Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual di dalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa
demam,mengigil,anemia dan splenomegali. Malarian dapat berlangsung akut
maupun kronik .Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun
mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat
(Sudoyo,2009). Malaria sudah dikenal sejak 3000 tahun yang lalu. Malaria
disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam
sel darah merah manusia, yang ditularkan oleh nyamuk malaria Anopheles
betina (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Plasmodium yang hidup dan
berkembang biak dalam sel darah manusia terdiri dari 4 spesies, yaitu
Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan
Plasmodium ovale (Harijanto dkk, 2009). Sampai saat ini, malaria merupakan
penyakit infeksi yang menjadi perhatian World Health Organization
(WHO) karena malaria dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun
perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang
dewasa (Kemenkes RI, 2016).
Situasi malaria di dunia menurut WHO, setengah populasi dunia
sekitar 106 negara berisiko terkena malaria. Di tahun 2015 insiden berisiko
terkena malaria adalah 91 dari 1.000 orang, dari taksiran 214 juta kasus
dengan kematian sebanyak 438.000 jiwa. Lebih dari dua per tiga kejadian
kematian terjadi pada anak dibdawah usia lima tahun. Kejadian malaria di
sebelah selatan Sahara Afrika paling tinggi dengan tingkat kejadian 246 dari
1.000 orang berisiko terhitung sekitar 90% keseluruhan kasus dengan
kematian (WHO, 2016).
Jumlah penderita malaria tanpa pemeriksaan sediaan darah di Provinsi
Bengkulu pada tahun 2015 sebanyak 33.814 sedangkan dengan pemeriksaan
sediaan darah terdapat 28. 333 penderita, dari hasil pemeriksaan terdapat

1
2.631 positif malaria 9% (Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2016).
Sedangkan data dari dinas kesehatan kota Bengkulu didapatkan jumlah
penderita malaria tanpa pemeriksaan sediaan darah sebanyak 8.292 orang
sedangkan dengan pemeriksaan sediaan darah terdapat 7.751 penderita, dari
hasil pemeriksaan terdapat 96 orang positif malaria.

Data-data yang didapat dari Puskesmas D4 Bukit Harapan Kota


Bengkulu menunjukkan bahwa terdapat 85 kasus malaria pada tahun
2016, sedangkan terdapat 93 kasus malaria pada tahun 2017, serta
terdapat 115 kasus malaria pada tahun 2018.

Berdasarkan survey yang dilakukan dengan melihat fenomena tentang


penyakit malaria di Puskesmas Bukit Harapan peranan perawat dalam
melakukan penanganan pada pasien yaitu dengan memberikan
asuhan keperawatan dimana asuhan keperawatan pada pasien yang ada
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi, dan evaluasi. Peranan perawat di Puskesmas Bukit Harapan
Kecamatan Pinangraya Bengkulu Utara juga memonitor tanda-tanda vital,
memonitor asupan nutrisi dan cairan, serta mempertahankan lingkungan yang
aman dan nyaman.

Berdasarkan Latar Belakang di atas penulis tertarik untuk menerapkan“


pemberian asuhan keperawatan kepada pasien dengan penyakit malaria di
Puskesmas Bukit Harapan Kecamatan Pinangraya Bengkulu Utara”.

B. Batasan Masalah

Batasan penulisan pada studi kasus ini adalah pemberian Asuhan


Keperawatan pada pasien dengan Malaria di Puskesmas Bukit Harapan
Bengkulu Utara meliputi tahap pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, implementasi, dan evaluasi.

C. Tujuan Penelitian

2
1. Tujuan umum

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam asuhan keperawatan ini


adalah untuk menerapkan asuhan keperawatan dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang utuh dan komprehensif pada pasien
dengan malaria.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam asuhan keperawatan ini adalah untuk :

a. Mengetahui gambaran pengkajian keperawatan pada pasien dengan


malaria.

b. Mengetahui gambaran diagnosa keperawatan pada pasien dengan


malaria.

c. Mengetahui gambaran Perencanaan keperawatan pada pasien dengan


malaria.

d. Mengetahui gambaran implementasi keperawatan pada pasien dengan


malaria

e. Mengetahui gambaran evaluasi keperawatan pada pasien dengan


malaria.

f. Mengetahui gambaran pendokumentasian setiap tindakan


keperawatan sehingga dapat dievaluasi sejauh mana terlaksana sesuai
rencana keperawatan.

D. Manfaat Penelitian

3
1. Bagi mahasiswa
Manfaat bagi mahasiswa adalah untuk memberikan tambahan
pengetahuan atau informasi tentang malaria pada pasien dan memberikan
masukan yang bermanfaat kepada mahasiswa dalam pembuatan asuhan
keperawatan pada anak dengan malaria.
2. Bagi pelayanan kesehatan

Manfaat bagi pelayanan kesehatan adalah memberikan tambahan


pengetahuan tentang malaria pada anak kepada pelayan kesehatan, untuk
meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit malaria, serta
dapat memberikan masukan yang bermanfaat kepada layanan kesehatan
dalam mengembangkan asuhan keperawatan pada pasien dengan malaria.

3. Bagi akademik

Manfaat bagi akademik adalah bentuk sumbangsih kepada


mahasiswa keperawatan sebagai referensi untuk menambah wawasan dan
bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan
asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit malaria

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi

Sistem sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme


dari sel-sel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi
sisa- sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung,
pembuluh darah, dan darah (Morre, 2013). Sebagian besar pembuluh darah
pada sistem sirkulasi memiliki tiga selubung atau tunika yaitu :

1. Tunika Intima, suatu pelapisan dalam yang terdiri dari satu lapis sel
epitel yang sangat pipih, endotelium, yang ditunjang oleh
jaringan ikat halus. Kapiler hanya terdiri dari tunika tersebut,
dengan kapiler darah juga memiliki membran basalis penunjang.

2. Tunika Media, suatu lapisan yang terutama terdiri dari otot


polos, Tunika media paling berbeda. Arteri, vena, dan duktus
limfatikus dibedakan berdasarkan ketebalan lapisan tersebut yang
relatif terhadap ukuran lumen, organisasi, dan pada kasus arteri,
adanya berbagai jumlah serabut elastik.

3. Tunika Adventitia, suatu lapisan atau selubungan jaringan ikat luar.

a. Pembuluh Darah

5
Pembuluh darah ada 3 yaitu: Arteri, Vena dan Kapiler (Morre,
2013).

1) Arteri

Arteri membawa darah dari jantung dan mengalirkannya ke


seluruh tubuh. Terdapat tiga jenis arteri :

a) Arteri elastik besar (arteri-arteri konduktan) memiliki


banyak lapisan elastik (lembar serabut elastik) pada
dindingnya. Arteri ini berfungsi mempertahankan tekanan
darah dalam sistem atrial di antara kontraksi jantung. Secara
keseluruhan, hal tersebut meminimalkan penurunan tekanan
darah bersamaan jantung berkontraksi dan relaksasi

b) Arteri muscular medium (arteri-arteri pendistribusi) memiliki


dinding yang terutama terdiri dari serabut otot polos
terdisposisi sirkular. Kemampuan dalam mengurangi diameter
(Vasokontriksi) mengatur aliran darah ke beberapa bagian
tubuh berbeda sesuai kebutuhan.

c) Arteri-arteri kecil dan arteriol, memiliki lumina yang relatif


kecil dan dinding muscular tebal. Tingkat pengisian
pembuluh kapiler dan tekanan arterial dalam sistem
vaskuler terutama diatur oleh tingkat tonus (kekenyalan)
pada otot polos dinding arteriol. Jika tonus diatas normal
disebut hipertensi.

2) Vena

Vena biasanya mengembalikan darah yang tidak mengandung


oksigen (venosa) dari pembuluh kapiler ke jantung, yang
menyebabkan vena tampak biru gelap. Terdapat tiga ukuran vena :

6
a) Venule, adalah vena terkecil. Venule bermuara ke pembuluh
darah kapiler dan menggambungkan pembuluh-pembuluh yang
sama untuk membentuk vena-vena kecil. Vena Cava Inferior
merupakan vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung
dari semua organ tubuh bagian bawah.

b) Vena Medium, bermuara ke dalam pleksus venosus dan


menyertai arteri medium. Vena-vena medium memiliki katup
flap yang memungkinkan darah mengalir ke arah jantung
tetapi tidak pada arah sebaliknya. Contoh vena medium yaitu
vena superfisial.

c) Vena besar, ditandai dengan berkas besar otot polos longitudinal


dan tunica yang berkembang baik. Contohnya vena cava
superior

3) Kapiler

Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba

dari cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali


dengan menggunakan mikroskop. Kapiler membentuk
anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu
satu dengan yang lain menjadi darah yang lebih besar yang disebut
vena. Kapiler merupakan tempat pertukaran bahan antara darah dan
cairan jaringan di sekeliling sel. Beberapa di antara zat tersebut
pindah dari darah ke cairan jaringan, sedangkan zat yang lain
pindah dari cairan jaringan ke dalam darah.

b. Darah

Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian
cair yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah.

7
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam
pembuluh darah yang berwarna merah (Syaifuddin, 2006). Proses
pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat tiga tempat, yaitu:
sumsum tulang, hepar dan limpa. Volume darah pada tubuh yang
sehat / organ dewasa terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan
atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap
organ tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan
jantung atau pembuluh darah. Tekanan viskositas atau kekentalan
dari pada darah lebih kental dari pada air yaitu mempunyai berat
jenis 1.041 – 1.067 dengan temperatur 38oC dan pH7.37 – 7.45.

Darah terdiri dari 2 bagian yaitu: sel darah dan plasma darah.

1) Sel-sel darah

Sel-sel darah ada 3 macam yaitu Eritosit, Leukosit,


Trombosit (Syaifuddin, 2006).

a) Eritrosit (sel darah merah)

Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berhenti,


ukurannya kira-kira 8 mm, tidak dapat bergerak, banyaknya kira-
kira 5 juta dalam mm3. Eritrosit berwarna kuning kemerahan
karena di dalamnya mengandung suatu zat yang disebut
hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika di
dalamnya banyak mengandung oksigen. Fungsi dari eritrosit
adalah mengikat karbondioksida dari jaringan tubuh untuk
dikeluarkan melalui paru-paru.

Eristrosit dibuat dalam sumsum tulang, limpa dan hati, yang


kemudian akan beredar ke seluruh tubuh selama 14-15 hari,
setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang
mati akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin yang menjadi Fe
yang berguna untuk pembuatan eritrosit baru dan hemoglobin

8
yaitu suatu zat yang terdapat dalam eritrosit yang berguna untuk
mengikat oksigen dan karbondioksida. Jumlah Hb usia 1-3 hari
14,5-22,5 g/dl, usia 2 bulan 9,0-14,0 g/dl, usia 6-12 tahun 11,5-
15,5 g/dl, usia 12-18 tahun pria 13,0-16,0 g/dl dan wanita
12,0-16,0 g/dl (Wong, 2009).

b) Leukosit (sel darah putih)

Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat


bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai
bermacam-macam inti sel sehingga dapat dibedakan berdasarkan
inti sel. Leukosit berwarna kuning (tidak berwarna), banyaknya
kira-kira 4000-11.000 sel/mm3. Leukosit berfungsi sebagai
serdadu tubuh, yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit /
bakteri yang masuk dalam tubuh jaringan RES (Retikulo Endotel
System). Fungsi yang lain yaitu sebagai pengangkut dimana
leukosit mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding usus
melalui limpa dan ke pembuluh darah. Sel leukosit selain dari
dalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan tubuh
manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan karena
kemasukan kuman/ infeksi maka jumlah leukosit yang ada dalam
darah akan meningkat.

Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di


dalam kelenjar limfe sekarang beredar dalam darah untuk
mempertahankan tubuh terhadap serangan bibit penyakit
tersebut.

c) Trombosit (sel pembeku)

Merupakan benda-benda kecil yang bentuk dan ukurannya


bermacam- macam, ada yang bulat dan ada yang lonjong.

9
Warnanya putih dengan jumlah normal 150.000- 450.000/
mm3. Trombosit memegang peranan penting dalam pembekuan
darah jika kurang dari normal. Apabila timbul luka, darah tidak
lekas membeku sehingga timbul pendarahan terus menerus.
Proses pembekuan darah dibantu oleh zat yaitu Ca2+ dan
fribinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat
luka. Jika tubuh terluka, darah akan keluar, trombosit pecah dan
akan mengeluarkan zat yang disebut trombokinase.

Trombokinase akan bertemu dengan protombin dengan


bantuan Ca2+ akan menjadi thrombin. Thrombin akan bertemu
dengan fibrin yang merupakan benang-benang halus, bentuk
jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan menahan sel
darah, dengan demikian terjadi pembekuan.

B. Konsep Dasar Penyakit Malaria

1. Pengertian

Malaria adalah kata yang berasal dari bahasa Italia, yang


artinya mal : buruk dan area : udara, jadi secara harfiah berarti
penyakit yang sering timbul di daerah dengan udara buruk akibat
dari lingkungan yang buruk (Zulkoni, 2011).

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh


plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan
ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Infeksi malaria
memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan
splenomegali. Dapat berlangsung akut maupun kronik. Infeksi malaria
dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi
sistemik yang dikenal sebagai malaria berat (Sudoyo dkk, 2009).

10
2. Etiologi

Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium, pada


manusia Plasmodium terdiri dari 4 spesies, yaitu Plasmodium
falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan
Plasmodium ovale (Harijanto dkk, 2009).

3. Patofisiologi

Patogenesis malaria dipengaruhi oleh faktor parasit dan faktor


penjamu (host), yang termasuk dalam faktor parasit adalah intensitas
transmisi, densitasparasit dan virulensi parasit, sedangkan yang masuk
dalam faktor penjamu adalah tingkat endemisitas daerah tempat
tinggal, genetik, usia, status nutrisi dan status imunologi (Sudoyo,
dkk, 2009).

Infeksi parasit malaria pada manusia mulai bila nyamuk


anopheles betina menggigit manusia dan nyamuk akan melepas
sporozoit ke dalam pembuluh darah dimana sebagian besar dalam
waktu 45 menit akan menuju ke hati dan sebagian kecil sisanya akan
mati di darah. Di dalam sel parenkim hati mulailah perkembangan
aseksual (intrahepatic schizogony atau pre-erythrocytes schizogony).
Setelah sel parenkim hati terinfeksi, terbentuk sizont hati yang
apabila pecah akan mengeluarkan 18-24 merozoit ke dalam sirkulasi
darah. Merozoit yang dilepaskan akan masuk ke dalam sel RES di
limpa dan mengalami fagositosis serta filtrasi. Merozoit yang lolos
dari filtrasi dan fagositosis di limpa akan menginvasi eritrosit. Setelah
berada dalam sirkulasi darah merozoit akan menyerang eritrosit dan
masuk melalui reseptor permukaan eritrosit. Setelah 36 jam invasi ke
dalam eritrosit, parasit berubah menjadi sizont, dan bila sizont pecah
akan mengeluarkan 6-36 merozoit dan siap menginfeksi eritrosit yang
lain. Parasit dalam eritrosit (EP) secara garis besar mengalami 2

11
stadium, yaitu stadium cincin pada 24 jam I dan stadium matur pada
24 jam II. Permukaan EP stadium cincin akan menampilkan antigen
RESA (Ring-erythrocyte surgace antigen) yang menghilang setelah
parasit masuk stadium matur. Permukaan membrane EP stadium matur
akan mengalami penonjolan dan membentuk knob dengan Histidin
Rich-protein-1 (HRP-1) sebagai komponen utamanya. Selanjutnya
bila EP tersebut mengalami merogoni, akan dilepaskan toksin malaria
berupa GPI yaitu

glikosilfosfatidilinositol yang merangsang pelepasan TNF-α dan


interleukin-1 (IL-

1) dari makrofag.

Sitoaderensi ialah perlekatan antara EP stadium matur pada


permukaan endotel vaskuler. Perlekatan terjadi dengan cara molekul
adhesive yang terletak di permukaan knob EP melekat dengan
molekul-molekul adhesive yang terletak di permukaan endotel
vaskular. Molekul adhesive yang terletak dipermukaan knob EP secara
kolektif disebut PfEMP-1, plasmodium falciparum erythrocyte
membrane protein-1. molekul adhesive dipermukaan sel endotel
vascular adalah CD36, trombospondin, intercellular-adhesion
molecule-1 (ICAM-1), vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-
1), endothel leucocyte adhesion molecule-1 (ELAM-1) dan
glycosaminoglycan chondroitin sulfate A. PtEMP-L merupakan
protein-protein hasil ekspresi genetik oleh sekelompok gen yang
berada di permukaan knob. Kelompok gen ini disebut gen VAR. Gen
VAR mempunyai kapasitas variasi analgenik yang sangat besar.
Sitoadheren menyebabkan EP matur tidak beredar kembali dalam
sirkulasi.

Parasit dalam eritrosit matur yang tinggal dalam jaringan


mikrovaskular disebut sekuestrasi. Hanya plasmodium falciparum

12
yang mengalami sekuestrasi, karena pada plasmodium lainnya seluruh
siklus terjadi pada pembuluh darah perifer. Sekuestrasi terjadi pada
organ-organ vital dan hampir semua jaringan dalam tubuh. Sekuestrasi
tertinggi terdapat di otak, diikuti dengan hepar dan ginjal, paru-
jantung, usus dan kulit. Sekuestrasi ini diduga memegang peranan
utama dalam patofisiologi malaria berat (Sudoyo, dkk,2009).

Pasien pada mulanya letargi, mengantuk atau gelisah, dan


anoreksia, anak dapat mengeluh nyeri kepala, mual, demam selalu
dijumpai tetapi bervariasi, pembesaran hati biasanya terjadi diawal
perjalanan penyakit (pada akhir minggu pertama) dan lebih sering
terjadi daripada pembesaran limpa. Hati biasanya lunak

dan terus membesar sesuai dengan progresivitas penyakit, namun


fungsinya jarang terganggu dibandingkan dengan orang dewasa. Ikterus
dapat dijumpai pada beberapa anak, terutama berhubungan dengan
hemolisis. Kadar transaminase darah sedikit meningkat untuk waktu
singkat.

Limpa dapat membesar dan dapat diraba pada minggu kedua.


Pembesaran limpa progresif sesuai dengan perjalanan penyakit. Pada
anak yang telah mengalami serangan berulang, limpa dapat sangat besar
dengan konsistensi keras. Anemia merupakan gejala penting pada
malaria tropika anak. Pada infeksi akut, beratnya anemia berhubungan
langsung dengan derajat parasitemia.

Malaria ovale mempunyai gejala klinis lebih ringan daripada


malaria tertiana. Pada hari terakhir masa inkubasi, anak menjadi gelisah
dan anoreksia, anak mengeluh nyeri kepala dan mual. Demam periodik
setiap 48 jam tetapi stadium dingin dan menggigil jarang dijumpai
pada bayi dan balita. Selama periode demam, anak selalu merasa
dingin dan menggigil dalam waktu singkat. Demam sering terjadi pada
sore hari. Pada anak jarang terjadi parasitemia berat, terdapat pada

13
kurang dari 2%. Malaria tertiana dan ovale jarang disertai anemia berat.
Hati pada umumnya membesar dan teraba pada akhir minggu pertama.
Bilirubin total dapat meningkat tetapi jarang disertai ikterus, sedangkan
kadar transaminase sedikit meningkat untuk waktu singkat. Limpa
bertambah besar selama serangan dan dapat teraba pada minggu
kedua..

Relaps dapat terjadi pada kasus yang mendapat pengobatan


dengan obat skizontosida saja. Gambaran klinis malaria kuartana
menyerupai malaria tertiana, hanya periode demam terjadi tiap 72 jam.
Sindrom nefrotik dapat terjadi pada usia 2 sampai 12 tahun dengan
puncak pada usia 5-7 tahun. Dijumpai edema berat, proteinuria berat
yang menetap, hipoproteinemia berat dan asites. Albumin serum kurang
dari 2 g/dl bahkan pada 95% kurang dari 1 g/dl. Tekanan darah biasanya
normal dan tidak jelas adanya azotemia dan hematuria (Harijanto,
2009).

Pasien pada mulanya letargi, mengantuk atau gelisah, dan


anoreksia, anak dapat mengeluh nyeri kepala, mual, demam selalu
dijumpai tetapi bervariasi, pembesaran hati biasanya terjadi diawal
perjalanan penyakit (pada akhir minggu pertama) dan lebih sering
terjadi daripada pembesaran limpa. Hati biasanya lunak dan terus
membesar sesuai dengan progresivitas penyakit, namun fungsinya
jarang terganggu dibandingkan dengan orang dewasa. Ikterus dapat
dijumpai pada beberapa anak, terutama berhubungan dengan
hemolisis. Kadar transaminase darah sedikit meningkat untuk waktu
singkat.

Limpa dapat membesar dan dapat diraba pada minggu kedua.


Pembesaran limpa progresif sesuai dengan perjalanan penyakit. Pada
anak yang telah mengalami serangan berulang, limpa dapat sangat besar
dengan konsistensi keras. Anemia merupakan gejala penting pada

14
malaria tropika anak. Pada infeksi akut, beratnya anemia berhubungan
langsung dengan derajat parasitemia.

Malaria ovale mempunyai gejala klinis lebih ringan daripada


malaria tertiana. Pada hari terakhir masa inkubasi, anak menjadi gelisah
dan anoreksia, anak mengeluh nyeri kepala dan mual. Demam periodik
setiap 48 jam tetapi stadium dingin dan menggigil jarang dijumpai
pada bayi dan balita. Selama periode demam, anak selalu merasa
dingin dan menggigil dalam waktu singkat. Demam sering terjadi pada
sore hari. Malaria tertiana dan ovale jarang disertai anemia berat. Hati
pada umumnya membesar dan teraba pada akhir minggu pertama.
Bilirubin total dapat meningkat tetapi jarang disertai ikterus, sedangkan
kadar transaminase sedikit meningkat untuk waktu singkat.

Pada malaria tertiana dan ovale, bentuk dormant parasit dapat


tetap berada dalam hati dan menyebabkan relaps. Relaps dapat
terjadi pada kasus yang mendapat pengobatan dengan obat skizontosida
saja. Gambaran klinis malaria kuartana menyerupai malaria tertiana,
hanya periode demam terjadi tiap 72 jam. Sindrom nefrotik dapat
terjadi pada usia 2 sampai 12 tahun dengan puncak pada usia 5-7 tahun.
Dijumpai edema berat, proteinuria berat yang menetap, hipoproteinemia
berat dan asites. Albumin serum kurang dari 2 g/dl bahkan pada 95%
kurang dari 1 g/dl. Tekanan darah biasanya normal dan tidak jelas
adanya azotemia dan hematuria (Harijanto, 2009).

15
16
5.Manisfestasi Klinis

Malaria adalah penyakit dengan gejala awalnya letargi,


mengantuk atau gelisah, anoreksia, anak dapat mengeluh nyeri kepala,
muntah dan mual, demam selalu dijumpai tetapi bervariasi,
pembesaran hati biasanya terjadi diawal perjalanan penyakit (pada
akhir minggu pertama). Pembesaran limpa progresif sesuai dengan
perjalanan penyakit. Pada anak yang telah mengalami serangan
berulang, limpa dapat sangat besar dengan konsistensi keras. Anemia
merupakan gejala penting pada malaria tropika anak. Pada infeksi
akut, beratnya anemia berhubungan langsung dengan derajat
parasitemia (Harijanto, dkk, 2009).

Keluhan utama yang khas pada malaria disebut “trias


malaria” yang terdiri dari 3 stadium yaitu : (Harijanto, dkk, 2009).

a. Stadium menggigil
18
Pasien merasa kedinginan yang dingin sekali, sehingga
menggigil. Nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari-jari tangan biru,
kulit kering dan pucat. Biasanya pada anak didapatkan kejang.
Stadium ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam.

b. Stadium puncak demam

Pasien yang semula merasakan kedinginan berubah menjadi


panas sekali. Suhu tubuh naik hingga 41o C sehingga
menyebabkan pasien kehausan. Muka kemerahan, kulit kering
dan panas seperti terbakar, sakit kepala makin hebat,nadi
berdenyut keras. Stadium ini berlangsung 2 sampai 6 jam.

c. Stadium berkeringat

Pasien berkeringat banyak sampai basah, suhu turun drastis bahkan


mencapai dibawah ambang normal. Penderita biasanya dapat tidur
nyenyak dan saat bangun merasa lemah tapi sehat. Stadium ini
berlangsung 2 sampai 4 jam.

6. Komplikasi

Penyakit malaria dapat mengakibatkan beberapa


komplikasi, diantaranya adalah: (Mansjoer, 2005)

a. Malaria serebral timbulnya koma, kejang-kejang dan parese-


paralise dan afasia

b. Gangguan hepar, sehingga timbul ikterus ini disebabkan oleh


parenkim hati dan juga karena hemolisis eritrosit

c. Belious remiten fever berhubungan dengan kompilkasi hepar


dimana timbul muntah-muntah bewarna hijau empedu

d. Gangguan pada traktus gastrointestinal, sehingga diare hebat


dan sering mengandung lendir dan darah

19
e. Black water and fever, urine menjadi merah tua atau
hitam akibat hemoglobinuria atau hemolisis berlebihan.

7. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang

Pemeriksaan diagnostik dapat dilakukan pada penyakit malaria


adalah pemeriksaan tetes darah untuk malaria. Pemeriksaan
mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria
pemeriksaan ini sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Adapun
pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui : (Sudoyo,Aru W.,dkk,
2009).

a. Tetesan preparat darah tebal merupakan cara terbaik


menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup
banyak dibandingkan preparat darah tipis. Ketebalan
dalam membuat sediaan

b. + piperakuin, dosis dehidroartemisin 2-4 mg/kgbb,dan


piperakuin 16-32 mg/kgbb/dosis tunggal. Obat kombinasi
ini diberikan selama 3 hari.

2) Artesunat +amodiakuin, tablet terpisah 50 mg


artesunat dan 153 mg amodiakuin basa. Dosis artesunat 4
mg/kgbb/dosis tunggal selama 3 hari, dan amodiakuin 10 mg-
basa/kgbb/dosis tunggal selama 3 hari.

Lini kedua :

1) Kina, dosis kina 10 mg/kgbb/dosis, diberikan 3 kali sehari


selama 7 hari. Kina harus dikombinasi dengan dosisiklin
pada p.falciparum, dengan dosis doksisiklin

20
2mg/kgbb/dosis (usia > 14 th ), 1 mg/kgbb/dosis (usia 8-14
tahun),

2 kali sehari selama 7 hari. Pada ibu hamil dan anak kurang dari
8 tahun di rekomendasikan mengganti dosisiklin dengan
klindamisin kombinasi kina dan klindamisin, dosis klindamisin
20mg bas/kgbb/hari dibagi 3 dosis selama 7 hari.

2) Primakuin untuk p.palcifarum khusus untuk anak usia > 1


tahun, dosis tunggal 1 hari. Untuk vivax, ovale, dan malariae
tambahka primakuin basa 0,25 mg/kgBB/hari dosis tunggal
selama 14 hari.

C. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Malaria

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam


proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan
ketelitian dalam menanggani masalah-masalah pasien sehingga
dapat menentukan tindakan keperawatan yang tepat pada
pasien (Potter & Perry, 2005). Pengkajian riwayat keperawatan
(kombinasi Doengoes, Prabowo, Sudoyo, Wong) :

a. Identitas

Biodata terdiri dari identitas klien, identitas orang tua dan


saudara kandung, identitas klien meliputi : nama klien, usia,
jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa
medik. Komposisi keluarga meliputi dari tuan rumah,
anggota keluarga besar yang signifikan.Identitas orang tua
meliputi : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,

21
agama dan alamat. Identitas saudara kandung meliputi : nama,
usia dan jenis kelamin.

b. Riwayat keperawatan

1) Keluhan utama

Keluhan utama meliputi alasan dibawa ke rumah sakit,


pasien malaria datang dengan gejala awalnya letargi,
mengantuk atau gelisah, anoreksia, anak dapat mengeluh nyeri,
muntah dan mual, demam selalu dijumpai tetapi bervariasi.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Pada umumnya gejala yang dirasakan pada pasien malaria


adalah anak dapat mengeluh nyeri kepala, muntah dan mual,
demam, dan anemia.

3) Riwayat kesehatan dahulu

Tanyakan pada keluarga apakah sebelumnya anak pernah


mengalami sakit dengan tanda dan gejala yang sama, apakah
anak pernah menderita penyakit lainnya dan apakah anak
pernah dirawat di rumah sakit.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah


menderita penyakit dengan tanda dan gejala yang sama
dengan pasien.

5) Riwayat psikososial

22
Riwayat psikososial ini meliputi orang yang mengasuh
klien, hubungan antara anggota keluarga, penerapan disiplin,
latihan toilet training dan pola bermain.

6) Riwayat spiritual

Riwayat spiritual ini meliputi agama dan kepercayaan


klien dan keluarga serta bagaimana kegiatan keagamaan dalam
keluarga.

7) Riwayat lingkungan

Biasanya nyamuk anopheles betina menggigit manusia


pada malam hari atau sejak senja atau subuh. Jarak terbangnya
tidak lebih dari 0,5 sampai 3 meter dari tempat perindukannya.
Jika tiupan angin kencang bisa terbawa jauh sampai 20-30 km.
Suhu dan curah hujan di suatu daerah berperan penting dalam
penularan malaria. Biasanya penularan malaria lebih tinggi
pada musim hujan dibandingkan kemarau. Air hujan yang
menimbulkan genangan air (Prabowo, 2004).

1) Keadaan umum klien

Keadaan umum klien : Letargi, mengantuk atau gelisah,


anoreksia, anak dapat mengeluh nyeri kepala, muntah dan
mual, demam selalu dijumpai tetapi bervariasi, pembesaran
hati, pembesaran limpa.

3) Sistem penginderaan

a) Mata

23
Amati mata, seperti konjungtiva adakah
anemis, sklera adakah icterus, reflek mata dan
pupil terhadap cahaya, isokor.

b) Hidung

Frekuensi nafas pada balita >40 x/menit.

c) Telinga

Adakah infeksi telinga (OMA). d) Kepala

Kesemetrisan muka, warna dan distibusi rambut


serta kondisi kulit kepala kering.

4) Sistem kardiovaskuler

Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, suhu akral


dingin karena perfusi jaringan menurun.

5) Sistem hematologi :

a) Gangguan hematologi : pasien tampak pucat

b) Perdarahan : hematoma, ptekie dan


purpura

6) Sistem pencernaan

Mukosa bibir kering, ada pembesaran hepar dan


lien, tidak ada nyeri tekan dan lepas pada 4 kuadran
abdomen.

7) Sistem syaraf pusat

Tingkat kesadaran pada pasien malaria adalah


mengalami penurunan kesadaran dengan GCS <11.

24
8) Sistem perkemihan

Kencing sedikit dari biasanya diakibatkan terjadinya


peningkatan suhu tubuh

9) Sistem integumen

Kulit kering, selaput mokosa kering.

10) Sistem musculoskeletal

Klien tampak lemah, aktivitas menurun, kulit


kering, elastisitas menurun, kemudian dilanjutkan
dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan,
kekuatan otot.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul menurut


Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia 2017 yaitu

a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi


parasit

Data Mayor :

1.Suhu tubuh diatas nilai normal

Data Minor :

1.Kulit merah

25
2.Takikardi

3.Kulit terasa hangat

b. Nyeri akut berhubungan dengan hepatomegali dan

splenomegali.

Data Mayor :

1.Tampak meringis

2.Frekuensi nadi meningkat

3.Gelisah

Data Minor :

1.Tekanan darah meningkat

2.Pola nafas berubah

3.Nafsu makan berubah

4.Menarik diri

c. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan


penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah.

Data Mayor :

1.Pengisian kapiler >3 detik

2.Nadi perifer menurun atau tidak teraba

3.Akral teraba dingin

4.Warna kulit pucat

Data Minor :

1.Edema

2.Penyembuhan luka lambat

26
d. Resiko Hipovolemi berhubungan dengan
kekuragan intake cairan.

Data Mayor :

1.Frekuensi nadi meningkat

2.Nadi teraba lemah

3. Tekanan darah lemah

4. Tekanan nadi menyempit

5. Turgor kulit menurun

6. Membran mukosa kering

Data Minor : ( Tidak tersedia )

e. Nausea berhubungan dengan peregangan kapsula


hati dan limpa.

Data Mayor : ( Tidak tersedia )

Data Minor :

1.Saliva meningkat

2.Pucat

3.Takikardi

f. Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia.

Data Mayor :

1.Berat badan menurun minimal 10% dibawah


rentang normal

27
Data Minor :

1.Otot pengunyah lemah

2.Otot menelan lemah

3.Membran mukosa pucat

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah rencana


keperawatan yang akan perawat rencanakan kepada
klien sesuai denagan diagnosa yang ditegakkan sehingga
kebutuhan klien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2011).
Dalam teori perencanaan keperawatan dituliskan sesuai
dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan Nursing
Intervension Clasification (NIC) dan Nursing Outcome
(NOC).

Perencanaan keperawatan disesuaikan dengan


kondisi klien dan fasilitas yang ada, sehingga
rencana tindakan dapat diselesaikan dengan
Spesifik, Mearsure, Arhieverble, Rasional, Time
(SMART) selanjutnya akan diuraikan rencana asuhan
keperawatan dari diagnosa yang ditegakkan (SDKI,
2017).

28
29
No. Diagnosa NOC NIC Rasional
1. Hipertermi berhubungan dengan NOC : NIC :
proses infeksi parasite Termoregulasi Fever treatment
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Kaji keluhan pasien, apa 1. Informasi ini menentukan
DS : 3x24 jam diharapkan menunjukkan yang dirasakan anak data dasar bagi kondisi
-Pasien mengatakan demam sejak Termoregulasi dibuktikan dengan pasien dan memandu
2 hari yang lalu. kriteria hasil: intervensi keperawatan
1.Menggigil 2. Peningkatan denyut nadi,
2.Hipertermia 2. Pantau suhu dan tanda-tanda penurunan tekanan vena
DO :
3.Takikardi vital lainnya sentral, dan penurunan
-Keadaan umum lemah dan pucat 4.Pucat
-N :136x/menit tekanan darah dapat
5.Kulit merah
-P : 30x/menit mengindikasikan
-T : 38,20C Dengan level : hipovolemia yang
-Kulit teraba hangat 1. Memburuk mengarah pada penurunan
-Mukosa bibir tampak kering 2. Cukup Memburuk perfusi jaringan.
3
-Leukosit 19.100 sel/mm Peningkatan frekuensi
3. Sedang
-Malaria (positif) pernapasan berkompensasi
4. Cukup Membaik
5. Membaik pada hipoksia jaringan
3. Lingkungan yang sejuk
Nilai yang diharapkan level 4 sampai 5 dapat membantu untuk
menurunkan suhu tubuh
3. Tempatkan pasien pada dengan radiasi
ruangan yang nyaman, atur 4. Membantu untuk
suhu jangan terlalu dingin melembabkan membran
atau terlalu panas mukosa dan melarutkan zat
4. Berikan cairan atau minum 5. Tindakan tersebut
yang cukup meningkatkan kenyamanan
dan menurunkan suhu
tubuh
5. Gunakan pakaian yang tipis, 6. Dengan mengurangi

30
longgar, menyerap keringat, aktivitas, maka dapat
dan nyaman memperbanyak istirahat.
Istirahat yang sering akan
6. Fasilitasi istirahat, terapkan meningkatkan pemulihan
pembatasan aktivitas 7. Air hangat dapat
mengurangi suhu tubuh
anak dengan cara
evaporasi tanpa
7. Lakukan kompres dengan menyebabkan pasie
spons hangat dengan hati- menggigil dan gemetar
hati (yaitu :berikan pada
suhu yang sangat tinggi,
tidak memberikannya 8. Keluarga tidak merasa
selama fase dingin dan cemas dan takut sebab
hindari agar pasien tidak demam pada pasien
menggigil)
8. Berikan informasi pada
keluarga tentang demam
seperti penyebab demam, 9. Untuk mengoptimalkan
tindakan yang dapat kesembuhan pasien
dilakukan untuk mengurangi
demam
9. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian antipiretik,
antibiotik dan cairan
parenteral

31
2. Nyeri akut berhubungan dengan NOC NIC 1. Untuk mengetahui
hepatomegali dan splenomegaly Kontrol Nyeri Managemen nyeri nyeri
DS : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Gunakan laporan dari pasien skala berapa
-Pasien mengeluh nyeri. selama 3x 24 jam diharapkan pasien sendiri sebagai
menunjukkan pilihan pertama untuk
DO : Kontrol Nyeri dibuktikan dengan mengumpulkan informasi
-Pasien tmpak meringis kriteria hasil : pengkajian 2.Untuk
-Gelisah 1.Mengenali kapan nyeri terjadi 2. Minta pasien untuk membandingkan dengan
-Frekuensi nadi meningkat 2.Menggambarkan faktor penyebab menilai nyeri atau gejala nyeri pasien
ketidaknyamanan sebelumnya
3.Melaporkan perubahan terhadap
pada skala 0-10 ( 0 : tidak 3. Untuk menghilangkan
gejala nyeri pada professional nyeri atau ketidaknyamanan, rasa nyeri
kesehatan. 10 : nyeri hebat )
4.Melaporkan gejala yang 3. Gunakan bagan alir
tidakterkontrol pada professional nyeri untuk memantau
kesehatan peredaran nyeri oleh 4. Agar pasien mudah
Dengan level : analgesik dan kemungkinan memahaminya
1. Tidak pernah menunjukkan efek sampingnya
2. Jarang menunjukkan 4. Dalam mengkaji nyeri
3. Kadang-kadang menunjukkan pasien gunakan kata kata
4. Sering menunjukkan yang sesuai usia dan tingkat
5. Secara konsisten menunjukkan perkembangan pasien.
Nilai yang diharapkan 4 sampai 5

32
Tingkat Nyeri 5. Lakukan pengkajian 5.Membantu dalam
Setelah dilakukan asuhan keperawatan nyeri yang komprehensif membuat diagnosa
3x24 jam diharapkan menunjukkan meliputi lokasi,
Tinkat Nyeri dibuktikan dengan kriteria karakteristik, awitan dan
hasil: durasi, frekuensi, kualitas,
1. Nyeri yang dilaporkan intensitas atau keparahan
2. Panjangnya episode nyeri nyeri dan faktor
3. Ekspresi nyeri wajah presipitasinya
4. Mengeluarkan keringat 6. Observasi isyarat non
verbal ketidaknyamanan, 6. Dapat berupa
5. Keregangan otot
khususnya pada mereka psikologis dan fisiologis
Dengan level : yang tidak mampu dan dapat digunakan dalam
1. Berat berkomunikasi efektif menghubungkan petunjuk.
2. Cukup berat 7. Sertakan dalam 7. Agar keluarga
3. Sedang instruksi pemulangan pasien mengetahui bagaimana cara
4. Ringan obat khusus yang harus memberi obat dengan
5. Tidak ada diminum, frekuensi pasien dirumah
Nilai yang diharapkan 4 sampai 5. pemberian, kemungkinan efek 7. Agar pasien tidak
samping, kemungkinan ketergantungan dengan
interaksi obat, kewaspadaan obat
khusus saat mengkonsumsi
obat tersebut ( misalnya
pembatasan aktivitas fisik,
pembatasan diet ) dan nama
orang yang harus dihubungi
bila mengalami

33
nyeri membandel.
8. Instruksikan pasien untuk
menginformasikan kepada
perawat jika peredaan nyeri
tidak dapat dicapai 8. Agar perawat bisa
9. Berikan informasi tentang mengetahui nyeri pasien
nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama akan berlangsung,
dan antisipasi 9. Agar pasien mengetahui
ketidaknyamanan akibat penyebab nyeri
prosedur
10. Ajarkan penggunaan teknik
norfarmakologik ( misalnya
umpan balik biologi, relaksasi,
terapi musik, distraksi, terapi 10. Untuk mengurangi nyeri
bermain, terapi aktivitas, pasien
kompres hangat atau dingin,
masase sebelum atau setelah
nyeri )

34
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan NOC NIC :
perifer berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen sensasi perifer
penurunan konsentrasi hemoglobin selama 3x 24 jam diharapkan 1. Kaji keluhan pasien, apa
dalam darah menunjukkan kriteria hasil: yang dirasakan pasien.
DS : 1.Pengisian kapiler jari baik
-Pasien mengatakan mengigil sejak 2.Suhu kulit ujung kaki dan tangan
tadi pagi normal
3.Kekuatan denyut nadi karotis (kanan) 2. Observasi tanda-tanda vital,
DO : normal denyut nadi perifer apakah
denyut nadi kuat, lemah, atau
-Pasien tampak lemas Dengan level:
standar
-Pasien tampak pucat 1. Gangguan ektrism 3. Observasi perubahan
-Konjungtiva anemis 2. Gangguan berat sensori, tingkat kesadaran
-Kapilary refill >3 detik 3. Gangguan sedang pasien, apakah terjadi
-Hemoglobulin 9,2 mg/dl 4. Gangguan ringan penurunan perfusi otak yang
-Hematokrit 30% 5. Tidak ada gangguan ditunjukkan tanda dan gejala

Nilai yang diharapkan 4 sampai 5

35
(kanan) normal bingung (konfusi), apatis,
dan somnolen 4. Tirah baring akan
4. Pertahankan tirah baring, mengurangi beban kerja
berikan bantuan untuk sehingga dapat
kebutuhan makan mandi, mempercepat kesembuhan
buang air kecil, buang air 5. Jika ditemukan nilai yang
besar, dan sebagainya rendah pada pemeriksaan
5. Periksa laboratorium tersebut, maka kondisinya
(hemoglobin dan hematokrit) abnormal yang dapat
mengindikasikan
perdarahan
6. Untuk memaksimalkan
pertukaran oksigen
6. Apabila terdapat sesak sehingga perfusi jaringan
napas, pasang oksigen 2 optimal
liter/menit untuk memenuhi
kebutuhan oksigen 7. Memenuhi kebutuhan
7. Kolaborasi dengan petugas cairan dan meningkatkan
kesehatan untuk memberikan transportasi oksigen
tranfusi darah packed red sehingga perfusi jaringan
cell (PRC) optimal

36
4. Resiko ketidakseimbangan NOC : NIC
cairan berhubungan dengan Keseimbangan cairan Keseimbangan cairan 1. Takikardi, dispnea atau
dehidrasi Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau dan catat tanda hipotensi dapat
keperawatan selama 3x 24 jam tanda vital setiap 2 jam mengidentifikasi
diharapkan menunjukkan atau sesering mungkin kekurangan volume cairan
Kriteria hasil : atau ketidakseimbangan
1. Memiliki konsentrasi urin yang cairan dan elektrolit
normal. 2. Mengetahui
2. Memiliki hemoglobin dan ketidakseimbangan cairan
hematokrit batas normal. 2. Pantau warna, jumlah dan dan elektrolit.
3. Memiliki tekanan vena sentral frekuensi kehilangan cairan 3. Mengetahui haus
dan pulmonal dalam rentang yang 3. Pantau hasil laboratorium kekurangan cairan dan
diharapkan yang relevan dengan elektrolit
keseimbangan cairan (

37
4. Tidak mengalami haus yang tidak misalnya kadar hematokrit,
normal. BUN, albumin, protein
5. Memiliki keseimbangan asupan total, osmolaitas serum dan
dan haluaran berat jenis urine )
6. Menampilkan hidrasi yang baik ( 4. Kaji orientasi terhadap
membran mukosa lembab, orang, tempat, dan waktu.
mampu berkeringat ) 5. Pantau status hidrasi ( 4. Mengetahui tingkat
7. Memiliki asupan cairan oral dan/ misalnya kelembapan konsentrasi pasien terhadap
atau intervensi yang adekuat. membran mukosa, dehidrasi.
keadekuatan nadi. Dan 5. Peningkatan irama jantung
Dengan Level : tekanan darah ortostatik ) dan upaya pernafasan dapat
1. Sangat terganggu 6. Timbang berat badan setiap menunjukkan hipoklasemia
2. Banyak terganggu hari dan pantau 6. Mengetahui kelebihan
3. Cukup terganggu kecenderungannya volume cairan.
4. Sedikit terganggu 7. Anjurkan keluarga pasien
5. Tidak terganggu untuk menginformasikan 7. Untuk mengetahui cairan
perawat bila haus yang masuk dan
Nilai yang diharapkan 4 sampai 5. mengetahui manifestasi
8. Berikan terapi IV, sesuai dari dehidrasi
program 8. Membantu memenuhi
nutrisi dan cairan
9. Mengobservasi turgor kulit elektrolit
9. Turgor kulit yang buruk
10. Memberikan larutan oralit serta diikuti dengan
600 ml tanda yang llain dapat
11. Anjurkan pasien untuk menunjukkan dehidrasi
menginformasikan perawat atau hipoksia
bila haus 10. Mencegah terjadinya
dehidrasi yang
berkelanjutan
11. Mengetahui berapa
banyak cairan yang
Masuk

38
5. Nausea berhubungan dengan NOC : Pengendalian nausea
peregangan kapsula hati dan Pengendalian nausea 1. Mengidentifikasi
limpa Setelah dilakukan asuhan 1.Lakukan pengkajian keefektifan intervensi yang
keperawatan selama 3x 24 jam lengkap rasa mual diberikan
DS :
-Pasien mengatakan mengeluh diharapkan menunjukkan termasuk frekuensi, durasi,
mual dan merasa ingin muntah. Kriteria hasil : tingkat mual, dan faktor
Pasien akan: yang menyebabkan pasien 2. Mengidentifikasi pengaruh
DO : 1. melaporkan terbebas dari mual mual. mual terhadap kualitas hidup
2. mengidentifikasi dan melakukan pasien
-Saliva meningkat
tindakan yang dapat menurunkan 2.Evaluasi efek mual
-Pasien pucat
mual terhadap nafsu makan
-Takikardi pasien, aktivitas sehari-hari,
Dengan Level : dan pola tidur pasien 3. Memenuhi kebutuhannutrisi
1. Sangat berat pasien dan menegah mual
2. Berat 3.Anjurkan makan sedikit
4. Untuk menghindari
3. Sedang tapi sering dan dalam terjadinya mual
4. Ringan keadaan hangat
5. Tidak menggalami 5. Untuk menghindari efek mual
4.Anjurkan pasien
Hasil yang diharapkan 4 sampai 5. mengurangi jumlah
makanan yang bisa
menimbulkan mual.

5.Berikan istirahat dan


tidur yang adekuat untuk
mengurangi mual

39
12. Memberikan kebutuhan
cairan yang dibutuhkan pada pasien
dehidrasi
13. Atur ketersediaan 13. Perencanaaan apabila terjadi
produk darah untuk dehidrasi memberat
14. Kebutuhan nagostrik pada pasien
transfusi, bila perlu yang mengalami penurunan kesadaran.
14. Berikan
ketentuan penggantian
nasogastrik berdasarkan
haluaran, sesuai dengan
kebutuhan

40
6 Defisit nutrisi berhubungan NOC NIC
1. Informasi ini menentukan
dengan anoreksia Status nutrisi Fluid management data dasar bagi kondisi pasien dan
DS : Setelah dilakukan asuhan 1.Kaji keluhan pasien, apa memandu intervensi keperawatan
keperawatan selama 3x 24 jam yang dirasakan pasien 2. Peningkatan denyut nadi,
-Pasien mengatakan nafsu makan penurunan tekanan vena sentral,
menurun diharapkan menunjukkan dan penurunan tekanan darah
Kriteria hasil : dapat mengindikasikan hipovolemia,
DO : 1. Mempertahankan urine output 2. Observasi tanda-tanda yang mengarah
peningkatan
pada
perfusi jaringan.
-Berat badan menurun 10% sesuai dengan usia dan BB, urine vital Peningkatan frekuensi napas
normal. berkompensasi pada hipoksia
dibawah rentang ideal jaringan
2. Tekanan darah, 3. Pemantauan seperti ini
-Otot penguyah lemah
nadi,pernafasan, suhu tubuh memungkinkan evaluasi keseimbangan
-Otot menelan lemah nutrisi anak dan kebutuhan intervensi
dalam normal
-Membran mukosa pucat lanjut
3. Tidak ada tanda dehidrasi, 4. Menawarkan beberapa
elastisitas turgor kulit baik, makanan kesukaan anak dapat
membran mukosa lembab, menjamin bahwa
tidak ada rasa haus yang 3.Pantau asupan
berlebihan dan pengeluaran

Dengan Level :
1. Tidak Adekuat
2. Sedikit Adekuat
3. Cukup Adekuat
4. Adekuat
5. Sangat Adekuat

Nilai yang diharapkan 4 sampai 5.


4.Diskusikan dengan
pasien, makanan apa yang
disukai

41
dan yang diberikan pasien akan makan lebih
banyak setiap kali makan
5. Untuk menambah nafsu
makan
5.Berikan makanan 6. Agar pasien tidak bosan
dengan makanan dan untuk menambah
sesuai yang disukai pasien nafsu makan
6.Berikan makanan
dengan variasi jenis 7. Makanan dalam jumlah
sedikit namun dengan selang waktu
makanan dan bentuk yang lebih sering akan memerlukan
makanan agar lebih pengeluaran energy dan penggunaan
pernapasan yang lebih sedikit. Anak
menarik untuk dimakan akan menghabiskan makanan dalam
oleh anak jumlah banyak setiap kali makan
7. Berikan makanan 8. Menimbang berat badan
dengan rutin sebagai dasar ntuk
sedikit menentukan apakah terjadi peningkatan
tetapi sering atau penurunan berat badan
untuk menghindari mual 9. Suplemen membantu
untuk mengembalikan nutrient yang
hilang akibat penyakit, serta
meningkatkan status nutrisi anak dan
membantu pemulihan saat sakit

8. Timbang berat badan


setiap
4 hari

9.Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
suplemen makanan

42
43
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah fase tindakan pada proses keperawatan.


Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, aktivitas
mandiri yang merupakan aktivitas saat perawat menentukan
keputusannya sendiri, serta aktivitas kolaboratif yang merupakan
aktivitas-aktivitas yang telah diprogramkan oleh dokter serta
dilaksanakan oleh perawat, contohnya pemberian obat (Potter &
Perry,2006).

Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk


mencapai tujuan yang spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena


kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi
keperawatan harus diakhiri dilanjutkan, atau diubah. Evaluasi adalah
tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan,
dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai berdasarkan tujuan yang
telah dibuat dalam perencanaan keperawatan (Potter & Perry,2006).
Evaluasi yang digunakan berbentuk S (Subjektif), O (Objektif), A
(Analisis), P (Perencanaan terhadap analisis).

44
BAB III

METODOLOGI PEELITIAN

A. Pendekatan / Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dalam bentuk studi


kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan dengan
malaria di Puskesmas D4 Bukit Harapan tahun 2019 .

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan


keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang digunakan dalam asuhan keperawatan


gerontik pada lansia dengan malaria di Puskesmas D4 Bukit
Harapan.Adapun syubjek penelitian yang akan diteliti berjumlah satu
orang dengan satu kasus dengan masalah keperawatan malaria.

C. Batasan Istilah ( Definisi Operasional)

1.Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau tahap kegiatan


dalam praktik keperawatan yang diberikan langsung kepada pasien
dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan ini
dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh
penerima asuhan keperawatan (pasien) yang tahapannya terdiri dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.

2.Pasien adalah orang yang menerima perawatan medis atau asuhan


keperawatan yang dipenuhi kebutuhannya dengan tahapan asuhan
keperawatan.

45
D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Puskesmas D4 Bukit Tinggi


Bengkulu Utara tahun 2019. Study kasus dilakukan pada bulan mei
2019 hingga bulan juni 2019. Pasien yang di kelola masuk yang
berobat di Puskesmas D4 Bukit Harapan.Dilakukan minimal
selama 3 hari.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini diawali dengan penyusunan usulan penelitian


atau proposal dengan menggunakan metode study kasus berupa
laporan teori asuhan keperawatan dengan malaria di puskesmas d4
bukit harapan. Setelah disetujui oleh penguji proposal maka
penelitian dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan data. Data
penelitian berupa hasil pengukuran, observasi, dan wawancara
terhadap pasien yang dijadikan syubjek penelitian.

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data

a. Wawancara (hasil anamnesis yang harus didapatkan berisi


tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang-dahulu-keluarga, riwayat psikologi, pola-pola fungsi
kesehatan). (sumber data bisa dari klien, keluarga, perawat
lainnya).

b.Observasi dan pemeriksaan fisik yang meliputi keadaan


umum, pemeriksaan integumen, pemeriksaan kepala leher,
pemeriksaan dada, pemeriksaan abdomen, pemeriksaan
genetalia, anus, pemeriksaan ekstremitas. Data fokus yang harus
didapatkan adalah pemeriksaan abdomen dan genetalia.

46
c. Studi dokumentasi dan integumen dilakukan dengan melihat
dari data MR (Medikal Record), melihat pada status pasien,
melihat hasil laboratorium, melihat catatan harian perawat
ruangan, memeriksa hasil pemeriksaan diagnostik.

2.Instrumen pengumpulan data

Alat atau instrumen pengumpulan data menggunakan


format pengkajian Asuhan Keperawatan sesuai ketentuan yang
ada di prodi DIII Keperawatan Bengkulu.

G. Keabsahan Data

Keabsahan data dilakukan oleh peneliti dengan cara peneliti


mengumpulkan data secara langsung pada pasien dengan
menggunakan format pengkajian dari yang baku dari kampus, yang
dilakukan 6 jam sesuai pengumpulan data dilakukan pada catatan
medis/status pasien, pasien langsung, keluarga, dokter, dan perawat
ruangan agar mendapatkan data yang valid. Disamping itu, untuk
menjaga validitas dan keabsahan data penelitian melakukan observasi
dan pengukuran ulang terhadap data – data pasien yang meragukan
yang ditemukan melalui data sekunder.

H. Analisa Data

Analisa data dilakukan denga menyajikan hasil pengkajian yang


dilakukan dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik. Selanjutnya
hasil pengumpulan data pengkajian di analisis dengan membandingkan
dengan teori yang telah disusun pada BAB sebelumnya (BAB II) untuk
mendapatkan masalah keperawatan yang digunakan untuk menyusun
tujuan dan intervensi. Selanjutnya intervensi dilakukan kepada pasien
sesuai rencana-rencana yang telah disusun (Implementasi). Hasil
implementasi dianalisis untuk mengefaluasi kondisi pasien apakah masalah
sudah teratasi, teratasi sebagian, dimodifikasi atau diganti dengan masalah
keperawatan yang lebih relevan. Hasil pengkajian, penegakan diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi di tuangkan dalam bentuk narasi
47
pada bab pembahasan yang dibandingkan dengan teoro-teori yang sudah
disusun sebelumnya untuk menjawab tujuan penelitian.

Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan


study dokumentasi yang menghabiskan data untuk selanjutnya
diinterpretasikan oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan
untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.

48
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Kombinasi derivate artemisin sebagai obat anti
malaria yang efektif. Diunggah tanggal 22-Oktober-2016, dari
(http://www.depkes.go.id/article/view/16050300001/.html#sthash.qq8W
AIE8.dpuf

Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., & Dochterman, J.M. 2016. Nursing


Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia edisi ke-6.
Yogyakarta : Mocomedia

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. 2016. Profil Kesehatan Kota Bengkulu Tahun
2015.Bengkulu : Dinkes Kota Bengkulu

Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu.


Bengkulu : Dinkes Kota Bengkulu

Doengoes, M.E., Marry, F.M., & Alice, C.G. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien, Edisi . Jakarta : EGC

. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015

Harijanto P.N., Nugroho, A., & Gunawan, C.A. 2009. Malaria dari Molekuler ke
Klinis. Jakarta : EGC

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Info Datin Pusat Data Dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. Kondisi Pencapaian Program Kesehatan
Anak Indonesia. Diunggah tanggal 22-November-2016, dari
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-
info-datin.html

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi


Anak. Jakarta : Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Masyarakat

Morre, L.K., Dalley, A.F. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis. Jakarta : Erlangga.

Moorhead, S., Maas, M.L., & Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes


Classification (NOC) Pengukuran Outcomes Kesehatan Edisi Bahasa
Indonesia. Yogyakarta : Mocomedia

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Fakultas Ilmu
Kedokteran Universitas Indonesia : Media Aesculapius

49
Potter, P.A., & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan
:Konsep, Proses, dan Praktik. Vol. 2, Edisi 4, Jakarta : EGC.

Prabowo, A. 2004. Penyakit Malaria Edisi II. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. 2016. Medical Record RSUD Dr. M.


Yunus
Bengkulu. Bengkulu : RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Syaifuddin, H. 2006. Anatomi Fisiologi mahasiswa keperawatan. . Jakarta

: EGC Sudoyo,A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati,

S. 2009. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi III. Jakarta : Internal Publishing

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 217. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia.
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional
Indonesia

World Health Organization. 2016. World Health Statistics 2016:


monitoring health for SDGs, sustainable development
goals:WHO Library Cataloguing-in-Publication Data. Diunggah
tanggal 18-Oktober -2016, dari http://9789241565264_eng/

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan,


dan.Pemberantasannya. Jakarta : Erlanga

Wilkinson, M.J. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan


Intervensi NIC
dan Kriteria NOC. Jakarta: EGC

Wilkinson, M.J. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan


Intervensi NIC
dan Kriteria NOC. Jakarta: EGC

Wong, D.L., & Hockenberry, M.J. 2009. Buku Ajar Keperawatan


Pediatrik, Volume 2. Jakarta: EGC

Yolanda, N. 2016. Kebutuhan Air pada Anak. Diunggah tanggal 28-


Juli-2017, dari http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-
anak/kebutuhan - air-pada-anak.html

50
Zulkoni,A. 2011. Parasitologi Penyakit Malaria. Jakarta : Nuha Medika

51
52
53
54

Anda mungkin juga menyukai