diskusi akan membahas satu skenario. Langkah-langkah diskusi menggunakan
metode seven jump sebagai berikut :
Langkah pertama : Klarifikasi istilah dan konsep
Langkah kedua : Mendefinisikan problem
Langkah ketiga : Menganalisa problem
Langkah ke-empat : Membuat inventarisasi sistematik dari
Berbagai penjelasan yang telah
dikemukakan pada langkah ketiga
Langkah kelima : Memformulasikan tujuan belajar
Langkah keenam : Mencari informasi diluar kelompok diskusi
Langkah ketujuh : Mengemukakan dan mendiskusikan
informasi yang didapat
Langkah pertama hingga kelima dilakukan pada pertemuan pertama dan langkah
ketujuh dilakukan pada pertemuan kedua.
Skenario kedua:
Preparing meal
Tika's mother started preparing meal for integrated health post
(Posyandu) activity at 5 AM. The posyandu will start earlier than usual because
the health workers also have to give vitamin A to the children. Mother asked Tika
to help her get the glasses from the storage. Tika should climb to a chair to be
able to reach the boxes in the closet. She knew that she must maintain her
balance to do it safely. Her mother told her to pick the green box first. She got the
box out from the closet but suddenly the room became dark. Tika was scared but
tried to be calm. After she could stand on the floor, she tried to recognized the
table behind her with her fingers. For several seconds she could not see
anything, but slowly she could see some blurred images.
While she was trying to find her way out from the storage she heard the
phone rang. She tried to reach the phone as fast as she could because she knew
that her mother was busy in the kitchen. Nobody else was around except her
grandfather and he often could not hear the phone ring. Unfortunately, Tika was
not fast enough to pick up the phone, but she was glad to find out that the light
was turned on in the rest of the house. When she came to the kitchen, mother
was carrying some baked cookies in her hand. "Smells good, mother," said Tika.
Tika touched the cookies with his fingers. They were still hot, but she manages to
pick off a small piece and ate it. "Hmmmm .....it is very sweet".
2. KULIAH
Kuliah dilakukan di ruang kuliah yang dapat menampung 160 mahasiswa.
Alat bantu yang digunakan adalah LCD projector dan OHP. Metode
pembelajaran yang digunakan adalah ceramah dengan membuka kemungkinan
tanya jawab seluas mungkin. Setiap kuliah akan membahas satu topik yang
berkaitan dengan skenario yang dibanas pada minggu tersebut. Topik kuliah
akan mencakup ilmu-ilmu Anatomi, Histologi, Fisiologi dan Biokimia yang
berkaitan dengan topik kuliah tersebut sehingga mahasiswa diharapkan dapat
belajar secara lebih integratif dan menyeluruh dan tidak terkotak-kotak pada
disiplin ilmu yang sebenarnya saling terkait tersebut. Diharapkan mahasiswa
akan lebih mampu menggunakan hasil belajar yang lebih integratif ini dalam
memahami struktur dan fungsi tubuh manusia dalam keadaan sehat maupun
dalam keadaan sakit yang akan dipelajari pada blok-blok tahun berikutnya.
Berikut ini akan dibahas tentang hal-hal pokok dalam setiap topik kuliah.
Neuron
Neuron pada dasarnya sama dengan sel-sel yang lain memiliki
badan sel dengan nukleus, retikulum endoplasma, ribosom, badan Golgi,
mitokondria, sitoskeleton dan organella lain yang penting bagi fungsi sel.
Ciri utama neuron adanya struktur yang khas, kemampuan membran
selnya dalam meneruskan sinyal elektrik dan adanya kemampuan untuk
melakukan komunikasi interselular yang khusus melalui sinapsis. Bentuk
khas neuron adalah adanya prosesus yang bercabang-cabang dari badan
sel yang disebut neurit. Neurit dapat dibagi menjadi 2 yaitu dendrit dan
akson. Satu neuron dapat memiliki lebih dari satu dendrit namun satu
neuron hanya memiliki satu akson saja. Biasanya dendrit dan badan sel
akan menerima sinyal dari neuron lain yang membentuk sinapsis dengan
neuron tersebut. Daerah pangkal akson (axon hillock) menggabungkan
dan mengintegrasikan sinyal yang didapat pada dendrit dan badan sel
tersebut dan memutuskan apakah sinyal akan diteruskan ke ujung akson
atau tidak. Sebagian besar akson bercabang pada ujungnya. Namun ada
juga yang memiliki percabanagn dekat dengan daerah pangkalnya.
Berdasarkan bentuknya neuron dapat dibagi sebagai berikut:
neuron multipolar, neuron bipolar, neuron unipolar dan neuron
pseudounipolar. Neuron juga dapat dinamai berdasarkan neurotransmitter
yang diproduksinya seperto neuron GABAergik yang memproduksi
neurotransmitter GABA, neuron cholinergik yang memproduksi
neurotransmitter acetylcholin. Selain itu ada juga yang menyebut neuron
berdasarkan fungsinya seperti neuron inhibitorik yang akan menginhibisi
neuron postsinaptik atau neuron eksitatorik yang akan menginhibisi
neuron postsinaptika.
Bila neuron dicat dengan pengecatan Nissl maka akan kita lihat
adanya cat berwarna biru pada badan sel neuron dan dendrit namun tidak
ditemukan pada akson. Komponen sel yang tercat biru (substansia
chromatophilica) adalah ribosoma bebas dan ribosoma yang terikat pada
reticulum endoplasma. Dengan tidak adanya ribosoma pada akson maka
seluruh protein yang ada pada akson harus diproduksi di badan sel dan
dikirimkan ke akson dengan mekanisme transport aksonal anterograde.
Organela seperti mitokondria dan vesikel berisi neurotransmitter atau
enzim pembentuk neurotransmiter dapat dikirimkan dengan transport
aksonal cepat (100 - 400 mm per hari) sedangkan beberapa protein
struktural seperti actin, tubulin dan subunit neurofilamen akan dikirimkan
dengan transport aksonal lambat (0.25 - 3 mm per hari). Selain itu
substansi yang ada pada ujung akson juga dikirimkan ke badan sel
dengan sistem transport retrograde yang berlangsung dengan kecepatan
kira-kira separuh kecepatan transpor anterograde cepat. Transpor melalui
mikrotubulus dengan protein motor dynein dan kinesin berperan penting
pada transpor aksonal sehingga beberapa penyakit dan obat yang
menghambat polimerisasi dan depolimerisasi mikrotubulus atau kelainan
yang menghambat ekspresi normal protein motor akan menyebabkan
gangguan transpor aksonal. Selain itu gangguan dalam penyediaan
energi juga akan mengganggu proses tersebut karena transport aksonal
juga memerlukan energi dalam jumlah besar.
Neuroglia
Badan sel neuron dan akson dikelilingi oleh sel glia yang
jumlahnya 10 hingga 50 kali neuron. Walaupun namanya berasal dari
kata bahasa Yunani yang berarti perekat namun glia tidaklah benar-benar
melekatkan neuron. Secara umum glia berfungsi sebagai pemberi bentuk
pada sistem saraf dan memisahkan atau mengelompokkan neuron
berdasarkan fungsinya. Sel glia terhubung satu sama lain dengan gap
junction namun tidak terhubung dengan neuron secara langsung.
Neuroglia tidak berfungsi dalam meneruskan sinyal listrik dan membentuk
interaksi sinapsis. Namun demikian neuroglia berperan dalam menjaga
kemampuan neuron menghasilkan sinyal antara lain dengan cara
mendaur-ulang neurotransmitter yang dikeluarkan oleh neuron pada
celah sinapsis. Ada 3 macam neuroglia yaitu astrosit, oligodendrosit dan
mikroglia.
Astrosit memiliki banyak prosesus sehingga dinamakan demikian
berdasarkan bentuknya yang seperti bintang. Prosesus astrosit
mengelilingi pembuluh darah di susunan saraf pusat dan diperkirakan
memiliki fungsi untuk mempertahankan blood brain barrier. Astrosit
diperkirakan memiliki fungsi sebagai pemberi sinyal yang akan membuat
sel endotel membentuk zonula occludens yang kuat dengan sel endotel
tetangganya. Disamping itu adanya potensial aksi yang terjadi pada
serabut saraf yang menandakan bahwa neuron pada daerah tersebut
sedang aktif juga akan menyebabkan peningkatan aliran darah ke daerah
tersebut. Hal ini diperkirakan memerlukan bantuan astrosit sebagai
produsen molekul mediator antara neuron dan pembuluh darah. Prosesus
astrosit juga ditemukan berada di dekat nodus Ranvier. Diperkirakan
prosesus astrosit tersebut berguna dalam mengambil ion K+ dari ruang
ekstraselular yang meningkat ketika terjadi repolarisasi sehingga tidak
mengganggu potensial membran pada neuron di sekitarnya. Bila
kelebihan K+ ekstraselular terjadi maka hal ini dapat mengganggu
keseimbangan ionik yang membentuk potensial membran yang pada
akhirnya mengacaukan penjalaran impuls saraf. Astrosit diperkirakan
memiliki kanal ion K+ yang akan membuat K+ masuk kedalam
sitoplasmanya. Astrosit yang memisahkan kelompok-kelompok neuron
juga membuat neurotransmitter yang dilepaskan dan perubahan kadar ion
ekstraselular selama terjadinya potensial aksi tidak mengganggu fungsi
kelompok neuron lain.
Oligodendrosit merupakan sel glia yang mampu menyelubungi
akson pada sistem saraf pusat. Pada saraf tepi fungsi ini dijalankan oleh
sel Schwann. Oligodendrosit dapat menyelubungi akson berkali-kali dan
sitoplasmanya menipis sehingga membentuk lingkaran-lingkaran
membran sel Oligodendrosit yang biasa disebut sebagai selubung myelin.
Oligodendrosit tidak selalu membentuk selubung myelin. Sel ini juga
dapat menyelubungi beberapa akson sekaligus. Satu akson akan
diselubungi oleh banyak Oligodendrosit (atau sel Schwann pada sistem
saraf tepi). Antara satu Oligodendrosit dan Oligodendrosit berikutnya ada
celah yang dinamakan nodus Ranvier. Pada nodus Ranvier akson tidak
diselubungi oleh sel glia.
Mikroglia merupakan sel pada jaringan saraf yang tidak berasal
dari ectoderm namun berasal dari mesoderm. Sel ini merupakan sel yang
dalam keadaan aktif mampu berfungsi sebagai fagosit pada susunan
saraf pusat.
Glia radialis membentuk prosesus yang panjang mendahului
pembentukan neuron pada masa perkembangan. Neuron yang lahir dari
pembelahan sel akan memanjat prosesus glia radiaslis tersebut untuk
sampai pada tempat neuron tersebut seharusnya berada dan kemudian
membentuk sinapsis dengan neuron yang tepat. Kegagalan dalam proses
tersebut akan menimbulkan berbagai kelainan neurologis dan psikiatris.
Sel ependimal adalah sel epithelial yang membentuk dinding
ventrikei otak dan kanalis sentralis medulla spinalis. Sel tersebut
berbentuk kuboid atau kolumner dan memiliki cilia. Sel ini juga membatasi
pleksus choroideus dan kemungkinan memiliki peran dalam pembentukan
LCS.
Saraf kranialis
Pada batang otak terdapat tempat keluarnya cabang-cabang saraf
kranialis, Ada 12 saraf kranialis yaitu:
I. N.OIfactorius
Serabut saraf sensorik yang merupakan akson dari sel olfactorius
yang akan mengirimkan sinyal dari stimulus bau ke bulbus
olfactorius
II. N. Opticus
Serabut saraf sensorik yang merupakan akson dari sel ganglion
pada retina yang akan mengirimkan sinyal dari stimulus cahaya ke
berbagai neuron di otak seperti nukleus geniculatus lateralis dan
coliculus superior.
III. N. Oculomotorius
Serabut saraf motorik yang badan selnya ada pada nukleus
oculomotor di midbrain dan menginervasi otot mata
Serabut saraf otonom yang badan selnya ada di nukleus Edinger
Westphal di batang otak dan membuat sinapasis dengan neuron
yang badan selnya ada di ganglion ciliary dan menginervasi otot
konstriktor pupil
IV. Throchlearis
Serabut saraf motorik yang badan selnya ada pada nukleus
throchlearis di midbrain dan menginervasi otot mata
V. N. Trigeminus
Serabut sensorik yang badan selnya ada di ganglion n V dan
mengirimkan sinyal somatosensorik termasuk nyeri ke nucleus
spinalis n. V di batang otak
Serabut motorik yang badan selnya ada di nukleus motorik n V di
pons dan menginervasi otot-otot pada kepala
VI. N. Abducens
Serabut saraf motorik yang badan selnya ada pada nukleus
abducens di midbrain dan menginervasi otot mata
VII. N. Facialis
Serabut saraf sensorik yang badan selnya ada di nukleus
solitarius di batang otak dan menerima stimulus dari sel gustus
pada bagian anterior lidah dan rongga mulut
Serabut saraf motorik yang badan selnya ada pada nukleus
motorik n. VII dan nukleus salivatorius di pons dan menginervasi
otot-otot pada kepala
VIII. N. Vestibulocochlearis
Serabut saraf sensorik yang badan selnya ada di ganglion spiralis
yang mengirimkan sinyal dari stimulus bunyi ke nukleus cochlearis
pada batang otak
Serabut saraf sensorik yang badan selnya ada ganglion
vestibularis yang mengirimkan sinyal dari stimulus perubahan
posisi kepala ke nucleus vestibularis pada batang otak
IX. N. Glossopharyngeus
Serabut saraf sensorik yang badan selnya ada di nukleus
solitarius dan nukleus ambiguus di batang otak dan menerima
stimulus dari sel gustus pada bagian posterior lidah dan rongga
mulut serta sensasi dari pharynx
Serabut sensorik dari baroreceptor di carotid yang badan selnya
ada di nukleus ambiguus di batang otak.
X. N. Vagus
Serabut saraf sensorik yang badan selnya ada di ganglion n.
vagus pada berbagai organ visceral
Serabut saraf motorik yang badan selnya ada di nucleus motorik
n. X yang menginervasi otot yang berfungsi untuk memproduksi
suara dan menelan.
XI. N. Accesorius
Serabut saraf motorik yang badan selnya ada di nucleus
ambiguus dan pada medulla spinalis (columna intermediolateralis)
yang menginervasi otot bahu dan leher
XII. N. Hypoglossus
Serabut saraf motorik yang badan selnya ada pada nucleus n XII
di batang otak yang menginervasi otot lidah
Meninges
Otak dan medulla spinalis diselubungi oleh selaput otak
(meninges) yang terdiri dari 3 bagian. Bagian paling luar dinamakan
duramater dan merupakan jaringan ikat dengan serabut kolagen yang
banyak. Di tengah terdapat arachnoid mater yang kaya dengan pembuluh
darah. Sedangkan pada lapisan terdalam yang melekat pada permukaan
jaringan saraf terdapat piamater yang tipis.
Transmisi sinapsis
Sebenarnya ada dua macam sinapsis yaitu sinapsis listrik dan
sinapsis kimiawi. Sinapsis listrik dibentuk oleh adanya gap junction pada
membran neuron presinaptika dan neuron pascasinaptika sehingga
sitoplasma kedua neuron tersebut berhubungan satu sama lain. Molekul-
molekul kecil dapat melewati porus yang dibentuk oleh gap junction
tersebut. Bila terjadi depolarisasi neuron presinaptika maka ion Na+ yang
meingkat jumlahnya pada neuron presinaptika dapat masuk ke
sitoplasma neuron pascasinaptika melalui porus gap junction sehingga
mengakibatkan depolarisasi pada neuron pascasinaptika secara
langsung.
Sinapsis kimiawi merupakan hubungan antara neuron pre dan
pascasinaptika yang tidak langsung. Keduanya dipisahkan oleh celah
sempit selebar 200 jam yang disebut celah sinaptika. Pada celah inilah
terjadi pengeluaran neurotransmitter oleh neuron presinaptika yang akan
diterima oleh reseptor spesifik yang terdapat pada membran plasma
neuron pascasinaptika. Ketika potensial aksi sampai pada ujung akson
maka perubahan potensial membran tersebut akan membuat vesikel
sekretorik pergi mendekati membran sinaptika dan kanal ion Ca2+
terbuka. Ion Ca yang meningkat kadarnya dalam sitoplasma akan
merangsang fusi memban vesikel sekretorik berisi neurotransmitter dan
pengeluaran neurotransmitter ke celah sinaptika. Sinapsis pada satu
neuron dapat berjumlah 1 - 100.000 yang berasal dari neuron - neuron di
daerah yang berbeda-beda. Efek yang dihasilkan oleh masing-masing
sinapsis dapat berbeda-beda, inhibitorik atau eksitatorik, tergantung dari
neurotrnasmiter yang dikeluarkan masing-masing pada celah sinapsis
dan reseptor pada membran postsinaptika.
Neurotransmiter
Ada banyak neurotransmitter yang diproduksi oleh neuron, namun
secara kimiawi dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu peptida dan
neurotransmitter molekul kecil. Neurotransmiter molekul kecil dapat dibagi
menjadi amine (misalnya dopamine, serotonin) dan asam amino
(misalnya glutamat). Neurotransmitter peptida diproduksi pada badan se!
neuron dan dikemas dalam vesikel sekretorik dan diangkut ke ujung
akson dengan sistem transpor intraselular. Neurotransmiter molekul kecil
biasanya diproduksi pada ujung akson dengan bantuan enzim yang juga
ditranspor dari badan sel.
Setelah dikeluarkan ke celah sinaptika dan berikatan dengan
reseptornya neurotransmitter harus segera dihilangkan dari celah
sinaptika supaya neuron pascasinaptika dapat segera merespon sinyal
selanjutnya. Mekanisme menghilangkan neurotransmitter dari celah
sinapsis bervariasi pada setiap macam neurotransmitter namun
mekanisme tersebut dapat dikategorikan sebagai pengambilan kembali
ke dalam sitoplasma ujung akson atau ke sel glia di sekitarnya, degradasi
dengan enzim spesifik atau kombinasi dari kedua proses tersebut.
Neurotransmiter Prekursor Sintesis Pengambilan
Sistem Enterik
Aktivitas usus dipengaruhi oleh saraf simpatis maupun
parasimpatis. Namun demikian pada pada dinding usus ditemukan
banyak sel-sel ganglion yang sebelumnya disebut sebagian neuron
postganglionik saraf parasimpatis. Neuron-neuron tersebtit ternyata tidak
menggunakan acetycholin maupun noradrenalin sebagai neurotransmitter
namun menggunakan molekul sinyal lain seperti nitric oxide. Neuron pada
dinding usus tersebut membentuk pleksus dan bekerja mandiri diluar
system saraf simpatis dan parasimpatis. Pleksus pada dinding usus
adalah pleksus myenteric (Auerbach) yang menginervasi otot polos pada
usus dan berperan pada gerak peristaltic usus dan pleksus submucosa
(Meissner) yang berperan pada sekresi kelenjar.
Propriosepsi
Propriosepsi adalah sistem yang menyediakan informasi dari
dalam tubuh sendiri khususnya dari sistem muskuloskeletal. Tujuannya
adalah untuk menyediakan informasi tentang posisi ekstremitas dan
bagian tubuh lain. Informasi ini dideteksi oleh muscle spindle, organ Golgi
pada tendon dan reseptor pada persendian. Informasi tentang posisi
kepala disediakan oleh organ vestibularis yang akan dibicarakan di
bawah.
Muscle spindle terdapat pada hampir semua otot skelet. Terdiri
dari 4-8 otot intrafusal yang dibungkus dengan kapsula. Muscle spindle
mendeteksi adanya perubahan panjang otot. Kepadatan muscle spindle
bervariasi. Otot besar dengan gerakan kasar hanya memiliki sedikit
muscle spindle sedangkan otot kecil yang berfungsi untuk gerakan
penting seperti otot ekstraokular memiliki jumlah muscle spindle yang
lebih banyak. Muscle spindle diinervasi oleh serabut motor neuron
gamma yang memiliki jalur aferen seperti reseptor kulit.
Nyeri
Nyeri tidaklah merupakan hasil dari stimulus berlebihan pada
reseptor mekanis pada sistem somatosensorik di atas. Nyeri diterima dan
dikirimkan ke susunan saraf pusat oleh suatu reseptor pada serabut saraf
yang spesifik. Reseptornya ada pada akhiran saraf bebas yang tidak
berkapsul. Secara umum serabut saraf yang mengirimkan rasa sakit ini
memiliki kemampuan menghantarkan impuls yang lebih lambat
dibandingkan serabut saraf lain.
Neuron yang menghantarkan informasi nyeri juga dilakukan oleh 3
neuron. Neuron ordo pertamanya juga memiliki badan sel pada ganglion
sensorik. Namun neuron ordo keduanya terdapat pada cornu dorsalis
pada medula spinalis segmen masuknya serabut saraf dari ganglion
sensorik. Serabut saraf dari neuron ordo kedua tersebut terlebih dahulu
menyilang garis tengah sebelum naik menuju neuron ordo ketiga di
thalamus. Dengan demikian impuls rasa sakit dikirimkan ke neuron ordo
ketiga melalui traktus spinothalamicus pada daerah anterolateral medulla
spinalis pada daerah kontralateral dari tempat stimulus terjadi.
Nyeri visceral terjadi bila ada stimulus pada reseptor nyeri pada
organ visceral. Stimulus tersebut sering dirasakan sebagai sensasi nyeri
pada kulit daerah tertentu. Hal tersebut terjadi karena neuron ordo kedua
yang menerima input dari neuron ordo pertama yang menginervasi organ
visceral tersebut juga menerima stimulasi dari neuron ordo pertama yang
menginervasi daerah kulit tertentu. Misalnya nyeri angina karena kantung
tidak menerima cukup pasokan darah akan dirasakan sebagai nyeri dada
atas dengan radiasi ke lengan kiri.
Nyeri dimodulasi di perifer oleh adanya berbagai substansi yang
dikeluarkan pada tempat terjadinya radang atau trauma dan pada saraf
pusat dengan adanya opioid endogen yang beraksi pada batang otak dan
medulla spinalis. Nyeri juga mengalami modulasi oleh sistem saraf pusat.
Efek plasebo, hipnotis dan sugesti telah dikenal sebagai efek proses
psikologis yang dapat memodulasi nyeri dan digunakan sebagai terapi
analgesik. Efek tersebut ternyata merupakan hasil dari adanya stimulasi
dari korteks serebri yang akan memacu terjadinya stimulasi neuron pada
substansia nigra periaqueductal untuk menghambat neuron ordo kedua di
medulla spinalis.
Neuron pada substansia grisea periaqueductus memiliki reseptor
opioid endogen. Ada 3 kelompok opioid endogen yaitu enkephalin,
endorphin dan dynorphin yang ditemukan pada daerah substantia grisea
periaqueductus dan juga pada daerah rostral ventral medulla serta
medulla spinalis yang berperan pada modulasi nyeri. Derivat opium
seperti morfin dikenal sebagai anagetik yang kuat karena diterima oleh
reseptor yang sama dengan opioid endogen sehingga menghasilkan efek
modulasi nyeri. Neuron yang memiliki reseptor opioid tersebut akan
menghasilkan sinyal yang akan menghambat stimulasi neuron ordo
kedua pada medulla spinalis sehingga pelaporan adanya stimulus nyeri
ke korteks serebri akan berkurang dan menghasilkan efek analgesik.
Refleks
Setiap gerakan memerlukan kerja dari banyak otot skelet. Proses
menghubungkan kontraksi berbagai otot yang independen tersebut
sehingga mereka dapat bekerja menghasilkan suatu gerakan bersama
disebut kordinasi motorik. Koordinasi motorik terjadi dengan adanya
sirkuit yang menghubungkan sistem somasensorik dengan sistem
somatomotorik. Yang paling sederhana adalah refleks. Sirkuit saraf yang
bertanggungjawab pada refleks spinal ada pada medulla spinalis sendiri.
Refleks spinal juga sangat bermanfaat dalam diagnosis klinis karena
dapat digunakan untuk mengetahui adanya kelainan pada medulla
spinalis.
Penamaan refleks sering kurang sistematik. Refleks dapat
dinamakan dengan pusat refleks seperti refleks spinal atau refleks bulbar
(bulbus = batang otak). Kadang suatu refleks dinamakan sesuai dengan
stimulus yang menimbulkannya (seperti refleks regangan, refleks
nociceptive) atau sesuai dengan efektor refleks (seperti refleks fleksor,
refleks ekstensor). Nama organ yang diberi stimulus (refleks cornea,
refleks tendon) juga kadang digunakan untuk menyebut suatu refleks.
Refleks juga dapat dibagi mehjadi refleks monosinaptik dan refleks
polisinaptika. Refleks monosinaptika adalah refleks yang diproduksi oleh
sirkuit dua neuron dengan hubungan tunggal antara neuron sensorik
aferen dengan neuron motorik. Contohnya adalah refleks regangan.
Refleks regangan merupakan sirkuit monosinaptik dengan koneksi
antara serabut sensorik dari spindle otot dan motor neuron alpha yang
menginervasi otot yang yang sama atau yang sinergis. Cabang yang lain
akan mengeksitasi interneuron yang akan menginhibisi neuron motorik
yang menginervasi otot antagonis. Contoh yang paling dikenal adalah
refleks patella. Adanya pukulan pada tendon akan menghasilkan
regangan pada tendon otot ekstensor sendi lutut dan stimulus tersebut
akan dideteksi oleh reseptor sensorik pada otot yang akan mengirmkan
ke medulla spinalis. Pada medulla spinalis membentuk sinapsis dan
mengeksitasi neuron motorik yang akan menginervasi otot yang sama
(ekstensor). Neuron sensorik juga akan mengeksitasi interneuron yang
akan menginhibisi neuron motorik yang menginervasi otot antagonis
(fleksor). Hasilnya adalah stimulasi kontraksi otot ekstensor dan inhibisi
kontraksi otot fleksor.
Sebagian besar refleks merupakan refleks polisinaptika
melibatkan satu atau lebih interneuron yang menerima input dari lebih
dari satu sumber. Contohnya adalah refleks fleksor. Refleks fleksor
distimulasi oleha danya stimulus nyeri. Adanya stimulus nyeri pada kaki
kanan misalnya akan dikirimkan ke medulla spinalis dan mengeksitasi
interneuron pada sisi ipsilateral yang kemudian akan menginhibisi neuron
motorik yang menginervasi otot ekstensor ipsilateral dan mengeksitasi
neuron motorik yang menginervasi otot fleksor ipsilateral. Cabang neuron
sensorik akan mengeksitasi interneuron pada sisi kontralateral yang akan
mengeksitasi neuron motorik yang menginervasi otot ekstensor
kontralateral dan menginhibisi neuron motorik yang menginervasi otot
fleksor kontralateral. Hasilnya adalah terangkatnya kaki kanan dan
ekstensi sendi lutut kaki kiri untuk memberikan topangan yang kuat bagi
tubuh supaya tidak jatuh karena terangkatnya kaki kanan. Adanya
interneuron yang menerima input dari banyak sumber memungkinkan
terjadinya modifikasi dari otak dan input aferen lain yang dapat
memodifikasi ekspresi refleks. Modulasi dari supraspinalis akan membuat
ekspresi refleks tidak terjadi. Sebagian besar serabut saraf yang berasal
dari supraspinal akan membentuk sinapsis dengan interneuron termasuk
traktus pyramidalis sehingga akan dapat mengkoordinasikan gerakan
yang diinervasi oleh motor neuron pada level tersebut lebih baik
dibandingkan bila langsung membentuk sinapsis dengan neuron motorik
itu sendiri.
Ganglia basalis
Ganglia basalis merupakan istilah yang merujuk pada daerah
yang luas dan berbeda secara fungsional yang terdapat pada daerah
cerebrum bagian dalam. Ganglia basalis merupakan substansia grisea
pada cerebrum diluar korteks cerebri. Neuron yang memiliki fungsi dalam
kontrol motorik terdapat pada corpus striatum dan globus pallidus. Corpus
striatum yang merupakan daerah yang terluas dan dapat dibagi menjadi
caudate dan putamen. Dua daerah tambahan yaitu substansia nigra pada
midbrain dan nukleus subthalamik pada thalamus juga merupakan daerah
yang terkait dengan fungsi ganglia basalis sehingga juga akan diikutkan
dalam pembahasan. Daerah-daerah tersebut akan membentuk sirkuit
subcortikal yang akan menghubungkan korteks motorik dengan neuron
UMN di batang otak. Neuron pada sirkuit ini akan memberikan sinyal
sebagai antisipasi suatu gerakan dan efeknya pada UMN akan diperlukan
dalam inisiasi gerakan volunter. Kontribusi basal ganglia pada kontrol
motorik terlihat dari adanya defisit yang merupakan hasil dari kerusakan
pada komponennya Jika ada kerusakan pada ganglia basalis maka
pasien tersebut tidak dapat mengkoordinasi mulainya gerakan baru dan
selesainya gerakan sebelumnya.
Sirkuit dasar pada ganglia basalis adalah serabut saraf dari
korteks motorik akan mengeksitasi neuron di corpus striatum yang
kemudian megirim sinyal inhibisi ke globus pallidus dan substansia nigra
pars reticulata. Neuron dari kedua daerah tersebut akan mengimkan
sinyal inhibisi ke thalamus yang justru akan mengirim sinyal eksitasi ke
korteks motorik. Neuron eferen dari ganglia basalis mempengaruhi UMN
pada korteks dengan membuat gerbang informasi yang menyeleksi
impuls melalui relai dari thalamus.
Cerebellum
Cerebellum terdiri dari korteks dan medulla. Pada korteks terdapat
3 lapisan yaitu stratum moleculare yang berisi neuron stelatus dan neuron
basket disamping sinaosis yang dibentuk oleh dendrit sel Purkinje dengan
serabut dari climbing fibers dan serabut paralel dari sel granular.
Dibawahnya terdapat stratum sel Purkinje yang berisi satu lapis badan sel
Purkinje. Di bawah lapisan tersebut terdapat lapisan tebal sel granular
yang meurpakan neuron berukuran kecil. Selain neuron pada lapisan
granular semua neuron yang badan selnya ada di korteks cerebellum
merupakan neuron yang bersifat inhibitorik. Pada medulla cerebellum
terdapat substansia alba yang berisi serabut saraf dan pada pangkal
cerebellum terdapat kumpulan badan sel neuron yang disebut deep
cerebellar nuclei yang merupakan sumber output dari cerebellum. Deep
cerebellar nuclei menerima inout dari sel Purkinje.
Cerebellum menerima input dari daerah korteks cerebri yang
merencanakan dan menginisiasi gerakan yang kompleks. Cerebellum
juga menerima inervasi dari sistem sensorik yang memonitor gerakan.
Adanya pengaturan tersebut menjadikan cerebellum menjadi pusat
koordinasi motorik dengan adanya informasi dari gerakan yang sedang
dilakukan dan yang akan dilakukan sehingga akan mengurangi terjadinya
kesalahan dalam memproduksi gerakan selanjutnya.
Proses belajar motorik terjadi karena adanya climbing fibers yang
datang dari nukleus olivarius inferior yang membuat kontak dengan
dendrit sel Purkinje di korteks cerebellum. Informasi dari climbing fibers
memodulasi keefektivan input sekunder ke sel Purkinje yang datang dari
serabut paralel sel granular. Sel granular menerima input tentang gerakan
yang akan dilakukan melalui mossy fibers dari berbagai sumber termasuk
dari jalur cortico-ponto-cerebelar. Output dari cerebellum berasal dari sel
Purkinje dengan relai informasi ke deep cerebellar nuklei dan diteruskan
ke berbagai upper motor neuron yaitu red nukleus, nukleus vestibularis,
colliculus superior, formasi reticularis dan korteks motorik via relai di
thalamus.
Organ otolith
Ada 2 organ otolith yaitu utriculus dan sacculus. Kedua organ ini
memiliki epithel sensorik yaotu macula yang terdiri dari sel rambut dan
sel-sel penyokong. Di atas lapisan sel tersebut terdapat lapisan
gelatinosa dan diatasnya terdapat membrana otolith yang terdiri dari
kristal-kristal kalsium karbonat (otoconia). Otoconia membuat membran
otolith tersebut lebih berat dari cairan yang ada disekitarnya. Ketika
kepala berubah posisi secara linear maka gravitasi membuat membrana
otolith bergeser secara relatif dari epithelium sensorik. Hasilnya gesekan
sel rambut dengan membrana gelatinosa akan terjadi dan membuat kanal
ion pada mikrovili sel rambut terbuka. Seperti pada cochlea maka cairan
yang ada pada daerah sekeliling macula adalah endolimfe. Terbukanya
saluran ion akan membuat ion K+ masuk kedalam sitoplasma sel rambut
dan menyebabkan depolarisasi. Depolarisasi sel rambut akan
menyebabkan pelepasan neurotransmitter pada daerah basal sel rambut
yang akan diterima oleh ujung saraf vestibularis dan dikirimkan sebagai
impuls saraf ke otak.
Kanalis semisirkularis
Organ otolith berfungsi mendeteksi gerakan linear sedangkan
kanalis semisirkularis mendeteksi adanya gerakan rotasional pada
kepala. Ada 3 kanalis semisirkularis dan ketiganya memiliki pelebaran
pada daerah pangkalnya yang disebut ampulla yang juga memiliki
epitelium sensorik seperti macula pada organ otolith. Diatas epithelium
sensorik pada ampulla terdapat juga membrana gelatinosa yang disebut
cupula yang membatasi ruangan di dalam ampulla sehingga cairan
endolimfe didalamnya tidak dapat keluar dari satu kanalis semisirkularis.
Karena itu cupula justru akan berubah bentuk bila ada gerakan cairan
endolimfe di dalam canalis semisirkularis. Ketika ada gerakan cairan
endolimfe maka kekuatan gerakan cairan tersebut akan mendorong
cupula sehingga akan membuat gesekan antara cupula dengan
sel'rambut dibawahnya. Seperti pada cochlea dan organ otolith gesekan
sel rambut akan membuat kanal K+ terbuka, depolarisasi sel rambut dan
pengiriman pesan ke otak. Ada 3 kanalis semisirkularis yaitu kanalis
horizontal, superior dan posterior yang masing-masing tegak lurus satu
sama lain. Gerakan rotasional pada satu arah akan membuka kanal ion
pada sel rambut tertentu yang akan mengeksitasi serabut saraf yang
merepresentasikan arah gerakan kepala tersebut sehingga akan dapat
diterjemahkan di sistem saraf pusat.
3. PRAKTIKUM
1.1. Praktikum Anatomi: Sistem Saraf Pusat
1.2. Praktikum Anatomi: Sistem Saraf Tepi
1.3. Praktikum Faal: Refleks
1.4. Praktikum Anatomi: Mata dan Telinga
1.5. Praktikum Faal: Visus dan sensasi taktil
4. SEMINAR MAHASISWA
Seminar mahasiswa dilakukan setiap hari Sabtu dari minggu pertama
hingga minggu ke enam. Setiap minggu ada wakil dari 4 hingga 6 kelompok
mahasiswa yang akan mepresentasikan suatu topik yang terkait dengan modul
yang dipelajari pada minggu tersebut. Satu kelompok lain akan bertugas sebagai
panitia. Wakil dari satu kelompok panitia bertugas sebagai moderator dan penulis
pada seminar ini. Jadwal presentasi masing-masing kelompok diundi pada
minggu pertama.
Topik yang akan dipresentasikan ditetapkan pada pertemuan wakil-wakil
kelompok setiap hari Selasa yang dipandu oleh salah seorang dosen anggota
Tim Koordinasi Blok (TKB jaga). Wakil kelompok mahasiswa adalah ketua dan
penulis pada diskusi kelompok kecil hari Senin. Setiap kelompok dapat
mengusulkan topik presentasi sesuai dengan tujuan belajar yang ditetapkan
kelompok tersebut. TKB jaga akan membantu mahasiswa merumuskan topik
presentasi berdasarkan masukan yang didapat dari pertemuan dosen pakar
supaya tidak terlalu jauh dari tujuan instruksional. Keputusan topik dan
pembagian tugas antar kelompok diambil dengan persetujuan forum rapat
seminar tersebut. Setiap kali seminar tim dosen pakar pada modul yang
bersangkutan akan diundang.
Setiap presentasi merupakan tugas kelompok yang juga akan dinilai. Satu
orang wakil kelompok akan mempresentasikan hasil belajar kelompok tersebut
dan anggota kelompok yang lain membantu menjawab bila ada pertanyaan.
Setiap kelompok melakukan presentasi selama 20 menit dilanjutkan diskusi
selama 10 menit. Dosen pakar tidak akan mengajar namun hanya akan
menggarisbawahi hal-hal yang penting, meluruskan pemahaman yang kurang
dan menjawab pertanyaan mahasiswa yang tidak dapat dijelaskan oleh
mahasiswa lain pada kelas tersebut serta memberikan stimulasi pada mahasiswa
untuk dapat mempelajari lebih lanjut topik yang terkait dengan topik yang
didiskusikan. Kelompok yang menjadi panitia dibantu oleh kelompok yang
presentasi akan membuat laporan seminar mingguan tersebut. Dengan adanya
seminar mahasiswa mingguan ini diharapkan akan memberi pengalaman pada
mahasiswa untuk lebih bergairah mencari sumber belajar sendiri,
mempersiapkan dan melakukan presentasi yang kreatif, dan berdiskusi secara
ilmiah. Selain itu kelompok yang berkesempatan menjadi panitia seminar
mingguan akan mendapat pengalaman mengorganisasi suatu acara ilmiah.
Setiap kelompok mahasiswa akan diberi bantuan dana untuk
mempersiapkan presentasi pada seminar mahasiswa yang dapat digunakan
untuk mencari sumber-sumber referensi dari internet dan buku teks di
perpustakaan serta mempersiapkan presentasi dengan tayangan audiovisual
yang menarik. Setiap kelompok panitia juga akan diberi dana untuk membuat
pengumuman dan undangan seminar serta mempersiapkan laporan seminar.
Laporan seminar disimpan pada disket yang diserahkan pada TKB serta juga
disebarkan melalui milis blok 3.
Evaluasi
1. Skor tutorial dan seminar mahasiswa 20%
2. Skor praktikum 20%
3. Skor ujian akhir 60%
Ujian akhir dan penilaian modul sistem saraf ini termasuk dalam evaluasi dari
blok 3.