PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual di dalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa
demam,mengigil,anemia dan splenomegali. Malarian dapat berlangsung akut
maupun kronik .Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun
mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat
(Sudoyo,2009). Malaria sudah dikenal sejak 3000 tahun yang lalu. Malaria
disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam
sel darah merah manusia, yang ditularkan oleh nyamuk malaria Anopheles
betina (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Plasmodium yang hidup dan
berkembang biak dalam sel darah manusia terdiri dari 4 spesies, yaitu
Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan
Plasmodium ovale (Harijanto dkk, 2009). Sampai saat ini, malaria merupakan
penyakit infeksi yang menjadi perhatian World Health Organization
(WHO) karena malaria dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun
perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang
dewasa (Kemenkes RI, 2016).
Situasi malaria di dunia menurut WHO, setengah populasi dunia
sekitar 106 negara berisiko terkena malaria. Di tahun 2015 insiden berisiko
terkena malaria adalah 91 dari 1.000 orang, dari taksiran 214 juta kasus
dengan kematian sebanyak 438.000 jiwa. Lebih dari dua per tiga kejadian
kematian terjadi pada anak dibdawah usia lima tahun. Kejadian malaria di
sebelah selatan Sahara Afrika paling tinggi dengan tingkat kejadian 246 dari
1.000 orang berisiko terhitung sekitar 90% keseluruhan kasus dengan
kematian (WHO, 2016).
Jumlah penderita malaria tanpa pemeriksaan sediaan darah di Provinsi
Bengkulu pada tahun 2015 sebanyak 33.814 sedangkan dengan pemeriksaan
sediaan darah terdapat 28. 333 penderita, dari hasil pemeriksaan terdapat
1
2.631 positif malaria 9% (Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2016).
Sedangkan data dari dinas kesehatan kota Bengkulu didapatkan jumlah
penderita malaria tanpa pemeriksaan sediaan darah sebanyak 8.292 orang
sedangkan dengan pemeriksaan sediaan darah terdapat 7.751 penderita, dari
hasil pemeriksaan terdapat 96 orang positif malaria.
B. Batasan Masalah
C. Tujuan Penelitian
2
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penelitian
3
1. Bagi mahasiswa
Manfaat bagi mahasiswa adalah untuk memberikan tambahan
pengetahuan atau informasi tentang malaria pada pasien dan memberikan
masukan yang bermanfaat kepada mahasiswa dalam pembuatan asuhan
keperawatan pada anak dengan malaria.
2. Bagi pelayanan kesehatan
3. Bagi akademik
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi
1. Tunika Intima, suatu pelapisan dalam yang terdiri dari satu lapis sel
epitel yang sangat pipih, endotelium, yang ditunjang oleh
jaringan ikat halus. Kapiler hanya terdiri dari tunika tersebut,
dengan kapiler darah juga memiliki membran basalis penunjang.
a. Pembuluh Darah
5
Pembuluh darah ada 3 yaitu: Arteri, Vena dan Kapiler (Morre,
2013).
1) Arteri
2) Vena
6
a) Venule, adalah vena terkecil. Venule bermuara ke pembuluh
darah kapiler dan menggambungkan pembuluh-pembuluh yang
sama untuk membentuk vena-vena kecil. Vena Cava Inferior
merupakan vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung
dari semua organ tubuh bagian bawah.
3) Kapiler
b. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian
cair yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah.
7
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam
pembuluh darah yang berwarna merah (Syaifuddin, 2006). Proses
pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat tiga tempat, yaitu:
sumsum tulang, hepar dan limpa. Volume darah pada tubuh yang
sehat / organ dewasa terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan
atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap
organ tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan
jantung atau pembuluh darah. Tekanan viskositas atau kekentalan
dari pada darah lebih kental dari pada air yaitu mempunyai berat
jenis 1.041 – 1.067 dengan temperatur 38oC dan pH7.37 – 7.45.
Darah terdiri dari 2 bagian yaitu: sel darah dan plasma darah.
1) Sel-sel darah
8
yaitu suatu zat yang terdapat dalam eritrosit yang berguna untuk
mengikat oksigen dan karbondioksida. Jumlah Hb usia 1-3 hari
14,5-22,5 g/dl, usia 2 bulan 9,0-14,0 g/dl, usia 6-12 tahun 11,5-
15,5 g/dl, usia 12-18 tahun pria 13,0-16,0 g/dl dan wanita
12,0-16,0 g/dl (Wong, 2009).
9
Warnanya putih dengan jumlah normal 150.000- 450.000/
mm3. Trombosit memegang peranan penting dalam pembekuan
darah jika kurang dari normal. Apabila timbul luka, darah tidak
lekas membeku sehingga timbul pendarahan terus menerus.
Proses pembekuan darah dibantu oleh zat yaitu Ca2+ dan
fribinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat
luka. Jika tubuh terluka, darah akan keluar, trombosit pecah dan
akan mengeluarkan zat yang disebut trombokinase.
1. Pengertian
10
2. Etiologi
3. Patofisiologi
11
stadium, yaitu stadium cincin pada 24 jam I dan stadium matur pada
24 jam II. Permukaan EP stadium cincin akan menampilkan antigen
RESA (Ring-erythrocyte surgace antigen) yang menghilang setelah
parasit masuk stadium matur. Permukaan membrane EP stadium matur
akan mengalami penonjolan dan membentuk knob dengan Histidin
Rich-protein-1 (HRP-1) sebagai komponen utamanya. Selanjutnya
bila EP tersebut mengalami merogoni, akan dilepaskan toksin malaria
berupa GPI yaitu
1) dari makrofag.
12
yang mengalami sekuestrasi, karena pada plasmodium lainnya seluruh
siklus terjadi pada pembuluh darah perifer. Sekuestrasi terjadi pada
organ-organ vital dan hampir semua jaringan dalam tubuh. Sekuestrasi
tertinggi terdapat di otak, diikuti dengan hepar dan ginjal, paru-
jantung, usus dan kulit. Sekuestrasi ini diduga memegang peranan
utama dalam patofisiologi malaria berat (Sudoyo, dkk,2009).
13
kurang dari 2%. Malaria tertiana dan ovale jarang disertai anemia berat.
Hati pada umumnya membesar dan teraba pada akhir minggu pertama.
Bilirubin total dapat meningkat tetapi jarang disertai ikterus, sedangkan
kadar transaminase sedikit meningkat untuk waktu singkat. Limpa
bertambah besar selama serangan dan dapat teraba pada minggu
kedua..
14
malaria tropika anak. Pada infeksi akut, beratnya anemia berhubungan
langsung dengan derajat parasitemia.
15
16
5.Manisfestasi Klinis
a. Stadium menggigil
18
Pasien merasa kedinginan yang dingin sekali, sehingga
menggigil. Nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari-jari tangan biru,
kulit kering dan pucat. Biasanya pada anak didapatkan kejang.
Stadium ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam.
c. Stadium berkeringat
6. Komplikasi
19
e. Black water and fever, urine menjadi merah tua atau
hitam akibat hemoglobinuria atau hemolisis berlebihan.
Lini kedua :
20
2mg/kgbb/dosis (usia > 14 th ), 1 mg/kgbb/dosis (usia 8-14
tahun),
2 kali sehari selama 7 hari. Pada ibu hamil dan anak kurang dari
8 tahun di rekomendasikan mengganti dosisiklin dengan
klindamisin kombinasi kina dan klindamisin, dosis klindamisin
20mg bas/kgbb/hari dibagi 3 dosis selama 7 hari.
1. Pengkajian
a. Identitas
21
agama dan alamat. Identitas saudara kandung meliputi : nama,
usia dan jenis kelamin.
b. Riwayat keperawatan
1) Keluhan utama
5) Riwayat psikososial
22
Riwayat psikososial ini meliputi orang yang mengasuh
klien, hubungan antara anggota keluarga, penerapan disiplin,
latihan toilet training dan pola bermain.
6) Riwayat spiritual
7) Riwayat lingkungan
3) Sistem penginderaan
a) Mata
23
Amati mata, seperti konjungtiva adakah
anemis, sklera adakah icterus, reflek mata dan
pupil terhadap cahaya, isokor.
b) Hidung
c) Telinga
4) Sistem kardiovaskuler
5) Sistem hematologi :
6) Sistem pencernaan
24
8) Sistem perkemihan
9) Sistem integumen
2. Diagnosa Keperawatan
Data Mayor :
Data Minor :
1.Kulit merah
25
2.Takikardi
splenomegali.
Data Mayor :
1.Tampak meringis
3.Gelisah
Data Minor :
4.Menarik diri
Data Mayor :
Data Minor :
1.Edema
26
d. Resiko Hipovolemi berhubungan dengan
kekuragan intake cairan.
Data Mayor :
Data Minor :
1.Saliva meningkat
2.Pucat
3.Takikardi
Data Mayor :
27
Data Minor :
3. Perencanaan Keperawatan
28
29
No. Diagnosa NOC NIC Rasional
1. Hipertermi berhubungan dengan NOC : NIC :
proses infeksi parasite Termoregulasi Fever treatment
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Kaji keluhan pasien, apa 1. Informasi ini menentukan
DS : 3x24 jam diharapkan menunjukkan yang dirasakan anak data dasar bagi kondisi
-Pasien mengatakan demam sejak Termoregulasi dibuktikan dengan pasien dan memandu
2 hari yang lalu. kriteria hasil: intervensi keperawatan
1.Menggigil 2. Peningkatan denyut nadi,
2.Hipertermia 2. Pantau suhu dan tanda-tanda penurunan tekanan vena
DO :
3.Takikardi vital lainnya sentral, dan penurunan
-Keadaan umum lemah dan pucat 4.Pucat
-N :136x/menit tekanan darah dapat
5.Kulit merah
-P : 30x/menit mengindikasikan
-T : 38,20C Dengan level : hipovolemia yang
-Kulit teraba hangat 1. Memburuk mengarah pada penurunan
-Mukosa bibir tampak kering 2. Cukup Memburuk perfusi jaringan.
3
-Leukosit 19.100 sel/mm Peningkatan frekuensi
3. Sedang
-Malaria (positif) pernapasan berkompensasi
4. Cukup Membaik
5. Membaik pada hipoksia jaringan
3. Lingkungan yang sejuk
Nilai yang diharapkan level 4 sampai 5 dapat membantu untuk
menurunkan suhu tubuh
3. Tempatkan pasien pada dengan radiasi
ruangan yang nyaman, atur 4. Membantu untuk
suhu jangan terlalu dingin melembabkan membran
atau terlalu panas mukosa dan melarutkan zat
4. Berikan cairan atau minum 5. Tindakan tersebut
yang cukup meningkatkan kenyamanan
dan menurunkan suhu
tubuh
5. Gunakan pakaian yang tipis, 6. Dengan mengurangi
30
longgar, menyerap keringat, aktivitas, maka dapat
dan nyaman memperbanyak istirahat.
Istirahat yang sering akan
6. Fasilitasi istirahat, terapkan meningkatkan pemulihan
pembatasan aktivitas 7. Air hangat dapat
mengurangi suhu tubuh
anak dengan cara
evaporasi tanpa
7. Lakukan kompres dengan menyebabkan pasie
spons hangat dengan hati- menggigil dan gemetar
hati (yaitu :berikan pada
suhu yang sangat tinggi,
tidak memberikannya 8. Keluarga tidak merasa
selama fase dingin dan cemas dan takut sebab
hindari agar pasien tidak demam pada pasien
menggigil)
8. Berikan informasi pada
keluarga tentang demam
seperti penyebab demam, 9. Untuk mengoptimalkan
tindakan yang dapat kesembuhan pasien
dilakukan untuk mengurangi
demam
9. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian antipiretik,
antibiotik dan cairan
parenteral
31
2. Nyeri akut berhubungan dengan NOC NIC 1. Untuk mengetahui
hepatomegali dan splenomegaly Kontrol Nyeri Managemen nyeri nyeri
DS : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Gunakan laporan dari pasien skala berapa
-Pasien mengeluh nyeri. selama 3x 24 jam diharapkan pasien sendiri sebagai
menunjukkan pilihan pertama untuk
DO : Kontrol Nyeri dibuktikan dengan mengumpulkan informasi
-Pasien tmpak meringis kriteria hasil : pengkajian 2.Untuk
-Gelisah 1.Mengenali kapan nyeri terjadi 2. Minta pasien untuk membandingkan dengan
-Frekuensi nadi meningkat 2.Menggambarkan faktor penyebab menilai nyeri atau gejala nyeri pasien
ketidaknyamanan sebelumnya
3.Melaporkan perubahan terhadap
pada skala 0-10 ( 0 : tidak 3. Untuk menghilangkan
gejala nyeri pada professional nyeri atau ketidaknyamanan, rasa nyeri
kesehatan. 10 : nyeri hebat )
4.Melaporkan gejala yang 3. Gunakan bagan alir
tidakterkontrol pada professional nyeri untuk memantau
kesehatan peredaran nyeri oleh 4. Agar pasien mudah
Dengan level : analgesik dan kemungkinan memahaminya
1. Tidak pernah menunjukkan efek sampingnya
2. Jarang menunjukkan 4. Dalam mengkaji nyeri
3. Kadang-kadang menunjukkan pasien gunakan kata kata
4. Sering menunjukkan yang sesuai usia dan tingkat
5. Secara konsisten menunjukkan perkembangan pasien.
Nilai yang diharapkan 4 sampai 5
32
Tingkat Nyeri 5. Lakukan pengkajian 5.Membantu dalam
Setelah dilakukan asuhan keperawatan nyeri yang komprehensif membuat diagnosa
3x24 jam diharapkan menunjukkan meliputi lokasi,
Tinkat Nyeri dibuktikan dengan kriteria karakteristik, awitan dan
hasil: durasi, frekuensi, kualitas,
1. Nyeri yang dilaporkan intensitas atau keparahan
2. Panjangnya episode nyeri nyeri dan faktor
3. Ekspresi nyeri wajah presipitasinya
4. Mengeluarkan keringat 6. Observasi isyarat non
verbal ketidaknyamanan, 6. Dapat berupa
5. Keregangan otot
khususnya pada mereka psikologis dan fisiologis
Dengan level : yang tidak mampu dan dapat digunakan dalam
1. Berat berkomunikasi efektif menghubungkan petunjuk.
2. Cukup berat 7. Sertakan dalam 7. Agar keluarga
3. Sedang instruksi pemulangan pasien mengetahui bagaimana cara
4. Ringan obat khusus yang harus memberi obat dengan
5. Tidak ada diminum, frekuensi pasien dirumah
Nilai yang diharapkan 4 sampai 5. pemberian, kemungkinan efek 7. Agar pasien tidak
samping, kemungkinan ketergantungan dengan
interaksi obat, kewaspadaan obat
khusus saat mengkonsumsi
obat tersebut ( misalnya
pembatasan aktivitas fisik,
pembatasan diet ) dan nama
orang yang harus dihubungi
bila mengalami
33
nyeri membandel.
8. Instruksikan pasien untuk
menginformasikan kepada
perawat jika peredaan nyeri
tidak dapat dicapai 8. Agar perawat bisa
9. Berikan informasi tentang mengetahui nyeri pasien
nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama akan berlangsung,
dan antisipasi 9. Agar pasien mengetahui
ketidaknyamanan akibat penyebab nyeri
prosedur
10. Ajarkan penggunaan teknik
norfarmakologik ( misalnya
umpan balik biologi, relaksasi,
terapi musik, distraksi, terapi 10. Untuk mengurangi nyeri
bermain, terapi aktivitas, pasien
kompres hangat atau dingin,
masase sebelum atau setelah
nyeri )
34
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan NOC NIC :
perifer berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen sensasi perifer
penurunan konsentrasi hemoglobin selama 3x 24 jam diharapkan 1. Kaji keluhan pasien, apa
dalam darah menunjukkan kriteria hasil: yang dirasakan pasien.
DS : 1.Pengisian kapiler jari baik
-Pasien mengatakan mengigil sejak 2.Suhu kulit ujung kaki dan tangan
tadi pagi normal
3.Kekuatan denyut nadi karotis (kanan) 2. Observasi tanda-tanda vital,
DO : normal denyut nadi perifer apakah
denyut nadi kuat, lemah, atau
-Pasien tampak lemas Dengan level:
standar
-Pasien tampak pucat 1. Gangguan ektrism 3. Observasi perubahan
-Konjungtiva anemis 2. Gangguan berat sensori, tingkat kesadaran
-Kapilary refill >3 detik 3. Gangguan sedang pasien, apakah terjadi
-Hemoglobulin 9,2 mg/dl 4. Gangguan ringan penurunan perfusi otak yang
-Hematokrit 30% 5. Tidak ada gangguan ditunjukkan tanda dan gejala
35
(kanan) normal bingung (konfusi), apatis,
dan somnolen 4. Tirah baring akan
4. Pertahankan tirah baring, mengurangi beban kerja
berikan bantuan untuk sehingga dapat
kebutuhan makan mandi, mempercepat kesembuhan
buang air kecil, buang air 5. Jika ditemukan nilai yang
besar, dan sebagainya rendah pada pemeriksaan
5. Periksa laboratorium tersebut, maka kondisinya
(hemoglobin dan hematokrit) abnormal yang dapat
mengindikasikan
perdarahan
6. Untuk memaksimalkan
pertukaran oksigen
6. Apabila terdapat sesak sehingga perfusi jaringan
napas, pasang oksigen 2 optimal
liter/menit untuk memenuhi
kebutuhan oksigen 7. Memenuhi kebutuhan
7. Kolaborasi dengan petugas cairan dan meningkatkan
kesehatan untuk memberikan transportasi oksigen
tranfusi darah packed red sehingga perfusi jaringan
cell (PRC) optimal
36
4. Resiko ketidakseimbangan NOC : NIC
cairan berhubungan dengan Keseimbangan cairan Keseimbangan cairan 1. Takikardi, dispnea atau
dehidrasi Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau dan catat tanda hipotensi dapat
keperawatan selama 3x 24 jam tanda vital setiap 2 jam mengidentifikasi
diharapkan menunjukkan atau sesering mungkin kekurangan volume cairan
Kriteria hasil : atau ketidakseimbangan
1. Memiliki konsentrasi urin yang cairan dan elektrolit
normal. 2. Mengetahui
2. Memiliki hemoglobin dan ketidakseimbangan cairan
hematokrit batas normal. 2. Pantau warna, jumlah dan dan elektrolit.
3. Memiliki tekanan vena sentral frekuensi kehilangan cairan 3. Mengetahui haus
dan pulmonal dalam rentang yang 3. Pantau hasil laboratorium kekurangan cairan dan
diharapkan yang relevan dengan elektrolit
keseimbangan cairan (
37
4. Tidak mengalami haus yang tidak misalnya kadar hematokrit,
normal. BUN, albumin, protein
5. Memiliki keseimbangan asupan total, osmolaitas serum dan
dan haluaran berat jenis urine )
6. Menampilkan hidrasi yang baik ( 4. Kaji orientasi terhadap
membran mukosa lembab, orang, tempat, dan waktu.
mampu berkeringat ) 5. Pantau status hidrasi ( 4. Mengetahui tingkat
7. Memiliki asupan cairan oral dan/ misalnya kelembapan konsentrasi pasien terhadap
atau intervensi yang adekuat. membran mukosa, dehidrasi.
keadekuatan nadi. Dan 5. Peningkatan irama jantung
Dengan Level : tekanan darah ortostatik ) dan upaya pernafasan dapat
1. Sangat terganggu 6. Timbang berat badan setiap menunjukkan hipoklasemia
2. Banyak terganggu hari dan pantau 6. Mengetahui kelebihan
3. Cukup terganggu kecenderungannya volume cairan.
4. Sedikit terganggu 7. Anjurkan keluarga pasien
5. Tidak terganggu untuk menginformasikan 7. Untuk mengetahui cairan
perawat bila haus yang masuk dan
Nilai yang diharapkan 4 sampai 5. mengetahui manifestasi
8. Berikan terapi IV, sesuai dari dehidrasi
program 8. Membantu memenuhi
nutrisi dan cairan
9. Mengobservasi turgor kulit elektrolit
9. Turgor kulit yang buruk
10. Memberikan larutan oralit serta diikuti dengan
600 ml tanda yang llain dapat
11. Anjurkan pasien untuk menunjukkan dehidrasi
menginformasikan perawat atau hipoksia
bila haus 10. Mencegah terjadinya
dehidrasi yang
berkelanjutan
11. Mengetahui berapa
banyak cairan yang
Masuk
38
5. Nausea berhubungan dengan NOC : Pengendalian nausea
peregangan kapsula hati dan Pengendalian nausea 1. Mengidentifikasi
limpa Setelah dilakukan asuhan 1.Lakukan pengkajian keefektifan intervensi yang
keperawatan selama 3x 24 jam lengkap rasa mual diberikan
DS :
-Pasien mengatakan mengeluh diharapkan menunjukkan termasuk frekuensi, durasi,
mual dan merasa ingin muntah. Kriteria hasil : tingkat mual, dan faktor
Pasien akan: yang menyebabkan pasien 2. Mengidentifikasi pengaruh
DO : 1. melaporkan terbebas dari mual mual. mual terhadap kualitas hidup
2. mengidentifikasi dan melakukan pasien
-Saliva meningkat
tindakan yang dapat menurunkan 2.Evaluasi efek mual
-Pasien pucat
mual terhadap nafsu makan
-Takikardi pasien, aktivitas sehari-hari,
Dengan Level : dan pola tidur pasien 3. Memenuhi kebutuhannutrisi
1. Sangat berat pasien dan menegah mual
2. Berat 3.Anjurkan makan sedikit
4. Untuk menghindari
3. Sedang tapi sering dan dalam terjadinya mual
4. Ringan keadaan hangat
5. Tidak menggalami 5. Untuk menghindari efek mual
4.Anjurkan pasien
Hasil yang diharapkan 4 sampai 5. mengurangi jumlah
makanan yang bisa
menimbulkan mual.
39
12. Memberikan kebutuhan
cairan yang dibutuhkan pada pasien
dehidrasi
13. Atur ketersediaan 13. Perencanaaan apabila terjadi
produk darah untuk dehidrasi memberat
14. Kebutuhan nagostrik pada pasien
transfusi, bila perlu yang mengalami penurunan kesadaran.
14. Berikan
ketentuan penggantian
nasogastrik berdasarkan
haluaran, sesuai dengan
kebutuhan
40
6 Defisit nutrisi berhubungan NOC NIC
1. Informasi ini menentukan
dengan anoreksia Status nutrisi Fluid management data dasar bagi kondisi pasien dan
DS : Setelah dilakukan asuhan 1.Kaji keluhan pasien, apa memandu intervensi keperawatan
keperawatan selama 3x 24 jam yang dirasakan pasien 2. Peningkatan denyut nadi,
-Pasien mengatakan nafsu makan penurunan tekanan vena sentral,
menurun diharapkan menunjukkan dan penurunan tekanan darah
Kriteria hasil : dapat mengindikasikan hipovolemia,
DO : 1. Mempertahankan urine output 2. Observasi tanda-tanda yang mengarah
peningkatan
pada
perfusi jaringan.
-Berat badan menurun 10% sesuai dengan usia dan BB, urine vital Peningkatan frekuensi napas
normal. berkompensasi pada hipoksia
dibawah rentang ideal jaringan
2. Tekanan darah, 3. Pemantauan seperti ini
-Otot penguyah lemah
nadi,pernafasan, suhu tubuh memungkinkan evaluasi keseimbangan
-Otot menelan lemah nutrisi anak dan kebutuhan intervensi
dalam normal
-Membran mukosa pucat lanjut
3. Tidak ada tanda dehidrasi, 4. Menawarkan beberapa
elastisitas turgor kulit baik, makanan kesukaan anak dapat
membran mukosa lembab, menjamin bahwa
tidak ada rasa haus yang 3.Pantau asupan
berlebihan dan pengeluaran
Dengan Level :
1. Tidak Adekuat
2. Sedikit Adekuat
3. Cukup Adekuat
4. Adekuat
5. Sangat Adekuat
41
dan yang diberikan pasien akan makan lebih
banyak setiap kali makan
5. Untuk menambah nafsu
makan
5.Berikan makanan 6. Agar pasien tidak bosan
dengan makanan dan untuk menambah
sesuai yang disukai pasien nafsu makan
6.Berikan makanan
dengan variasi jenis 7. Makanan dalam jumlah
sedikit namun dengan selang waktu
makanan dan bentuk yang lebih sering akan memerlukan
makanan agar lebih pengeluaran energy dan penggunaan
pernapasan yang lebih sedikit. Anak
menarik untuk dimakan akan menghabiskan makanan dalam
oleh anak jumlah banyak setiap kali makan
7. Berikan makanan 8. Menimbang berat badan
dengan rutin sebagai dasar ntuk
sedikit menentukan apakah terjadi peningkatan
tetapi sering atau penurunan berat badan
untuk menghindari mual 9. Suplemen membantu
untuk mengembalikan nutrient yang
hilang akibat penyakit, serta
meningkatkan status nutrisi anak dan
membantu pemulihan saat sakit
9.Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
suplemen makanan
42
43
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
44
BAB III
METODOLOGI PEELITIAN
B. Subyek Penelitian
45
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
E. Prosedur Penelitian
46
c. Studi dokumentasi dan integumen dilakukan dengan melihat
dari data MR (Medikal Record), melihat pada status pasien,
melihat hasil laboratorium, melihat catatan harian perawat
ruangan, memeriksa hasil pemeriksaan diagnostik.
G. Keabsahan Data
H. Analisa Data
48
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Kombinasi derivate artemisin sebagai obat anti
malaria yang efektif. Diunggah tanggal 22-Oktober-2016, dari
(http://www.depkes.go.id/article/view/16050300001/.html#sthash.qq8W
AIE8.dpuf
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. 2016. Profil Kesehatan Kota Bengkulu Tahun
2015.Bengkulu : Dinkes Kota Bengkulu
Doengoes, M.E., Marry, F.M., & Alice, C.G. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien, Edisi . Jakarta : EGC
Harijanto P.N., Nugroho, A., & Gunawan, C.A. 2009. Malaria dari Molekuler ke
Klinis. Jakarta : EGC
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Info Datin Pusat Data Dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. Kondisi Pencapaian Program Kesehatan
Anak Indonesia. Diunggah tanggal 22-November-2016, dari
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-
info-datin.html
Morre, L.K., Dalley, A.F. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis. Jakarta : Erlangga.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Fakultas Ilmu
Kedokteran Universitas Indonesia : Media Aesculapius
49
Potter, P.A., & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan
:Konsep, Proses, dan Praktik. Vol. 2, Edisi 4, Jakarta : EGC.
: EGC Sudoyo,A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati,
S. 2009. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi III. Jakarta : Internal Publishing
50
Zulkoni,A. 2011. Parasitologi Penyakit Malaria. Jakarta : Nuha Medika
51
52
53
54